Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

SABTU 10.15 13.45 (AK.203)

TUGAS INDIVIDU

TRANSFER PRICING

OLEH

Syahra Faradika Isyafputri 023164071

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

Jakarta

08 April 2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Perusahaan yang pada mulanya hanya melakukan kegiatan usaha pada

sektor lokal mulai berkembang dengan melakukan kegiatan usaha antar negara

atau cross border transaction. Perusahaan yang melakukan cross border

transaction disebut sebagai perusahaan multinasional.

Perusahaan multinasional sering kali melakukan transfer barang atau

transfer jasa dalam suatu grup atau unit bisnis, yang akan menimbulkan penentuan

transfer pricing (harga transfer) dalam kegiatan tersebut. Transfer pricing

merupakan harga yang ditetapkan oleh perusahaan ketika menjual dan membeli

berbagai sumber daya dengan pihak-pihak yang ada dalam satu grup atau unit

bisnis. Akan tetapi dalam praktiknya, transfer pricing antar grup atau unit bisnis

sering kali dianggap negatif karena dianggap sebagai penghindaran pajak (tax

avoidance). Hal ini terjadi karena setiap negara memiliki tarif pajak berbeda,

sehingga menimbulkan kecenderungan perusahaan melakukan penggeseran laba

(profit shifting) dari grup atau unit bisnis yang memiliki tarif pajak lebih rendah,

sehingga dapat menghemat pajak global sebagai upaya memaksimalkan

keuntungan para pemegang saham.

Dalam konteks perpajakan, transfer pricing digunakan untuk merekayasa

pembebanan harga suatu transasksi antara perusahaan-perusahaan yang memiliki

hubungan istimewa dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang

secara keseluruhan atas grup perusahaan tersebut. Pembebanan harga yang tidak

wajar atas transaksi diantara perusahaan-perusahaan yang berada dalam satu grup
atau unit bisnis mengakibatkan pembagian laba antara perusahaan multinasional

yang beroperasi di banyak negara menjadi tidak wajar. Praktik transfer pricing

umumnya dilakukan dengan cara mengalihkan penghasilan yang diperoleh oleh

perusahaan multinasional tersebut ke negara-negara yang dikategorikan sebagai

negara bertarif pajak rendah atau ke negara yang tarif pajaknya 0% (tax haven).

Tentu saja praktik transfer pricing akan merugikan negara-negara di mana

perusahaan multinasional beroperasi yang biasanya berada pada negara-negara

berkembang.

Transfer pricing merupakan isu pada bidang perpajakan, khususnya bagi

perusahaan multinasional yang melakukan kegiatan usaha antara negara. Dari sisi

pemerintah, transfer pricing dapat mengakibatkan potensi penerimaan pajak suatu

negara akan berkurang karena perusahaan multinasional menggeser kewajiban

perpajakannya dari negara yang tarif pajaknya lebih tinggi yang nantinya menuju

negara yang bertarif pajak rendah. Perusahaan juga berupaya meminimalisasi

biaya termasuk meminimalisasi pembayaran pajak perusahaan jika dilihat dari sisi

bisnis. Transfer pricing dipercaya menjadi salah satu strategi yang efektif untuk

memenangkan persaingan dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas, bagi

perusahaan multinasional yang berskala global.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

masalahnya adalah :

1. Bagaimana

1.3 Tujuan Penelitian


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transfer Pricing

Angharad Miller dan Lynne Oats dalam bukunya Principles of

International Taxation mengatakan bahwa istilah transfer pricing berarti

penetapan harga dari suatu transaksi bisnis antara pihak yang berasosiasi. Dalam

definisi tersebut tidak menyebut tentang perpajakan. Banyak literatur tentang

transfer pricing di lingkup akuntansi manajemen yang tidak secara langsung

berhubungan dengan pajak, namun apabila diskusi tentang transfer pricing

diletakkan dalam konteks pajak internasional, maka kita akan mengartikan

sebagai manipulasi artifisial atas harga transfer internal di dalam suatu grup

perusahaan multinasional, dengan tujuan menciptakan keuntungan dari sisi pajak.

Dengan memanipulasi transfer pricing, perusahaan multinasional dapat

mengurangi besarnya pengenaan pajak secara global dengan mentransfer

penghasilan yang lebih tinggi ke negara yang menerapkan tarif pajak rendah atau

dengan mentransfer pengeluaran atau biaya yang tinggi ke negara yang

menerapkan tarif pajak tinggi.

2.1.1 Transfer Pricing dalam Konsep Akuntansi Manajemen

Dalam konsep akuntansi manajerial, transfer pricing merupakan harga yang

dikenakan oleh satu departemen atau divisi untuk barang atau jasa yang

disediakan kepada departemen atau divisi lain dalam satu perusahaan yang sama.

Barang atau jasa yang ditransfer antar divisi dalam sebuah organisasi disebut
intermediate product. Produk yang mungkin dikerjakan lebih lanjut oleh

departemen atau divisi penerima, atau transfer dari divisi produksi ke divisi

pemasaran untuk dijual ke pihak eksternal.

Mekanisme transfer pricing yang diterapkan dalam perusahaan dapat

membantu perusahaan dalam merealisasikan strategi dan mencapai tujuan

perusahaan. Oleh sebab itu, ada empat kriteria untuk mengevaluasi transfer

pricing dalam sebuah perusahaan, yaitu :

1. Transfer pricing mampu mempromosikan target dan tujuan perusahaan,

2. Mendorong manajer mengupayakan usaha secara maksimal,

3. Membantu manajerial melakukan evaluasi terhadap departemen atau

divisi perusahaan,

4. Mempertahankan otonomi dari departemen atau divisi dalam

pengambilan keputusan jika perusahaan melakukan desentralisasi.

Harga pada transfer priicing adalah ketika manajer departemen atau divisi

membuat keputusan, hanya perlu fokus pada bagaimana keputusan mereka akan

mempengaruhi dampaknya terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Dalam hal ini, harga yang ditransfer memudahkan proses informasi dan

pengambilan keputusan tugas manajer departemen atau divisi. Dalam sistem

transfer pricing manajer pada masing-masing divisi sering kali mengutamakan

optimalisasi kinerja pada divisi mereka sendiri, sehingga kinerja entitas secara

keseluruhan tidak dapat tercapai.

2.1.2 Transfer Pricing dalam Konsep Perpajakan


Transfer pricing sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik

(pejorative), yaitu sebuah mekanisme untuk meminimalkan pajak penghasilan

terutang dengan memanipulasi harga transfer barang dan jasa sehingga

mempengaruhi jumlah penghasilan kena pajak dalam sebuah transaksi dengan

pihak berelasi.

Peningkatan cross-border transaction meningkatkan praktik pergeseran laba

(profit shifting). Diperlukan landasan hukum yang kuat untuk meminimalisit

kerugian negara dari praktik transfer pricing.

2.2 Metode Transfer Pricing

Ada berbagai macam metode yang digunakan dalam penentuan harga

transfer, yaitu :

1. Penentuan harga transfer atas dasar biaya (Cost Based-Transfer Pricing)

Banyak perusahaan yang menggunakan metode harga atas dasar biaya.

Perusahaan yang menggunakan metode harga transfer atas dasar biaya

menetapkan harga transfer atas biaya variabel dan tetap yang bisa dibagi

dalam tiga pemilihan bentuk, yaitu biaya penuh (full cost), biaya penuh

ditambah mark-up (full cost plus mark-up), dan gabungan antara biaya

variabel dan biaya tetap (variable cost plus fixed fee).

Dalam penentuan harga transfer dengan metode ini didasaekan pada

biaya produk yang ditransfer. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar

penentuan harga transfer dapat dipilih dari dua macam biaya, yaitu biaya

penuh sesungguhnya atau biaya penuh standar.


Jika biaya penuh sesungguhnya dipakai sebagai dasar penentuan harga

transfer, kemungkinan yang dapat timbul adalah divisi pembeli akan

dibebani dengan ketidakefisiensian yang terjadi di divisi penjual. Oleh

karena itu, biaya penuh sesungguhnya tidak baik jika digunakan sebagai

dasar penentuan harga transfer.

Jika biaya penuh standar yang dipakai sebagai dasar penentuan harga

transfer, divisi pembeli tidak dibebani dengan kemungkinan terjadinya

ketidakefisiensian dari divisi penjual. Harga transfer yang menggunakan

biaya penuh standar sebagai dasar akan memberikan keuntungan bagi

divisi pembeli, karena divisi pembeli dibebani dengan biaya yang

seharusnya untuk memproduksi produk dari divisi penjual.

Harga transfer yang didasarkan atas biaya penuh standar dapat

menimbulkan ketidakmauan bagi divisi penjual untuk menaikkan

efisiensi produksinya. Jika divisi penjual memperbaiki efisiensi

produksinya, biaya penuh yang dipakau sebagai dasar penentuan harga

transfer akan turun dan sebagai akibatnya harga transfer akan turun.

2. Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar (Market Based-Transfer

Pricing)

Metode harga transfer atas dasar harga pasar dalam suatu pasar yang

sempurna merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya

independen. Namun, keterbatasan informasi pasar terkadang menjadi

kendala dalam menggunakan transfer pricing yang berdasarkan harga

pasar. Metode harga transfer atas dasar harga pasar adalah metode

penentuan harga transfer barang atau jasa antar pusat laba didasarkan
atas harga pasar dikurangi penghematan biaya karena produk tersebut

ditransfer antar divisi.

3. Negosiasi (Negotiated Transfer Pricing)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan mempekenankan divisi-

divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing

untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer

negosiasi mencerminkan perspektif kontrolabilitas yang inheren dalam

pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang

berkepentingan tersebut pada akhirnya akan bertanggung jawab atas

harga transfer yang dinegosiasikan.

2.3
BAB 3

SIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai