I
S
U
S
U
N
Oleh : Rizki Mawlana
Kelas : XI Akuntansi 3
SMK N 1 PANGKALPINANG
BAB I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pajak
ini.
Makalah pajak ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah pajak ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah pajak dan manfaatnya untuk masyarakat
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…............................................................. 1
Daftar isi…........................................................................ 2
Materi Usaha Pemerintah untuk meningkatkan jumlah pungutan
pajak................................................................................. 3
Materi Sumbangsih Pajak terhadap APBN................. 4
Penutup............................................................................ 5
BAB III
3. USAHA PEMERINTAH UNTUKMENINGKATKAN JUMLAH
PUNGUTAN PAJAK
1.1 Latarbelakang
Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor
khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi dan
naiknya harga barang-barang serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
serta turunnya daya beli masyarakat telah menjadi masalah yang sangat rumit yang harus
diselesaikan oleh pemerintah.
Untuk tetap dapat bertahan dan memperbaiki kondisi yang ada, pemerintah harus
mengupayakan semua potensi penerimaan yang ada. Pada saat ini tengah digali berbagai
macam potensi untuk meningkatkan penerimaan negara, baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri. Namun seiring dengan berkembangnya kemampuan analisis para praktisi
ekonomi yang menyatakan bahwa mengandalkan pinjaman dari luar negeri sebagai salah satu
sumber penerimaan negara hanya akan menjadi bumerang dikemudian hari, potensi
penerimaan dari luar negeri akan semakin dikurangi.
Berdasarkan hal tersebut maka Indonesia akan berusaha untuk lebih meningkatkan
potensi penerimaan negara dari dalam negeri, dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak
telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.
Pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara di dunia. Tentu keberadaan
pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan pemerintahan. Di negara-negara
maju dan berkembang, sebagian potensi pendapatan negara melalui pajak itu sudah
dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan inovasi dan teknologi badan usaha dan
industri nasional mereka. Sebagaimana dimaklumi, pajak berfungsi dalam pembiayaan
(budgeter) pembangunan, terutama untuk keperluan pengeluaran rutin seperti belanja
pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.
Dengan pajak, roda pembangunan dapat berjalan dan membuka kesempatan kerja.
Dalam hal ini pajak juga berfungsi sebagai pendistribusi pendapatan masyarakat. Dengan
pajak, suatu pemerintahan juga dapat menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga
sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga. Stabilitasi dilakukan dengan mengatur peredaran
uang, yang dilakukan melalui pemungutan pajak dan dengan pemanfaatannya secara
efektif dan efisien.
Penerimaan pajak dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah yang dalam arti
seluas-luasnya adalah mulai dari penerimaan dalam dan luar negeri.
Penerimaan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting dalam penerimaan
negara, karena disamping cepat dan rendah biayanya, pajak merupakan sumber penerimaan
yang sangat besar potensinya. Sistem pemungutan pajak suatu negara baik Self Assessment
maupun Official Assessment sangat berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan dana
kepemerintahan tersebut.
Dalam sistem penerimaan negara, pajak mempunyai dua fungsi yang melekat dalam
sistem perpajakan yaitu :
1. Fungsi budgetair, yaitu fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas negara
untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Fungsi ini pada hakekatnya merupakan fungsi
utama sebagaimana batasan yang diberikan para ahli. Pada beberapa negara berkembang
terlihat indikasi kuat bahwa penggunaan dana yang diperoleh melalui pajak tidak hanya
diperuntukan bagi penyelenggaraan pemerintahaan. Oleh karena itu maka sasaran utama
dalam pemungutan pajak adalah penerimaan kas negara.
2. Fungsi mengatur, dimana dengan fungsi ini diharapkan sistem perpajakan yang diterapkan
tidak akan menimbulkan pertentangan dengan kebijaksanaan negara dalam bidang ekonomi
dan sosial. Pajak digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bila perlu
merubah susunan pendapatan dan kekayaan negara.
PEMBAHASAN
a. Pajak
Pemerintah menegaskan akan tetap memprioritaskan sektor pajak sebagai tulang
punggung penerimaan negara sesuai dengan imbauan Presiden SBY, karena pajak merupakan
harapan terbesar bagi penerimaan negara kita dewasa ini tercatat lebih 70% penerimaan
dalam APBN berasal dari berbagai jenis pajak. Pungutan pajak dapat kita jumpai hampir di
setiap negara di dunia. Ada beberapa istilah tersendiri atas pungutan yang di Indonesia
dikenal dengan pajak, yaitu belasting, tax, tariff, steuer, abgabe, gebuhr dan sebagainya, yang
pasti melalui pajak, negara mengharapkan adanya penerimaan.
Sering kita dengar ada beberapa jenis pajak – pajak yang ada di Indonesia
diantaranya:
1.Pajak Penghasilan (PPh)
2.Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3.Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)
4.Bea Meterai
5.Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
6.Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja
pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana
umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai
dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk
pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap
warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau
pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat
dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.
Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan
fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang
lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar
merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada
akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara
maksimal.
b. Upaya Pemerintah dalam meningkatkan penerimaan negara
Upaya pemerintah untuk menggenjot penerimaan pajak kali ini dilakukan melalui
reformasi tata cara dan administrasi perpajakan yang pada prinsipnya bertujuan sebagai
berikut. Pertama, meningkatkan kepastian hukum bagi wajib pajak. Kedua, meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Ketiga, menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkeadilan agar
antar wajib pajak satu dengan wajib pajak lainnya tidak ada yang merasa dirugikan. Keempat,
meningkatkan pelayanan perpajakan melalui peningkatan kualitas aparatur atau SDM
(sumber daya manusia) perpajakan dan melalui pemanfaatan kemajuan tekhnologi informasi
(TI). Dan, kelima, tentu saja merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan negara.
Hal-hal tersebut di atas jelas akan menjadi andalan reformasi perpajakan dari
pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari wajib pajak.
Walau, keberhasilan dari usaha tersebut kembali akan tergantung kepada moral para
wajib pajak dan moral para aparat perpajakan itu sendiri yang selama ini disinyalir masih
banyak yang "bermain mata" dengan
para wajib pajak besar potensial, yang seringkali mencari celah untuk meringankan
pajak yang harus mereka bayar.
Peraturan pajak di atur dalam Udang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang tata cara perpajakan
dan sesuai Pasal 1 ayat 1 yang berbunyi Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. dan juga mengenai pajak penghasilan diatur oleh
Undang-Undang No 36 Tahun 2008 TenTang Pajak Penghasilan.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Agar pemerintah tidak meminjam dana pada luar negeri dan mengecilkan hutang pada luar
negeri maka dari itu dana APBN dari pajak yang di ambil salah satunya sebagai biaya
anggaran negara untuk memperingan biaya-biaya anggaran negara dapat teralokasikan
dengan dinamis. Dan apa bila terjadi bencana atau anggaran yang tak terduga dikeluarkan
oleh Negara maka anggaran APBN dari pajak ini dapat di cairkan dan di alokasikan sehingga
tidak tergantung pada pinjaman dana dari luar negeri yang membuat makin besarnya hutang
negara.
Pelaksanaan Pajak pengelolaan APBN yang berimbang dan dinamis, mengkondisikan bahwa
pengeluaran yang dibelanjakan harus sesuai dengan kemampuan pendanaan. Dengan adanya
penurunan penerimaan negara dari sektor migas, maka usaha peningkatan penerimaan dalam
negeri di luar migas menjadi semakin penting, untuk memenuhi kebutuhan dana
pembangunan yang semakin besar. Mengingat potensi pajak yang besar di masa datang, maka
suasana perpajakan yang sehat dalam sistem perpajakan nasional diperlukan untuk
keberhasilan penghimpunan dana tersebut.
Ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan merupakan langkah yang besar dan penting untuk
mewujudkan azas pembiayaan pembangunan mandiri, sekaligus melepaskan dari
ketergantungan migas. Oleh karena itu, Pemerintah harus berupaya meningkatkan
peningkatan dari pajak penghasilan. Berbagai strategi diupayakan untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor pajak ini.
Sikap positif tentang sesuatu yang baru harus bermula dari adanya pengetahuan tentang hal
tersebut. Pemerintah harus berupaya untuk memasyarakatkan konsep-konsep mengenai
perpajakan dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa membayar pajak dengan baik
memberikan keuntungan bagi masyarakat sendiri. Pemerintah harus berusaha menyadarkan
masyarakat bagaimana peran pentingnya pajak dalam pembangunan, tetapi hal ini harus
diikuti pula oleh itikad baik Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sehingga
masyarakat benar-benar merasakan manfaat dari membayar pajak itu sendiri.
Arah dan rencana yang jelas terhadap penggunaan dana yang dihimpun dari pajak, akan
mendorong kesediaan wajib pajak memenuhi kewajibannya. Hal ini bisa dilakukan dengan
berbagai penyuluhan, memberikan brosur-brosur pajak, pelayanan pajak melalui telepon
untuk melayani pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pajak, dan mengikutsertakan pers
dalam upaya melakukan pendidikan perpajakan ini kepada masyarakat. Insentif berupa
penghargaan kepada para pembayar pajak terbesar masihperlu dilaksanakan. Pendidikan
perpajakan ini harus diupayakan menarik, tidak kaku, menggunakan jargon-jargon yang sulit
dimengerti. Di Swedia, brosur pajak dibuat lucu dengan ilustrasi gambar karton yang
memiliki sifat humor, dan menghindari gambar yang kaku dari para petugas pajak.
Pemerintah juga bias melakukan pendidikan pajak pada para pelajar dan mahasiswa dengan
memasukkan pendidikan pajak sebagai mata pelajaran di sekolah. Secara perlahan, generasi
yang memiliki kesadaran membayar pajak akan terbentuk.
Bentuk peraturan perundangan diusahakan sederhana dan mudah dipahami. Hal ini akan
memudahkan masyarakat mengerti dan konsep akan semakin tersosialisasi dengan lebih baik.
Semakin besar kemungkinan seseorang tertangkap bila melakukan penggelapan pajak, maka
akan semakin kecil keberanian untuk melakukan penggelapan pajak.
Petugas pajak harus semakin meningkatkan pengawasannya karena dengan demikian orang-
orang akan sulit untuk melakukan pelanggaran.
Semakin besar hukuman yang diterima, semakin kecil keberanian untuk melanggar.
Misalnya bila seseorang melakukan penggelapan pajak sebesar Rp. 100 juta dan hanya
didenda Rp. 5 juta, maka orang-orang akan lebih berani mengambil resiko untuk melakukan
pelanggaran karena resikonya kecil.
Strategi pemerintah dalam meningkatkan sistem pajak APBN agar berimbang dinamis dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Dengan mulai menggunakan teknik humas atau pengenalan familier. Cara ini dapat
dilakukan dengan iklan layanan masyarakat tentang wajib pajak, pentingnya pajak
dsb.
2. Pemerintah melakukan Undang-Undang cukai yang tinggi terhadap bidang-bidang
perniagaan yang berkaitan dengan masyarakat luas termasuk impor tetapi tidak
termasuk bahan makanan pokok.
3. Pemerintah menentukan sekian persen (prosentase) pemasukan daerah untuk
dimasukkan ke bidang usaha sehingga tetap ada iuran pajak daerah yang masuk ke
pusat.
Selain hal tersebut, yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan ialah mengenai
ekstensifikasi pajak penghasilan Ada berbagai penghasilan yang belum dikenakan pajak.
Beberapa cara terjadi untuk mendapatkan penghindaran pajak, karena beberapa penghasilan
dapat diperoleh tanpa harus membayar pajak. Pemerintah dapat mengenakan pajak
penghasilan kepada penghasilan bunga deposito. Usaha menghindarkan pajak secara legal
lainnya seperti membentuk koperasi telah banyak dilakukan. Ada koperasi-koperasi yang
berdiri, yang sebenranya beroperasi sebagai lembaga kredit karena penghasilan dalam bentuk
koperasi tidak menjadi obyek pajak.
Masyarakat kita belum cukup dewasa untuk diminta mengisi jumlah yang harus
dibayarkannya dengan benar. Hal ini karena kita masih berada pada tahap trnasisi yang sering
dicirikan dengan rendahnya kesadaran hukum. Kurangnya kesadaran hukum ini ditunjukkan
oleh berbagai kasus perpajakan yang terjadi. Bila pemerintah ingin menggunakan sistem ini,
Pemerintah harus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pajak bagi wajib
pajak tersebut sehingga wajib pajak dengan kesadaran sendiri membayar pajak sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya. Sistem dalam memperoleh, mengisi dan mengembalikan SPT yang
mudah akan meningkatkan kegairahan untuk membayar pajak.
Bila untuk melakukan pembayaran seorang wajib pajak harus melewati birokrasi yang
berbelit-belit dan memakan waktu, wajib pajak akan malas dalam menunaikan kewajibannya.
Pembenahan struktur organisasi aparatur perpajakan juga dapat dilakukan, termasuk juga
penggunaan teknologi informasi dapat mempercepat dan memudahkan pelayanan yang
berdampak pada efisiensi pemungutan pajak, seperti pada pengolahan SPT PPh.
Kejujuran adalah sikap spiritual dan kepribadian yang selalu mengacu kepada
kebenaran ketika melakukan sebuah tindakan. Dengan kejujuran ini, petugas pajak bisa
menolak berbagai jenis godaan melakukan penggelapan atau berkolusi dengan wajib pajak.
BAB IV
4. SUMBANGSIH PAJAK TERHADAP APBN
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan
dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah
undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Pajak berdasarkan lembaga pemungut pajak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Pajak Pusat
Pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh
Kementerian keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Pengadministrasian yang berkaitan
dengan pajak pusat, akan dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Jenis pajak pusat adalah :
a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
d. Bea Meterai
e. Bea Masuk
f. Cukai
13.
2. Pajak Daerah
Merupakan pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi maupun
Kabupaten/kota. Pengadministrasian pajak daerah ini dilaksanakan di Kantor Badan
Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau kantor sejenisnya yang berada dibawah
Pemerintah Daerah setempat.
Sesuai UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis
Pajak Daerah:
Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 telah ditetapkan bahwa
pendapatan dalam negeri khususnya dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.498,9 Triliun.
Sebagai warga negara yang juga merupakan wajib pajak tentunya Anda ingin mengetahui
seberapa besar kontribusi Anda pada penerimaan negara yang berjumlah hampir seribu lima
ratus triliun tersebut. Kabai baik karena Kementerian Keuangan (kemenkeu) telah membuat
halaman khusus sehingga Anda dapat melihat alokasi uang pajak yang Anda bayarkan
digunakan untuk apa saja. Pada tautan berikut kemenkeu memberikan fitur interaktif berupa
simulasi sehingga dapat dengan jelas memberikan gambaran penggunaan uang pajak yang
Anda bayarkan di APBN 2017. Tentunya dengan menghitung kontribusi pajak Anda secara
proporsional pada dua komponen besar Belanja Negara APBN, yaitu Belanja Pemerintah
Pusat dan Transfer ke Daerah & Dana Desa.
Dalam APBN, pajak tergolong pendapatan non migas. Jika ditinjau dari susunan atau
komponen APBN yang sebagian besarnya pendapatan negara diterima dari sektor pajak, jelas
bahwa pajak sangat berpengaruh pada pendapatanIndonesia. Struktur pendapatan negara
didominasi sumber-sumber penerimaan dari pos-pos perpajakan, karena Pemerintah lebih
memfokuskan menggali sumber-sumber dana di dalam negeri dan menghindari utang luar
negeri.
Itulah maka pada APBN 2011 hibah memiliki jumlah yang paling sedikit daripada sumber
pendapatan Negara lainnya.
Penerimaan perpajakan didominasi oleh sumber-sumber antara lain pajak penghasilan,
pajak pertambahan nilai barang atau pajak penjualan barang mewah, pajak bumi dan
bangunan, penerimaan cukai dll. Dari tahun ke tahun penerimaan/pendapatan negara dari
pajak terus meningkat. Ada beberapa alasan mengapa pajak begitu penting bagi APBN yaitu:
1. PPh memberikan sumbangsih yang tidak kecil pada pendapatan negara, hal ini dikarenakan
PPh adalah jenis pajak langsung dengan tarif progresif, pajak ditanggung oleh wajib pajak
bersangkutan dan besar pajak akan semakin besar bila pendapatan yang diterima juga
semakin besar.
Pendapatan Negara yang diterima untuk digunakan di APBN 2011 dari pajak penghasilan
berjumlah 420.493,8 triliun.
2. Cukai adalah pungutan oleh negara secara tidak langsung kepada konsumen yang
menikmati/menggunakan obyek cukai. Obyek cukai pada saat ini adalah cukai hasil
tembakau(rokok, cerutu dsb), Minuman mengandung alkohol / Minuman keras. harga
sebungkus rokok yang dibeli oleh konsumen sudah mencakup besaran cukai didalamnya.
Pada APBN 2011, cukai yang menjadi pendapatan Negara berjumlah 62.759,9 triliun.
3. Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan pada suatu barang atau jasa dalam
peredarannya dari produsen ke konsumen. Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk
PPN, yaitu sebesar 10%. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di
Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No.
11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000.
Pendapatan negara yang didapat dari Pajak Pertambahan Nilai berjumlah 312.110,0 triliun.
4. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dipungut atas tanah atau bangunan bagi
orang atau badan yang mempunyai hak dan memiliki manfaat atasnya. Dasar pengenaan
pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak, yang besarnya ditentukan berdasarkan harga
pasar pertahunnya dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pajak Bumi dan Bangunan di
pendapatan negara APBN 2011 berjumlah 27.682,4.
Keempat pajak di atas adalah penyumbang terbesar pada pendapatan negara. Masih banyak
pajak lainnya, tetapi jumlah kesemua pajak tersebut tetap lebih kecil.
Sementara alokasi dana APBN yang didapat dari penerimaan perpajakan, penerimaan
bukan pajak dan hibah digunakan untuk belanja negara dan pembiayaan lainnya. belanja
negara dalam tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp1.229,6 triliun. Jumlah itu terdiri atas belanja
pemerintah pusat Rp836,6 triliun dan transfer ke daerah Rp393,0 triliun.
Menurut jenis belanja, belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai Rp180,6
triliun, belanja barang Rp132,4 triliun, belanja modal Rp121,9 triliun, pembayaran bunga
utang Rp115,2 triliun, subsidi sebesar Rp187,6 triliun, belanja hibah Rp771,3 miliar, bantuan
sosial Rp61,0 triliun, dan belanja lain-lain Rp15,3 triliun.
Subsidi sebesar Rp187,6 triliun terdiri atas subsidi energi sebesar Rp136,6 triliun,
subsidi listrik Rp40,7 triliun dan subsidi non energi Rp51,0 triliun. “Subsidi non energi terdiri
atas subsidi pangan Rp15,3 triliun, subsidi pupuk Rp16,4 triliun, subsidi benih Rp120,3
miliar, subsidi/bantuan PSO sebesar Rp1,9 triliun dan subsidi pajak ditanggung pemerintah
sebesar Rp14,8 triliun,”
Pada dasrnya fungsi pajak adalah sebagai sumber keuangan Negara. Pemerintah dalam hal ini
sebagai pemungut pajak terutama semata-mata untuk memperoleh uang sebanyak-banyaknya
untuk membiayai pengeluaran-pengelurannya baik bersipat rutin maupun pembangunan.
Fungsi pajak dalam pembangunan juga untuk memasukkan uang ke kas Negara atau dengan
kata lain fungsi pajak sebagai sumber penerimaan Negara dan juga kembali digunakan untuk
pengeluaran Negara baik yang bersifat rutin maupun pembangunan.
Maka jelas dari hal tersebut pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dapat terwujud
jika keuangan dan pemasukan dalam sektor pajak lancar.
Pajak adalah harga penggunaan barang dan pelayanan publik, dan jika penerimaan tidak
mencukupi maka pengadaan barang dan pelayanan publik akan mengalami pemburukan.
Hakikatnya negara membutuhkan semua itu sesuai dengan perkembangan ekonomi dan
pembangunannya. Menurut Hukum Wagner, porsi pengeluaran negara cenderung naik sesuai
dengan perkembangan PDB per kapita. Perkembangan pengeluaran negara maju ternyata
juga meningkat dikaitkan dengan pembiayaan sistem jaminan sosial. Di sini, komponen
anggaran ini masih minimal, sehingga titik berat anggaran masih untuk barang dan layanan
publik.
Pajak sesuai definisi dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang No 28 tahun 2007 ( UU KUP ) adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak ( agar tidak rancu , yang disebut pajak di sini adalah pajak pusat ) saat ini bisa
dikatakan sebagai primadona penerimaan bagi negara. Pada beberapa tahun yang lampau
sektor perpajakan dianggap sebagai unsur penerimaan “sekunder” sebab waktu itu
pemerintah lebih mengandalkan penerimaan dari sektor minyak dan gas (migas). Seiring
berjalannya waktu, pajak akhirnya menjadi unsur yang dominan dalam penerimaan negara
setelah sektor migas tidak lagi bisa diandalkan. Sebagai negara besar dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta, Indonesia tentu membutuhkan banyak sekali dana sebagai
sumber pembiayaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari luar negeri, dana bisa
berupa investasi, hibah, ataupun pinjaman. Sedangkan dari dalam negeri, salah satunya dari
unsur pajak sebagai sumber penerimaan terbesar.
Sebagai sumber penerimaan yang menjadi sumber utama, otomatis dana dari pajak
sangat berperan dalam neraca keuangan pemerintah. Sampai saat ini hampir 70 %
penerimaan negara kita ditopang dari pajak. Manfaat pajak bisa kita lihat dan rasakan dalam
kehidupan kita sehari-hari hampir di semua sektor. Fasilitas kesehatan, transportasi,
pendidikan, sarana dan prasarana umum dll, tak lain dan tak bukan adalah sumbangsih dari
pajak. Termasuk untuk mencicil utang luar negeri kita yang masih banyak.
Berbicara kaitan atau hubungan antara pajak dengan Anggaran Penerimaan dan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
hubungan yang saling berkaitan. Pajak, sebagai sumber penerimaan negara, adalah
penyumbang terbesar APBN. Melalui APBN negara membuat rencana pendapatan dan
belanja negara dalam kurun waktu satu tahun. Semua program kerja dan besarnya biaya
dicatat disini, yang mencangkup seluruh daerah di wilayah Indonesia.
17.
Dengan kita tahu bahwa peran pajak sangat penting bagi kelangsungan hajat hidup
seluruh rakyat Indonesia, sudah seharusnya kita sadar diri bahwa kita harus bisa aktif
berpartisipasi memenuhi hak dan kewajiban kita dalam hal pajak.
C. Kebijakan Pajak Dalam Pembangunan Indonesia
Saat ini Indonesia mulai memprioritaskan sektor pajak sebagai sumber pendanaan
pembangunan di berbagai bidang. Peningkatan penerimaan pajak tersebut dimulai pada tahun
fiskal 1984, pemerintah memberitahukan reformasi perpajakan dengan menerapkan sistem
self assessment dalam pemungutan pajak . Penerimaan sektor pajak mengalami peningkatan
volume dari tahun ke tahun sejak pembaharuan di bidang perpajakan, yang dikenal dengan
reformasi pajak yang dilaksanakan tahun 1983.
Dengan reformasi pajak nasional sistem pajak yang berlaku saat ini akan
disederhanakan . Penyederhanaan tersebut mencakup jenis pajak, tarif pajak dan cara
pembayaran pajak. Setelah reformasi ini sistem pembayaran pajak akan makin adil dan wajar,
sedangkan jumlah wajib pajak akan makin luas. Selanjutnya reformasi pajak akan dilakukan
terhadap aparat pajak, baik yang menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin maupun mental.
Pembayaran pajak merupakan perwujud dari kewajiban kenegaraan dan peran serta
Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang
perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari
setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. ( Buku Panduan Hak dan Kewajiban Pajak. Tanggung
jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan di
bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia. Pajak yang dipungut hendaknya tidak memberatkan wajib pajak.
Artinya pemerintah harus memperhatikan layak atau tidaknya seseorang dikenakan pajak
sehingga orang yang dikenai pajak akan senang hati membayar pajak. Prinsip Kecocokan/
Kelayakan (Convience). Pajak mengandung pengertian Iuran yang harus dibayar oleh wajib
pajak (masyarakat) kepada negara (pemerintah) berdasarkan norma- norma hukum dan tidak
memperoleh balas jasa secara langsung.
Pajak dikenakan secara umum dan sesuai dengan kemampuan wajib pajak atau
sebanding dengan tingkat penghasilannya. Prinsip Keadilan (Equity)
Pemungutan pajak harus dilakukan dengan Prinsip tegas,jelas, dan ada kepastian
hukum. Kepastian (Certainty) Hal ini dimaksudkan agar mudah dimengerti oleh wajib pajak
dan memudahkan administrasi.
Penyebab pajak menjadi porsi utama dalam APBN adalah karena pendapatan Negara
pada sektor lain belum bisa mencapai target dan porsi tersebut tidak hanya di Negara
Indonesia saja, tapi juga hampir di seluruh dunia yang mengandalakan pajak sebagai
pendapatan utama dalam APBN nya. Disinilah penybab utama pemerintah mengandalkan
penerimaan sektor pajak ini untuk menopang APBN yang semakin membengkak. Jika di sisi
penerimaan tidak banyak lagi yang bisa diandalkan, sebenarnya potensi pajak ini masih
sangat besar, dan di area ini pula pemerintah masih leluasa bermain.
Tetapi apa daya, potensi yang sedemikian besar itu tidak bisa dijangkau secara
maksimal karena banyak kendala, termasuk di internal Ditjen Pajak. Banyak oknum yang
bermain dengan seribu jurus memanfaatkan celah undang-undang untuk memperkaya diri.
Proses negosiasi dalam kasus perpajakan biasa terjadi. Paham ”tidak ada masalah yang tidak
bisa dikompromikan” benar-benar dipraktikkan dalam dunia nyata. Maka tidak
mengherankan manakala seorang makelar kasus bisa menumpuk kekayaan. Tentu susah
mengetahui berapa tingkat kebocoran akibat kekalahan demi kekalahan di peradilan pajak.
Pajak adalah harga penggunaan barang dan pelayanan publik, dan jika penerimaan
tidak mencukupi maka pengadaan barang dan pelayanan publik akan mengalami
pemburukan. Hakikatnya negara membutuhkan semua itu sesuai dengan perkembangan
ekonomi dan sosialnya. Menurut Hukum Wagner, porsi pengeluaran negara cenderung naik
sesuai dengan perkembangan PDB per kapita. Perkembangan pengeluaran negara maju
ternyata juga meningkat dikaitkan dengan pembiayaan sistem jaminan sosial. Di sini,
komponen anggaran ini masih minimal, sehingga titik berat anggaran masih untuk barang dan
layanan publik.
Pendapatan Negara dari sektor pajak memang sangat mudah didapatkan, selain pajak
dijadikan beban bagi rakyat dalam Negara pajak juga dibebankan kepada warga asing yang
masuk dan berliburan di Negara lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Pertama
Proses pemungutan pajak nasional merupakan suatu kegiatan yang terus menerus dan
menyeluruh dilakukan dalam meningkatkan pendapatan Negara dan untuk membiyaai
pengeluaran Negara sendiri..
Dari penjelasan diatas pajak menjadi bagian yang terpenting dalam menjalankan roda
pertumbuhan negara, arah tersebut telah menciptakan berbagai pembaharuan-pembaharuan
untuk terus menuju ke kesejahteraan rakyat. Catatan-catatan diatas ini tidak lain dimaksudkan
agar setiap tindakan penerimaan pajak secara langsung atau tidak lansung dilaksanakan demi
meningkatkan kecerdasan dan kemakmuran rakyat banyak. Khususnya dalam meningkatkan
perekonomian Indonesia yang lebih baik.
Sistem kebijakan prpajakan di Negara Indonesia sudah menunjukkan perbaikan ke arah yang
lebih demokratis ada pasca Reformasi. Paling tidak ada masa reformasi ini, semua proses
perpajakan baik pusat maupun daerah dituntut supaya harus mentaati sesuai dengan amanat
undang-undang.
Artinya partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dalam proses pembayaran pajak negara
baik di tingkat pusat maupun daerah provinsi, kabupaten/kota, distrik dan kampung. Hal ini
menuntut kesadaran dan semangat masyarakat seutuhnya sebagai warga negara dan bangsa
Indonesia yang turut bertanggung jawab dalam proses pembangunan dan penghasilan Negara
B. Kesimpulan Kedua
Tidak dapat dipungkiri jika pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara
di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan
pemerintahan. Di negara-negara maju dan berkembang, sebagian potensi pendapatan negara
melalui pajak itu sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan inovasi dan
teknologi badan usaha dan industri nasional mereka. Sebagaimana dimaklumi, pajak
berfungsi dalam pembiayaan (budgeter) pembangunan, terutama untuk keperluan
pengeluaran rutin seperti belanja pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.
Dengan pajak, roda pembangunan dapat berjalan dan membuka kesempatan kerja.
Dalam hal ini pajak juga berfungsi sebagai pendistribusi pendapatan masyarakat. Dengan
pajak, suatu pemerintahan juga dapat menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga
sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga. Stabilitasi dilakukan dengan mengatur peredaran
uang, yang dilakukan melalui pemungutan pajak dan dengan pemanfaatannya secara efektif
dan efisien.
Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ternyata dapat
meningkatkan penerimaan negara. Hal ini dikarenakan karena PPnBM mengandung dua
unsur pajak, yaitu fungsi budgetair/finansial dan fungsi regulerend/mengatur. Dalam Fungsi
budgetair/finansial, PPnBM telah terbukti memberikan sumbangsih yang cukup besar kepada
pendapatan negara, sedangkan dalam fungsi regulerend atau mengatur, pemberlakuan
PPnBM memiliki makna pemerataan dan membawa rasa keadilan di tengah masyarakat,
kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi diharapkan berperan lebih besar mendanai
pembangunan di Indonesia. Penerapan PPnBM pada tarif tinggi dapat mengatur kegiatan dan
gaya hidup masyarakat ke arah yang lebih efisien dan hemat.
Walau, harus diakui bahwa hal-hal ini masih menemui banyak kendala dan masih
sulit untuk dilaksanakan oleh oknum aparat perpajakan kita sebab biasanya masih ada pihak-
pihak tertentu yang sengaja memancing di air keruh, memakai kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dengan kerugian di pihak negara. Selain itu, mengejar
wajib pajak potensial kelas kakap sangat sulit dilakukan karena biasanya mereka sangat dekat
dengan kekuasaan, hingga terkesan sangat sulit untuk disentuh tangan-tangan aparat
pajak kita.