Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PERPAJAKAN

OLEH :

1. ASRIADI ARIFIN
2. M.FACHRY PRAJA
3. A.MUH.HAIKAL ANWAR
4. ARMAN SRI WAHYUDI
5. ANDREI PRATAMA

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Seniwati, selaku guru ips yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat
memahami
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bone,15 Februari 2023

ii

5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...


ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...
iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang ……………………………………………………………. 4
1.2   Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 4
1.3   Tujuan Penulisan ………………………………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan………………… 6
2.3 NPWP ………………………………………………….…………………... 12
2.4 NPPKP ……………………………………………..……………………….22
2.5 Pembayaran, pemotongan dan pelaporan…………………………………. 26
2.6 Penetapan, Keberatan, Banding dan Peninjauan ………….………….……..35
2.7 Pembukuan …………………………………………………………………47

BAB III PENUTUP


3.1    Kesimpulan ………………………………………………………………. 54

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I

PENDAHULUAN

6
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang potensial untuk
membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Penerimaan dari sektor
pajak ini diupayakan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penerimaan pajak
yang mengalami kenaikan diharapkan dapat membayar pembelanjaan negara demi
tercapainya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak berasal dari pemungutan yang
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan pengenaan terhadap
objek pajak. Pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan upaya
ekstensifikasi dan intensifikasi. Hal ini dilakukan agar tercapainya target
penerimaan pajak yang juga terus meningkat setiap tahunnya. Selain tingkat
kesadaran, pemerintah mengharapkan tingkat kepatuhan dari Wajib Pajak. Wajib
Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diharapkan dapat
memenuhi kewajibannya sebagai penerima penghasilan. Indonesia menganut self
assessment system atau sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
Wajib Pajak untuk melakukan sendiri penghitungan, penyetoran, dan pelaporan
terhadap pajak terutang sesuai ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.
Penentuan besarnya pajak terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak melalui
Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan. Tingkat Penerimaan pajak adalah
ukuran seberapa besar pajak yang diterima oleh negara dari pembayaran pajak
yang dilakukan Wajib Pajak terdaftar. Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak
sebagai sumber penerimaan negara, perlu dilakukan reformasi perpajakan yang
dilakukan dari masa ke masa dengan tetap berdasarkan keadilan sosial. Reformasi
perpajakan tersebut dilakukan untuk dapat memperluas dan menambah Wajib
Pajak. Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia pada umumnya masih
didominasi oleh Pajak Penghasilan badan. Hal tersebut dikarenakan sebagai
instansi formal terdaftar, badan lebih mudah teridentifikasi jati dirinya, terpantau
kehadirannya, terdeteksi 2 kegiatannya dan transparan obyek pajaknya sehingga
pemungutan pajak atas badan lebih optimal daripada orang pribadi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

7
1. Apa Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan?
2. Apa Kewajiban dan hak wajib pajak ?
3. Apa yang dimaksud NPWP?
4. Apa yang dimaksud dengan NPPKP?
5. Bagaimana Pembayaran, pemotongan dan pelaporan?
6. Apa saja Kelebihan Pembayaran?
7. Bagaimana Pemeriksaan dalam penyidikan?
8. Bagaimana Penetapan, Keberatan, Banding dan Peninjauan?
9. Apa saja cara dalam Penagihan?
10. Bagaimana cara pembukuan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara
perpajakan
2. Untuk mengetahui kewajiban dan hak wajib pajak
3. Untuk mengetahui NPWP
4. Untuk mengetahui NPPKP
5. Untuk mengetahui Pembayaran, pemotongan dan pelaporan.
6. Untuk mengetahui Apa saja Kelebihan Pembayaran.
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan dalam penyidikan
8. Untuk mengetahui penetapan, keberatan, banding, dan peninjauan.
9. Untuk mengetahui cara penagihan.
10. Untuk mengatahui cara pembukuan.

BAB II
PEMBAHASAN

8
2.1Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan
 Pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat
 Wajib Pajak (WP) yaitu orang pribadi atau badan meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak meliputi; PT,
CV, BUMN, BUMD, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun,
Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi massa, Organisasi
sosial politik, Lembaga, dan bentuk usaha lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan,memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
daerah pabean.
 Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajakdan/atau jasa kena pajak yang dikenai
pajak sesuai undangundang pajak pertambahan nilai tahun 1983 dan
perubahannya. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor
yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan

9
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
 Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1
(satu) bulan kalender atau jangka waktu lain paling lama 3 bulan
kalender yang digunakan dasar bagi wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.
 Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali
bila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
takwin
 Bagian Tahun Pajak bagian dari jangka waktu satu tahun pajak
 Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu
saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
 Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk
suatu masa pajak.
 Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk
suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak
 Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan.
 Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi
surat ketetapan kurang bayar, surat ketetapan kurang bayar
tambahan, surat ketetapan nihil, dan surat ketetapan lebih bayar.
 Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang

10
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban WP menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak sesuai dengan UU No. 19/2000
 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa laporan laba rugi dan
neraca untuk periode tahun pajak tersebut.

2.2 MATERI NPPKP ( Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak )


 Pengertian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP)
NPPKP adalah nomor yang diberikan kepada pengusaha yang memenuhi syarat
sebagai PKP terhadap WP atau pengusaha kena pajak yang tidak memenuhi
kewajiban untuk mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya maka dapat
diterbitkan NPWP dan/atau pengukuhan pengusaha kena pajak secara jabatan. Hal
ini dilakukan direktorat jenderal pajak, jika berdasarkan data yang diperoleh WP
OP atau badan atau pengusaha tersebut telah memenuhi syarat untuk memperoleh
NPWP dan pengukuhan PKP {uu pasal 2 ayat (4) dan (4a)}.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpir barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Pengusaha Kena Pajak Terdaftar adalah pengusaha yang terlah yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tat usaha

11
kantor pelayanan pajak dan telah diberikan Surat Pengukuhan Keena Pajak.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan bahwa “Setiap Wajib Pajak
sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahannya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang nilai kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak”.

 Pelaporan Kegiatan Usaha

Setiap pengusaha yang dikenakan PPN berdasarkan ketentuan perraturan


ketentuan perraturan perundang-undangan perpajakan , wajib melaporkan
usahannya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan kepadanya
diberikan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Wajib Pajak orang pribadi
berkewajiban melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan. Untuk sebuah badan, berkewajiban melaporkan usahanya tersebut pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kedudukan pengusaha dengan tempat kegiatan usaha dilakukan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan jangka waktu pelaporan kegiatan
usaha adalah sebagai berikut:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan
setelah saat usaha mulai dijalankan.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas, jika sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang
jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun,
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

12
c. Wajib Pajak orang pribadi selain yang telah dijelaskan di atas (a dan b)
yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak bagi yang
memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
e. Wajib Pajak sebagai pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, yang:
• Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan
pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
• Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai
dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai
peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan
sebagai pengusaha kecil , wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir
masa pajak berikutnya.

 Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal:
a. Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau ahliwarisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan
usaha.
c. Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia.

13
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan
Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
e. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi
atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap.
f. Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
g. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.

 Fungsi NPPKP
Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain digunakan untuk
mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya juga berguna untuk
melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah serta untuk pengawasan administrasi perpajakan.
Terhadap pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

 Tempat Pendaftaran NPPKP


Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 1984 dan perubahannya, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak (PKP).
Tempat pelaporan usaha dan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah
sebagi berikut:

14
1. Bagi Pengusaha orang pribadi, adalah pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha dan
tempat kegiatan usaha dilakukan.
2. Bagi Pengusaha badan, adalah pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dilakukan.
3. Bagi Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat
kegiatan usaha di beberapa wilayah kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha maupun di kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
4. Bagi Wajib Pajak Orang pribadi pengusaha tertentu (yaitu Wajib Pajak
orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat,
misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa pusat
perbelanjaan), kewajiban melaporkan usahanya di samping pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal Wajib Pajak juga pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak
dilakukan.

1.5 Pembayaran, pemotongan dan pelaporan


Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan sistem self
assessment wajib melakukan sendiri perhitungan, pembayaran, dan pelaporan
pajak terutang.

Pembayaran Pajak

Pembayaran pajak dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.

1. Membayar sendiri pajak yang terutang


a. Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25) yaitu pembayaran
pajak penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk
meringankan wajib pajak dalam melunasi pajak yang terhutang dalam
satu tahun pajak. Wajib pajak diwajibkan unuk mengangsur pajak yang

15
akan terhutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran
pajak setiap bulan.
b. Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun, yaitu pelunasan pajak
penghasilan yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak pada akhir tahun
pajak apabila pajak terhutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari
jumlah total pajak yang dibayar sendiri dalam pajak yang dipotong
atau dipungut pihak lain sebagai kredit pajak.
2. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh pasal 4 (2),
PPh pasal 15, PPh pasal 21, 22, dan 23, serta PPh pasal 26). Pihak lain
yang dimaksud adalah pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain
yang ditunjukan atau ditetapkan oleh pemerintah.
3. Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24).
4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah (misalnya bendaharawan pemerintah).
5. Pembayaran pajak-pajak lainnya.
a. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pelunasan
berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Untuk
daerah Jakarta, pembayaran PBB sudah dapat dilakukan dengan
menggunakan ATM di bank-bank tertentu.
b. Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), yaitu pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan.
c. Pembayaran Bea Materai, yaitu pelunasan pajak atas dokumen
yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda materai
berupa materai tempel atau kertas bermaterai atau dengan cara lain
seperti menggunakan mesin teraan.
Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan Kantor
Penerima Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP4
terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara
elektronik (e-payment).
Pemotongan/Pemungutan

16
Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, atau pembayaran bulanan
yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan / pemungutan yang dilakukan
oleh pihak ketiga. Adapun jenis pemotongan / pemungutan adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN dan PPnBM.

1. PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak ke 3


sehubungan dengan penghasilan yang diterima oleh WP orang pribadi
dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
(seperti gaji yang dietrima oleh pegawai dipoton oleh persahaan dimana
dia bekerja).
2. PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak ke-3
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, impor barang
dan kegiatan usaha di bidang-bidang tertentu (seperti penyerahan barang
oleh rekanan kepada bendaharawan pemerintah).
3. PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak dilakukan oleh pihak ke-3
sehubungan dengan penghasilan tertentu : dividen, bunga, royalty, sewa
dan jasa yang diterima oleh WP badan dalam negeri, dan BUT.
4. PPh Pasal 26 adalah pemotongan yang dilakukan oleh pihak ke -3
sehubungan dengan penghasilan yang diterima oleh WP luar negeri.
5. PPh final (Pasal 4 ayat 2) merupakan pajak yang sifat pemungutannya
final. Yang dimaksud final disini adalah bahwa pajak yang dipotong,
dipungut oleh pihak ketiga atau dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan
(bukan pembayaran dimuka) terhadap utang pajak pada akhir tahun dalam
penghitungan pajak penghasilan pada SPT Tahunan. Beberapa contoh
penghasilan yang dikenakan PPh final adalah bunga deposito, penjualan
tanah dan bangunan, persewaan tanah dan bangunan, hadiah dan bungan
obligasi dsb.
6. PPh Pasal 15 adalah pemotongan pajak penghasilan yang dilakukan oleh
wajib pajak tertentu yang menggunakan borma penghitungan khusus,
antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional,
perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan
panas bumi, perusahaan dagang asing, perusahaan yang melakukan
investasi dalam bentuk bangun guna serah.

17
7. Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas nilai
tambah suatu barang dan jasa.
8. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah pajak khusus
untuk barang-barang mewah.

Seperti halnya PPh pasal 25, pemotongan/pemungutan tersebut merupakan


angsuran pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN
dikreditkan pada masa diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme Pajak
Keluaran (PK) dan Pajak Masukkan (PM).

Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Ditjen Pajak untuk melakukan
pemotongan/pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%.

Pelaporan

Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk


melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan. SPT harus diisi
dengan benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
huruf latin dan angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta
menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak.

Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak,
2. penghasilan yang merupakan Objek Pajak/bukan Objek Pajak;
3. harta dan kewajiban,

18
4. pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam 1 (satu) Masa pajak sesuai dengan ketentuan paraturan
perundang-undangan perpajakan berlaku.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk malaporkan tentang;

1. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, dan


2. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
Pengusaha Kena Pajak dan/melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungutan pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah


sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

Surat pemberitahuan (SPT) dapat dibedakkan menjadi;

1. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas
pembayaran pajak bulanan, SPT Masa terdiri atas;
a. SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26
b. SPT Masa PPh Pasal 22
c. SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26
d. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
e. SPT Masa PPh Pasal 15
f. SPT Masa PPN dan PPnBM
g. SPT Masa PPN dan PPnBM bagi Pemungutan
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk
pelaporan tahunan, SPT tahunan terdiri atas;

19
a. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah)
b. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata
uang dolar Amerika Serikat (1771-US)
c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pembukuan atau norma penghitungan
penghasilan neto; dari satu atau lebih pemberi kerja; yang
dikenakan PPh final/bersifat final; dan dari penghasilan lain
(1770)
d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja; dalam negeri
lainnya; dan yang dikenakan PPh final atau bersifat final (1770
S)
e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja dan tidak mempunyai
penghasilan lainnya kecuali bunga bank dan bunga koperasi
(1770 SS).

1.6 Kelebihan Pembayaran Pajak

Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya


terutang dengan jumlah kredit pajak menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah
kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang) atau telah dilakukan
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, Wajib Pajak berhak untuk
meminta kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan Wajib Pajak
tersebut tidak mempunyai utang pajak.
Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan

20
Pajak, dan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, serta Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan kepada Wajib Pajak.
Apabila Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi semua
jenis pajak baik di pusat maupun cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran
tersebut harus diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak tersebut dan jika
masih terdapat sisa lebih, dikembalikan kepada Wajib Pajak.
Batas waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling
lama satu bulan untuk:
1. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal diterimanya
permohonan tertulis tentang pengembalian kelebihan pembayaran
pajak;
2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal penerbitan;
3. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,
dihitung sejak tanggal penerbitan;
4. Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, dan
Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, serta Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, dihitung sejak tanggal
penerbitan;
5. Putusan Banding dihitung sejak diterimanya Putusan Banding oleh
Kantor Direktorat Jendral Pajak yang berwewenang melaksanakan
putusan pengadilan, atau
6. Putusan Peninjauan Kembali dihitung sejak diterimanya Putusan
Peninjauan Kembali oleh Kantor Direktorat Jendral Pajak yang
berwenang melaksanakan keputusan pengadilan sampai dengan saat
diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak.
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka
waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga sebesar 2% per
bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dihitung

21
sejak batas waktu (yang telah disebutkan sebelumnya) berakhir sampai dengan
saat dilakukan pengembalian kelebihan.
Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu adalah Wajib Pajak yang:
1. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
2. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk menganggur atau
menunda pembayaran pajak;
3. Laporan Keungan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut;
4. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
Apabila permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diajukan
oleh Wajib Pajak dengan kriteria tertentu (setelah dilakukan penelitian), Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak diterbitkan oleh Direktur
Jendral Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap (untuk Pajak Penghasilan), dan paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan diterima secara lengkap (untuk Pajak Pertambahan Nilai).
Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dalam
jangka waktu 5 tahun setelah melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu yang telah memperoleh pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak. Surat Ketetapan Pajak tersebut dapat berupa Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Wajib Pajak harus membayar jumlah kekurangan
pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari
jumlah kekurangan pembayaran pajak.

Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak yang Memenuhi


Persyaratan Tertentu

22
Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu adalah:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu;
3. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih
bayar sampai dengan jumlah tertentu;
4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah
lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Orang Pribadi Bukan Subjek Pajak


Dalam Negeri
Orang pribadi yang bukan Subjek Pajak dalam negeri yang melakukan pembelian
Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang tidak dikonsumsi di daerah
pabean dapat diberikan pengembalian Pajak Pertambahan Nilai yang telah
dibayar, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Tata Cara Pembayaran Kelebihan Pajak


Tata cara pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak diatur sebagai
berikut;
1. Pengembalian pembayaran pajak yang masih tersisa tersebut dilakukan
dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP).
2. Kelebihan pembayaran pajak dikembalikan oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jendral Pajak dengan menerbitkan
Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
(SKPKPP).
3. Atas dasar SKPKPP tersebut, Kantor Pelayanan Pajak atas.

23
2.10 PEMBUKUAN DALAM PAJAK

A. PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa,yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugiuntuk periode tahun pajak
tersebut.

B. KETENTUAN UMUM PEMBUKUAN


Ketentuan Umum Pembukuan Menurut Ketentuan Pokok Pembukuan
Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28tahun 2007, yang wajib
menyelenggarakan pembukuan adalah:
 Wajib Pajak (WP) Badan
 Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran
brutonya dalam satutahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00.
Sedangkan yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan menurut pasal 28
ayat 2UU KUP adalah:
 WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang
diperbolehkanmeghitung penghasilan neto dengan menggunakan
norma perhitungan penghasilan neto.
 WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

C. SYARAT-SYARAT PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN


1. Syarat Pembukuan
Adapun syarat-syarat untuk penyelenggaraan pembukuan adalah sebagai
berikut:

24
 Diselenggarakan dengan memeperhatikan itikad baik yang
mencerminkankeadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
 Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin,
angka arabsatuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasaasing yang diizinka oleh Menteri
Keuangan
 Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel akrual atau
stelsel kas;
 Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
rupiah,dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
MenteriKeuangan;
 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak;
 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harga,
kewajibanmodal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan
pembelian sehingga dapatdihitung besarnya pajak yang terutang;
 Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan
sertadokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan atau usaha
pekerjaan bebasWajib Pajak wajib disimpan selama 10 tahun.

D. TUJUAN PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN


Adalah untuk mempermudah:
 Pengisian SPT
 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
 Penghitungan PPN dan PPnBM,
 Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan
dan hasilkegiatan usaha/pekerjaan bebas.

E. PENGECUALIAN PEMBUKUAN
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan dan melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi

25
yang tidak wajibmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.

F. PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA


UANG SELAIN RUPIAH
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapatdiselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangandalam rangka:
 Penanaman Modal Asing;
 Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan
Pemerintah RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain
pertambangan minyak dan gas bumi;
 Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
 Bentuk Usaha Tetap sebagaimana diatur dalam Perjanjian
Penghindaran PajakBerganda (P3B) terkait;
 Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian
maupun seluruhnyadi bursa efek luar negeri;
 Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam
denominasatuan mata uang Dolar Amerika Serikat dan telah
memperoleh SuratPemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dan
Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pasarmodal; atau
 Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk luar
negeri yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki
dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent company) di luar
negeri yang mempunyai hubunganistimewa.

Izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk menggunakan bahasa Inggris dan
satuanmata uang Dolar Amerika Serikat dapat diperoleh Wajib Pajak dengan

26
mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah, paling lambat
3 (tiga) bulan:
a) Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa
Inggrisdan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai;atau
b) Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak
atauTahun Pajak pertama.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan


keputusan atas permohonan Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan dari Wajib Pajakditerima secara lengkap.
Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum
memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala
Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan
pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar AmerikaSerikat.
Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan
denganmenggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat, berlakuketentuan konversi ke satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat sebagai berikut:

1. Dalam tahun berjalan


a) Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang Dolar
AmerikaSerikat, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen
transaksi yang bersangkutan;
b) Untuk transaksi baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
menggunakansatuan mata uang selain Dolar Amerika Serikat,
dikonversikan ke satuan matauang Dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya
transaksi, yaitu sebagai berikut:
 Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka
kurs yangdipakai adalah kurs yng diketahui dari transaksi tersebut;

27
 Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku,
maka kursyang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang
berlaku, berdasarkansistem pembukuan yang dianut yang dilakukan
secara taat azas.

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin


untukmenyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuanmata uang Dolar Amerika Serikat dengan syarat:
a) Disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lama
3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir;
b) Mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

G. PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN METODE


PEMBUKUAN
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus
sama dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan
metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau akrual), metode
penyusutan aktiva tetap, danmetode penilaian persediaan. Namun, perubahan
metode pembukuan masih di mungkinkan dengan syarat telah mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun buku
yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam prinsip
taat asas yang dapat meliputi perubahan metode dari kas ke akrual atau
sebaliknya atau perubahan penggunaan metode pengakuan penghasilan atau
pengakuan biaya itu sendiri, misalnyadalam metode pengakuan biaya yang
berkenaan dengan penyusunan aktiva tetap dengan menggunakan metode
penyusutan tertentu.

H. TEMPAT PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN


Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dandokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan

28
yang dikelola secaraelektronik atau secara program online wajib disimpan
selama 10 (sepuluh) tahun diIndonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat
tinggal Wajib Pajak Orang Pribadi, atau ditempat kedudukan Wajib Pajak
Orang Badan. Perubahan tahun buku dan metodePembukuan Perubahan
terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harusmendapat
persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.

I. SANKSI PIDANA
Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:
1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu ataudipalsukan seolah-olah benar.
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak
memperhatikan atautidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen
lainnya;atau
3. Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuanatau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
secara program aplikasi online diIndonesia.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana


penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar dan paling banyak 4(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh otang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan

29
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pajak
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan institusi
di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa
fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum, keamanan
atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara itu
sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang
tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan
kesejahteraan dan pelayanan publik. Pelayanan ini
termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan,
dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga
menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu. Pajak juga memiliki humum yang
mengaturnya. Hukum pajak merupakan hukum yang telah disusun dalam undang-undang
yang memiliki tujuan dan fungsi sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang itu
sendiri. 

Soal Perpajakan Dari Materi 1 – 10

1. Apa pengertian Pajak yang terdapat pada UU no.28 Tahun 2007?


Jawab :
Pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

2. Apa yang dimaksud dengan SPT (pasal 3 UU KUP)?


Jawab:
SPT adalah surat yang oleh WP (Wajib Pajak) digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang
menurut peraturan perundang-undangan perpajakan.

30
3. Sebutkan 5 Hak Wajib Pajak sesuai dengan UU!
Jawab :
1. Hak atas kelebihan pembayaran Pajak
2. Hak dalam hal wajib pajak dilakukan pemeriksaan
3. Hak Untuk mengajukan Keberatan, Banding, dan peninjauan
kembali.
4. Hak Kerahasiaan
5. Hak untuk pengangsuran atau penundaan Pembayaran.

4. Sebutkan Kewajiban Wajib Pajak Menurut UU!


Jawab :
1. Kewajiban mendaftarkan diri
2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan dan
Pelaporan Pajak
3. Kewajiban dalam hal Diperiksa
4. Kewajiban memberi data.

5. Jelaskan Perbedaan Antara NPWP Pribadi dan NPWP Badan?


Jawab :
1. NPWP Pribadi dimiliki oleh setiap individu atau setiap orang
yang memiliki penghasilan di Indonesia.
2. NPWP Badan dimiliki oleh setiap badan atau perusahaan yang
memiliki penghasilan di Indonesia.

6. Apa saja Fungsi NPWP?


Jawab :
1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
2. Untuk Menjaga ketertiban dalam mmebayar pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
3. Administrasi Pengurusan Perizinan.
4. Pengajuan kredit bank, khususnya kredit konsumtif.

31
5. Pembuatan pembukaan rekening di bank (rekening biasa dan
rekening Koran).
6. Pembuatan paspor jika Kita ingin berlibur ke luar negeri.

7. Apa pengertian Dari Nomor Pengukuhan PKP (NPPKP)?

Jawab:

Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) merupakan nomor identitas


Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang disematkan saat pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP lewat surat pengukuhan PKP. Jika
pengusaha sudah mendapat nomor pengukuhan PKP (NPPKP)
berarti PKP tersebut dinyatakan sudah resmi menjadi PKP dan
dengan demikian terikat kewajiban-kewajiban perpajakan yang
diperuntukan bagi PKP.

8. Sebutkan Fungsi dari NPPKP?


Jawab:
a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan, selain tentunya
NPWP.
b. Sebagai penanda bagi PKP yang memiliki untuk melaksanakan
hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
d. Sebagai pengawasan administrasi perpajakan
9. Jelaskan mekanisme Pembayaran Pajak?
Jawab:
1. Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25)
Adalah pembayaran pajak penghasilan secara angsuran. Hal ini
dimaksudkan untuk meringankan wajib pajak dalam melunasi pajak
yang terhutang dalam satu tahun pajak. Wajib pajak diwajibkan
unuk mengangsur pajak yang akan terhutang pada akhir tahun
dengan membayar sendiri angsuran pajak setiap bulan.
2. Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun

32
Yaitu pelunasan pajak penghasilan yang dilakukan sendiri oleh
wajib pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak terhutang untuk
suatu tahun pajak lebih besar dari jumlah total pajak yang dibayar
sendiri dalam pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain sebagai
kredit pajak.

3. Yang dmaksud point 2 diatas pajak yang dipotong itu adalah


PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22 dan 23 serta PPh
Pasal 26.
PIhak lain disini adalah :
- Pemberi penghasilan
- Pemberi kerja
- Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.
Dll.

10. Apa fungsi SPT dalam Pelaporan?


Jawab:
Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai sarana bagi
wajib pajak didalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu
surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau
pelunasan pajak baik yang dilakukan WP sendiri maupun melalui
mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh
pihak ke-3, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari
pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan
pajak yan telah dilakukan. Sehingga SPT mempunyai makna yang
cukup penting bagi Wajib Pajak maupun aparatur pajak.

11. Apa yang dimaksud dengan Pengembalian Kelebihan Pembayaran


Pajak?
Jawab:

33
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak atau Restitusi Pajak
adalah pengembalian penerimaan pajak dari negara kepada wajib
pajak (WP) yang terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang
atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang, dengan catatan WP tidak punya hutang pajak lain.
12. Bagaimana tata cara pengembalian Lebih Pajak?
Jawab :
a. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke
Dirjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP
terdaftar atau berdomisili.
b. Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi),
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
dalam hal:
c. Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang;
d. Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah
pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak
Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
13. Apa definisi Pemeriksaan menurut peraturan Menteri Keuangan
Nomor 82/PMK.03/2011 Pasal 1 ayat 2?
Jawab:
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

34
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuang peraturan perundang-undangan perpajakan.
14. Sebutkan 3 Hak Wajib Pajak (WP) apabila dilakukan pemeriksaan?
Jawab:
1. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan
2. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan surat
pemberitahuan pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan
pemeriksaan Lapangan
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.
15. Sebutkan ketetapan yang biasa diberikan oleh Direktur Jendral
Pajak?
Jawab:
1. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
3. Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
16. Apa yang bisa dilakukan Oleh Wajib Pajak Apabila masih belum
puas dengan Hasil keberatan?
Jawab :
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan
Keberatan atas keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak
masih dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak.
Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima
dilampiri surat Keputusan Keberatan tersebut. Terhadap 1 (satu)
Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding. Perlu diketahui bahwa
Wajib Pajak yang mengajukan banding harus membayar minimal
50% dari utang pajak yang diajukan banding. Pengadilan Pajak
harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak
Surat Banding diterima.

35
17. Apa Pengertian dari penagihan pajak?
Jawab:
Penagihan pajak adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan
oleh fiskus atau juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa
menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang
pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.
18. Apa yang bisa anda jelaskan tentang Penagihan Pajak Pasif?
Jawab:
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat
Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar(SKPKB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan(SKPKBT), Surat
Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi
lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang
menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka
waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo
akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai
dengan menerbitkan surat teguran.
19. Jelaskan Pengertian dari Pembukuan!
Jawab:
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugiuntuk periode tahun pajak tersebut.
20. Sebutkan syarat-syarat dari Pembukuan!
Jawab:

 Diselenggarakan dengan memeperhatikan itikad baik yang


mencerminkankeadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
 Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
latin, angka arabsatuan mata uang rupiah dan disusun dalam

36
bahasa Indonesia atau dalam bahasaasing yang diizinka oleh
Menteri Keuangan
 Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel
akrual atau stelsel kas;
 Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain rupiah,dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak
setelah mendapat izin MenteriKeuangan;

37
DAFTAR PUSTAKA

https://nyomandarmayasa.com/files/BAB%202.pdf
https://www.online-pajak.com/hak-dan-kewajiban-wajib-pajak
http://makalahnpwpdannppkp.blogspot.com/
Resmi, siti. 2014. Perpajakan, Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
http://makalahkite.blogspot.com/2013/12/penagihan-pajak.html

https://www.academia.edu/RegisterToDownload#BulkDownload

38
39

Anda mungkin juga menyukai