Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PENGANTAR PERPAJAKAN

“Ketentuan Umum Perpajakan di Indonesia”

Dosen :
Deri Yanto, S.E., M.Ak

Disusun oleh:
Novita Oki Purwanto
NIM : 220301020001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS SIBER ASIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Deri Yanto, S.E., M.Ak selaku
dosen mata kuliah Pengantar Perpajakan yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga saya dapat
memahami apa itu pajak.

Dan saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca , untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 6 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………..II

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... III

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………...1

RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………….2

TUJUAN PENELITIAN………………………………………………………………………………..2

BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………..3

Pengertian Dalam Ketentuan Umum & Tata cara perpajakan………………………………………….3

Wajib Pajak……………………………………………………………………………………………..5

Kewajiban dan Hak Wajib Pajak……………………………………………………………………….7

NPWP…………………………………………………………………………………………………10

PKP……………………………………………………………………………………………………12

SPT……………………………………………………………………………………………………15

SKP……………………………………………………………………………………………………17

Pembukuan & Pencatatan……………………………………………………………………………..20

Keberatan,Pembetulan,Pengurangan,Penghapusan & Pembatalan……………………………………21

Penagihan Pajak……………………………………………………………………………………….22

PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………………….24

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………….25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak menurut Undang – undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas
Undang – undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan pada pasal 1
ayat 1 berbunyi, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang – undang atau yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal
balik atau kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.

Penerimaan pajak berasal dari pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
daerah dengan pengenaan terhadap objek pajak. Pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan pajak
dengan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi yaitu dengan menargetkan jenis wajib pajak seperti orang
pribadi, badan, warisan belum dibagi, bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemungut pajak
dan bentuk usaha tetap. Pemerintah telah berencana untuk menggabungkan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kebijakan ini diimplementasikan
dengan ketentuan perundang – undangan perpajakansebagai landa hukumnya, melalui Undang –
undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Tujuannya untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sector perpajakan,mendapat data yang akurat wajib pajak baik
orang pribadi maupun badan. Pemerintah mengharapkan tingkat kepatuhan dari wajib pajak yang
terdaftar pada kantor pelayanan pajak (KPP) diharapkan dapat memenuhi kewajibannya sebagai
penerima penghasilan.

Indonesia menganut self assessment system atau system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Seperti :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada wajib pajak sendiri.
2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Dengan fleksibilitas yang demikian dapat memberikan keleluasaan bagi wajib pajak untuk
melaksanakan kewajibannya akan pajak tanpa adanya peraturan yang terlalu ketat, mengingat pada

1
dasarnya pajak adalah wujud bakti rakyat kepada pemerintah yangbersifat gotong royong, tidak
terelakan bahwa pajak yang dibayarkan kepada fiskus pun berguna untuk pembangunan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dalam ketentuan umum dan taat cara perpajakan ?


2. Apa itu wajib pajak ?
3. Apa kewajiban dan hak wajib pajak ?
4. Apa yang dimaksud NPWP ?
5. Apa yang dimaksud dengan PKP?
6. Apa yang dimaksud SPT ?
7. Apa yang dimaksud SKP?
8. Bagaimana pembukuan dan pencatatan dalam perpajakan?
9. Bagaimana pengajuan permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan, penghapusan dan
pembatalan dalam pajak ?
10. Apa saja penagihan pajak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan
2. Untuk mengetahui siapa saja wajib pajak yang dikenakan pajak
3. Untuk mengetahui kewajiban dan hak wajib pajak
4. Untuk mengetahui NPWP
5. Untuk mengetahui PKP
6. Untuk mengetahui SPT
7. Untuk mengetahui SKP
8. Uuntuk mengetahui pembukuan dan pencatatan dalam pajak
9. Untuk mengetahui tentang keberatan, pembetulan, pengurangan, penghapusan, dan pembatalan
10. Untuk mengetahui penagihan pajak

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
2. Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension,
persekutuan, perkumpulan, Yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
4. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang – undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
5. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
6. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu
sebagaimana ditentukan dalam undang – undang.
7. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalesnder kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
8. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.
9. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa
Pajak,dalam tahun pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan.
10. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

3
11. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
12. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau
bagian tahun pajak.
13. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formular atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
14. Surat Ketetapan Pajak adalah surta ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak kurang
bayar, surat ketetapan pajak kurnag bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil, dan surat
ketetapan pajak lebih bayar.
15. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
16. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
17. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja.
18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan
perpajakan.
19. Penanggung jawab adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
20. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan Menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode tahun pajak tersebut.
21. Penelitian adalah serangkaian kegioatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian surat pemberitahuan dan lampiran – lampirannya termasuk penilaian tentang
kebenaran penulisan dan perhitungannya.

4
2.2 Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi, badan, warisan belum terbagi. meliputi pembayar, pemotong dan
pemungut pajak. Wajib pajak dikelompokan menjadi :

1. Wajib Pajak orang pribadi

a. Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, namun
mendapatkan penghasilan di atas penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Wajib
mendaftarkan diri paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah penghasilan wajib pajak
pada suatu bulan melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Dan permohonannya
dibuat secara tertulis, dengan melampirkan beberapa dokumen seperti dokumen identitas
diri wajib pajak untuk warga negara Indonesia maupun warga negara asing. dapat
disampaikan secara langsung, atau melalui kantor pos dengan bukti pengiriman, atau dapat
juga melalui jasa kurir dengan bukti pengiriman.

b. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, wajib mendaftarkan diri
paling lama satu bulan setelah kegiatan usaha atau pekerjaan bebas mulai dilakukan.
Permohonan disampaikan secara langsung, atau melalui kantor pos dengan bukti
pengiriman, atau dapat juga melalui jasa kurir dengan bukti pengiriman Dan
permohonannya dibuat secara tertulis dengan melampirkan beberapa dokumen seperti:

1) Dokumen yang menunjukan identitas diri wajib pajak untuk warga negara
Indonesia maupun negara asing.

2) Dokumen yang menunjukan adanya kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib
pajak untuk setiap tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

3) Dokumen yang menunjukan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib
pajak.

c. Wajib pajak Wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah dengan suami, dikarenakan
menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta ,
memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajaknnya terpisah dari suaminya,
dan hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim. Permohonan pendaftaran wajib pajak
dengan melampirkan beberapa dokumen seperti :

1) Dokumen yang menunjukan identitas diri wajib pajak untuk warga negara
Indonesia maupun negara asing.

2) Dokumen yang menunjukan adanya kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib
pajak untuk setiap tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

5
3) Dokumen yang menunjukan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib
pajak.

4) Fotokopi NPWP suami dan fotokopi akta perkawinan.

2. Wajib Pajak Badan

Wajib pajak yang merupakan sekumpulan orang atau modal yang menjadi satu kesatuan, baik
yang melakukan kegiatan usaha maupun yang tidak melakukan kegiatan usaha. Wajib Pajak Badan
dikelompokkan menjadi dua yaitu wajib pajak yang memiliki kewajiban perpajakn sebagai
pembayar pajak, pemotong , pemungut pajak. Dan wajib pajak yang hanya memiliki kewajiban
perpajakan sebagai pemotong dan pemungut pajak. Wajib pajak badan Wajib mendaftarkan diri
untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lama satu bulan setelah saat
pendirian. Permohonan pengajuan dapat dialkukan secara tertulis atau elektronik dan disampaikan
secara langsung , atau melalui kantor pos dengan bukti pengiriman, atau melalui jasa kurir dengan
bukti pengiriman. Beserta dengan lampiran dokumen seperti :

a. Dokumen yang menunjukan pendirian atau pembentukan badan.

b. Dokumen yang menunjukan identitas diri.

c. Dokumen yang menunjukan tempat kegiatan usaha badan.

3. Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi

Pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakn wajib pajak warisan belum terbagi
menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari wajib pajak orang pribadi yang
meninggalkan warisan tersebut. Pendaftaran diri dilakukan melalui perantara atau wakil yaitu salah
seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau pihak yang mengurus harta peninggalan. Wajib
mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP. Mengajukan permohonan secara elektronik atau tertulis,
dengan melampirkan beberapa dokumen seprti :

a. Fotokopi dokumen yang menunjukan identitas diri orang pribadi yang meninggalkan
warisan.

b. Fotokopi akte kematian, surat keterangan kematian, atau dokumen lain yang dipersamakan.

c. Dokumen yang menunjukan kedudukan sebagai wakil wajib pajak warisan belum terbagi.

6
2.3 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

➢ Wajib pajak memiliki kewajiban yang harus di patuhi, diantaranya :

a. Kewajiban mendaftarkan diri

Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri
kepada Kantor Pajak Pratama (KPP) atau Kantor Pelayanan, penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal wajib pajak, tempat kedudukan wajib pajak
atau tempat kegiatan usaha wajib pajak. Terhadap wajib pajak yang mendaftarkan diri, diberikannya
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

• Persyaratan subjektif yaitu persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak
dalam undang – undang pajak penghasilan dan perubahannya, sebagaimana terdapat pada table
berikut :

No Subjek pajak Mulai Berakhir


1 Subjek pajak dalam Saat dilahirkan, saat berada di Saat meninggal, saat
negeri orang pribadi indonesia atau bertempattinggal meninggalkan Indonesia untuk
di indonesia selama – lamanya
2 Subjek pajak dalam Saat didirikan atau berkedudukan Saat dibubarkan atau tidak lagi
negeri badan di Indonesia berkedudukan di Indonesia
3 Subjek pajak luar negeri Saat menjalankan usaha atau Saat tidak lagi menjalankan
melalui bentuk usaha melakukan kegiatan melalui usaha atau melakukan kegiatan
tetap (BUT) BUT di indonesia melalui BUT di indonesia
4 Subjek pajak luar negeri Saat menerima atau memperolhe Saat tidak lagi menerima atau
tidak melalui bentuk penghasilan dari Indonesia memperoleh penghasilan dari
usaha tetap (BUT) Indonesia
5 Warisan belum terbagi Saat timbulnya warisan yang Saat warisan telah selesai
belum terbagi dibagi

• Persyaratan objek pajak yaitu persyaratan bagi subjek pajak yang telah menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau pemungutan.
Untuk wajib pajak orang pribadi, persyaratan objektif terpenuhi apabila wajib pajak
mempunyai penghasilan yang melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP), sedangkan untuk
wajib pajak badan persyaratan objektif terpenuhi apabila badan atau perusahaan tidak
mengalami kerugian.

7
Wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan undang – undang pajak perpajakan
nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor direktorat jendral pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukannya pengusaha, dan tempat kegiatan
usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Setelah dikukuhkannya sebagai
PKP, maka wajib pajak untuk memungut pajak pertambahan nilai (PPN) dari setiap pembeli atau
pengguna jasanya dengan menerbitkan faktur pajak. PPN tersebut kemudian dilaporkan dalam SPT
masa.

b. Kewajiban Menghitung Pajak

Untuk menghitung pajak digunakan system self assessment, dimana wajib pajak menghitung
sendiri pajak yang terutang. Perhitungan pajak secara self assessment lebih banyak diterapkan
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan tahunan. dalam perhitungan pajak self assessment
seperti penghasilan, pengurangan penghasilan, penghasilan netto, penghasilan kena pajak, tarif
pajak, dan besarnmya pajak terutang.

c. Kewajiban memberi data

Berdasarkan self assessment, Wajib pajak harus menyampaikan informasi yang menggambarka
kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan.
Termasuk juga informasi mengenai nasabah debitur, dan data transaksi keuangan dan lalu lintas
devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan
kepada instansi lain diluar Ditjen Pajak.

d. Kewajiban membayar pajak

Ada beberapa mekanisme dalam membayar pajak terhutang, yaitu :

1. Membayar sendiri pajak yang terutang

a) Membayar angsuran setiap bulan (PPH Pasal 25)

Pembayaran PPH Pasal 25, yaitu pembayaran pajak penghasilan secara angsuran. Hal ini
dimaksud untuk meringankan bebasn wajib pajak dalam melunasi pajak yang terutang
dalam satu tahun pajak. Wajib pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan
terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak setiap bulan.

b) Pembayaran PPH Pasal 29 pada saat penyampaian SPT tahunan

Pembayaran PPH pasal 29 yaitu pelunasan pajak enghasilan yang dilakukan sendiri oleh
wajib pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak terutang untuk suatu tahun pajak lebih
besar dari jumlah total pajak yang dibayar sendiri dan pajak yang dipotong atau dipungut
pihak lain sebagai kredit pajak yang dapat di eprhitungkan.

8
2. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain ( PPH Pasal 4 ayat 2, pasal 15, pasal
21,22,dan 23, serta pasal 26), berupa pemberi penghasilan, pemberi kerja, atau pihak lain
yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

3. Pemungutan PPN oleh pengusaha kena pajak atau oleh pihak lain yang ditunjuk
pemerintah.

4. Pembayaran pajak – pajak lainnya yaitu pembayaran PBB , pembayaran BPHTB, dan
pembayaran Bea Materai. Sarana yang dipakai untuk membayar bisa dilakukan dengan
surat setoran pajak (SSP) yang dapat dilihat melalui link www.pajak.go.id .

e. Kewajiban melaporkan

Untuk mempertanggung jawabkan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam satu masa pajak
atau tahun pajak, maka wajib pajak melaporkan kepada otoritas pajak menggunakan surat
pemberitahuan (SPT). Wajib pajak harus menayampaikan informasi yang menggambarkan
kegiatan usaha, peredaran usaha, penghasilan atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk juga
informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan , kartu kredit, serta laporan
keuangan dan laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi di luar Ditjen Pajak.

➢ Hak Perpajakan Bagi Wajib Pajak


a. Hak atas kelebihan pembayaran pajak
Pembayaran pajak yang dibayar atau dipotong atau dipungut lebih besar dari yang
seharusnya terutang, maka wajib pajak mempunyai hak untuk mendapatkan Kembali
kelebihan tersebut. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam
waktu 12 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap. Untuk wajib pajak yang masuk
kriteria wajib pajak patuh, pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan
paling lambat 3 bulan untuk PPH dan 1 bulan untuk PPN sejak permohonan diterima.perlu
diketahui pengembalian ini dilakukan tanpa pemeriksaan.
Wajib pajak dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
melalui du acara, yaitu melalui SPT dengan mengirimkan surat permohonan yang ditunjuk
kepada kepala KPP. Apabila DJP terlambat mengembalikan kelebihan maka wajib pajak
berhak menerima bunga 2% per bulan maksimum 24 bulan.
b. Hak Kerahaisaan Bagi Wajib Pajak
Wajib pajak mempunyai hak untk mendapatkan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi
yang telah disampaikannya kepada DJP dalam rangka menjalankan ketentuan
perpajakan.disamping itu, pihak lain yang melakukan tugas dibidang perpajakan juga
dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak. Kerahasiaan wajib pajak diantaranya :

9
✓ Surat pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang dilaporkan
oleh wajib pajak.
✓ Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia.
✓ Dokumen atau rahasia wajib pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku.
c. Hak Untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran
Wajib pajak berhak meminta permohonan pengangsuran atau penundaan atas pembayaran
pajak sesuai dengan ketentuan berlaku.
d. Hak untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan
Wajib pajak berhak mengajukan permohonan perpanjangan atau penundaan pelaporan SPT
Tahunan atas kondisi tertentu.
e. Hak untuk Pengurangan PPH Pasa 25
Dengan alasan tertentu, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya
angsuran PPH pasal 25.
f. Hak untuk pengurangan pajak bumi bangunan (PBB)
Wajib pajak orang pribadi atau badan berhak mengajukan permohonan pengurangan pajak
PBB karena kondisi tertentu seperti terkena bencana alam.
g. Hak untuk pembebasan pajak
Wajib pajak berhak mengajukan permohonan atas pembebasan pemotongan atau pungutan
Pajak Penghasilan.
h. Hak untuk mengajukan keberatan, banding dan peninjauan Kembali
Wajib pajak berhak mengajukan permohonan keberatan, banding dan peninjauan Kembali,
jika wajib pajak tidak sependapat dengan surat ketetapan pajak (SKP)yang diberikan oleh
DJP .

2.4 Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

➢ Fungsi NPWP berdasarkan UU no. 28 Tahun 2007 adalah :


a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas.
b. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dari pengawasan administrasi perpajakan.
c. Keperluan terkait dokumen perpajakan, termasuk keperluan pelaporan SPT masa dan
tahunan.
d. Memenuhi kewajiban perpajakan.

10
e. Mendapatkan pelayanan instansi tertentu yang mewajibkan pencantuman NPWP dalam
dokumen yang diwajibkan, seperti pengajuan kredit di bank.

➢ Kewajiban untuk memperoleh NPWP

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 menyebutkan bahwa yang diwajibkan mendaftar
dan mendapat NPWP yaitu :

a. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan
bebas, jika sampai suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya melebihi PTKP.
b. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas.
c. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan perjanjian pemisah harta yang
didasarkan keputusan hakim dikehendaki secara tertulis.

DJP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, hal ini sesuai dengan pasal 2 ayat 4 undang – undang
KUP. DJP juga dapat melakukan penghapusan NPWP terhadap wajib pajak yang sudah tidak memnuhi
persyaratan subjektif dan objektif berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017:

➢ Untuk wajib pajak orang pribadi berdasarkan pasal 12 ayat 2 :


a. Wajib pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.
b. Wajib pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama – lamanya.
c. Wajib pajak yang memiliki lebih dari satu NPWP.
d. Wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham
atau pemilik dan pegawai yang telah diberikan NPWP melalui pemberi kerja/bendahara
pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi PTKP.
e. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian
pemisah harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan han dan kewajiban
perpajakan terpisah dari suaminya.
f. Wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP suami dan pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan
pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya.
➢ Untuk wajib pajak badan berdasarkan pasal 30 ayat 2 :
a. Wajib pajak dilikuidasi atau dibubarkan karena penghentian atau penggabungan usaha.
b. Wajib pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
c. Wajib pajak yang memiliki lebih dari satu NPWP tidak termasuk NPWP cabang.

11
➢ Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai NPWP

Ketentuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi NPWP berdasarkan PMK 112 Tahun 2022
tentang NPWP bagi wajib pajak orang pribadi, wajib pajak badan , dan wajib pajak instansi pemerintah
diterbitkan untuk memperbaharui aturan perpajakan yang mana menggunakan NIK bagi WNI dan untuk
badan, WNA dan instansi pemerintah cukup menambahkan 0 (nol) didepan NPWP aktif mereka saat
ini, sehingga akhirnya semua NPWO nanti akan mempunyai 16 digit. Peraturan ini ditetapkan tanggal
14 juli 2022. Tujuan NIK menjadi NPWP yaitu :

a. Untuk memberikan keadilan dan kepastian hukum dalam penggunan NPWP sehubungan
dengan ketentuan NIK sebagai NPWP bagi wajib pajak orang pribadi.
b. Untuk memberikan kesetaraan serta mewujudkan administrasi perpajakan yang efektif dan
efisien bagi wajib pajak orang pribadi yang merupakan penduduk indoinesia yang
menggunakan NIK sebagai NPWP.
c. Untuk mendukung kebijakan satu data Indonesia dengan mengatur pencantuman nomor
identitas tunggal yang terstandarisasi dan terintegrasi dalam pelayanan administrasi perpajakan.

➢ Format NPWP terbaru

Ada 3 ketentuan dalam format NPWP yaitu:

a. Wajib pajak yang merupakan penduduk menggunakan NIK.


b. Wajib pajak bukan penduduk, wajib pajak badan, dan wajib pajak instansi pemerintah
menggunakan NPWP format 16 digit.
c. Wajib pajak cabang menggunakan nomor identitas kegiatan usaha.

2.5 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PPKP)

Pengusaha kena pajak yang terdaftar adalah pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak yang telah tercatat dalam tata usaha kantor pelayanan pajak dan telah diberikan surat pengukuhan
kena pajak. Berdasarkan pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan bahwa “setiap wajib pajak sebagai
pengusaha yang dikenai pajak bedasarkan undang – undang pajak pertambahan nilai 1984 dan
perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor direktorat jenderal pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak”

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan usaha

12
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar pabean melakukan usaha jasa termasuk
mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar pabean.

Pengusaha Kena Pajak (PKP)adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau
jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang – undang PPN Tahun 1984 dan perubahannya.
Setiap pengusaha yang dikenakan PPN berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan
perpajakan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Untuk
mendapat pengukuhan pengusaha kena pajak dari DJP seorang pengusaha harus memenuhi syarat,
seperti :

a. Memiliki pendapatan bruto dalam satu tahun buku mencapai Rp. 4,8 miliar. Tidak termasuk
pengusaha atau bisnis atau pengusaha dengan pendapatan bruto kurang dari Rp. 4,8 miliar,
kecuali pengusaha tersebut memilih dikukuhkan jadi PKP.
b. Melewati proses survey yan didilakukan KPP atau KP2KP tempat pendaftaran wajib pajak
terdaftar.
c. Melengkapi dokumen dan syarat oengajuan PKP atau pengukuhan PKP.

Permohonan menjadi PKP tersebut diajukan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal, tempat kedudukan , atau tempat kegiatan usaha wajib pajak. Pengusaha yang wajib
mendapatkan pengukuhan PKP selain harus memiliki omzet mencapai Rp. 4,8 miliar dalam satu tahun,
pengusaha yang wajib mendapatkan pengukuhan PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
barang kena pajak atau jasa kena pajak didalam daerah pabean atau melakukan ekspor barang kena
pajak berwujud, ekspor jasa kena pajak dan barang kena pajak tidak berwujud , diwajibkan :

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.


b. Memungut pajak yang terutang.
c. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak
masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang
terutang.
d. Melaporkan pemungutan, penyetoran dan perhitungan pajaknya paling lambat akhir bulan
berikutnya (SPT masa PPN).

➢ Dokumen dan formulir pendaftaran PKP

Dokumen – dokumen yang harus diajukan ke KPP untuk memenuhi syarat pengajuan PKP dan
mendapat pengukuhan PKP, yaitu :

a. Wajib pajak orang pribadi


- Fotokopi KTP bagi WNI atau fotokopi KITAS / KITAP bagi WNA.
- Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi berwenang.

13
- Surat keterangan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari jabatan pemerintah daerah
sekurang - kurangnya lurah atau kepala desa.
b. Wajib pajak badan
- Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian atau perubahan bagi wajib pajak badan
dalam negeri atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap
(BUT), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.
- Forokopi kartu NPWP salah satu pengurus atau fotokopi paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari pejabat pemerintah daerah sekurang – kurangnya lurah atau kepala des
ajika penanggung jawab perusahaan adalah WNA.
- Dokumen izin usaha atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
- Surat keterangan tempat kegiatan usaha yang diterbitkan dari pejabat pemerintah daerah
sekurang – kuragnya lurah atau kepala desa.
c. Dokumen – dokumen lain yang biasanya disertakan, yaitu :
- Bukti sewa atau kepemilikan tempat usaha
- Foto ruangan atau tempat usaha
- Peta lokasi
- Specimen penanda tangan faktur (form disediakan KPP)dan fotokopi penanda tangan
faktur
- Daftar harta atau insventaris kantor
- Laporan keuangan (neraca / laba rugi)
- SPT Tahunan terakhir

Dalam jangka waktu 3-5 hari setelah semua persyaratan dilengkapi dan diajukan, petugas verifikasi
akan melakukan survey atau verifikasi, bisa disetujui maka 1-2 hari sejak survey, maka surat
pengukuhan PKP dapat diambil di KPP tempat syarat pengajuan PKP diberikan. Keputusan
permohonan pengajuan PKP diterbitkan paling lambat 5 hingga 10 hari kerja setelah bukti penerimaan
surat diterbitkan. Jika pengajuan PKP ditolak, itu dikarenakan tidak memenuhi semua syarat pengajuan
PKP, adanya keraguan petugas atas keabsahan dan kelayakan perusahaan, dan pengusaha melakukan
penyerahan NKP/JKP yang dikecualikan atau bukan objek PPN.

➢ Pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak

Pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak dapat dilakukan dikarenakan:

a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP dan/atau ahli warisnya apabila wajib pajak sudah
tidak ememnuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
b. Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha.
c. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.

14
d. DJP wajib menghapus NPWP yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
e. DJP setelah melakukan pemeriksaan harus memberi keputusan atas permohonan penghapusan
NPWP dalam jangka waktu 6 bulan untuk wajib pajak orang pribadi atau 12 bulan untuk wajib
pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

2.6 Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Ketentuan mengenai surat
pemberitahuan (SPT) telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang surat pemberitahuan (SPT).

Dalam undang – undang tersebut ditegaskan, pemerintah mengharuskan wajib pajak untuk melaporkan
SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam ketentuan tersebut secara garis besar dapat
menyimpulkan fungsi dari SPT yaitu :

a. Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah dilakukan, baik secara personal
maupun melalui pemotongan penghasilan dari perusahaan dalam jangka waktu satu tahun.
b. Melaporkan harta benda yang dimilki diluar penghasilan tetap dari perpajakan utama.
c. Melaporkan penghasilan lainnya termasuk ke dalam kategori objekpajak maupun bukan objek
pajak.

SPT terbagi menjadi dua kategori, yaitu :

➢ SPT Tahunan
SPT tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun sekali, baik pleh wajib
pajak badan maupun wajib pajak orang pribadi. Yang berhubungan dengan perhitungan dan
pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan dan/atau bukan objek pajak
penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan pajak untuk satu
tahun pajak, atau bagian tahun pajak.
➢ SPT Masa
Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. Masa pajak sama dengan satu bulan kalender.

Berdasarkan UU KUP pasal 3, mengatakan setiap wajib pajak wajib mengisi SPT dengan benar,
lengkap, dan jelas, dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata
uang rupiah, dan menandatangani ( dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stemple atau

15
tanda tangan elektronik atau digital) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta
menyampaikannya ke DJP tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan sebagai PKP. Bagi Wajib
pajak, SKP berfungsi untuk melaporkan perhitunagn jumlah pajak yang sebenarnya terutang untuk
melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atua bagian tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.

c. Harta dan kewajiban.

d. Penyetoran dari pemotongan atau pemungut pajak orang pribadi atau badan dalam satu masa
pajak.

Sedangkan bagi PKP, SKP berfungsi untuk mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah PPN dan
PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tetang pengkreditan pajak masukan terhadap
pajak keluaran dan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP melalui
pihak lain dalam satu masa pajak.

➢ Jatuh tempo pelaporan SPT

a. Untuk SPT Masa, paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak

b. Untuk SPT Tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, paling lama 3 bulan
setelah akhir tahun pajak

c. Untuk SPT Tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan, paling lama 4 bulan setelah
akhir tahun pajak.

➢ Sanksi keterlambatan menyampaikan SPT

SPT dilaporkan menggunakan formular tertentu, tergantung dari jenis pajak yang akan dilaporkan,
untuk setiap jenis laporan memiliki tanggal jatuh tempo yang berbeda untuk wakt pembayaran dan
pelaporannya, jika SPT tidak disampaikan pada waktunya, maka dikenakan sanksi sebesar :

1. Rp. 500.000 untuk SPT Masa PPN

2. Rp. 100.000 untuk SPT Masa lainnya

3. Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan

4. Rp. 100.000 untuk SPT Tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 Tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang – undang Nomor 28 Tahun

16
2007, pasal 3 megatakan bahwa wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang
telah disampaikan denggan pernyataan tertulis dalam pembetulan SPT dengan memberi tanda pada
tempat yang telah disediakan yang menyatakan bahwa wajib pajak yang bersangkutan membetulkan
SPT. Dalam hal pembetulan SPT karena adanya rugi atau lebih bayar, harus diampaikan paling lama 2
tahun sebelum kadaluwarsa penetapan.ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembetulan surat
pemberitahuan diatur dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak.

2.7 Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Sebagai wajib pajak, harus memenuhi berbagai kewajiban yang perlu dilakukan dalam aspek
perpajaka. Jika ada kekeliruan dalam pengisian SPT atau ditemukan adanya data pajak yang tidak
dilaporkan, maka DJP akan mengeluarkan SKP. Berdasarkan undang – undang no 6 tahun 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana perubahan ketiga undang – undang no 28 tahun
2007, pasal 1 nomor 15, SKP yaitu surat ketetapan yang meliputi SKP kurang bayar, SKP nihil, dan
SKP lebih bayar. SKP berfungsi sebagai sarana menagih kekurangan pajak, mengembalikan jika ada
kelebihan bayar pajak, memberitahukan jumlah pajak terutang, mengenakan sanksi administrasi
perpajakan, serta menagih pajak.

➢ Jenis – jenis SKP

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat tagihan adalah surat untuk menagih pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. DJP
dapat menerbitkan STP setelah meneliti data administrasi perpajakan seperti verifikasi, pemeriksaan,
pemeriksaan ulang, atau pemeriksaan bukti permulaan dalam rangka penerbitan STP. Berdasarkan
undang – undang no 16 tahun 2000, SKP diterbitkan jika :

a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar

b. Terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau salah hitung

c. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang – undang pertambahan nilai 1984 dan
perubahannya namun tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

d. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP namun membuat faktur pajak

e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP namun tidak membuat faktur pajak atau
membuat faktur pajak tidak tepat waktu atau mengisinya tidak lengkap.

17
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STP ditambah dengan sanksi administrasi sebesar 2%
per bulan. Dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau
tahun pajak.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB adalah surat yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekuranagn pembayaran pokok pajak, besarnya administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus
dibayar. Jenis surat ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak.

Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidak benaran pengisian
surat pemberitahuan, harus dilunasi oleh wajib pajak sebelum laporan tersendiri disampaikan beserta
sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dari pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak :

a. Batas waktu penyampaian SPT berakhir sampai dnegan tanggal pembayaran, untuk
pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT.

b. Jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, untuk pengungkapan
ketidakbenaran pengisian SPT.

Dan dikenakan paling lama 24 bulan, serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan. Tarif perbulan
yang ditetapkan Menteri Keuangan dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 10% dan dibagi
12 yang belaku pada tanggal dimulainya perhitungan sanksi. SKPKB diterbitkan dalam hal terdapat
pajak yang tidak atau kurang bayar berdasarkan :

a. Hasil verifikasi terhadap keterangan lain sebagaimana dimaksud pasal 13 ayat 1 undang –
undang KUP :

- Hasil klarifikasi / konfirmasi faktur pajak

- Bukti pemotongan pajak penghasilan

- Data perpajakan terkait dengan wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT atau SPM, dan
setelah ditegur secara tertulis wajib pajak tidak menyampaikan SPT atau SPM pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

- Bukti transaksi data perpajakn yang dapat digunakan untuk menghitung kewajiban
perpajakan wajib pajak.

- Data konkrit dalam putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
terhadap wajib pajak yang dipidana karena melakukan Tindak pidana dibidang perpajakan
atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

18
b. Hasil pemeriksaan terhadap:

- Surat pemberitahuan

- Kewajiban perpajakan wajib pajak karna wajib pajak tidak menyampaikan surat
pemberitahuan dalam jangka waktu yang ditentukan, dan setelah ditegur secara tertulis
wajib pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan.

- Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetep terhadap wajib pajak
yang dipidana karena melakukan Tindak pidana dibidang perpajakan.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya terutang. Surat ini akan
diterbitkan jika permohonan tertulis dari wajib pajak dengan ketentuan jumlah kredit pajak pada PPH,
PPN, dan PPnBM, lebih besar dari jumlah pajak terutang, atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang
tidak seharusnya terutang.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah pajak kredit atau pajak terutang dan tidak ada kredit pajak. Surat ini diterbitkan setelah Ditjen
Pajak melakukan pemeriksaan surat pemberitahuan. Berdasarkan undang – undang nomor 28tahun
2007 diterbitkan untuk :

a. Pajak penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang

b. Pajak pertambahan nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
pajak terutang dan tidak ada kredit pajak.

c. Pajak penjualan atas barang mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah
pajak yang terutang atau pajak tidak terutang.

5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan. Menurut pasal 15 ayat 1 dalam undang – undag no 6 tahun 1983 tentang KUP dan tata cara
perpajakan sebagaimana perubahan ketiga undang – undang no 28 tahun 2007, menyatakan bahwa DJP
dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak. Apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan Tindakan pemeriksaan
dalam rangka penerbitan SKPKBT.

19
Surat ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dengan jumlah pajak terutang yang ahrus dibayar
ditambah 100% sebagai sanksi administrasi. Jika sudah lewat jangka waktu dan wajib pajak belum
membayar kekurangan pajak, maka akan ditambah sanksi sebesar 48% dari jumlah pajak terutang yang
harus dibayar. Pada saat DJP melakukan pemeriksaan, lalu ditemukan data baru yang menunjukan
penambahan Kembali jumlah pajak yang terutang, maka SKPKBT terbit .

➢ Permohonan Pemebetulan SKP

Berdasarkan Undang – undang Republic Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang KUP dan tata
cara perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan undang – undag Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2009, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan SKP jika terdapat
kesalahan. Pembetulan itu sendiri terbatas pada kesalahan – kesalahan seperti :

a. Kesalahan tulis pada nama, alamat, NPWP , nomor surat ketetapan pajak, masa pajak atau tahun
pajak, dan tanggal jatuh tempo.

b. Kesalahan hitung yang berasal dari penjumlahan, pengurangan atau perkalian dan/atau
pembagian suatu bilangan.

c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dakam peraturan perundang – undangan


perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan presentase norma
perhitungan penghasilan neto, kekeliruan penerapan saksi administrasi, kekeliruan PTKP,
kekeliruan perhitungan PPH dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak.

2.8 Pembukuan dan Pencatatan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang teratur dalam mengumpulkan data juga
informasi terkait keuangan. Sedangkan pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara
teratur tentnag peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang , termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang
dikenai pajak bersifat final.

Manfaat pembukuan dan pencatatan pajak agar mempermudah dalam pengisian SPT, memudahkan
dalam menghitung penghasilan kena pajak, menghitung PPN, dan dapat mengetahui posisi keuangan.
Dalam melakukan pembukuan dan pencatatan terdapat persyaratan, seperti :

a. Dilakukan sesuai dengan kondisi atau fakta usaha yang sebenarnya

b. Diselenggarakan dengan stesel kas juga akrual serta berprinsip untuk taat pada asas

20
c. Berisi catatatn terkait modal, harta, penghasilan, kewajiban juga biaya dan hasil penjualan
maupun pembelian untuk bisa menghitung pajak terutang.

d. Disusun dengan menggunakan Bahasa Indonesia, mata uang rupiah, huruf latin dan juga angka
arab

2.9 Keberatan, Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan dan Pembatalan

➢ Keberatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 Tentang tata cara pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakan berdasarkan undang – undang nomor 6 tahun 1983 tentang KUP dan tata cara
perpajakan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan undnag – undnag nomor 28 tahun 2007, pasal
19 tentang keberatan , menyatakan bahwa wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan
SP atau menyampaikan SP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, ataulampiran keterangan yang
isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi
pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh wajib pajak .

wajib pajak wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang bayar yang ditetapkan
melalui penerbitan SKPKB. Wajib pajak dapat mengajukan :

- Keberatan

Wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada DJP atas suatu SKPKB, SKPKBT,SKPN,SKPLB,
tidak dapat mengajukan permohonan, seperti :

a. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

b. Penguranagn atau pembatalan SKP yang tidak benar

c. Pembatalan SKP dari hasil pemeriksaan yamng dilaksanakan tanpa penyampaian SP hasil
pemeriksaan, dan pembahasan akhir hasil pemeriksaan wajib pajak.

Wajib pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan ke DJP, mengenai tata cara
pencabutan pengajuan keberatan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Dalam hal pengajuan keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan Sebagian, maka wajib pajak dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan
dikurangi degan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

21
- Pengurangan, penghapusan atau pembatalan

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan SKP apabila wajib pajak
tidak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak atau wajib pajak mengajukan keberatan tetapi
keberatannya tidak dipertimbangkan oleh DJP karena tidak memenuhi persyaratan.

2.10 Tahap Penagihan Pajak

Adapun tahapan penagihan pajak antara lain sebagai berikut:


1. Surat Teguran
Apabila utang pajak yang tercantum dalam surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar,
surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 hari dari batas waktu
jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkan).
2. Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat kuasa
memiliki kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan pututsan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan tetap (inkracht).
Surat Paksa sekurang-kurangnya meliputi :
1) Nama wajib pajak, atau nam Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2) Dasar penagihan
3) Besarnya Utang Pajak
4) Perintah untuk membayar.
Surat paksa diterbitkan apabila :
1) Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan Surat Teguran atau
surat lain yang sejenis.
2) Terhadap penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus.
3) Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan
persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak
Surat Paksa terhadap orang Pribadi diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :
1) Penanggung Pajak
2) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha penanggung
pajak, apabila penanggung pajak apabila yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.
3) salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya apabila
wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi.
4) para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.

22
Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :
1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggungjawab, pemilik modal.
2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan apabila jurusita pajak tidak dapat
menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf 1.
Hal yang harus diperhatikan :
1) Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat
Paksa.
Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 2 x 24 jam
setelah surat paksa diberitahukan

3. Surat Sita
Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundan-undangan. Apabila utang
pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberitahukan , Pejabat
menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Setiap melaksanakan penyitaan, jurursita pajak
membuat berita acara pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak, dan
saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita mempunyai kekuatan mengikat meskipun penanggung pajak
menolak untuk menandatanganinya,
Barang yang dapat disita berupa :
1) Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan,
giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham.
2) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dam kapal dengan isi kotor tertentu.
Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya penagihan dan utang
pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Perdilan Pajak atau ditetapkan lain
dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.
4. Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan
atau tertuli melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Jika dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan dilanjutkan
dengan tindakan pelelangan melalui kantor lelang negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya
pelaksanaan sita belum di bayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk
pengumuan lelang dalam surat kabar dan biaya pada saat pelelangan.
Hasil lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang belum dibayar,
dan sisanya untuk membayar utang pajak. Apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah aygn cukup
untuk melunasi baya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan oleh pejabat
walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang
dikembalikan oleh pejabat kepada penanggung pajak segera setelah pelaksanaan lelang.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kami simpulkan pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh otang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Uang
yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan institusi di dalamnya sepanjang sejarah
untuk mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan
perang, penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan
operasional negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga
atas utang tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan
dan pelayanan publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang
belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah
juga menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu. Pajak juga memiliki humum yang mengaturnya.
Hukum pajak merupakan hukum yang telah disusun dalam undang-undang yang memiliki tujuan dan
fungsi sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang itu sendiri.

24
DAFTAR PUSTAKA

BABVIII.pdf (pajak.go.id)

PENJELASAN (kemenkeu.go.id)

KMS:: NIK menjadi NPWP, Bagaimana Ketentuannya? (kemenkeu.go.id)

NIK KTP Resmi Jadi NPWP, Begini Format NIK NPWP Terbaru (klikpajak.id)

Pengukuhan PKP: Cara & Syarat Pengajuan PKP (online-pajak.com)

PMK SPT 2018.pdf

KUP 2009.pdf

PMK NPWP & PKP.pdf

pmk tentang NPWP 112_PMK.03_2022Per.pdf

Mengenal 5 Jenis Surat Ketetapan Pajak dan Fungsinya (online-pajak.com)

SPT: Surat Pemberitahuan Pajak (online-pajak.com)

Memahami SKPKBT Secara Singkat, Padat, dan Jelas (online-pajak.com)

25

Anda mungkin juga menyukai