Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PAJAK PENGHASILAN ”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
PERPAJAKAN

Dosen :
Drs. Yon Rizal, M.Si.
Fanni Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

OlehKelompok 3 :
Rizkika Rahayu Afini (2013031009)
Tri Wulan Handoko (2013031031)
Desti Verani (2013031035)
Farisa Al Alisia (2013031039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil‟alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah
ini dengan judul “Pajak Penghasilan”, guna memenuhi tugas pada mata
kuliahTeori Akuntanasi, yang telah diberikan Drs. Yon Rizal, M.Si. dan Fanni
Rahmawati, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Perpajakan.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis dan
mempelajari mengenai Pajak Penghasilan. Selain itu, kami juga berharap agar
nantinya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu,kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kami sendirikhususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.

Bandar Lampung, 28 Agustus 2021

Penyusun Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penghasilan Pajak.....................................................................2
B. Subjek Pajak...............................................................................................2
C. Objek Pajak.................................................................................................4
D. Undang-Undang yang Mengatur Pajak Penghasilan..................................7
E. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan..........................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak adalah salah satu alat yang digunakan pemerintah didalam mencapai
tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung dari masyarakat, untuk itu diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat
akan kewajiban pajaknya karena pajak yang dikumpul digunakan untuk
kepentingan dan membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan
ekonomi masyarakat.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas
penghsilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau
badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan
jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk membayar pajak.
Undang-undang no. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Panghasilan (PPH) berlaku sejak
1 Januari 1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan
terakhir kali di ubah dengan Undang-undang no. 17 Tahun 2000. Undang-Undang
Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi maupun badan.
Sumber penerimaan negara dari sektor pajak ada banyak macamnya. Salah
satu adalah pajak penghasilan badan, yaitu pajak penghasilan yang dikenakan
kepada sebuah badan usaha atas penghasilan dan laba usahannya baik dalam
negeri maupun pendapatan diluar negeri Dalam rangka menyukseskan
pembangunan nasional, peranan penerimaan pajak sangat penting dan mempunyai
kedudukan yang strategis. Tidak mungkin pemerintah dapat mengerakkan roda
pemerintahan dan pembangunan nasional tanpa adanya dukungan dana, terutama
yang bersumber dari penerimaan pajak. Oleh sebab itu setiap tahun penerimaan
pajak senantiasa diupayakan untuk terus meningkat.Ada tiga unsur yang
menentukan penerimaan pajak, yakni undang-undang perpajakan yang tepat,
kepatuhan serta kesadaran dari Wajib Pajak dan aparat perpajakan yang cakap dan
bersih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pajak penghasilan, subjek, dan objek pajak ?
2. Bagaimana tata cara dasar pengenaan pajak ?
3. Apa yang dimaksud PTKP, Tarif pajak dan cara menghitung pajak ?

C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui dan mengerti mengenai pengertian Pajak, Pajak penghasilan
beserta bagian-bagian didalamnya dan mampu menghitung pajak sesuai tata cara
penghitungan dengan benar.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pajak penghasilan
PajakPenghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi
atau perseorangandan badan,berkenaandengan penghasilanyang diterimaatau
diperolehnya selamasatutahunpajak.Peraturanperundanganyang
mengaturPajakPenghasilandi
IndonesiaadalahUUnomor7Tahun1983yangtelahdisempurnakandenganUUnomor
7Tahun1991,UUnomor10Tahun1994,UUnomor17Tahun2000,UUnomor36
Tahun2008,PeraturanPemerintah,KeputusanPresiden,KeputusanMenteriKeuanga
n, Keputusan Direktur Jenderal Pajak maupun Surat Edaran Direktur
JenderalPajak.

B. Subjek pajak
SubjekPajakPajakPenghasilanadalahsegalasesuatuyangmempunyaipotensiunt
uk memperoleh penghasilan dan mejadi sasaran untuk dikenakan pajak
penghasilan.
a. MenurutUndang-Undang Nomor36Tahun2008,subyekpajak
penghasilanadalah sebagai berikut:
 Subyek Pajak Pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, orang
pribadiyangberadadiIndonesialebihdari183(seratusdelapanpuluhtiga)h
aridalam
jangkawaktu12(duabelas)bulan,atauorangpribadiyangdalamsuatutahu
npajakberada diIndonesiadan mempunyainiat untuk bertempat tinggal
diIndonesia.
 SubyekPajakHartaWarisanBelumDibagiyaituwarisandariseseorangya
ngsudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan
pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.
 SubyekPajakBadanadalahsekumpulanorangdanataumodalyangmerupa
kankesatuan baikyang melakukanusahamaupunyang
tidakmelakukanusahayangmeliputiPT, CV, perseroan lainnya,

2
badanusahamilik negara, dan lain-lain.
 BentukUsahaTetap(BUT)yaitubentukusahayangdigunakanolehorangp
ribadiyang tidakbertempattinggal diIndonesiaatauberada
diindonesiatidaklebihdari183haridalam jangka waktu dua belas bulan,
atau badan yang tidak didirikan dan berkedudukan di
Indonesia,yangmelakukan kegiatan diIndonesia.

b. Pasal2ayat(2)UUNomor36tahun2008,mengelompokkansubyekpajakmenj
adidua kelompok,yaitu :
 Subyek pajak dalam negeri, adalah :
1. OrangpribadiyangbertempattinggaldiIndonesialebihdari183harida
lamjangka waktu 12 bulan.
2. BadanyangdidirikanataubertempatkedudukandiIndonesia,kecuali
unittertentu dari badan pemerintahanyangmemiliki kriteria:
1) Pembentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan
2) Pembiayaan bersumber dari APBNatau APBD
3) Penerimaannya dimasukkanke
dalamanggaranpemerintahanpusatatau
daerah,danpembukuannya diperiksa oleh
aparatpengawasanfungsional negara
3. Warisanyangbelumterbagi sebagai satu
kesatuanmenggantikanyangberhak
 Subyek pajak luarnegeri,adalah
1. Orang pribadi yang tidak bertempa tinggal di Indonesia serta
tidak berada di Indonesialebihdari186haridalamjangka
waktu12bulandanbadanyang tidak
didirikansertatidakbertempatkedudukandiIndnesia,yang
menjalankanusahaatau melakukan kegiatan melaluibentuk
usahatetap diIndonesia.
2. Orang pribadi yang tidak bertempa tinggal di Indonesia serta
tidak berada di Indonesialebihdari186haridalamjangka
waktu12bulandanbadanyang tidak

3
didirikansertatidakbertempatkedudukandiIndnesia,yang
dapatmenerimaatau memperoleh penghasilan dariIndonesia tidak
dari menjalankan usahaatau melalui bentuk usahatetap
diIndonesia.

c. Berdasarkanpasal3UUNo.36Tahun2008tentangPajakPenghasilanyangtida
ktermasuk subyek pajak penghasilanyaitu:
 Kantor perwkilan negara asing
 Pejabatperwakilandiplomatik,dankonsulatataupejabat-
pejabatlaindarinegaraasing danorang-orangyang diperbantukan
kepadamerekayang bekerja padadanbertempat tinggalbersama-sama
mereka,dengan syarat:bukan WargaNegaraIndonesia dantidak
menerimapenghasilan lain diluarpekerjaannyatersebut.
 Organisasi-
organisasiInternasionalyangditetapkandenganKeputusanMenteriKeuan
gan dengan syarat :Indonesia menjadi anggotaorganisasi tersebut, tidak
menjalankan usaha untuk memperoleh penghasilan dariIndonesia.
 Pejabat-
pejabatperwakilanorganisasiinternasionaldengansyarat:bukanWargaNe
gara Indonesia dan tidak menjalankan usahauntuk memperoleh
penghasilan dariIndonesia.

C. Objek Pajak
ObjekPajakPenghasilanmerupakansegalasesuatu(barang,jasa,kegiatan,atau
keadaan)yang dikenakanpajak.ObjekPajakPenghasilanadalahpenghasilanyaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomisyangditerima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasaldariIndonesiamaupundariluarIndonesia,yang dapatdipakaiuntuk
konsumsiatauuntukmenambahkekayaan wajibpajakyang bersangkutan,dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
a. Yang termasuk objek pajak
 Penggantian atau imbalan. Objek pajak ini berkaitan dengan pekerjaan
atau upah yang diterima oleh pekerja. Termasuk juga di dalamnya

4
adalh gaji, tunjangan, komisi, bonus, gratifikasi, dan imbalan dalam
bentuk lainnya.
 Hadiah. Bisa berasal dari undian, pekerjaan, kegiatan, dan juga
pendapatan yang diterima.
 Laba usaha. Laba yang didapat dari usaha. Perhitungan laba biasanya
setelah satu periode penuh dalam akuntansi bisnis perusahaan.
 Keuntungan penjualan atau pengalihan harta. Termasuk di dalamnya
adalah keuntungan pengalihan harta pada perseroan, pemegang saham,
keuntungan karena likuidasi, hibah, dan juga keuntungan atas
pengalihan hak penambangan.
 Penerimaan kembali pembayaran pajak.
 Bunga.
 Deviden perusahaan.
 Royalti.
 Sewa dan penghasilan lain yang berhubungan dengan harta.
 Penerimaan pembayaran berkala.
 Keuntungan karena pembebasan utang.
 Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
 Selisih lebih karena penilaian aktiva.
 Premi asuransi.
 Iuran dari suatu anggota perkumpulan yang anggotanya merupakan
wajib pajak dan menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
 Tambahan kekayaan yang berasal dari penghasilan belum kena pajak.
 Penghasilan dari usaha yang berbasis industri.
 Imbalan bunga.
 Surplus Bank Indonesia.
b. Yang bukan termasuk objek pajak
 Bantuan atau sumbangan, termasuk di dalamnya zakat. Selain itu, ada
juga harta hibahan dari keluarga sedarah, lembaga keagamaan,
lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan usaha kecil. Beberapa yang disebutkan

5
di atas termasuk bukan objek pajak sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan.
 Harta warisan juga tidak termasuk objek pajak penghasilan, namun
Anda perlu melaporkannya di dalam SPT Tahunan sebelum harta
warisan tersebut dibagikan.
 Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh subjek pajak badan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib
pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU Pajak Penghasilan.
 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
 Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN, atau
BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia. Dividen harus memiliki
persyaratan, di antaranya berasal dari cadangan laba yang ditahan dan
bagi perseroan terbatas, BUMN, dan BUMD, kepemilikan sahamnya
paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
 Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun. Ini bisa dianggap
sebagai bukan objek pajak penghasilan jika pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
 Jika pensiunan memiliki penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh
dana pensiun sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya, maka
juga bisa dianggap sebagai bukan objek pajak. Namun masih dianggap
jika dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan

6
Menteri Keuangan.
 Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif.
 Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
venturaberupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan
dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia. Badan pasangan
usaha harus memenuhi syarat-syarat berikut yang mana merupakan
perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan dan sahamnya tidak diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia.
 Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
 Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan. Sisa lebih tersebut telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut. Ketentuannya juga harus diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
 Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh BPJS kepada wajib pajak
tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

D. Undang-Undang yang Mengatur pajak penghasilan.


Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut -turut peraturan

7
ini diamandemen oleh :
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991,
b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

E. Cara Penghitungan Pajak Penghasilan


Menghitung Pajak penghasilan atau PPh dimulai dengan menghitung hitung
dulu Penghasilan Kena Pajak.
Rumus PPh: penghasilan dikurangi biaya-biaya. Kemudian terapkan tarif Pajak
penghasilan Kena Pajak tersebut.
a. Mengitung Tarif Pajak Penghasilan atau PPh
Contoh :

 Penghasilan Kena Pajak WP orang pribadi = Rp 300.000.950


Penghasilan Kena Pajak dibulatkan : Rp 300.000.000
PPh nya adalah :
5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000
10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
25% x Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
35% x Rp 100.000.000 = Rp 35.000.000
Total = Rp 71.250.000.
 Penghasilan Kena Pajak WP badan = Rp 300.000.950.

8
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan : Rp 300.000.000
PPh nya adalah :
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30% x Rp 200.000.000 = Rp 60.000.000
Total = Rp 72.500.000.

b. Menghitung PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)


Penghasilan Tidak Kena Pajak, disingkat PTKP adalah pengurangan
terhadap penghasilan bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib
pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi
objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia.Besaran
Penghasilan Tidak Kena Pajak tidak sama dari tahun ke tahun.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menetapkan perubahan PTKP
berdasarkan sejumlah pertimbangan seperti kondisi perekonomian nasional,
pergerakan upah minimum dan biaya hidup.
Sejak tahun 2012, Indonesia sudah mengalami perubahan PTKP sebanyak
tiga kali yakni di tahun 2013, 2015 dan tahun 2016.

Contoh Tabel PTKP Tahun Pajak 2015


No Penerima Nomimal
. (Rp)
1. Untuk Diri WP OP 36.000.000
2. Tambahan untuk WP kawin 3.000.000
3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digedung 36.000.000
dengan penghasilan suami
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga 3.000.000
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang
untuk setiap keluarga.

9
Contoh soal
1. Tn. Bagas Farel pada tahun 2015 bekerja pada perusahaan PT Maju Makmur
Mandiri dengan memperoleh gaji sebulan Rp 4.500.000,00 dan membayar
iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Status Tn. Bagas K/0. Penghitungan
PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp.4.500.000,00
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 4.500.000,00 Rp 225.000,00
2. Iuran pensiun Rp 100.000,00 (+) Rp. 325.000,00 (-)

Penghasilan neto sebulan Rp. 4.175.000,00


Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp 4.175.000,00 = Rp.50.100.000,00
PTKP setahun
– untuk WP sendiri Rp 36.000.000,00
– tambahan WP kawin Rp 3.000.000,00 (+) Rp39.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 11.100.000,00

PPh Pasal 21 terutang :


5% x Rp 11.100.000,00 = Rp 555.000,00
PPh Pasal 21 sebulan :
Rp 555.000,00 : 12 = Rp 46.250,00

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak merupakan iuran wajib yang harus di bayar oleh setiap warga Negara
Indonesia berdasarkan jenisnya masing-masing. Apabila terjadinya pelanggaran
seperti tidak membayar iuran wajib pajak tersebut maka akan mendapatkan sanksi
sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Di dalam pembayaran iuran perpajakan tidak adanya toleransi. Ketentuan
pembayaran pajak sesuai menurut jenisnya masing-masing. Cara menghitung
pajak penghasilan dengan menggunakan metode norma perhitungan dan metode
pembukuan mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Seperti kedua contoh
diatas, hal ini disebabkan oleh perbedaan biaya dan HPP yang dalam pembukuan
yang selalu mengalami perubahan. Jadi, untuk menghitung pajak penghasilan
lebih ringkas dan mudah jika menggunakan cara norma perhitungan, namun
adakalanya cara ini bisa merugikan ,serta adakalanya bisa juga menguntungkan .
Makalah yang berjudul perpajakan ini merupakan karya tulis berdasarkan
himpunan material yang di ambil dari berbagai sumber. Oleh karena itu, jika ada
kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian bahan penulis sangat
mengharpakan kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kebenaran
yang kita kehendaki semua dan demi kesempurnaan penyelesaian makalah pajak
ini.

1
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/buku%20pph%20upload.pdf
(Dakses pada tanggal 28 Agustus 2021, pukul 10.45)
 https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-pajak-penghasilan-dan-cara-
menghitungnya/
(Diakses pada tanggal 28 Agustus 2021, pukul 22.50)
 https://
Suwardjono.2014.TeoriAkuntansi:PerekayasaanPelaporanKeuangan.EdisiKeti
ga.Yogyakarta:BPFE
(Diakses pada tanggal 28 Agustus 2021, pukul 23.10)
 https://Shevalina.2013.TeoriAkuntansiRerangkaKonseptual-SuatuModel
(Diakses pada tanggal 28 Agustus 2021, pukul 23.30)
 https://Khoyunita.2012.TeoriAkuntansiRerangkaKonseptual-SuatuModeldi
(Diakses pada tanggal 28 Agustus 2021, pukul 23. 35)

2
Studi Kasus
1) Pak Martin mengantongi omzet sebesar Rp. 700.000.000 per tahun. Istrinya
memiliki usaha salon dengan omzet Rp. 500.000.000 per tahun. Keduanya belum
memiliki anak. Maka, bagaimana perhitungan PPh finalnya jika NPWP digabung
ataupun terpisah?
a. Jika Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) digabung:
 Omzet suami Rp. 700.000.000.
 Omzet istri Rp. 500.000.000.
 Total omzet gabungan = Rp. 1.200.000.000.
 Pajak penghasilan suami dan istri
= 0,5% x Rp. 1.200.000.000 = Rp. 6.000.000.
 Jika dihitung per bulan = Rp. 6.000.000/12 = Rp. 500.000.

b. Jika NPWP terpisah atau membayar pajak masing-masing:


 Omzet suami Rp. 700.000.000 :
o PPh-nya = 0,5% x Rp. 700.000.000 = Rp. 3.500.000 (setahun).
o Karena ada kewajiban pembayaran setiap bulan, maka beban PPh
per bulan Rp. 3.500.000 : 12 = Rp. 291.666,67 atau Rp. 291.670.
 Omzet istri Rp. 500.000.000 :
o PPh-nya = 0,5% x Rp. 500.000.000 = Rp. 2.500.000 (setahun).
o PPh per bulan Rp. 1.000.000/12 = Rp. 208.333,33 atau dibulatkan
Rp. 208.335 per bulan.

2) Peredaran bruto PT Sejahtera pada tahun 2017 mencapai lebih dari Rp. 4,8 miliar.
Pada tahun 2018, peredaran brutonya mencapai Rp. 30 miliar dengan penghasilan
kena pajak sebesar Rp. 3 miliar. Bagaimana penghitungan PPh (Pasal 31 E, UU
PPh)?
a. Menghitung bagian penghasilan kena pajak yang memperoleh fasilitas:
 (Rp. 4,8 miliar / Rp. 30 miliar) x Rp. 3 miliar = Rp. 480 juta.
 PPh badan: 12,5% x Rp. 480 juta = Rp. 60 juta.

b. Menghitung bagian penghasilan kena pajak yang tidak memperoleh fasilitas:


 (Rp. 3 miliar – Rp. 480 juta) = Rp. 2,52 miliar.
 PPh badan: 25% x Rp. 2,52 miliar = Rp. 630 juta.

Dengan demikian, total PPh badan yang harus dibayar adalah Rp. 60 juta + Rp.
630 juta = Rp. 690 juta.

Anda mungkin juga menyukai