PERPAJAKAN
OLEH :
1. ASRIADI ARIFIN
2. M.FACHRY PRAJA
3. A.MUH.HAIKAL ANWAR
4. ARMAN SRI WAHYUDI
5. ANDREI PRATAMA
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Seniwati, selaku guru ips yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat
memahami
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
5
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 4
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan………………… 6
2.3 NPWP ………………………………………………….…………………... 12
2.4 NPPKP ……………………………………………..……………………….22
2.5 Pembayaran, pemotongan dan pelaporan…………………………………. 26
2.6 Penetapan, Keberatan, Banding dan Peninjauan ………….………….……..35
2.7 Pembukuan …………………………………………………………………47
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang potensial untuk
membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Penerimaan dari sektor
pajak ini diupayakan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penerimaan pajak
yang mengalami kenaikan diharapkan dapat membayar pembelanjaan negara demi
tercapainya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak berasal dari pemungutan yang
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan pengenaan terhadap
objek pajak. Pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan upaya
ekstensifikasi dan intensifikasi. Hal ini dilakukan agar tercapainya target
penerimaan pajak yang juga terus meningkat setiap tahunnya. Selain tingkat
kesadaran, pemerintah mengharapkan tingkat kepatuhan dari Wajib Pajak. Wajib
Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diharapkan dapat
memenuhi kewajibannya sebagai penerima penghasilan. Indonesia menganut self
assessment system atau sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
Wajib Pajak untuk melakukan sendiri penghitungan, penyetoran, dan pelaporan
terhadap pajak terutang sesuai ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.
Penentuan besarnya pajak terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak melalui
Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan. Tingkat Penerimaan pajak adalah
ukuran seberapa besar pajak yang diterima oleh negara dari pembayaran pajak
yang dilakukan Wajib Pajak terdaftar. Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak
sebagai sumber penerimaan negara, perlu dilakukan reformasi perpajakan yang
dilakukan dari masa ke masa dengan tetap berdasarkan keadilan sosial. Reformasi
perpajakan tersebut dilakukan untuk dapat memperluas dan menambah Wajib
Pajak. Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia pada umumnya masih
didominasi oleh Pajak Penghasilan badan. Hal tersebut dikarenakan sebagai
instansi formal terdaftar, badan lebih mudah teridentifikasi jati dirinya, terpantau
kehadirannya, terdeteksi 2 kegiatannya dan transparan obyek pajaknya sehingga
pemungutan pajak atas badan lebih optimal daripada orang pribadi.
7
1. Apa Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan?
2. Apa Kewajiban dan hak wajib pajak ?
3. Apa yang dimaksud NPWP?
4. Apa yang dimaksud dengan NPPKP?
5. Bagaimana Pembayaran, pemotongan dan pelaporan?
6. Apa saja Kelebihan Pembayaran?
7. Bagaimana Pemeriksaan dalam penyidikan?
8. Bagaimana Penetapan, Keberatan, Banding dan Peninjauan?
9. Apa saja cara dalam Penagihan?
10. Bagaimana cara pembukuan?
BAB II
PEMBAHASAN
8
2.1Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan
Pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat
Wajib Pajak (WP) yaitu orang pribadi atau badan meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak meliputi; PT,
CV, BUMN, BUMD, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun,
Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi massa, Organisasi
sosial politik, Lembaga, dan bentuk usaha lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan,memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajakdan/atau jasa kena pajak yang dikenai
pajak sesuai undangundang pajak pertambahan nilai tahun 1983 dan
perubahannya. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor
yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
9
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1
(satu) bulan kalender atau jangka waktu lain paling lama 3 bulan
kalender yang digunakan dasar bagi wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali
bila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
takwin
Bagian Tahun Pajak bagian dari jangka waktu satu tahun pajak
Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu
saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk
suatu masa pajak.
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk
suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan.
Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi
surat ketetapan kurang bayar, surat ketetapan kurang bayar
tambahan, surat ketetapan nihil, dan surat ketetapan lebih bayar.
Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
10
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban WP menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak sesuai dengan UU No. 19/2000
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa laporan laba rugi dan
neraca untuk periode tahun pajak tersebut.
11
kantor pelayanan pajak dan telah diberikan Surat Pengukuhan Keena Pajak.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan bahwa “Setiap Wajib Pajak
sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahannya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang nilai kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak”.
12
c. Wajib Pajak orang pribadi selain yang telah dijelaskan di atas (a dan b)
yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak bagi yang
memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
e. Wajib Pajak sebagai pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, yang:
• Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan
pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
• Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai
dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai
peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan
sebagai pengusaha kecil , wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir
masa pajak berikutnya.
13
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan
Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
e. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi
atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap.
f. Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
g. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
Fungsi NPPKP
Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain digunakan untuk
mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya juga berguna untuk
melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah serta untuk pengawasan administrasi perpajakan.
Terhadap pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
14
1. Bagi Pengusaha orang pribadi, adalah pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha dan
tempat kegiatan usaha dilakukan.
2. Bagi Pengusaha badan, adalah pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dilakukan.
3. Bagi Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat
kegiatan usaha di beberapa wilayah kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha maupun di kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
4. Bagi Wajib Pajak Orang pribadi pengusaha tertentu (yaitu Wajib Pajak
orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat,
misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa pusat
perbelanjaan), kewajiban melaporkan usahanya di samping pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal Wajib Pajak juga pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak
dilakukan.
Pembayaran Pajak
15
akan terhutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran
pajak setiap bulan.
b. Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun, yaitu pelunasan pajak
penghasilan yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak pada akhir tahun
pajak apabila pajak terhutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari
jumlah total pajak yang dibayar sendiri dalam pajak yang dipotong
atau dipungut pihak lain sebagai kredit pajak.
2. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh pasal 4 (2),
PPh pasal 15, PPh pasal 21, 22, dan 23, serta PPh pasal 26). Pihak lain
yang dimaksud adalah pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain
yang ditunjukan atau ditetapkan oleh pemerintah.
3. Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24).
4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah (misalnya bendaharawan pemerintah).
5. Pembayaran pajak-pajak lainnya.
a. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pelunasan
berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Untuk
daerah Jakarta, pembayaran PBB sudah dapat dilakukan dengan
menggunakan ATM di bank-bank tertentu.
b. Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), yaitu pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan.
c. Pembayaran Bea Materai, yaitu pelunasan pajak atas dokumen
yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda materai
berupa materai tempel atau kertas bermaterai atau dengan cara lain
seperti menggunakan mesin teraan.
Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan Kantor
Penerima Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP4
terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara
elektronik (e-payment).
Pemotongan/Pemungutan
16
Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, atau pembayaran bulanan
yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan / pemungutan yang dilakukan
oleh pihak ketiga. Adapun jenis pemotongan / pemungutan adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN dan PPnBM.
17
7. Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas nilai
tambah suatu barang dan jasa.
8. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah pajak khusus
untuk barang-barang mewah.
Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Ditjen Pajak untuk melakukan
pemotongan/pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%.
Pelaporan
Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak,
2. penghasilan yang merupakan Objek Pajak/bukan Objek Pajak;
3. harta dan kewajiban,
18
4. pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam 1 (satu) Masa pajak sesuai dengan ketentuan paraturan
perundang-undangan perpajakan berlaku.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk malaporkan tentang;
1. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas
pembayaran pajak bulanan, SPT Masa terdiri atas;
a. SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26
b. SPT Masa PPh Pasal 22
c. SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26
d. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
e. SPT Masa PPh Pasal 15
f. SPT Masa PPN dan PPnBM
g. SPT Masa PPN dan PPnBM bagi Pemungutan
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk
pelaporan tahunan, SPT tahunan terdiri atas;
19
a. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah)
b. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata
uang dolar Amerika Serikat (1771-US)
c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pembukuan atau norma penghitungan
penghasilan neto; dari satu atau lebih pemberi kerja; yang
dikenakan PPh final/bersifat final; dan dari penghasilan lain
(1770)
d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja; dalam negeri
lainnya; dan yang dikenakan PPh final atau bersifat final (1770
S)
e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja dan tidak mempunyai
penghasilan lainnya kecuali bunga bank dan bunga koperasi
(1770 SS).
20
Pajak, dan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, serta Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan kepada Wajib Pajak.
Apabila Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi semua
jenis pajak baik di pusat maupun cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran
tersebut harus diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak tersebut dan jika
masih terdapat sisa lebih, dikembalikan kepada Wajib Pajak.
Batas waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling
lama satu bulan untuk:
1. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal diterimanya
permohonan tertulis tentang pengembalian kelebihan pembayaran
pajak;
2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal penerbitan;
3. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,
dihitung sejak tanggal penerbitan;
4. Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, dan
Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, serta Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, dihitung sejak tanggal
penerbitan;
5. Putusan Banding dihitung sejak diterimanya Putusan Banding oleh
Kantor Direktorat Jendral Pajak yang berwewenang melaksanakan
putusan pengadilan, atau
6. Putusan Peninjauan Kembali dihitung sejak diterimanya Putusan
Peninjauan Kembali oleh Kantor Direktorat Jendral Pajak yang
berwenang melaksanakan keputusan pengadilan sampai dengan saat
diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak.
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka
waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga sebesar 2% per
bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dihitung
21
sejak batas waktu (yang telah disebutkan sebelumnya) berakhir sampai dengan
saat dilakukan pengembalian kelebihan.
Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu adalah Wajib Pajak yang:
1. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
2. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk menganggur atau
menunda pembayaran pajak;
3. Laporan Keungan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut;
4. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
Apabila permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diajukan
oleh Wajib Pajak dengan kriteria tertentu (setelah dilakukan penelitian), Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak diterbitkan oleh Direktur
Jendral Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap (untuk Pajak Penghasilan), dan paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan diterima secara lengkap (untuk Pajak Pertambahan Nilai).
Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dalam
jangka waktu 5 tahun setelah melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu yang telah memperoleh pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak. Surat Ketetapan Pajak tersebut dapat berupa Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Wajib Pajak harus membayar jumlah kekurangan
pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari
jumlah kekurangan pembayaran pajak.
22
Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu adalah:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu;
3. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih
bayar sampai dengan jumlah tertentu;
4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah
lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.
23
2.10 PEMBUKUAN DALAM PAJAK
A. PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa,yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugiuntuk periode tahun pajak
tersebut.
24
Diselenggarakan dengan memeperhatikan itikad baik yang
mencerminkankeadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin,
angka arabsatuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasaasing yang diizinka oleh Menteri
Keuangan
Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel akrual atau
stelsel kas;
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
rupiah,dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
MenteriKeuangan;
Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak;
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harga,
kewajibanmodal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan
pembelian sehingga dapatdihitung besarnya pajak yang terutang;
Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan
sertadokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan atau usaha
pekerjaan bebasWajib Pajak wajib disimpan selama 10 tahun.
E. PENGECUALIAN PEMBUKUAN
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan dan melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
25
yang tidak wajibmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.
Izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk menggunakan bahasa Inggris dan
satuanmata uang Dolar Amerika Serikat dapat diperoleh Wajib Pajak dengan
26
mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah, paling lambat
3 (tiga) bulan:
a) Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa
Inggrisdan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai;atau
b) Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak
atauTahun Pajak pertama.
27
Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku,
maka kursyang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang
berlaku, berdasarkansistem pembukuan yang dianut yang dilakukan
secara taat azas.
28
yang dikelola secaraelektronik atau secara program online wajib disimpan
selama 10 (sepuluh) tahun diIndonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat
tinggal Wajib Pajak Orang Pribadi, atau ditempat kedudukan Wajib Pajak
Orang Badan. Perubahan tahun buku dan metodePembukuan Perubahan
terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harusmendapat
persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.
I. SANKSI PIDANA
Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:
1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu ataudipalsukan seolah-olah benar.
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak
memperhatikan atautidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen
lainnya;atau
3. Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuanatau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
secara program aplikasi online diIndonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh otang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan
29
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pajak
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan institusi
di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa
fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum, keamanan
atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara itu
sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang
tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan
kesejahteraan dan pelayanan publik. Pelayanan ini
termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan,
dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga
menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu. Pajak juga memiliki humum yang
mengaturnya. Hukum pajak merupakan hukum yang telah disusun dalam undang-undang
yang memiliki tujuan dan fungsi sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang itu
sendiri.
30
3. Sebutkan 5 Hak Wajib Pajak sesuai dengan UU!
Jawab :
1. Hak atas kelebihan pembayaran Pajak
2. Hak dalam hal wajib pajak dilakukan pemeriksaan
3. Hak Untuk mengajukan Keberatan, Banding, dan peninjauan
kembali.
4. Hak Kerahasiaan
5. Hak untuk pengangsuran atau penundaan Pembayaran.
31
5. Pembuatan pembukaan rekening di bank (rekening biasa dan
rekening Koran).
6. Pembuatan paspor jika Kita ingin berlibur ke luar negeri.
Jawab:
32
Yaitu pelunasan pajak penghasilan yang dilakukan sendiri oleh
wajib pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak terhutang untuk
suatu tahun pajak lebih besar dari jumlah total pajak yang dibayar
sendiri dalam pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain sebagai
kredit pajak.
33
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak atau Restitusi Pajak
adalah pengembalian penerimaan pajak dari negara kepada wajib
pajak (WP) yang terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang
atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang, dengan catatan WP tidak punya hutang pajak lain.
12. Bagaimana tata cara pengembalian Lebih Pajak?
Jawab :
a. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke
Dirjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP
terdaftar atau berdomisili.
b. Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi),
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
dalam hal:
c. Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang;
d. Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah
pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak
Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
13. Apa definisi Pemeriksaan menurut peraturan Menteri Keuangan
Nomor 82/PMK.03/2011 Pasal 1 ayat 2?
Jawab:
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
34
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuang peraturan perundang-undangan perpajakan.
14. Sebutkan 3 Hak Wajib Pajak (WP) apabila dilakukan pemeriksaan?
Jawab:
1. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan
2. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan surat
pemberitahuan pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan
pemeriksaan Lapangan
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.
15. Sebutkan ketetapan yang biasa diberikan oleh Direktur Jendral
Pajak?
Jawab:
1. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
3. Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
16. Apa yang bisa dilakukan Oleh Wajib Pajak Apabila masih belum
puas dengan Hasil keberatan?
Jawab :
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan
Keberatan atas keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak
masih dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak.
Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima
dilampiri surat Keputusan Keberatan tersebut. Terhadap 1 (satu)
Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding. Perlu diketahui bahwa
Wajib Pajak yang mengajukan banding harus membayar minimal
50% dari utang pajak yang diajukan banding. Pengadilan Pajak
harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak
Surat Banding diterima.
35
17. Apa Pengertian dari penagihan pajak?
Jawab:
Penagihan pajak adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan
oleh fiskus atau juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa
menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang
pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.
18. Apa yang bisa anda jelaskan tentang Penagihan Pajak Pasif?
Jawab:
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat
Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar(SKPKB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan(SKPKBT), Surat
Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi
lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang
menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka
waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo
akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai
dengan menerbitkan surat teguran.
19. Jelaskan Pengertian dari Pembukuan!
Jawab:
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugiuntuk periode tahun pajak tersebut.
20. Sebutkan syarat-syarat dari Pembukuan!
Jawab:
36
bahasa Indonesia atau dalam bahasaasing yang diizinka oleh
Menteri Keuangan
Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel
akrual atau stelsel kas;
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain rupiah,dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak
setelah mendapat izin MenteriKeuangan;
37
DAFTAR PUSTAKA
https://nyomandarmayasa.com/files/BAB%202.pdf
https://www.online-pajak.com/hak-dan-kewajiban-wajib-pajak
http://makalahnpwpdannppkp.blogspot.com/
Resmi, siti. 2014. Perpajakan, Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
http://makalahkite.blogspot.com/2013/12/penagihan-pajak.html
https://www.academia.edu/RegisterToDownload#BulkDownload
38
39