Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PAJAK PENGHASILAN I

KETENTUAN TERHADAP SUBJEK DAN WAJIB PAJAK


Dosen Pengampu: Maya Aresteria, S.E., M.Si., Ak.

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Muhammad Agung Syahputera 40011423630170
2. Viena Citra Dini 40011423630153
3. Hikmatiar Aga 40011423630159
4. Adzka Syifa Avrilia 40011423630165
5. Anita Nurdhia Fadhilah 40011423630172
6. Atikah Husna Khairunnisa 40011423630174
7. Nayla Inas Hanifa 40011423630181

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAAKAN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2024
ABSTRAK

Pajak penghasilan orang pribadi (PPH) merupakan salah satu pilar utama sistem perpajakan
Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis peran pelaku dan wajib pajak dalam
konteks PPH di Indonesia. Penelitian ini mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti
literatur, peraturan perpajakan, wawancara dengan ahli perpajakan, dan menggunakan teknik
analisis deskriptif. Analisis menunjukkan bahwa sasaran dan wajib pajak mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pelaksanaan PPH. Pengusaha Kena Pajak meliputi orang pribadi,
badan usaha, dan pihak lain yang wajib membayar PPH. Namun siapa pun yang
penghasilannya dikenakan PPH menurut ketentuan peraturan perundang-undangan,
dikenakan pajak. Dokumen ini juga membahas peran pemerintah dalam memberikan insentif
dan perlindungan kepada wajib pajak dan Badan Kena Pajak untuk meningkatkan kepatuhan
pajak dan pertumbuhan ekonomi. Kesimpulannya, untuk meningkatkan kesadaran perpajakan
dan kepatuhan perpajakan di Indonesia, sangat penting untuk memiliki pemahaman yang baik
tentang subjek pajak dan wajib pajak serta perannya dalam sistem perpajakan.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah bertajuk ‘Ketentuan
Terhadap Subjek dan Objek Pajak’ dengan baik. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas dan syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pajak Penghasilan I. Dalam
penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam terselesaikannya penelitian ini, yaitu: orang tua
membantu secara mental, teman-teman kelompok 3 PPH I dan materi dosen PPH Ibu Maya
Aresteria, S.E., M.Si., Ak. yang menugaskan tugas ini agar penulis dapat lebih mengetahui
dan memahami ketentuan subjek dan wajib pajak berdasarkan peraturan dan ketentuan yang
terbaru perpajakn. Saat menulis makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis berharap menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan makalah ini.

Semarang, 8 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak adalah transfer kekayaan dari masyarakat ke kas negara untuk menutupi
pengeluaran sehari-hari, dan kelebihannya digunakan untuk tabungan masyarakat. Pada
mulanya pajak bukanlah pungutan, melainkan sekedar sumbangan sukarela warga negara
kepada raja untuk melindungi kepentingan negara. Penerimaan negara berasal dari
penduduk melalui penerimaan pajak dan/atau akibat kekayaan alam negara ini. Pajak
memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa, khususnya dalam
pembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah yang
membiayai seluruh pengeluaran, termasuk belanja pembangunan. Setiap masyarakat
mempunyai hubungan antar manusia, dan selalu ada aturan mengikat yang disebut
hukum. Hukum mengatur hak dan kewajiban manusia. Hak untuk memperoleh gaji dan
upah melalui pekerjaan dikaitkan dengan kewajiban untuk bekerja. Demikian pula halnya
dengan pajak, hak untuk mencari dan memperoleh penghasilan yang sebesar-besarnya
disertai dengan kewajiban untuk menyumbangkan sebagiannya kepada negara untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan umum. Demikian pula hak untuk membeli dan
memiliki bangunan, mobil, dan barang-barang lainnya termasuk kewajiban membayar
pajak. Pajak dianggap sebagai kewajiban nasional yang berupa komitmen dan peran aktif
warga negara dan anggota masyarakat dalam membiayai berbagai kebutuhan nasional
dalam pembangunan nasional, tanpa memberikan imbalan langsung. Pelaksanaannya
diatur dalam undang-undang perpajakan. Seiring dengan terus berkembangnya kondisi
dunia usaha dan dunia usaha di dalam dan luar negeri, maka pendapatan wajib pajak
badan dalam negeri juga akan meningkat. Badan hukum atau badan hukum adalah badan
pajak dalam negeri dimana wajib pajak badan memberikan kontribusi dalam bidang
perpajakan, yaitu penerimaan negara dari pajak badan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dasar hukum yang menjelaskan tentang subjek dan wajib pajak?
2. Apa yang dimaksud dengan subjek dan wajib pajak?
3. Kapan bermula dan berakhirnya subjek pajak?
4. Apa saja hak dan kewajiban subjek dan wajib pajak?
5. Kategori apa saja yang terdapat pada wajib pajak?
C. Tujuan Penulisan
- Memaparkan dasar hukum terkait subjek dan wajib pajak.
- Memberikan pemahaman kepada pembaca terkait subjek dan wajib pajak.
- Menjelaskan jangka waktu pada subjek pajak.
- Menjabarkan apa saja yang termasuk hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subjek
dan wajib pajak.
- Menerangkan kategori yang terdapat pada wajib pajak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Subjek Pajak PPh

Semua hal yang berhubungan dengan perpajakan tentunya memiliki peraturan ataupun
ketentuan hukum sendiri. Sama halnya dalam subjek pajak PPh, dimana penetapan subjek
pajak PPh memiliki dasar hukum yang tertuang dalam:

1) Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Pajak


Penghasilan (UU PPh)
2) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 215/PMK.03/2008 yang mengatur
perihal Penetapan Organisasi-Organisasi Internasional dan Pejabat-Pejabat
Perwakilan Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk dalam Subjek Pajak
Penghasilan (PPh).

2.2 Subjek Pajak PPh

Secara umum, PPh atau Pajak Penghasilan memiliki definisi sebagai jenis pajak yang
dipungut dan/atau dibebankan atas sumber penghasilan/pendapatan yang diperoleh
wajib pajak pribadi ataupun badan dalam satu tahun pajak, baik yang diperoleh dari
Indonesia ataupun yang diperoleh dari luar negeri.

Sementara itu, pengertian dari subjek pajak PPh ialah pihak atau orang yang memiliki
tanggung jawab atau kewajiban dalam membayar, menyetor, serta melaporkan pajak
penghasilan atas sumber penghasilan yang diperoleh atau bisa dikatakan subjek pajak
PPh ini merupakan wajib pajak yang memiliki kewajiban perpajakan atas Pajak
Penghasilan (PPh).

2.3 Subjek PPh Dibedakan Menjadi 2

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2008 Pasal 2 tentang PPh, Subjek Pajak PPh
dibedakan menjadi 2 yaitu :

a). Subjek Pajak Dalam Negeri

Subjek pajak dalam negeri adalah:

2
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau
pemerintah daerah
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang


berhak.

Subjek pajak dalam negeri ditentukan berdasarkan domisili pendiriannya atau


lamanya suatu aktivitas bisnis dilakukan di Indonesia. Subjek pajak dalam negeri bisa
berupa orang perorangan, badan dan warisan yang belum dibagi. Jika orang
perorangan lahir di Indonesia atau telah tinggal selama lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, atau berniat untuk tinggal lama di Indonesia, dia dapat disebut
sebagai subjek pajak pribadi dalam negeri.

b). Subjek Pajak Luar Negeri :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi


yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
dan
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

3
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.

2.4 Bentuk Usaha Tetap

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. Tempat kedudukan manajemen


b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. Gedung kantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
o. Agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di indonesia

4
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.

2.5 Bukan subjek Pajak

Berikut yang bukan subjek pajak menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang
PPh, pasal 3:

1. Kantor perwakilan negara asing;


2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing dan orang-orang yang diperbantunkan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
(a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
(b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman pada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
5. Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan

2.6 Kewajiban Pajak Subjektif di Mulai

- Orang Pribadi Dalam Negeri

Saat dilahirkan, atau saat berada di Indonesia atau berniat bertempat tinggal di
Indonesia.

- Badan Dalam Negeri

Saat bertempat kedudukan atau saat didirikan di Indonesia.

- Luar Negeri Melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT)

5
Saat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.

- Luar Negeri Tidak Melalui Bentuk Usaha Tetap

Saat menerima atau memeperoleh penghasilan dari Indonesia.

- Warisan Belum Terbagi

Dimulai saat adanya warisan yang belum terbagi.

2.7 Berakhirnya Kewajiban Pajak

- Orang Pribadi Dalam Negeri

Orang pribadi dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau memiliki niat untuk
tinggal di Indonesia. Kewajiban pajaknya berakhir saat meninggal atau saat
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

- Badan Dalam Negeri

Badan dalam negeri adalah badan-badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria.
Kewajiban pajaknya berakhir saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan
di Indonesia.

- Luar Negeri Melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT)

BUT adalah badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia atau yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari kegiatan menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia. Kewajiban pajaknya berakhir pada saat BUT tersebut tidak
lagi menjalankan usahanya atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia.

- Luar Negeri Tidak Melalui Bentuk Usaha Tetap

Yang dimaksud Non BUT adalah orang pribadi atau badan usaha tetap / badan asing
yang berada di Indonesia namun tidak termasuk sebagai subjek bentuk usaha tetap.

6
Perusahaan non BUT adalah perusahaan yang lokal yang didirikan di Indonesia.
Kewajiban pajaknya berakhir saat tidak memperoleh penghasilan dari Indonesia lagi.

- Warisan Belum Terbagi

Warisan yang belum terbagi adalah peninggalan dari wajib pajak yang sudah
meninggal namun belum dibagikan kepada ahli waris wajib pajak tersebut.
Kewajiban pajaknya berakhir pada saat warisan telah dibagikan.

2.8 Dasar Hukum Wajib Pajak

Dasar hukum wajib pajak di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan perundang-
undangan. Salah satu dasar hukum utama adalah Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009. Undang-undang ini
mengatur tentang hak dan kewajiban wajib pajak, prosedur perpajakan, serta sanksi
bagi yang tidak memenuhi kewajibannya.

2.9 Pengertian Wajib Pajak Menurut UU

Menurut UU No 28 tahun 2007, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan

2.10 Wajib Pajak Orang Pribadi dibedakan Berdasarkan Tempat Tinggal

Pada prinsipnya orang pribadi yang menjadi Subjek Pajak dalam negeri adalah orang
pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam pengertian
orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah mereka yang mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia. Apakah seseorang mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia ditimbang menurut keadaan.

Subjek Pajak luar negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau
bertempat kedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh

7
penghasilan dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui bentuk usaha tetap.
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, tetapi berada di Indonesia
kurang dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, maka orang tersebut adalah Subjek Pajak luar negeri.

2.11 Kategori Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan

Wajib pajak terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib
pajak badan.

a) Berdasarkan Statusnya, Wajib Pajak Orang Pribadi Dikelompokkan Dalam


Lima Kategori, yaitu:
1. Orang pribadi, meliputi wajib pajak yang belum menikah dan suami yang
merupakan kepala keluarga.
2. Hidup berpisah, wajib pajak orang pribadi dengan status perpajakan yang
merupakan wanita yang meski menikah dikenai pajak secara terpisah karena
hidup berpisah berdasarkan putusan hakim.
3. Pisah harta, merupakan suami-istri yang dikenai pajak secara terpisah karena
menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisah harta dan
penghasilan secara tertulis.
4. Memilih terpisah, meliputi wanita menikah namun diluar kategori hidup
berpisah dan pisah harta. Wajib pajak ini memilih melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya.
5. Warisan belum terbagi, merupakan wajib pajak yang diperlakukan sebagai
satu kesatuan dan merupakan subjek pajak pengganti. Wajib pajak ini
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

b) Kemudian, Wajib Pajak Badan yang Merupakan Wajib Pajak yang Selain
Terikat Kewajiban Pembayaran Pajak, Juga Memiliki Kewenangan
Memotong dan Memungut Pajak. Wajib Pajak Badan ini meliputi:
1. Badan, merupakan wajib pajak yang merupakan sekumpulan orang atau modal
yang menjadi satu kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha.

8
2. Joint operation, yang merupakan wajib pajak yang berbentuk kerja sama
operasi, yang melakukan penyerahan atas barang kena pajak atau jasa kena
pajak.
3. Kantor perwakilan perusahaan asing, merupakan wajib pajak dari perwakilan
dagang asing atau kantor perwakilan perusahaan asing di Indonesia namun
bukan termasuk dalam bentuk usaha tetap.
4. Bendahara, merupakan bendahara pemerintah yang bertugas membayar gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya, serta diwajibkan untuk
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak.
5. Penyelenggara kegiatan, meliputi wajib pajak yang merupakan pihak selain
dari keempat kategori wajib pajak badan lainnya. Wajib pajak berstatus
penyelenggara kegiatan ini melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

2.12 Hak Wajib Pajak

1. Hak atas Keluaran Pajak Pengembalian

Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan


pembayaran pajak yang dibayar atau dipotong atau dipungut lebih besar dari yang
seharusnya terutan. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

Untuk Wajib Pajak masuk kriteria Wajib Pajak Patuh, pengembalian


kelebihan pajak dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk
PPN sejak permohonan diterima.

2. Hak Kerahasiaan

Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas


segala sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak
dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan.

3. Hak untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak


dalam hal-hal atau kondisi tertentu, seperti kondisi ekonomi yang buruk atau kondisi
kesehatan yang tidak baik.

9
4. Hak untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak


dalam hal-hal atau kondisi tertentu, seperti kondisi ekonomi yang buruk atau kondisi
kesehatan yang tidak baik.

5. Hak untuk Pengurangan Pph Pasal 25

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya angsuran


PPh Pasal 25 dalam hal-hal tertentu, seperti kondisi ekonomi yang buruk atau kondisi
kesehatan yang tidak baik.

6. Hak untuk Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

Wajib Pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang
ada hubungannya dengan subjek pajak atau karena sebab-sebab tertentu lainnya serta
dalam hal objek pajak yang terkena bencana alam dan juga bagi Wajib Pajak anggota
veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan, dapat mengajukan
permohonan pengurangan atas pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan.

7. Hak Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak

Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagai Wajib Pajak Patuh
dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam jangka
waktu paling lambat 1 bulan untuk PPN dan 3 bulan untuk PPh sejak tanggal
permohonan.

2.13 Kewajiban Wajib Pajak

1. Kewajiban Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok


Wajib Pajak (NPWP)

Hal ini diatur dalam Pasal 2 Angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, bahwa setiap Wajib Pajak yang
telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

10
2. Kewajiban Wajib Pajak melaporkan usaha untuk memperoleh pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak

Berdasarkan Pasal Pasal 2 Angka 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007


tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, setiap Wajib Pajak sebagai
Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak.

3. Kewajiban Wajib Pajak melakukan pembayaran, pemotongan/pemungutan

Setiap Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi memiliki kewajiban
membayar pajak penghasilan tahunan. Kemudian setiap Wajib Pajak Badan atas
transaksi yang telah dilakukannya, wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21, 23,
26.

4. Kewajiban Wajib Pajak melakukan pelaporan pajak

Setelah melakukan pembayaran dan pemotongan/pemungutan, maka setiap


wajib pajak memiliki kewajiban untuk melaporkan pajaknya melalui Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan SPT Bulanan.

5. Kewajiban Wajib Pajak untuk memberikan informasi data dan dokumen yang
akurat terkait pembukuan selama 10 tahun

11

Anda mungkin juga menyukai