Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 3

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4

C. Batasan Masalah ........................................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMIKIRAN ............................................. 6

A. Pengertian Pajak ........................................................................................... 6

B. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai .............................................................. 7

C. Pengertian Perencanaan Pajak ( Tax Planning ) ........................................... 12

BAB III CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN............................................ 15

A. Contoh Kasus PT. UNILEVER ................................................................... 15

B. Contoh Kasus UD. TRIMURNI .................................................................. 16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 20

A. KESIMPULAN ........................................................................................... 20

B. SARAN ........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan iuran wajib bagi wajib pajak di Negara Indonesia,


iuran wajib yang dipungut itu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak menjadi sebuah
komponen yang penting dalam kehidupan perekonomian nasional, karena
faktanya pajak merupakan sumber pendapatan yang terbesar bagi APBN
dibandingkan sumber - sumber pendapatan yang lain.

Pajak setidaknya mempunyai 2 fungsi, yaitu fungsi penerimaan


(budgetair) dan fungsi mengatur (reguler) yaitu sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Selain itu,
terdapat juga ciri - ciri pajak yang salah satunya adalah dapat dipaksakan
sehingga setiap entitas yang sudah menjadi wajib pajak (WP) atau
pengusaha kena pajak (PKP) harus mematuhi hukum perpajakan.

Pajak juga dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya, lembaga


pemungutnya ataupun berdasarkan sifatnya. Dalam skripsi ini pajak yang
dibahas adalah mengenai pajak pertambahan nilai (PPN) yang termasuk
dalam golongan tidak langsung, dipungut oleh pemerintah pusat dan sifatnya
pajak subjektif.

PKP dalam memenuhi kewajiban PPN seringkali mengalami kesulitan


baik dari segi waktu, biaya, kelengkapan, dan lain - lain. Untuk itu skripsi
ini dibuat untuk menghimbau PKP melakukan Tax Planning dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.

Tax Planning adalah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh wajib
pajak dalam melakukan manjemen perpajakan usaha atau penghasilannya, namun
perlu diperhatikan bahwa perencaan pajak yang dimaksud adalah perencanaan

3
pajak tanpa melakukan pelanggaran konstitusi atau Undang-Undang Perpajakan
yang berlaku.

Kesulitan dalam memenuhi kewajiban PPN dapat disebabkan oleh


berbagai situasi, salah satunya adalah perbedaan kurs nasional yang bisa
saja menyebabkan PKP harus membayar PPN dalam jumlah lebih besar,
seringkali hal ini terjadi pada perusahaan besar.

Dalam situasi atau kondisi seperti itu, manajer harus dapat


mengambil keputusan manajerial yang salah satunya adalah dengan tax
planning. Untuk itu perlu disajikan contoh kasus berserta analisanya.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat diindetifikasi beberapa


masalah yang diangkat untuk dibahas lebih lanjut. Masalah - masalah
tersebut antara lain

1. Apakah Tax Planning benar - benar dapat menghemat PPN yang


harus dibayar ?
2. Apakah perhitungan pajak melalui Tax Planning sudah sesuai dengan
Undang Undang ?
3. Berapa besar penghematan yang dapat dilakukan dalam kasus
tersebut ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka


untuk memperjelas permasalahan, maka penelitian ini akan dibatasi pada:

1. Besarnya pajak dihitung sesuai contoh kasus (faktor lain dianggap


tetap)
2. Undang - Undang yang dimaksud adalah undang - undang pajak
penghasilan no. 36 tahun 2008

4
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka


penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas Berapa persentase tax
planning dalam menghemat PPN ?

5
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMIKIRAN

A. Pengertian Pajak

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang
membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena
pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan
pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian Pajak


adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara

Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal
tersebut hanya berlaku untukwarga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif
dan syarat objektif.

2. Pajak Bersifat Memaksa Untuk Setiap Warga Negara

Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, maka wajib
untuk membayar pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika
seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan,
maka ada ancaman sanksi administratif maupun hukuman secara pidana.

3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung

6
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir,
maka harus membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak
seperti itu. Pajak merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga
negara. Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung
menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan Anda dapatkan berupa
perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga,
beasiswa pendidikan bagi anak Anda, dan lain-lainnya.

4. Berdasarkan Undang-undang

Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang


yang mengatur tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan
pajak.

B. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya
dari produsen ke konsumen atau secara Cuma-Cuma/hadiah. PPN termasuk jenis
pajak tidak langsung, karena pajak tersebut disetor oleh pihak lain sebagai
pemungut, yang bukan penanggung pajak.

Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak


pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang
disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal
istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang
dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN
yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.

Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10


persen. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia
adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No.
11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000.

Berikut cara menghitung PPN :

7
10% X DPP (DASAR PENGENAAN PAJAK)

Keculia, Barang tidak kena PPN

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung


dari sumbernya, meliputi:

1. minyak mentah (crude oil).


2. Gas bumi tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi
langsung oleh masyarakat.
3. Panas bumi.
4. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,
opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat(phospat), talk,
tanah serap (fullers earth),tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit.
5. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan.
6. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.

Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,


meliputi:

1. beras
2. gabah
3. jagung
4. sagu
5. kedelai
6. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium
7. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas,digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain,
dan/atau direbus

8
8. telur, yaitu telur yang tidak diolah,termasuk telur yang
dibersihkan,diasinkan, atau dikemas
9. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas
10. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah
melalui proses dicuci, disortasi, dikupas,dipotong, diiris, di-grading,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas
11. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah

makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran, rumah


makan, warung, dan sejenisnya,meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak,
termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa
boga atau katering.

Uang, emas batangan, dan surat berharga

Jasa tidak kena PPN

jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.


2. Jasa dokter hewan.
3. Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli
fisioterapi.
4. Jasa kebidanan dan dukun bayi.
5. Jasa paramedis dan perawat.
6. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium.
7. Jasa psikolog dan psikiater.((konsultan kesehatan))
8. Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

9
jasa pelayanan sosial, meliputi:

1. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.


2. Jasa pemadam kebakaran.
3. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.
4. Jasa lembaga rehabilitasi.
5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium.
6. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel danmenggunakan cara lain pengganti
perangko tempel.

jasa keuangan, meliputi:

1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,


sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu.
2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada
pihak lain dengan menggunakan surat,sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.
3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
berupa:
1. sewa guna usaha dengan hak opsi;
2. anjak piutang;
3. usaha kartu kredit; dan/atau
4. pembiayaan konsumen;
4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah
dan fidusia
5. jasa penjaminan

jasa asuransi

10
jasa keagamaan, meliputi:

1. Jasa pelayanan rumah ibadah.


2. Jasa pemberian khotbah atau dakwah.
3. jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan
4. Jasa lainnya di bidang keagamaan.

jasa pendidikan, meliputi:

1. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan


pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional.
2. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.

jasa kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan termasuk jasa
di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian
tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.

jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan

jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar
negeri.

jasa tenaga kerja, meliputi:

1. jasa tenaga kerja.


2. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja
tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.
3. Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

jasa perhotelan, meliputi:

11
1. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.
2. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,
rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.

jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan


pemerintahan secara umum
jasa penyediaan tempat parkir
jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
jasa pengiriman uang dengan wesel pos
jasa boga atau katering

C. Pengertian Perencanaan Pajak ( Tax Planning )

Tax Planning merupakan suatu perencanaan pajak sehingga dapat


mencapai suatu penghematan pajak (tax savings) dengan mencari ide baru
ataupun dengan memanfaatkan loopholes (hal yang tidak diatur oleh peraturan).
Tujuan dari kegiatan Tax planning jelas untuk untuk mengurangi jumlah atau total
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.

Namun perlu dicatat, Tax Planning tidak digunakan atau tidak ditujukan
untuk melalaikan kewajiban perpapajakan sebagai wajib pajak. Tax Planning
merupakan usaha untuk memanfaatkan peluang yang berkaitan dengan peraturan
perpajakan untuk menguntungkan perusahaan tanpa merugikan pemerintah serta
dilakukan dengan cara yang legal.

Beberapa pengertian Tax Planning oleh beberapa Ahli :

Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP)
untuk menyusun aktivitas keuangan guna menmdapat pengeluaran (beban)
pajak yang minimal. secara teoritis, tax planning dikenal sebagai effective
tax planning, yaitu seorang wajib pajak berusaha mendapat penghematan

12
pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran pajak (tax avoidance)
secara sistematis sesuai ketentuan UU Perpajakan (Hoffman, 1961).
Menurut Gunawan, yang dikutip oleh Lumbantoruan (Lumbantoruan :
1996:485), tax planning merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh
wajib pajak. Tindakan itu legal karena penghematan pajak hanya
dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes).
Rencana meminimalkan pajak dapat ditempuh misalnya, mengambil
ketentuan yang sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian
dan pemotongan atau pengurangan yang diperkenankan. Pada umumnya
tax planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Rencana
meminimalkan pajak dapat ditempuh dengan cara, mengambil keuntungan
yang sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan
potongan atau pengurangan yang diperkenankan, hal ini dapat
memanfaatkan penghasilan yang dikecualikan sebagai obyek pajak sesuai
dengan pasal 4 ayat 3.

Tax Planning perlu dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan


berbagai pengakuan metode akuntansi, seperti pengakuan biaya maupun
penghasilan, cara pembayaran pajak, penempatan modal, pengakuan rugi,
pemilihan cara pengakuan selisih kurs, permintaan restitusi hingga permintaan
imbalan bunga.

Tax planning dibagi menjadi dua:

1. Tax planning domestic nasional (national tax planning)


National tax planning hanya memperhatikan Undang-Undang Domestik,
pemilihan atas dilaksanakan atau tidak suatu transaksi dalam national tax
planning bergantung pada transaksi tersebut, artinya untuk menghindari /
mengurangi pajak, wajib pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang
harus dilaksanakan sesuai dengan hokum pajak yang ada, misalnya akan
terkena tarif pajak khusus final atau tidak ?
2. International tax planning
International tax planning selain memperhatikan Undang-Undang

13
Domestik, juga harus memperhatikan undang-undang atau perjanjian
pajak (tax treaty) dari negara-negara yang terlibat.

Langkah-langkah dalam perencanaan pajak pertambahan nilai (PPn)


perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Memahami peraturan dan perundang-undangan perpajakan,

2. Perencanaan pajak PPn tidak melanggar ketentuan peraturan perpajakan,

3. Memastikan bahwa bukti-bukti pendukung memadai, misalnya adanya


perjanjian (kontrak), faktur (invoice), faktur pajak, nota penerimaan
barang, nota pengiriman barang, bukti pembayaran bank atau bukti
penerimaan bank,

4. Melakukan sosialisasi kepada seluruh karyawan di dalam perusahaan


untuk melakukan pembelian barang kena pajak (BKP) atau Jasa Kena
Pajak (JKP) dari pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP), sehingga faktur pajak masukannya dapat mengurang
faktur pajak keluaran perusahaan,

5. Pajak masukan segera dikreditkan terhadap pajak keluaran,

6. Jika wajib pajak berorientasi ekspor maka manfaatkan fasilitas pajak


pertambahan nilai yang diberikan untuk kawasan bebas.

14
BAB III

CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus PT. UNILEVER

Pastikan bahwa semua faktur pajak masukan yang diterima perusahaan


dari pemasok dapat dikreditkan. Walaupun faktur pajak masukan yang tidak
dikreditkan dapat dibebankan sebagai biaya, akan tetapi hal ini akan merugikan
buat perusahaan. Tidak sedikit perusahaan menganggap bahwa pajak masukan
dibebankan lebih menguntungkan karena dapat menghemat pajak sebesar 25%,
akan tetapi penhematan tersebut hanya sebesar 25% dari 10% yaitu 2,5%.
Misalnya PT Unilever Indonesia Tbk memiliki penjualan sebesar Rp
27.303.248.000.000,- pembelian Rp 13.414.122.000.000,- (sebelum PPn), dan
beban operasional sebesar Rp 5.889.372.000.000,- maka berikut ini adalah
ilustrasi penghematan pajak pertambahan nilai (PPn) dikreditkan dengan pajak
masukan dibanding dengan PPn dibebankan dengan beban.

Dari tabel di atas, jelas terlihat bahwa pemanfaatan faktur pajak sebagai
pajak masukan lebih hemat, yaitu total pajak yang dibayarkan PT Unilever

15
Indonesia Tbk hanya Rp 4.534.972.863.636,- dibandingkan dengan PPN
dibebankan yang total pembayaran pajaknya Rp 5.449.572.090.909,- sehingga
penghematan pajak jika PPn dikreditkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 914.
599.227.272,-

B. Contoh Kasus UD. TRIMURNI

UD.Tri Murni memiliki omzet penjualan lebih dari 500 juta rupiah, oleh
karena itu UD.Tri Murni ini digolongkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.Selain
melakukan pembelian terhadap barang dagangan yang berhubungan dengan
usaha, UD.Tri Murni juga melakukan pembelian barang yang tidak berhubungan
langsung dengan usaha.

Dari data yang didapat di perusahaan, ada hal penting yang harus
diperhatikan dalam mekanisme penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai untuk melakukan perencanaan pajak.Salah satu hal yang penting
diperhatikan adalah peraturan perpajakan mengenai tarif dan waktu pembayaran
serta pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.

Data PPN tahun 2012:

PPN Keluaran PPN Masukan PPN


Bulan ( Penjualan ) ( Pembelian ) Terhutang
Januari 25.970.383 25.210.895 759.488
Februari 31.158.372 30.293.895 864.477
Maret 32.368.677 31.767.587 601.090
April 34.415.561 33.574.800 840.761
Mei 35.466.707 34.478.862 987.845
Juni 28.682.466 27.751.193 931.273
Juli 31.597.596 30.723.947 873.649
Agustus 34.952.272 34.109.407 842.865
September 26.212.123 25.341.847 870.276
Oktober 36.411.932 35.460.590 951.342
November 34.239.317 33.308.348 930.969
Desember 54.091.742 53.132.458 959.284
405.567.148 395.153.829 10.413.319

16
Angka-angka proyeksi/ perkiraan dalam pembahasan proyeksi yang
diterapkan menggunakan angka dasar tahun 2012 dikali 2 dan dibagi 2 untuk
mengantisipasi kenaikan harga dua kali lipat.

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2012 akan di buat data tahun 2013
untuk mengetahui berapa PPN terhutang perusahaan pada tahun 2013, dengan
cara penjualan dikali 2 (penjualan akan dihitung dengan menggunakan data PPN
keluaran tahun 2012) dan pembelian dibagi 2 untuk pembelian BKP dan Non
BKP (pembelian akan dihitung dengan menggunakan data PPN masukan, contoh:
Pada bulan januari penjualan sebesar Rp. 51.940.766 dikenakan tarif PPN
keluaran sebesar 10% yaitu Rp. 5.194.077, dan pembelian untuk BKP sebesar Rp.
25.210.895 dikenakan tarif PPN masukan sebesar 10% yaitu Rp. 2.521.090,
sedangkan untuk pembelian non BKP sebesar Rp. 25.210.895 tetapi untuk
pembelian non BKP tidak dikenakan tarif PPN 10%, untuk mengetahui berapa
PPN terhutang pada bulan Januari adalah dengan

cara mengurangi jumlah pajak keluaran terhadap pajak masukan,


rumusnya adalah:

Penjualan = 51.940.766 = jumlah tarif PPN keluaran 10%

Pembelian BKP = 25.210.895 = jumlah tarif PPN masukan 10%

Non BKP = 25.210.895 = tidak dikenakan tarif PPN 10%

PPN terhutang = PPN keluaran PPN masukan

17
Data perhitungan PPN dari tahun 2012 ke 2013

Bulan Penjualan PPN Pembelian PPN Pembelian PPN


Keluaran BKP Masukan Non BKP Terhutang
Januari 51.940.766 5.194.077 25.210.895 2.521.090 25.210.895 2.672.987
Februari 62.316.744 6.231.674 30.293.895 3.029.390 30.293.895 3.202.285
Maret 64.737.354 6.473.735 31.767.587 3.176.759 31.767.587 3.296.977
April 68.831.122 6.883.112 33.574.800 3.357.480 33.574.800 3.525.632
Mei 70.933.414 7.093.341 34.478.862 3.447.886 34.478.862 3.645.455
Juni 57.364.932 5.736.493 27.751.193 2.775.119 27.751.193 2.961.374
Juli 63.195.192 6.319.519 30.723.947 3.072.395 30.723.947 3.247.125
Agustus 69.904.544 6.990.454 34.109.407 3.410.941 34.109.407 3.579.514
September 52.424.246 5.242.425 25.341.847 2.534.185 25.341.847 2.708.240
Oktober 72.823.864 7.282.386 35.460.590 3.546.059 35.460.590 3.736.327
November 68.478.634 6.847.863 33.308.348 3.330.835 33.308.348 3.517.029
Desember 108.183.484 10.818.348 53.132.458 5.313.246 53.132.458 5.505.103
81.113.430 39.515.383 41.598.047

Hasil dari pembelian barang BKP dan Non BKP, didapati PPN Terhutang
perusahaan pada tahun 2013 yang diperoleh dari PPN keluaran dikurangi PPN
masukan adalah sebesar 41.597.928. Berdasarkan data tahun 2013 perencanaan
pajak yang akan dilakukan adalah perencanaan pajak untuk meminimalkan PPN
terhutang dari perusaan, dengan perencanaan pajak tersebut perusahaan akan
memperoleh hasil sebagai berikut.

18
Data perhitungan PPN tahun 2013 setelah Tax Planning

Bulan Penjualan PPN Pembelian PPN PPN


Keluaran Hanya BKP Masukan Terhutang
Januari 51.940.766 5.194.077 50.421.790 5.042.179 151.898
Februari 62.316.744 6.231.674 60.587.790 6.058.779 172.895
Maret 64.737.354 6.473.735 63.535.174 6.353.517 120.218
April 68.831.122 6.883.112 67.149.600 6.714.960 168.152
Mei 70.933.414 7.093.341 68.957.724 6.895.772 197.569
Juni 57.364.932 5.736.493 55.502.386 5.550.239 186.255
Juli 63.195.192 6.319.519 61.447.894 6.144.789 174.730
Agustus 69.904.544 6.990.454 68.218.814 6.821.881 168.573
September 52.424.246 5.242.425 50.683.694 5.068.369 174.055
Oktober 72.823.864 7.282.386 70.921.180 7.092.118 190.268
November 68.478.634 6.847.863 66.616.696 6.661.670 186.194
Desember 108.183.484 10.818.348 106.264.916 10.626.492 191.857
81.113.430 79.030.766 2.082.664

Hasil dari tahun 2013 didapati bahwa perusahaan melakukan Tax Planning
dengan cara melakukanpembelian barang hanya ke BKP, berbeda dengan sebelum
melakukan Tax Planning dimana perusahaan membeli barang BKP dan Non BKP,
dengan cara tersebut perusahaan berhasil meminimalkan PPN
terhutangnya.Dengan menerapkan Tax Planning PPN terhutang yang akan dibayar
perusahaan pada tahun 2013 lebih kecil yaitu sebesar 2.082.702, dibandingkan
sebelum melakukan Tax planning PPN terhutang perusahaan sebesar 41.597.928.

19
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan contoh kasus dan pembahasan, maka penulis mengambil


beberapa kesimpulan sebagai berikut

1. Tax Planning yang dilakukan pada contoh kasus ini benar benar dapat
menghemat ppn yang harus disetor
2. Perhitungan Tax Planning yang dilakukan pada contoh kasus sudah sesuai
dan tidak melanggar peraturan perpajakan yang ada
3. Persentase penghematan Tax Planning
a. Untuk Kasus A
(5.449.572.090.909 - 4.534.972.863.636) : 5.449.572.090.909 x
100 % = 16,78 %
b. Untuk Kasus B
(41.597.928.- 2.082.702) : 41.597.928 x 100 % = 94,99 %

B. SARAN

Dari contoh kasus di atas, penulis mencoba memberikan beberapa saran


yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca tulisan ini

1. Dalam rangka mengurangi PPN, perusahaan diharapkan membuat tax


planning terlebih dahulu. Tax planning dapat dilakukan dengan
membebankan PPN sebagai pajak masukan bukan biaya ataupun dapat
dilakukan dengan membeli BKP saja

20
2. Setelah melakukan Tax Planning, diharapkan perusahaan mentaati
peraturan perpajakan yang berlaku untuk menghindari hal hal yang tidak
diinginkan di masa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

Djoko Muljono, 2009, Tax planning: menyiasati pajak dengan bijak, Yogyakarta,
Andi
Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorak Jenderal Pajak, 2011, Pajak
Pertambahan Nilai, Jakarta Utara
Suandy, Erly, 2008,Perencanaan Pajak, Jakarta: Salemba Empat
Waluyo,2011, Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1, Jakarta, Salemba empat

21

Anda mungkin juga menyukai