Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“ PERPAJAKAN “

Mata kuliah : Pengantar Perpajakan

Dosen pemimbing : RANAT MULIA PARDEDE, SE., M.H.

Disusun Oleh : ANDI

NIM: 19612091

Program Studi S1 Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN (STIE)

TANJUNG PINANG

2022
KATA PENGANTAR

Asalammu’alikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat limpahan Rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini

membahas tentang “Perpajakan” Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak

mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak

(teman-teman kampus) tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Semoga dari kekurangan tersebut pembaca dapat

memberikan kritik dan saran untuk penulis agar dapat penyempurnaan makalah ini

ataupun makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB I PEDAHULUAN...................................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................

1.2 Rumusan Maslah................................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisaan..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAAN...............................................................................................................

2.1 Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata cara Perpajakan......................................

2.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak........................................................................................

2.3 NPWP..................................................................................................................................

2.4 NPPKP.................................................................................................................................

2.5 Pembayaran, Pemotongan, Pelaporan.............................................................................

2.6 Penagihaan.........................................................................................................................

2.7 Pembukuan.........................................................................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................

3.1 Kesimpulaan.......................................................................................................................

3.2 Saran...................................................................................................................................
BAB I

PEDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang potensial untuk membiayai

kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak ini diupayakan

mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penerimaan pajak berasal dari pemungutan yang

dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan pengenaan terhadap objek pajak.

Pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan upaya ekstensifikasi dan

intensifikasi. Hal ini dilakukan agar tercapainya target penerimaan pajak yang juga terus

meningkat setiap tahunnya. Selain tingkat kesadaran, pemerintah mengharapkan tingkat

kepatuhan dari Wajib Pajak. Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

diharapkan dapat memenuhi kewajibannya sebagai penerima penghasilan. Indonesia

menganut self assessment system atau sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan

Wajib Pajak untuk melakukan sendiri penghitungan, penyetoran, dan pelaporan terhadap

pajak terutang sesuai ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku

I.2 Rumusan Maslah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


1. Apa Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan?
2. Apa Kewajiban dan hak wajib pajak ?
3. Apa yang dimaksud NPWP?
4. Apa yang dimaksud dengan NPPKP?
5. Bagaimana Pembayaran, pemotongan dan pelaporan?
6. Apa saja cara dalam Penagihan?
7. Bagaimana cara pembukuan
I.3 Tujuan Penulisaan:

1. Untuk mengetahui Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan


2. Untuk mengetahui kewajiban dan hak wajib pajak
3. Untuk mengetahui NPWP
4. Untuk mengetahui NPPKP
5. Untuk mengetahui Pembayaran, pemotongan dan pelaporan.
6. Untuk mengetahui cara penagihan.
7. Untuk mengatahui cara pembukuan.

BAB II

PEMBAHASAAN

II.1 Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan

 Pengertianpajak

Pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada Negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat

 Wajib Pajak (WP) yaitu orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong

pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun tidak meliputi; PT, CV, BUMN, BUMD, Firma, Kongsi,

Koperasi, Dana pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi massa,

Organisasi sosial politik, Lembaga, dan bentuk usaha lainnya termasuk kontrak

investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,


mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,memanfaatkan barang tidak

berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa

dari luar daerah pabean.

 Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan

barang kena pajakdan/atau jasa kena pajak yang dikenai pajak sesuai undangundang

pajak pertambahan nilai tahun 1983 dan perubahannya. Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak

sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda

pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakannya

 Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan kalender

atau jangka waktu lain paling lama 3 bulan kalender yang digunakan dasar bagi wajib

pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

 Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila WP

menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin

 Bagian Tahun Pajak bagian dari jangka waktu satu tahun pajak

 Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa

pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

 Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan

objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan
 Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.

 Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak

atau bagian tahun pajak.

 Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang

telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke

kas Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan.

 Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi surat ketetapan

kurang bayar, surat ketetapan kurang bayar tambahan, surat ketetapan nihil, dan surat

ketetapan lebih bayar.

 Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas

pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban

WP menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

 Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan

pajak sesuai dengan UU No. 19/2000

 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk

mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau

jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa laporan laba rugi dan

neraca untuk periode tahun pajak tersebut.

II.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

Kewajiban Wajib Pajak

Ada kewajiban yang harus dipatuhi oleh wajib pajak, di antaranya:

a. Kewajiban Mendaftarkan Diri

b. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak

c. Kewajiban dalam Hal Diperiksa


d. Kewajiban Memberi Data

Hak Wajib Pajak

Hak wajib pajak disebutkan secara jelas dalam undang-undang, dan akan dibahas secara

singkat dan tuntas pada poin ini.

 Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak

 Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan

 Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali Setelah

dilakukan pemeriksaan,

II.3 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak

sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda

pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakan (Pasal 1 ayat 6 UU KUP).

Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

UU No 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-150/PJ/1999 ; tentang Perubahan KEP

27/PJ/1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha serta Tata

Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-515/PJ/2000 tanggal 4 Desember 2000

tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha bagi

Pengusaha Kena Pajak.

Kewajiban untuk memperoleh NPWP

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 menyebutkan bahwa yang

diwajibkan mendaftar dan mendapatkan NPWP adalah:

Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan perjanjian pemisahan

harta yang didasarkan keputusan hakim dikehendaki secara tertulis.

Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai tempat usaha tersebut di

beberapa tempat.

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, jika

sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi

PTKP setahun.

Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan untuk

memperoleh NPWP.

Fungsi NPWP

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 20017, fungsi NPWP adalah sebagai berikut:

Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.


Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dari dalam pengawasan administrasi

perpajakan.

Keperluan terkait dokumen perpajakan,

Termasuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa danTahunan.

Jangka Waktu Pendaftaran NPWP

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya, karena

hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang.

Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah (Mardiasmo,2009:25):

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib

Pajak Badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha

mulai dijalankan.

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak melakukan

pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan satu bulan yang

disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri paling

lambat pada akhir bulan berikutnya.

Kebutuhan Dalam Memiliki NPWP

 Mempermudah dalam Membayar Zakat Mal.

 Terkena Potongan Pajak Penghasilan (PPh) yang Tinggi.

 Terkena PPh Tinggi saat Belanja Barang ke Luar Negeri.

 Dipersulit saat Bepergian ke Luar Negeri


Tata Cara Memperoleh NPWP

 Mandaftarkan Diri

Syarat Kelengkapan Memperoleh NPWP

Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP di kantor pelayanan pajak

domisili atau kantor pelayanan pajak lokasi. Kantor pelayanan pajak domisili adalah

pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal/domisili Wajib Pajak orang

pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan

pegawai. Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak harus mengisi formulir pendaftaran dan

menyampaikannya secara langsung atau melalui pos ke kantor pelayanan pajak atau

Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan

melampirkan ketentuan sebagai berikut:

Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

Ketentuannya adalah fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan

surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala

desa bagi orang asing.

Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha/melakukan pekerjaan

bebas:

 Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat

keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala

desa bagi orang asing.

 Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang

berwenang atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang, minimal lurah atau

kepala desa.
 Untuk Wajib Pajak badan:

Fotocopy pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari kantor

pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.

Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat keterangan

tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala desa bagi orang

asing dari salah seorang pengurus aktif.

Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal lurah

atau kepala desa.

 Untuk bendaharawan sebagai Wajib Pajak:

 Fotocopy KTP bendaharawan.

 Fotocopy surat penunjukkan sebagai bendaharawan.

 Untuk joint operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/Pemungut

 Fotocopy perjanjian kerjasama sebagai joint operation.

 Fotocopy NPWP masing-masing anggota joint operation.

 Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat

keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala

desa bagi orang asing dari salah seorang pengurus joint operation.

Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu, atau wanita kawin

tidak pisah harta, harus melampirkan fotocopy surat keterangan terdaftar.

Apabila ditandatangani orang lain, permohonan harus dilengkapi dengan surat kuasa

khusus.

1. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak


Tempat pendaftaran NPWP antara lain sebagai berikut:

 Kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat

kedudukan Wajib Pajak atau kantor pelayanan pajak tertentu sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan pajak.

 Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan

bebas dan Wajib Pajak badan, yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha

Kena Pajak dan engusaha Kecil melaporkan usahanya ke kantor pelayanan pajak

yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke kantor

pelayanan pajak tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

perpajakan.

Dalam hal tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha, Wajib Pajak

berada dalam 2(dua) atau lebih wilayah kantor pelayanan pajak, Direktur Jenderal Pajak

dapat menetapkan kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Pendaftaran NPWP secara Elektronik

Pendaftaran NPWP oleh Wajib Pajak dapat juga dilakukan secara elektronik, yaitu melalui

internet di situs direktorat jenderal pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id dengan

mengeklik eregistration. Selanjutnya Wajib Pajak cukup memasukkan data pribadi

(KTP/SIM/Paspor) untuk memperoleh NPWP. Selanjutnya mengirimkan fotocopy data

pribadi melalui pos ke kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggal atau kedudukan Wajib Pajak. Berikut langkkahlangkah untuk mendapatkan NPWP

melalui internet:

II.4 NPPKP

Pengertian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)


NPPKP adalah nomor yang diberikan kepada pengusaha yang memenuhi syarat sebagai

PKP terhadap WP atau pengusaha kena pajak yang tidak memenuhi kewajiban untuk

mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya maka dapat diterbitkan NPWP dan/atau

pengukuhan pengusaha kena pajak secara jabatan. Hal ini dilakukan direktorat jenderal

pajak, jika berdasarkan data yang diperoleh WP OP atau badan atau pengusaha tersebut

telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP dan pengukuhan PKP {uu pasal 2 ayat

(4) dan (4a)}.

Fungsi NPPKP

Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain digunakan untuk mengetahui identitas

Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya juga berguna untuk melaksanakan hak dan

kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

serta untuk pengawasan administrasi perpajakan.Terhadap pengusaha yang telah

memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak melaporkan usahanya

untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tempat Pendaftaran NPPKP

Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang

Pajak Pertambahan Nilai Tahun 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya

untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak (PKP). Tempat pelaporan usaha dan

pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah sebagi berikut:


 Bagi Pengusaha orang pribadi, adalah pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha dan tempat kegiatan usaha

dilakukan.

 Bagi Pengusaha badan, adalah pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha

dilakukan.

 Bagi Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha

di beberapa wilayah kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya

meliputi

 tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha maupun di kantor Direktorat

Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.

 Bagi Wajib Pajak Orang pribadi pengusaha tertentu, kewajiban melaporkan

usahanya di samping pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya

meliputi tempat tinggal Wajib Pajak.

II.5 Pembayaran, Pemotongan, Pelaporan

Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan sistem self

assessment wajib melakukan sendiri perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak

terutang.

Pembayaran pajak dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.

 Membayar sendiri pajak yang terutang

 Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25) yaitu pembayaran pajak

penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan wajib pajak

dalam melunasi pajak yang terhutang dalam satu tahun pajak. Wajib pajak
diwajibkan unuk mengangsur pajak yang akan terhutang pada akhir tahun dengan

membayar sendiri angsuran pajak setiap bulan.

 Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun, yaitu pelunasan pajak penghasilan

yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak

terhutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari jumlah total pajak yang dibayar

sendiri dalam pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain sebagai kredit pajak.

 Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh pasal 4 (2), PPh pasal

15, PPh pasal 21, 22, dan 23, serta PPh pasal 26). Pihak lain yang dimaksud

adalah pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain yang ditunjukan atau

ditetapkan oleh pemerintah.

 Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24).

 Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah

(misalnya bendaharawan pemerintah).

 Pembayaran pajak-pajak lainnya.

 Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pelunasan berdasarkan Surat

Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Untuk daerah Jakarta, pembayaran PBB

sudah dapat dilakukan dengan menggunakan ATM di bank-bank tertentu.

 Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), yaitu

pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan.

 Pembayaran Bea Materai, yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat

dilakukan dengan cara menggunakan benda materai berupa materai tempel atau

kertas bermaterai atau dengan cara lain seperti menggunakan mesin teraan.

 Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan Kantor Penerima

Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui

pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).

 Pemotongan/Pemungutan

 Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, atau pembayaran bulanan

yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan / pemungutan yang dilakukan oleh

pihak ketiga. Adapun jenis pemotongan / pemungutan adalah PPh Pasal 21, PPh

Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN dan PPnBM.

 PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak ke 3

sehubungan dengan penghasilan yang diterima oleh WP orang pribadi dalam

negeri sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan (seperti gaji

yang dietrima oleh pegawai dipoton oleh persahaan dimana dia bekerja).

 PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak ke-3

sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, impor barang dan

kegiatan usaha di bidang-bidang tertentu (seperti penyerahan barang oleh rekanan

kepada bendaharawan pemerintah).

 PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak dilakukan oleh pihak ke-3 sehubungan

dengan penghasilan tertentu : dividen, bunga, royalty, sewa dan jasa yang diterima

oleh WP badan dalam negeri, dan BUT.

 PPh Pasal 26 adalah pemotongan yang dilakukan oleh pihak ke -3 sehubungan

dengan penghasilan yang diterima oleh WP luar negeri.

 PPh final (Pasal 4 ayat 2) merupakan pajak yang sifat pemungutannya final. Yang

dimaksud final disini adalah bahwa pajak yang dipotong, dipungut oleh pihak ketiga

atau dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan (bukan pembayaran dimuka) terhadap

utang pajak pada akhir tahun dalam penghitungan pajak penghasilan pada SPT

Tahunan. Beberapa contoh penghasilan yang dikenakan PPh final adalah bunga
deposito, penjualan tanah dan bangunan, persewaan tanah dan bangunan, hadiah

dan bungan obligasi dsb.

 PPh Pasal 15 adalah pemotongan pajak penghasilan yang dilakukan oleh wajib

pajak tertentu yang menggunakan borma penghitungan khusus, antara lain

perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar

negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang

asing, perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah.

Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas nilai tambah suatu

barang dan jasa.

Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah pajak khusus untuk barang-

barang mewah.

Seperti halnya PPh pasal 25, pemotongan/pemungutan tersebut merupakan angsuran

pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada masa

diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme Pajak Keluaran (PK) dan Pajak

Masukkan (PM).

II.6 Penagihaan

DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK

 Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang no. 19

tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini

mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997. Undangundang ini kemudian diubah dengan

Undang-undang no. 19 tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

2001.
 Penagihan pajak adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus atau

juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu jatuh tempo

pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak

dan tahun pajak.

 Sedangkan Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang

bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak

dan memenuhi kewajiban Wajib Pajakmenurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

 Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatakan Lelang, Jasa Penilai,

dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

 Pejabat adalah orang yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita

Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat

Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman

Lelang, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan

Penanggung Pajak.

 Jurusita adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan

seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.

 Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penagihan pajak aktif

dan penagihan pajak asif. Penagihan pajak pasif dilakukan melalui surat tagihan

pajak atau surat ketetapan pajak. Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak

dilakukan dengan surat aksab diatur dalam UndangUndang Nomor 19 Tahun 1997

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.

a.Penagihan Pajak Pasif


Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakna Surat Tagihan Pajak (STP), Surat

Ketetapan

Pajak Kurang Bayar(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan(SKPKBT),

Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar,

Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat

Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam

jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti

dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.

b.Penagihan Pajak Aktif

Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam

upaya penagihan pajak ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat

tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita, dan dilanjutkan

dengan pelaksanaan lelang.

II.7 Pembukuan

PENGERTIAN PEMBUKUAN

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk

mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau

jasa,yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba

rugiuntuk periode tahun pajak tersebut.

KETENTUAN UMUM PEMBUKUAN


Ketentuan Umum Pembukuan Menurut Ketentuan Pokok Pembukuan Pasal 28

UndangUndang Nomor 28tahun 2007, yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:

Wajib Pajak (WP) Badan

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Sedangkan yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan menurut pasal 28 ayat 2UU KUP

adalah:

WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang diperbolehkanmeghitung

penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto.

WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

SYARAT-SYARAT PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN

Adapun syarat-syarat untuk penyelenggaraan pembukuan adalah sebagai berikut:

Diselenggarakan dengan memeperhatikan itikad baik yang mencerminkankeadaan atau

kegiatan usaha yang sebenarnya;

Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arabsatuan mata

uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasaasing yang diizinka

oleh Menteri Keuangan

Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel akrual atau stelsel kas;

a) TUJUAN PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN Adalah untuk mempermudah:

 Pengisian SPT
 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak

 Penghitungan PPN dan PPnBM,

b) PENGECUALIAN PEMBUKUAN

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan

melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak wajibmenyampaikan

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

c) PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN METODE PEMBUKUAN

Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan

tahuntahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan

dan biaya (metode kas atau akrual), metode penyusutan aktiva tetap, danmetode penilaian

persediaan.

d) TEMPAT PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan

dandokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola

secaraelektronik atau secara program online wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun

diIndonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak Orang Pribadi, atau

ditempat kedudukan Wajib Pajak Orang Badan.

e) SANKSI PIDANA

Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:


Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu ataudipalsukan

seolah-olah benar.

Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak memperhatikan atautidak

meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya;atau

Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuanatau

pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang

dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online diIndonesia.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara paling

singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2(dua)

kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 4(empat) kali

jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulaan

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh otang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan

karena pajak merupakan sumber pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran

termasuk pengeluaran pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh

negara dan institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam

fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum,

keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara
itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang

tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan

dan pelayanan publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi

yang belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan

penanganan sampah juga menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu. Pajak juga memiliki

humum yang mengaturnya. Hukum pajak merupakan hukum yang telah disusun dalam

undang-undang

III.2 Saran

Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini

memang memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk menghitung,

menetapkan dan melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan tetapi dengan

sistem perpajakan seperti ini wajib pajak harus lebihditingkatkan kesadaran dan

pemahaman mengenai pentingnya pemenuhan pajak serta mengenai penghasilan

seperti apa yang merupakan objek pajak penghasilan. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara seperti :

1. Perlunya peningkatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya

Direktorat Jendral Pajak baik melalui media massa atau pun sosialisasi secara

langsung dilapangan.

2. Perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya

Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran pegawainya yang mengelola dana dari

pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi lagi kasus korupsi yang

dilakukan oleh aparat pemerintah.

3. Wajib pajak sendiri selayaknya memahami pentingnya pemenuhan pajak

penghasilannya, karena pajak penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak akan

digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang dilakukan oleh


pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajak penghasilannya setiap

tahun.

Anda mungkin juga menyukai