Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TRANSAKSI DAN PELAPORAN TRANSAKSI MATA

UANG ASING DALAM STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Anggota Kelompok :
1. Dio Rizka (S432102005)
2. Dianing Widya Kusumastuti (S432102004)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Standar
Akuntansi di Indonesia dengan tepat waktu.
Makalah Standar Akuntansi di Indonesia disusun guna memenuhi tugas Dr. Evi
Gantyowati, M. Si., Ak pada mata kuliah Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di
Universitas Sebelas Maret. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Standar Akuntansi di
Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Evi
Gantyowati, M. Si., Ak selaku dosen mata kuliah Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Surakarta, 13 Maret 2021

Penulis

a
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................a

DAFTAR ISI...................................................................................................b

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

A. Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia...............3

B. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan (SAK)............................4

C. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa


Akuntanbilitas Publik................................................................................5

D. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah......................................6

E. Pengertian Standar Akuntansi Syariah (SAS).................................7

F. Perbedaan antara SAK, SAK ETAP, SAS dan SAP........................7

BAB III PENUTUP........................................................................................9

A. Kesimpulan..........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................c

b
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Mata Uang secara Fungsional


Mata uang jika dipandang secara fungsional merupakan mata uang
pada lingkungan keonomi utama dimana perusahaan tersebut
beroperasi. Mata uang fungsional menverminkan transaksi, kejadian dan
kondisi relevan sehingga apabila telah ditentukan maka mata uang
fungsional tidak berubah kecuali kalua ada perubahan transaksi dan
kejadian yang mendasari tersebut.
Suatu entitas mempertimbangkan mata uang fungsionalnya
ditentukan oleh beberapa hal :
 Mata uang mempengaruhi harga jual barang dan jasa
 Mata uang mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya lain dari pengadaan barang yang serupa
 Mata uang yang mana dihasilkan dari aktivitas pendanaan
 Mata uang yang berasal dari aktivitas operasi umumnya ditahan
Perubahan ,mata uang asing berdamapak luas pada implikasi kebutuhan
perusahaan seperti pada perusahaan anak. Dimana meskipun beradda
pada lingkup yang sama penerapan mata uang asing disesuaiikan
dengan lingkungan ekonoi masing masing entitas beroperasi. Perubahan
lainnya menyangkut hingga pada informasi keuangan yang disajikan
dalam perpajakan, penganggaran dan lainnya.
I. Transaksi Yang Umum Menggunakan Mata Uang Asing
Transaksi dengan menggunakan mata uang asing pastilah
berhubungan dengan perdagangan internasional atau penanaman
modal dari pihak asing. Ada beberapa contoh transaksi yang
umumnya menggunakan mata uang asing sebagai berikut :

1
 Transaksi pembelian barang luar negeri atau impor yang
proses pembayarannya harus menggunakan mata uang
tertentu
 Penjualan produk ke luar negeri atau ekspor barang
sehingga alat pembayarannya menggunakan mata uang
yang berbeda dengan dalam negeri
 Transaksi pinjam meminjam dana seperti penanaman
modal dari pihak asing
 Transaksi memperoleh aktiva atau sebaliknya yang
dinilai dengan menggunakan mata uang asing
 Adanya perjanjian dengan menggunakan valuta asing
seperti untuk tujuan hedging.
II. Metode Pencatatan Mata Uang Asing
Ada dua jenis metode pencatatan transaksi mata uang asing yang
digunakan yakni single currency dan multy currency. Single
currency ialah pencatatan transaksi mata uang asing kedalam
mata uang dasar yang anda pakai seperti di Indonesia memakai
mata uang rupiah sebagai standar mata uang nasional.
Multicurrency merupakan pencatatan transaksi dengan
membukukan langsung kedalam mata uang masing-masing yang
digunakan dalam transaksi tersebut. perbedaan antara metode
single currency dengan multi currency ialah sebagai berikut :
 Neraca memakai mata uang dasar yakni rupiah untung
single currency sedangkan multi currency menggunakan
mata uang negara asal dimana transaksi tersebut terkait.
Dalam menjurnal transaksinya menggunakan akun
perantara untuk multy currency dan untuk single currency
tidak menggunakan akun perantara
 Jika menggunakan metode single currency maka
pencatatan transaksi mata uang akan dicatat secara

2
extracomtable sedangkan multi currency tidak. Apabila
memakai single currency seluruh pendapatan dan beban
dicatat menggunakan mata uang rupiah sehingga tak akan
timbul selisih kurs seperti pada multicurrency.Revaluasi
merupakan bagian dari pencatatan secara multi currency
sehingga dapat terdeteksi selisih laba atau rugi dari
perbedaan kurs yang digunakan.
B. Konsep pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan suatu kerangka
prosedur pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan oleh dari hasil
perumusan komite prinsipil akuntansi Indonesia pada tahun 1994 yang
menggantikan prinisp akuntansi Indonesia (PAI) 1984. SAK di
Indonesia merupakan terapan dari beberapa standardakuntansi yang ada
seperti, IAS, IFRS, ETAP, GAAP. Selain itu ada juga PSAKsyariah dan
juga SAP. Standar tersebut digunakan untuk menyeragamkan antara
standar entitas bisnis Indonesia dengan standar lintas bisnis negara lain.
Standar akuntansi keuangan dibuat disusun oleh IAI dan dipraktikan
pada tahun 2012.
Berdasarkan PSAK No 52 perusahaan diperkenankan mengubah
mata uangcatatan akuntansi dan pelaporannya dengan menggunakan
mata uang selain rupiah. Mata uang pelaporan tersebut harus
merupakan mata uang fungsional bagi perusahaan. Sebuah mata
uang dikatakan mata uang fungsional bagi suatuperusahaan apabila
mata uang tersebut memenuhi kriteria sebagai mata uang yang
dipakai adalah kriteria Indikator Arus, Indikator HargaJual, dan
Indikator Biaya.
 Indicator arus kas, arus kas yang berhubungan dengan
kegiatan utamaperusahaan didominasi oleh mata uang
tertentu. Disini berarti apabila suatuperusahaan penerimaan
dan pengeluaran kasnya didominasi oleh mata uangtertentu

3
maka mata uang tersebut boleh dikatakan sebagai mata
uangfungsional bagi perusahaan tersebut. Contoh: sebuah
hotel penerimaan kas daripendapatan kamar diterima dalam
mata uang USD, pengeluaran-pengeluaransebagian besar
juga dalam mata uang USD maka hotel tersebut
apabila sebelumnya menggunakan mata uang rupiah dapat
menggunakan mata uangUSD sebagai mata uang pelaporannya.
 Indikator Harga Jual: harga jual produk perusahaan
dalam periode jangkapendek sangat dipengaruhi oleh
pergerakan nilai tukar mata uang tertentu,atau produk
perusahaan secara dominan dipasarkan untuk ekspor.
Dalam halini apabila PT "A" sebagian besar
produknya diekspor ke Jepang danpenjualannya
dinyatakan dalam mata uang Yen Jepang maka PT "A"
tersebutdapat menggunakan mata uang Yen Jepang sebagai
mata uang pelaporannya.
 Indikator Biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan
sangat dipengaruhioleh pergerakan mata uang tertentu.
Untuk perusahaan yang memiliki lebih dari satu anak
perusahaan atau operasi terpisah dan dapat dibedakan, seperti
cabang atau divisi, mungkin digunakan beberapa mata uang
fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata
uangtersebut perlu dipertimbangkan dalam menentukan mata
uang fungsional perusahaan tersebut.Masalah berikutnya timbul
untuk transaksi lainnya yang menggunakan mata uang selain mata
uang fungsional. Transaksi perusahaan lainnya yang meng-
gunakan mata uang selain mata uang fungsional diperlakukan
sebagai transaksidalam mata uang asing dan mengikuti PSAK
10, sehingga apabila sebuahperusahaan di Indonesia sudah
menentukan mata uang USD sebagai mata uangfungsional dan

4
pelaporan maka apabila melakukan transaksi dalam mata uang
Rupiah, transaksi tersebut harus dicatat dan dilaporkan sebagai
transaksi dalammata uang asing dengan mata uang USD sebagai mata
uang dasar.
A. Konsep Pengakuan Awal
Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi
yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu
mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan:
- membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya
didenominasi dalam suatumata uang asing;
- meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang
didenominasi dalam suatumata uang asing;
- menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta
asingyang belum terlaksana;atau
- memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau
melunasi kewajiban, yangdidenominasi dalam suatu mata uang
asing.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan
menggunakan kurs padasaat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang
berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot
(spotrate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs
tanggal transaksi seringdigunakan, contohnya, suatu kurs rata-
rata selama seminggu atau sebulan mungkindigunakan untuk
seluruh transaksi dalam setiap mata uang asingyang terjadi
selamaperiode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara
signifikan, penggunakan kurs rata-rata untuk satu periode tidak
dapat diandalkan

5
B. Pengakuan terhadap Transaksi Valuta Asing
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan
menggunakan kurs padasaat terjadinya transaksi. Pada pengakuan
awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang fungsional. Jumlah
valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot
antara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi.
Sedangkan untuk pelaporan neraca terdapat beberapa ketentuan yaitu :
 pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam matauang rupiah dengan menggunakan
kurs tanggal neraca;
 pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan
menggunakan kurs tanggal neracatetapi tetap harus dilaporkan
dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
 pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata
uang asing harusdilaporkan dengan menggunakan kurs yang
berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
C. Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences)
Kecuali untuk hal-hal yang diatur dalam paragraf 31 dan 32,
selisih penjabaran posaktiva dan kewajiban moneter dalam mata
uang asing pada tanggal neraca dan labs rugi kurs yang timbul dari
transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada
laporan laba rugi periode berjalan.
D. Perlakuan Investasi Neto dalam Entitas Asing sekaligus Pengungkapan
Entitas
 Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam
substansinya membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam

6
suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam
laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan(disposal)
investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan
atau beban(Iihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11
tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing)
 Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang
diperhitungkan sebagai suatu hedging dari investasi neto
perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan
sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga
pelepasan(disposal) investasi neto, dan pada saat tersebut harus
diakui sebagai pendapatan atau sebagaibeban (lihat Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan
Keuangan dalam Mata Uang Asing).
Sementara yang dipersyaratan dalam pengungkapan transaksi valuta asing
harus memuat :
- Perusahaan harus mengungkapkan jumlah selisih kurs yang
diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periodetersebut;
- selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas
sebagai suatu unsuryang terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs
tersebut pada awal dan akhir periode;dan
- jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk
dalam nilai tercatatsuatu aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif
yang diizinkan dalam paragraf 32.
E. Transaksi Hedge
Transaksi dalam valuta asing, terutama yang berkaitan dengan
penyelesaian kewajiban,sa-ngat terbuka kemungkinannya untuk
menghadapi risiko kerugian, apabila nilai tukar Rupiah terhadap
suatu mata uang asing cenderung mengalami penurunan. Untuk
mengurangi atau menghindari risiko kerugian ini, perusahaan dapat

7
melakukan hedging.Hedging adalah tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengurangi atau menghin-dari risiko kerugian akibat
fluktuasi kurs valuta asing.Hedgingdapat dilakukandengan cara:
Forward Contract,dan SWAP.
- Forward Contract Forward adalah perjanjian untuk
melakukan transaksi pembelian ataupenjualan suatu mata
uang asing dengan menggunakanforward rate.Forward rate
adalah kurs yang ditetapkan sekarang, tetapi diberlakukan untuk
waktu yangakan dating
- Swapadalah transaksi pertukaran valuta asing melalui: (1) pembelian
tunai dengan spot rate yang diikuti kontrak penjualan kembali dengan
forward rate; atau sebaliknya, (2)penjualan tunai denganspot rateyang
diikuti kontrak pembelian kembali denganforwardrate.Secara umum,
transaksi swap merupakan kombinasi antar transaksi spot dan transaksi
forward,karena transaksiswapmerupakan suatu transaksi pembelian
atau penjualan valuta asing dengan spot rate yang diikuti dengan
kontrak pembelian atau penjualan valuta asing yang sama dengan
forward rate.Tujuan dari swap pada hakikatnya sama dengan forward
contract,yaitu untukmengindari atau mengurangi risiko kerugian akibat
fluktuasi kurs valuta asing
F. Pelaporan
Pada akhir setiap periode pelaporan:
- pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;
- pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta
asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
- pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar
diukur.

G. Perlakuan Alternatif yang Diizinkan

8
Dalam keadaan yang tidak normal (keadaan luar biasa), PSAK No.10
mengijinkan peru-sahaan untuk mengunakan perlakuan alternatif atas
selisih kurs tersebut. Perlakuan alternatif yang diijinkan tersebut adalah
sebagai berikut :
 Selisih kurs dapat disebabkan oleh suatu devaluasi atau depresiasi
Rupiah yang luar biasa. Jika perusahaan membeli aktiva
dengan menimbulkan utang yang harus dibayar dengan valuta
asing, maka devaluasi atau depresiasi tersebut menimbulkan
rugi selisih kurs yang sangat besar dan kemungkinan
kewajiban tidak dapat diselesaikan. Hal ini dapat terjadi jika
perusahaan tidak melakukan transaksi hedging. Dalam keadaan
ini, selisih kurs tersebut dapat dimasukkan dalam nilai
tercatat aktiva atau dikapitalisasi sebagai biaya
perolehan(cost), dengan syarat : (a) nilaitercatat atau biaya
perolehan aktiva yang telah disesuaikan itu tidak melebihi
nilaiterendah antara biaya pengganti (replacement cost)dan
jumlah yang dapat diperolehkembali(amount recoverable)jika
aktiva tersebut dijual,(b) perolehan aktivatersebut baru saja
dilaku-kan.(Catatan : PSAK No.10 tidak memberikan penjelasan
lebih lanjut tentang pengertian istilah “baru saja dilakukan”)
 Jika utang dalam valuta asing yang timbul karena pembelian
aktiva tersebut di atasdi-proteksi dengan fasilitas
hedging,maka selisih kurs sebagaimana dimaksud diatas tidak
boleh dikapitalisasi sebagai biaya perolehan aktiva.

C. Konsep pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa


Akuntanbilitas Publik
Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas merupakan
suatu kerangka prosedur pembuatan laporan keuangan yang ditetapkan
oleh IAI untuk perusahaan kecil dan menengah. Dalam kandungan

9
standar akuntansi Syariah mengandung beberapa informasi penting
seperti transaksi valuta asing.
1. Dalam pengakuan awal entitas harus :
- Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing,pada pengakuan
awal dalam mata uang fungsional, denganmenggunakan kurs
tunai (spot rate) pada tanggal transaksiantara mata uang
fungsional dan mata uang asing tersebut.
- Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksipertama kali
memenuhi syarat pengakuan sesuai dengan SAKETAP. Untuk
tujuan praktis, kurs yang mendekati kurs sebenarnya pada
tanggal transaksi sering digunakan, misalnya kurs rata-rata selama
seminggu atau sebulan mungkin dapat digunakan untuk seluruh
transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama periode
tersebut. Namun demikian, jika kurs tukarberfluktuasi secara
signifikan, penggunaan kurs rata-rata untukperiode tersebut tidak
tepat.
2. Pelaporan pada akhir periode pelaporan selanjutnya
Berdasarkan pasal 26, pada akhir periode pelaporan entitas harus :
- pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan
denganmenggunakan kurs penutup (kurs pada tanggal
pelaporan);dan
- pos nonmoneter yang diukur dengan biaya perolehan
historis dalam mata uang asing dilaporkan dengan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
- pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar dalam
matauang asing dilaporkan dengan menggunakan nilai tukar
pada saat nilai wajar ditentukan
pada saat pelaporan entitas harus mengakui keuntungan atau
kerugianselisih kurs pada laporan laba rugi periode terjadinya yang
timbuldari penyelesaian transaksi moneter atau penjabaran

10
transaksimoneter pada kurs yang berbeda dengan kurs penjabaran pada
pengakuan awal selama periode berjalan atau pada laporan
keuangan sebelumnya. Pada saat keuntungan atau kerugian
transaksinonmoneter diakui secara langsung dalam ekuitas, maka
entitasharus mengakui komponen keuntungan atau kerugian
daripertukaran secara langsung dalam ekuitas. Sebaliknya, padasaat
keuntungan atau kerugian transaksi nonmoneter diakuidalam laporan
laba rugi, maka entitas harus mengakui komponenkeuntungan atau
kerugian dari pertukaran tersebut dalamlaporan laba rugi.
3. Pengungkapan
Entitas harus mengungkapkan:
- mata uang yang disajikan dalam laporan keuangan
- jumlah selisih kurs yang diakui dalam laporan laba rugi.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan atauinformasi
keuangan lainnya dalam mata uang yang berbeda dengan mata uang
fungsional atau mata uang pelaporan(misalnya, convenience
translation atas semua nilai dengan menggunakan kurs penutupan),
maka entitas harus:
- secara jelas mengidentifikasi informasi sebagai tambahan informasi
untuk membedakan hal tersebut dengan informasi yang sesuai dengan
SAK ETAP;
- mengungkapkan mata uang yang digunakan dalam informasi
tambahan yang diberikan;
- mengungkapkan mata uang fungsional dan metode penjabaran
yang digunakan untuk menentukan informasi tambahan.
D. Konsep pada Standar Akuntansi Pemerintah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah. “Standar Akuntansi Pemerintah adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah”. Dengan demikian, SAP

11
merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
Standar Akuntansi Pemerintah di susun oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) pada 22
Oktober 2010.
Transaksi dalam mata uang asing memerlukan informasi nilai
tukar mata uang 3 pelaporan dengan mata uang transaksi yang
disebut kurs. Kurs berperan untuk mengkonversi nilai suatu
mata uang asing ke dalam mata uang pelaporan dengan mata uang
lainnya. Gejolak ekonomi di suatu negara akan berpengaruh terhadap
perekonomian yang berdampak pada perubahan nilai tukar (kurs) atau
fluktuasi kurs. Buletin teknis ini bertujuan untuk membantu entitas
pelaporan pemerintah dalam mencatat dan melaporkan transaksi
dalam mata uang asing dalam laporan keuangan pemerintah
berbasis Kas Menuju Akrual dimana, pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan diakui dengan menggunakan basis kas; sedangkan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana diakui dengan menggunakan basis akrual
Dalam SAP tidak mengatur yang Namanya nilai lindung (hedging)
sebagaimana SAK, namun dalam SAP hedging hanya diulas ntuk
memperkenalkan alternatif penanganan risiko atas volatilitas kurs
rupiah terhadap mata uang asing.
1. Istilah Transaksi dalam Mata Uang Asing
a. Mata Uang Pelaporan adalah mata uang yang
digunakan dalam menyajikan laporan keuangan entitas
pelaporan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Pemerintahan adalah mata uang Rupiah. Mata uang
pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh entitas
pelaporan untuk 16 membukukan transaksi. Laporan
keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi entitas

12
pemerintah. Oleh karenanya catatan akuntansi entitas
pemerintah menggunakan mata 18 uang yang sama dengan
mata uang pelaporan, yaitu mata uang Rupiah.
b. Pos moneter
Dalam pos-pos neraca pemerintah terdapat aset atau
kewajiban yang akan diterima atau dibayarkan dalam
jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Pos-
pos ini sering disebut sebagai pos moneter (monetary
items). Beberapa contoh dari pos moneter adalah kas
dan setara kas, piutang (termasuk piutang penerusan
pinjaman), kas yang dibatasi penggunaannya dan utang.
Ciri utama dari pos moneter adalah adanya hak untuk
menerima atau kewajiban untuk membayar sejumlah unit
mata uang yang tetap dan dapat ditentukan. Sebaliknya,
ciri utama pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk
menerima atau kewajiban untuk menyerahkan suatu
jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.
Contoh dari pos nonmoneter adalah uang muka belanja
dan belanja dibayar dimuka, persediaan, aset tetap, aset
lainnya, dan kewajiban yang akan diselesaikan dengan
penyerahan aset nonmoneter. Pos moneter dibagi dalam
dua jenis, yaitu aset moneter dan kewajiban moneter.
Contoh aset moneter adalah kas dan setara kas, piutang,
investasi jangka pendek, dan kas yang dibatasi
penggunaannya. Contoh kewajiban moneter adalah utang
kepada pihak ketiga, utang obligasi, dan utang pinjaman luar
negeri. Pos-pos moneter dalam mata uang asing baik
pada saat pengakuan awal dan pelaporan pada tanggal
neraca dinyatakan dalam mata uang Rupiah.
c. Selisih kurs

13
- Kurs Transaksi adalah nilai tukar mata uang suatu
negara yang dinyatakan dengan nilai mata uang
negara yang lain. Kurs transaksi didefinisikan sebagai
kurs yang digunakan pada saat terjadinya transaksi
penukaran mata uang suatu negara menjadi mata uang
negara lain. Buletin Teknis Nomor 12 Tentang
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan Kurs yang berlaku
pada tanggal transaksi sering disebut sebagai kurs spot
(spot rate) 1 atau kurs tunai. Untuk alasan praktis,
sering digunakan kurs yang mendekati kurs tanggal
2 transaksi. Contohnya, kurs rata-rata selama seminggu
atau sebulan dapat digunakan untuk 3 seluruh transaksi
dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama
periode tersebut. 4 Namun jika kurs berfluktuasi
secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk
satu 5 periode tidak dapat diandalkan
- Kurs Pelaporan, mata uang Rupiah merupakan mata uang
pelaporan pemerintah, yaitu mata uang yang digunakan
dalam menyajikan laporan keuangan. Standar Akuntansi
Pemerintahan mengharuskan penggunaan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca dalam menjabarkan pos moneter
yang menggunakan mata uang selain Rupiah. Hal ini berarti
bahwa pos-pos moneter dalam neraca harus dijabarkan
dengan menggunakan kurs tengah 12 bank sentral pada
tanggal neraca.
d. Lindung Nilai (Hedging)
Kegiatan lindung nilai (hedging) didefinisikan sebagai
tindakan yang dilakukan untuk melindungi sebuah pemerintah
dari exposure terhadap nilai tukar. Exposure terhadap fluktuasi
nilai tukar adalah risiko pemerintah akibat fluktuasi nilai tukar.

14
Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing telah dilindungi
dalam suatu kontrak, maka nilai transaksi yang dilindungi
tersebut akan dicatat sebesar nilai kontrak. Misalnya,
pemerintah memiliki utang dalam mata uang asing dan utang
tersebut telah di-hedge, maka secara otomatis utang tersebut
akan dicatat sebesar nilai yang di-hedge dan tidak diperlukan
lagi penyesuaian nilai wajar atas utang tersebut terkait dengan
perubahan kurs.
Transaksi hedging di satu sisi memberikan manfaat
dengan membuat kurs menjadi tetap. Namun konsekuensi dari
transaksi hedging adalah diperlukannya biaya hedging yang
besarnya kadangkala cukup signifikan. Biaya tersebut antara
lain mencakup biaya komisi yang dapat dibayarkan secara tunai
ataupun nontunai. Dengan demikian, apabila pemerintah berniat
untuk melakukan hedging, pemerintah diharapkan terlebih
dahulu melakukan analisis kebijakan atas biaya dan manfaat
atas pelaksanaan kegiatan hedging. Suatu entitas yang
menerapkan hedging disarankan untuk mengungkapkan
keuntungan/kerugian dari pelaksanaan hedging. Pengungkapan
tersebut mencakup analisis perbandingan antara hasil hedging
dan nilai sebelum hedging ditambah biaya-biaya yang
dikeluarkan.
2. Akuntansi Transaski dalam Pelaporan Mata Uang Asing
Penggunaan mata uang Rupiah sebagai mata uang dalam
pelaporan keuangan pemerintah mengharuskan pemerintah
melakukan penjabaran setiap transaksi dalam mata uang asing
ke dalam mata uang Rupiah. penjabaran mata uang asing ke
dalam mata uang rupiah seringkali menimbulkan selisih yang
dikenal dengan sebutan selisih kurs. Secara umum selisih kurs
dapat terjadi pada 2 (dua) peristiwa, yaitu:

15
a. Pada saat terjadinya transaksi setelah pengakuan awal
yang melibatkan penggunaan mata uang asing; dan/atau
b. Pada saat pelaporan pos moneter dalam mata uang asing
ke dalam Rupiah.
a. Pengakuan Awal (Initial Recognition) Transaksi Dalam Mata Uang
Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing.
Termasuk transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang
timbul ketika pemerintah:
 Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana dalam
suatu mata uang asing;
 Membeli atau menjual barang atau jasa dengan menggunakan
suatu mata uang asing dan
 Menerima hibah dalam suatu mata uang asing.
Pengakuan awal transaksi meminjam atau meminjamkan atau
membeli atau menjual barang/jasa dalam mata uang asing adalah
dengan mencatatnya menggunakan kurs pada saat terjadinya
transaksi.dengan mencatatnya menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi.
a) Transaksi Penarikan Pinjaman dalam Mata Uang Asing
Yang Masuk Ke Rekening Rupiah
Bila suatu penarikan pinjaman masuk ke dalam rekening
Rupiah milik Pemerintah maka kurs yang digunakan untuk
pencatatan penarikan pinjaman adalah kurs transaksi pada
tanggal penarikan pinjaman tersebut.
b) Transaksi Penarikan Pinjaman dalam Mata Uang Asing
Yang Masuk Ke Rekening Valuta Asing
Bila suatu penarikan pinjaman masuk ke dalam rekening
valas pemerintah maka kurs yang digunakan untuk

16
pencatatan penarikan pinjaman adalah kurs tengah BI pada
tanggal penarikan pinjaman tersebut.
c) Penggunaan Kurs Pada Transaksi Belanja dalam Mata Uang
Asing Yang Menghasilkan Aset
Bila suatu belanja dalam mata uang asing dikeluarkan dari
rekening Rupiah pemerintah dan menghasilkan aset tetap,
maka belanja tersebut dicatat dalam Rupiah dengan
menggunakan kurs transaksi. Aset Tetap yang dihasilkan
juga dijabarkan dalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs transaksi yang sama
b. Penggunaan Kurs Pada Transaksi Setelah Pengakuan Awal
Setelah pengakuan awal, beberapa transaksi diikuti dengan
transaksi berikutnya, seperti pembayaran utang. Pemerintah
mungkin saja melakukan pembayaran utang dengan membeli mata
uang asing dari rekening Rupiah pemerintah ataupun menggunakan
dana yang tersedia di dalam rekening valas pemerintah yang sama
dengan mata uang asing tersebut.
Beberapa pengaturan mengenai penggunaan kurs pada transaksi
setelah pengakuan awal adalah sebagai berikut:
 Jika Pemerintah membeli mata uang asing untuk membayar
utang dari rekening Rupiah Pemerintah, maka kurs yang
digunakan adalah kurs transaksi, yaitu kurs pembelian mata
uang asing tersebut dengan menggunakan rekening Rupiah
Pemerintah.
 Jika Pemerintah membeli mata uang asing untuk membayar
utang dari rekening valas Pemerintah di bank sentral, maka kurs
yang digunakan adalah kurs transaksi, yang dapat berupa kurs
tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
 Jika Pemerintah membeli mata uang asing dengan menggunakan
mata uang asing lainnya maka transaksi mata uang asing ke

17
mata uang asing lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs
transaksi. Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut
dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada
tanggal transaksi.

c. Pengakuan dan Pengukuran Selisih Kurs


Pengakuan awal transaksi pos moneter dalam mata uang
asing diukur dan dicatat dalam Rupiah dengan menggunakan kurs
transaksi. Selanjutnya, apabila terdapat transaksi setelah pengakuan
awal, maka pos-pos moneter dalam mata uang asing diukur dengan
kurs pada tanggal transaksi. Dalam hal ini dimungkinkan terjadi
perbedaan antara kurs transaksi pengakuan awal dengan kurs
transaksi pada periode setelah pengakuan awal. Basis akuntansi
Kas Menuju Akrual tidak mengakui keuntungan atau kerugian
akibat perbedaan selisih kurs tersebut.
Selisih kurs yang berakibat pada kenaikan/penurunan kas
dan setara kas secara nyata diakui sebagai Selisih Kurs yang
Terealisasi. Pada penerapan Akuntansi Berbasis Kas Menuju
Akrual, kenaikan/penurunan sebagai akibat selisih kurs yang
terealisasi dicatat sebagai pendapatan/belanja tahun berjalan pada
Laporan Realisasi Anggaran.
Perbedaan kurs juga dapat terjadi pada tanggal pelaporan
keuangan. Setiap pos moneter dalam mata uang asing yang masih
mempunyai nilai pada tanggal pelaporan harus dijabarkan ke dalam
mata uang rupiah dengan menggunakan kurs bank sentral pada
tanggal pelaporan. Perbedaan antara kurs transaksi dengan kurs
pelaporan pos-pos moneter akan menimbulkan selisih kurs yang
belum direalisasikan. Kenaikan/ penurunan nilai tercatat suatu pos
moneter yang disebabkan oleh adanya selisih kurs yang belum
direalisasikan tidak diakui/dicatat sebagai pendapatan/belanja

18
melainkan diakui/dicatat sebagai kenaikan/penuruanan ekuitas pada
neraca .
3. Penyajian selisih kurs yang belum direalisasikan (unrealized) pada
laporan keuangan
a. Penyajian Selisih Kurs yang belum direalisasikan pada Laporan
Arus Kas
Pada Laporan Arus Kas, selisih kurs yang belum
direalisasikan disajikan secara terpisah dari aktivitas lainnya.
Penyajian selisih kurs yang belum direalisasikan pada Laporan
Arus Kas adalah sebagai berikut:

b. Penyajian Selisih Kurs yang belum direalisasikan pada Neraca


Pada Neraca, selisih kurs yang belum terealisasi yang
berasal dari penjabaran pos moneter baik aset lancar maupun
kewajiban jangka pendek dalam mata uang asing ke dalam
Rupiah disajikan sebagai bagian dari Ekuitas Dana Lancar.
Apabila selisih kurs tersebut bersaldo debet, maka akan
mengurangi Ekuitas Dana Lancar. Sedangkan apabila selisih
kurs bersaldo kredit, maka akan menambah Ekuitas Dana

19
Lancar. Untuk selisih kurs yang belum terealisasi atas aset
moneter dalam bentuk Kas dan Setara Kas akan mempengaruhi
saldo SILPA (SIKPA)
Selisih kurs yang belum direalisasikan yang berasal dari
penjabaran pos moneter baik aset non lancar maupun kewajiban
jangka panjang seperti Kas yang Dibatasi. Penggunaannya
dalam mata uang asing ke dalam Rupiah disajikan sebagai
bagian dari Ekuitas Dana Investasi. Apabila selisih kurs tersebut
bersaldo debet, maka akan mengurangi Ekuitas Dana Investasi.
Sedangkan apabila selisih kurs bersaldo kredit, maka akan
menambah Ekuitas Dana Investasi.Penyajian sebagai berikut :

4. Penyajian selisih kurs yang terealisasi pada laporan keuangan


a. Penyajian Selisih Kurs Yang Terealisasi Pada Laporan Arus
Kas
Contoh :

20
b. Penyajian Selisih Kurs Yang Terealisasi Pada Laporan Realisasi
Anggaran
Contoh :

21
E. Konsep pada Standar Akuntansi Syariah (SAS)
SAS merupakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Syariah yang ditujukan untuk entitas yang melakukan transaksi
syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah.
Pedoman standar akuntansi Syariah ini mengikuti SAK umu yang
berbasis Syariah yang mengacu pada MUI. Standar akuntansi Syariah
disusun oleh The Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institution (AAOIFI) yang berbasis di Dubai dan disahkan
oleh IAI tahun 2007.
Dalam akuntansi Syariah terdapat beberapa akad diantaranya
Qardh, Sharf, dana wadiah. Salah satu yang membahas mengenai jual
beli valas yaitu Sharf. Sharf merupakan perjanjian jual beli suatu valuta
dengan valuta lainnya. Atau sharf (money changing) adalah menjual
nilai sesuatu dengan nilai sesuatu yang lain, meliputi emas dengan
emas, perak dengan perak, dan emas dengan perak. Transaksi valuta
asing pada bank Syariah hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung
nilai (hedging) dan tidak dibenarkan untuk tujuan spekulatif. Rukun
Rukun Sharf yaitu terdapat penjual (bai’), pembeli (musytari’), mata

22
uang yang diperjualbelikan (sharf), nilai tukar (si’rus sharf) dan ijab
qabul (sighat).
1. Pendapatan sharf
 Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam kontrak dan kurs tunai
( mark to market ) pada tanggal penyerahan valuta diakui sebagai
keuntungan/kerugian pada saat penyerahan/penerima dana.
 Selisih penjabaran aktiva dan kewajiban valuta asing dalam rupiah
(revaluasi) diakui sebagai pendapatan atau beban
2. Pengukuran dan pengakuan kegiatan bank Syariah berbasis imbalan
 Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan ijarah (imbalan) seperti
wakalah, hiwalah dan kafalah
 Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari mawakil (pemberi
kuasa/ nasabah) untuk melaksanakan suatu tugas atas nama
pemberi kuasa.
 Hiwalah adalah pemindahan dan pengalihan hak dan kewajiban
baik dalam bentuk pengalihan piutang atau hutang.
 Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh
peminjam bank kepada penerima jaminan dan penjamin
bertanggug jawab atas pemenuhan Kembali suatu kewajiban yang
menjadi hak penerima jaminan.
3. Aplikasi pada bank Syariah
 Transaksi dalam valuta asing dijabarkan ke dalam rupiah
menggunakan kurs laporan (penutupan) yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, yaitu kurs tengah yang merupakan rata-rata kurs beli dan
kurs jual berdasarkan kurs Reuters pada pukul 16.00 WIB setiap
hari.
 Transaksi Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing
terdapat dua metode yang dapat digunakan yaitu:
a. Single Currency (Satu Jenis Mata Uang)

23
Single Currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing
dengan membukukan langsung ke dalam mata uang dasar (base
currency) yang digunakan untuk Perbankan Indonesia yaitu mata
uang rupiah/Indonesia Rupiah (IDR). Karakteristik dari Single
Currency adalah sebagai berikut:
- Neraca yang diterbitkan hanya dalam mata uang rupiah;
- Saldo rekening dalam mata uang asing dicatat secara
extracomptable;
- Penjurnalan tidak menggunakan akun rekening perantara
mata uang asing;
- Penjabaran (revaluasi) saldo rekening mata uang asing
dilakukan langsung per rekening yang bersangkutan.
b. Multi Currency (Lebih dari Satu Jenis Mata Uang)
Multi Currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing
dengan membukukan langsung ke dalam masing-masing mata uang
asing asal (original currency) yang digunakan pada transaksi
tersebut. Karakteristik dari Multi Currency adalah sebagai berikut:
– Neraca dapat diterbitkan dalam setiap mata uang asing asal (original
currency) yang digunakan;
– Untuk mengetahui posisi keuangan gabungan seluruh mata uang,
diterbitkan neraca dalam base currency (untuk perbankan Indonesia
digunakan mata uang rupiah);
– Tidak diperlukan pencatatan saldo rekening dalam valuta asing
secara extracomptable;
– Penjurnalan menggunakan akun rekening perantara; dan
– Penjabaran (revaluasi) saldo rekening mata uang asing dilakukan
melalui rekening perantara mata uang asing. Penjabaran ekuivalen
rupiah dari rekening-rekening tersebut hanya dilakukan dalam rangka
pelaporan neraca.

24
 Pengakuan laba rugi jual beli (trading) dapat dilakukan pada saat
terjadinya transaksi atau pada saat revaluasi. Revaluasi dapat
dilakukan pada akhir hari atau akhir bulan disesuaikan dengan
kebijakan bank yang bersangkutan.
 Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter
(piutang dan utang) dalam satuan valuta asing juga akan dijabarkan
dalam satuan rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal laporan keuangan.
4. Batasan dalam bertransaksi valuta asing
Aktifitas perdagangan valuta asing harus terbebas dari unsur riba, maisir
dan gharar. Dalam pelaksanaannya haruslah memperhatikan beberapa
batasan berikut:
- Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya
masing-masing pihak harus menerima/menyerahkan masing-masing
mata uang pada saat yang bersamaan.
- Motif pertukaran adalah untuk kegiatan bisnis sektor riil, yaitu
transaksi barang dan jasa, bukan dalam rangka spekulasi.
- Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya, si A setuju membelinya
kembali pada tanggal tertentu di masa mendatang.
- Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak yang diyakini
mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.
- Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan
kata lain, tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (ba’i al-
fudhuli)
5. Transaksi yang dilarang
Dengan memperhatikan beberapa batasan tersebut, terdapat beberapa
tingkah laku perdagangan yang dewasa ini biasa dilakukan di pasar
valuta asing konvensional harus dihindari, yaitu antara lain:
- Perdagangan tanpa penyerahan (future non delivery trading atau
margin trading).

25
- Jual beli valas bukan transaksi komersial (arbitrage) baik spot maupun
foward.
- Melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli
(oversold)
- Ekonomi syariah juga melarang transaksi swap.

26
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.polimdo.ac.id/294/1/Grentino%20Lengkong.pdf

https://jagoakuntansi.com/2016/09/10/akad-sharf/

https://docplayer.info/297214-Transaksi-dalam-mata-uang-asing.html

Anda mungkin juga menyukai