Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
1
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 20
B. SARAN ........................................................................................................ 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tax Planning adalah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh wajib
pajak dalam melakukan manjemen perpajakan usaha atau penghasilannya, namun
perlu diperhatikan bahwa perencaan pajak yang dimaksud adalah perencanaan
3
pajak tanpa melakukan pelanggaran konstitusi atau Undang-Undang Perpajakan
yang berlaku.
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
4
D. Rumusan Masalah
5
BAB II
A. Pengertian Pajak
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang
membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena
pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan
pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal
tersebut hanya berlaku untukwarga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif
dan syarat objektif.
Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, maka wajib
untuk membayar pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika
seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan,
maka ada ancaman sanksi administratif maupun hukuman secara pidana.
6
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir,
maka harus membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak
seperti itu. Pajak merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga
negara. Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung
menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan Anda dapatkan berupa
perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga,
beasiswa pendidikan bagi anak Anda, dan lain-lainnya.
4. Berdasarkan Undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya
dari produsen ke konsumen atau secara Cuma-Cuma/hadiah. PPN termasuk jenis
pajak tidak langsung, karena pajak tersebut disetor oleh pihak lain sebagai
pemungut, yang bukan penanggung pajak.
7
10% X DPP (DASAR PENGENAAN PAJAK)
1. beras
2. gabah
3. jagung
4. sagu
5. kedelai
6. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium
7. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas,digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain,
dan/atau direbus
8
8. telur, yaitu telur yang tidak diolah,termasuk telur yang
dibersihkan,diasinkan, atau dikemas
9. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas
10. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah
melalui proses dicuci, disortasi, dikupas,dipotong, diiris, di-grading,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas
11. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah
9
jasa pelayanan sosial, meliputi:
jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel danmenggunakan cara lain pengganti
perangko tempel.
jasa asuransi
10
jasa keagamaan, meliputi:
jasa kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan termasuk jasa
di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian
tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.
jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar
negeri.
11
1. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.
2. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,
rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.
Namun perlu dicatat, Tax Planning tidak digunakan atau tidak ditujukan
untuk melalaikan kewajiban perpapajakan sebagai wajib pajak. Tax Planning
merupakan usaha untuk memanfaatkan peluang yang berkaitan dengan peraturan
perpajakan untuk menguntungkan perusahaan tanpa merugikan pemerintah serta
dilakukan dengan cara yang legal.
Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP)
untuk menyusun aktivitas keuangan guna menmdapat pengeluaran (beban)
pajak yang minimal. secara teoritis, tax planning dikenal sebagai effective
tax planning, yaitu seorang wajib pajak berusaha mendapat penghematan
12
pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran pajak (tax avoidance)
secara sistematis sesuai ketentuan UU Perpajakan (Hoffman, 1961).
Menurut Gunawan, yang dikutip oleh Lumbantoruan (Lumbantoruan :
1996:485), tax planning merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh
wajib pajak. Tindakan itu legal karena penghematan pajak hanya
dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes).
Rencana meminimalkan pajak dapat ditempuh misalnya, mengambil
ketentuan yang sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian
dan pemotongan atau pengurangan yang diperkenankan. Pada umumnya
tax planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Rencana
meminimalkan pajak dapat ditempuh dengan cara, mengambil keuntungan
yang sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan
potongan atau pengurangan yang diperkenankan, hal ini dapat
memanfaatkan penghasilan yang dikecualikan sebagai obyek pajak sesuai
dengan pasal 4 ayat 3.
13
Domestik, juga harus memperhatikan undang-undang atau perjanjian
pajak (tax treaty) dari negara-negara yang terlibat.
14
BAB III
Dari tabel di atas, jelas terlihat bahwa pemanfaatan faktur pajak sebagai
pajak masukan lebih hemat, yaitu total pajak yang dibayarkan PT Unilever
15
Indonesia Tbk hanya Rp 4.534.972.863.636,- dibandingkan dengan PPN
dibebankan yang total pembayaran pajaknya Rp 5.449.572.090.909,- sehingga
penghematan pajak jika PPn dikreditkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 914.
599.227.272,-
UD.Tri Murni memiliki omzet penjualan lebih dari 500 juta rupiah, oleh
karena itu UD.Tri Murni ini digolongkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.Selain
melakukan pembelian terhadap barang dagangan yang berhubungan dengan
usaha, UD.Tri Murni juga melakukan pembelian barang yang tidak berhubungan
langsung dengan usaha.
Dari data yang didapat di perusahaan, ada hal penting yang harus
diperhatikan dalam mekanisme penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai untuk melakukan perencanaan pajak.Salah satu hal yang penting
diperhatikan adalah peraturan perpajakan mengenai tarif dan waktu pembayaran
serta pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.
16
Angka-angka proyeksi/ perkiraan dalam pembahasan proyeksi yang
diterapkan menggunakan angka dasar tahun 2012 dikali 2 dan dibagi 2 untuk
mengantisipasi kenaikan harga dua kali lipat.
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2012 akan di buat data tahun 2013
untuk mengetahui berapa PPN terhutang perusahaan pada tahun 2013, dengan
cara penjualan dikali 2 (penjualan akan dihitung dengan menggunakan data PPN
keluaran tahun 2012) dan pembelian dibagi 2 untuk pembelian BKP dan Non
BKP (pembelian akan dihitung dengan menggunakan data PPN masukan, contoh:
Pada bulan januari penjualan sebesar Rp. 51.940.766 dikenakan tarif PPN
keluaran sebesar 10% yaitu Rp. 5.194.077, dan pembelian untuk BKP sebesar Rp.
25.210.895 dikenakan tarif PPN masukan sebesar 10% yaitu Rp. 2.521.090,
sedangkan untuk pembelian non BKP sebesar Rp. 25.210.895 tetapi untuk
pembelian non BKP tidak dikenakan tarif PPN 10%, untuk mengetahui berapa
PPN terhutang pada bulan Januari adalah dengan
17
Data perhitungan PPN dari tahun 2012 ke 2013
Hasil dari pembelian barang BKP dan Non BKP, didapati PPN Terhutang
perusahaan pada tahun 2013 yang diperoleh dari PPN keluaran dikurangi PPN
masukan adalah sebesar 41.597.928. Berdasarkan data tahun 2013 perencanaan
pajak yang akan dilakukan adalah perencanaan pajak untuk meminimalkan PPN
terhutang dari perusaan, dengan perencanaan pajak tersebut perusahaan akan
memperoleh hasil sebagai berikut.
18
Data perhitungan PPN tahun 2013 setelah Tax Planning
Hasil dari tahun 2013 didapati bahwa perusahaan melakukan Tax Planning
dengan cara melakukanpembelian barang hanya ke BKP, berbeda dengan sebelum
melakukan Tax Planning dimana perusahaan membeli barang BKP dan Non BKP,
dengan cara tersebut perusahaan berhasil meminimalkan PPN
terhutangnya.Dengan menerapkan Tax Planning PPN terhutang yang akan dibayar
perusahaan pada tahun 2013 lebih kecil yaitu sebesar 2.082.702, dibandingkan
sebelum melakukan Tax planning PPN terhutang perusahaan sebesar 41.597.928.
19
BAB IV
A. KESIMPULAN
1. Tax Planning yang dilakukan pada contoh kasus ini benar benar dapat
menghemat ppn yang harus disetor
2. Perhitungan Tax Planning yang dilakukan pada contoh kasus sudah sesuai
dan tidak melanggar peraturan perpajakan yang ada
3. Persentase penghematan Tax Planning
a. Untuk Kasus A
(5.449.572.090.909 - 4.534.972.863.636) : 5.449.572.090.909 x
100 % = 16,78 %
b. Untuk Kasus B
(41.597.928.- 2.082.702) : 41.597.928 x 100 % = 94,99 %
B. SARAN
20
2. Setelah melakukan Tax Planning, diharapkan perusahaan mentaati
peraturan perpajakan yang berlaku untuk menghindari hal hal yang tidak
diinginkan di masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Muljono, 2009, Tax planning: menyiasati pajak dengan bijak, Yogyakarta,
Andi
Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorak Jenderal Pajak, 2011, Pajak
Pertambahan Nilai, Jakarta Utara
Suandy, Erly, 2008,Perencanaan Pajak, Jakarta: Salemba Empat
Waluyo,2011, Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1, Jakarta, Salemba empat
21