Anda di halaman 1dari 8

GCG dan CSR Bukan Lagi Syarat, Melainkan Kebutuhan Pokok dalam

Konteks Bisnis Modern


Suci Murtiana
sucimurtiana644@gmail.com
Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan menjaga keberlangsungan
perusahaan adalah tujuan utama pendirian perusahaan. Keuntungan atau profitabilitas
perusahaan dapat dilihat dari besarnya dividen yang dibagikan setiap periodenya
kepada para pemegang saham. Sementara keberlangsungan perusahaan dapat
diupayakan dengan meningkatkan nilai perusahaan. Jenis perusahaan yang sudah go
public misalnya, nilai perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga saham di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan sering terjadi konflik atau
pertentangan antara manajamen perusahaan dan pemilik perusahaan akibat perbedaan
kepentingan (Jensen dan Meckling, 1976). Perbedaan kepentingan ini terjadi karena
adanya kepentingan-kepentingan pribadi dari masing-masing pihak yang ingin
dilaksanakan dalam perusahaan. Konflik ini biasa disebut dengan agency theory.
Dunia bisnis merupakan dunia yang berhubungan erat dengan ketidakpastian.
Sementara pihak principal (pemilik perusahaan) selalu menuntut profit yang
maksimal. Tuntutan ini yang melatarbelakangi berbagai kecurangan yang dilakukan
oleh pihak manajemen selaku agen perusahaan. Kecurangan yang dilakukan pihak
manajemen biasanya berupa pembuatan laporan keuangan ganda. Laporan ini sudah
dirubah dengan tujuan tertentu untuk selanjutnya diberikan kepada pihak principal,
dan laporan keuangan yang sebenarnya hanya diketahui oleh para petinggi di
manajemen perusahaan.
Kondisi yang rentan ini akan menjadi bom waktu yang siap meledak suatu
saat. Ada pepatah yang bilang bahwa dengan perjalanan waktu yang panjang dan
dukungan pengalaman yang banyak akan membantu seseorang untuk dapat

mengenali lingkungannya secara lebih dalam. Apalagi kita tahu bahwa posisi manajer
pasti diduduki oleh kaum intelektual yang tentunya memiliki pengalaman kerja yang
maksimal sehingga tindakan kecurangan (fraud) yang mereka lakukan akan sangat
rapi dan tidak terdeteksi.
Corporate governance hadir sebagai suatu mekanisme untuk mengontrol
manajemen dari ketidakefisienan mereka atau gagal memaksimumkan nilai (Macey,
1998). Penerapan GCG dalam perusahaan diharapkan mampu mengatur dan menjaga
hubungan antar stakeholders dan yang terpenting mampu menjaga going concern
perusahaan.
Tanggung jawab perusahaan pada masyarakat dan lingkungan saat ini dikenal
dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility). Pembahasan mengenai CSR
pada era sekarang mulai meningkat seiring dengan banyaknya permasalahan yang
dihadapi masyarakat akibat tindakan perusahaan.
Menurut Howard R. Bowen (1953) keberhasilan dunia bisnis ditentukan oleh
bagaimana kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat umum (general
welfare), bukan semata untuk warga bisnis itu sendiri, tanggung jawab bisnis lebih
luas dari sekadar tanggung jawab terhadap pemilik atau investor. Kita tidak dapat
membangun suatu masyarakat yang makmur tanpa bisnis yang menguntungkan.
Namun disisi lain, kita juga tidak bisa menumbuhkan suatu ekonomi yang kompetitif
di lahan social yang gersang.
Image perusahaan akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya bentuk
tanggung jawab social yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan. Investor akan
lebih menyukai perusahaan yang memiliki citra yang baik dimata masyarakat. Karena
semakin baik citra suatu perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga
dalam jangka panjang tingkat penjualan dan profitabilitas perusahaan akan
meningkat. Tentu keadaan ini akan berpengaruh positif terhadap nilai saham
perusahaan. Kini semakin diakui bahwa perusahaan sebagai pelaku bisnis tidak akan
bisa berkembang jika menutup mata dengan situasi dan kondisi lingkungan social
tempat ia hidup.

Dalam kaitan itulah, penerapan GCG dan CSR dipandang sebagai suatu
keharusan bukan lagi semata tanggung jawab perusahaan. Terutama untuk perusahaan
go public, dua aspek ini merupakan hal penting yang begitu diperhitungkan oleh
stakeholders.
A. Mencapai Tujuan Perusahaan Dengan Good Corporate Governance
Istilah Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committee tahun 1992. Menurut Fahmi (2013:62) Good Corporate Governance
(GCG) adalah suatu bentuk keputusan dengan memposisikan perusahaan secara jauh
lebih tertata dan terustruktur, dengan mekanisme pekerjaan yang bersifat mematuhi
aturan-aturan bisnis yang telah digariskan serta siap menerima sangsi jika aturanaturan tersebut dilanggar.
GCG menjamin dan memastikan seluruh proses dari manajemen strategic
berjalan dengan baik dan memberikan nilai tambah secara berkesinambungan bagi
perusahaan dan tidak bertentangan dengan kepentingan stakeholder.
Mengubah sistem tata kelola yang sudah ada dalam suatu perusahaan dengan
sistem baru memang tidaklah mudah, meskipun tata kelola tersebut lebih baik dari
sistem tata kelola yang selama ini diterapkan dalam suatu perusahaan. Penerapan
konsep GCG menuntut pihak manajemen untuk mampu menyelesaikan berbagai
permasalahan yang ada dengan kompetensi dan cara kerja yang baru. Tantangan dan
masalah yang terjadi harus diatasi dengan sikap dan culture yang berbeda.
Konfigurasi baru dalam struktur manajemen harus mendukung adanya perilaku dan
kompetensi yang baru untuk perubahan. Ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan,
mekanisme yang insentif dan pemberian hukuman merupakan prakondisi yang akan
mendukung proses perubahan.
Selain diterapkan prinsip-prinsip GCG, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mencapai keberhasilan dalam penerapan
Good Corporate Governance, yaitu dalam hal :
a. Sumber Daya Manusia

Salah satu kunci sukses perubahan dalam proses governance terletak pada
orang-orang yang ada didalam proses GCG itu sendiri. Sumber daya manusia
yang ada harus mau terlibat, komit dan siap untuk melakukan adaptasi,
sehingga kondisi yang diharapkan akan lebih mudah tercapai. Setiap individu
yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi penghambat tercapainya
penerapan konsep GCG. Inilah yang terkadang kurang diperhatikan oleh suatu
perusahaan.
b. Komunikasi
Keberhasilan penerapan GCG juga dipengaruhi oleh berhasil tidaknya
komunikasi antara pemrakarsa perubahan dan pihak lain yang memegang
peranan yang sangat penting. Buruknya komunikasi akan menyebabkan
rendahnya tingkat kepercayaan dan salah interpretasi. Seorang pemimpin
memiliki peranan yang besar dalam suatu proses perubahan karena ia
memiliki kekuatan untuk mengubah banyak hal dalam lingkungan
kekuasaannya. Tetapi perubahan yang sejati tidak akan terjadi tanpa dukungan
luas dari mereka yang terpengaruh oleh proses perubahan yang akan terjadi.
c. Integrasi
Perlu adanya integrasi yang baik sebagai syarat kunci GCG. Integrasi seperti
apa yang seharusnya diterapkan oleh perusahaan ? Integrasi yang seharusnya
diciptakan adalah suatu integrasi yang memungkinkan terbangunnya
partnership diantara stakeholders. Menurut Hetifah SJ Sumarto (2004)
Partnership adalah hubungan kerjasama untuk pencapaian tujuan yang
berlandaskan asas kepercayaan, kesetaraan dan kemandirian.
d. Transparansi
Transparansi ini diterapkan dalam segala hal yang menyangkut kepentingan
perusahaan. misalnya saja dalam forum rapat yang digunakan sebagai wadah
penyampaian aspirasi, gagasan, dan inovasi terkait keberlangsungan
perusahaan. Rasa saling percaya antar para stakeholder perlu ditingkatkan.
Transparansi dari pihak perusahaan terhadap pihak stakeholder masih sangat
rendah, bahkan terkadang terkesan ditutup tutupi perihal masalah yang tengah
dihadapi perusahaan. Dalam konsep GCG hal semacam ini tidak dibenarkan.

Pengelolaan perusahaan harus berbasis pada partisipasi yang luas, keadilan


dan akuntabilitas.
e. Sistem Pengendalian Internal
GCG dapat tercapai ketika Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang dimiliki
perusahaan terlaksana secara optimal. Perlu adanya komite audit yang
independent yang bertugas melakukan evaluasi kondisi corporate governance
yang dimiliki.
Penerapan GCG secara umum dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini :

Tahap
Persiapan

Tahap
Implement
asi

Tahap
Evaluasi

Gambar1. Tahap penerapan GCG

Tahap persiapan meliputi tahap sosialisasi atau pengenalan mengenai arti


pentingnya GCG pada setiap elemen perusahaan baik itu pihak principal maupun
pihak manajemen perusahaan.
Setelah adanya kesadaran dan komitmen untuk menerapkan GCG dalam
perusahaan, tahap selanjutnya adalah tahap implementasi. Ini berupa pemahaman
mengenai prosedur baru yang sesuai dengan konsep GCG. Dalam tahap ini
diperlukan adaptasi dengan kompetensi dan cara baru yang diterapkan.
Selanjutnya adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi perlu dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan GCG dalam suatu perusahaan. Apakah
perlu adanya pembaharuan mengenai SOP (Standart Operational Procedure) atau
tidak.
B. GCG Mampu Tingkatkan Nilai Perusahaan
Belum banyak perusahaan yang menyadari akan pentingnya penerapan
konsep GCG. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai baik itu
jangka panjang maupun jangka pendek. Dimana tujuan tersebut dituangkan dalam
bentuk visi misi perusahaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut perlu adanya tata
kelola perusahaan yang baik, sehingga diharapkan pengolahan faktor produksi
menjadi output lebih efektif dan efisien. Tentunya hal tersebut tidak lepas dari

kegiatan monitoring secara berkelanjutan dan evaluasi yang independent. Diharapkan


profit yang didapat perusahaan lebih besar. Selain itu, GCG dapat meningkatkan citra
perusahaan dimata para stakeholders. Dari hal tersebut, tentu akan berdampak positif
bagi value perusahaan.

PERUSAH
AAN

Pengolah
an faktor
produksi

output

NILAI
PERUSAH
AAN

Gambar2. Bagan hubungan GCG dan nilai perusahaan

C. Hubungan GCG dengan CSR


Menurut Irfan Fahmi (2013:81) Corporate Social Responsibility adalah
komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab social
tujuan

perusahaan(visi
dan menitikberatkan GCG
pada keseimbangan monitori
antara perhatian terhadap
aspek
evaluasi
misi)

ekonomis, social dan lingkungan.

ng

Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility


(CSR) adalah dua hal yang saling berkaitan. Dimana, dalam prinsip GCG terdapat
penerapan tanggung jawab terhadap lingkungan baik fisik maupun social. Hal ini
berarti, suatu perusahaan yang akan menerapkan konsep GCG mau tidak mau harus
menjalankan tanggung jawab lingkungan dan social.
Saat ini tidak banyak pelaku yang mau menjalankan CSR sebagai nilai inti
(core value) dalam menjalankan usaha. Biasanya mereka hanya berfokus pada profit
oriented dengan tidak memperhatikan aspek lingkungan bahkan tidak memperhatikan
kesejahteraan karyawan. Mereka menganggap CSR sebagai suatu komponen biaya
yang dapat mengurangi keuntungan.
Tentu saja pandangan semacam itu tidak benar. Setiap pelaku bisnis
seharusnya mau menjalankan CSR dengan sepenuh hati dan menganggapnya sebagai

suatu keharusan bahkan kebutuhan dan menjadikannya sebagai modal sosial


(ekuitas). Perusahaan yang menjalankan CSR akan mendapatkan dukungan penuh
dari masyarakat umum. Hal ini tentu akan berdampak pada peningkatan nilai
perusahaan.
Suatu perusahaan biasanya hanya membuat kontrak yang berisi kesepakatan
dengan pihak investor dan pemerintah saja tanpa melibatkan masyarakat setempat.
Sementara pada saat ini, dengan perangkat teknologi yang modern menyebabkan
setipa informasi bersifat dirent information (informasi langsung). Masyarakat bisa
dengan cepat merasakan perubahan yang terjadi. Dan kondisi ini membuat
masyarakat lebih kritis dalam mempertanyakan hak-hak sosial mereka yang tidak
terpenuhi.
Memasuki MEA diharapkan para pelaku bisnis baik itu perusahaan besar
maupun perusahaan Kecil dan Menengah mampu menerapkan GCG dan CSR sesuai
prinsip-prinsip yang ada. Sehingga, para pelaku bisnis di Indonesia dapat bersaing di
tengah persaingan global yang begitu ketat.
Beberapa keuntungan yang didapat jika mampu menerapkan GCG dan CSR
dalam bisnisnya antara lain :
a. Meningkatkan kemampuan bersaing mendapatkan modal di pasar
global
b. Mengurangi risiko perubahan yang bersifat tiba-tiba, dan mendorong
penanaman modal jangka panjang
c. Memperkuat sektor finansial
d. Memajukan manajemen yang bertanggung jawab dan kinerja finansial
yang solid.
e. Mendapatkan citra yang baik dimata stakeholders.

Referensi :
Daniri,Mas Achmad.2005.Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya
dalam Konteks Indonesia.Jakarta:PT Ray Indonesia.
Fahmi, Irham. 2013. Etika Bisnis. Bandung:Alfabeta.
Nurjaman,Kadar dan Khaerul Umam.2012.Komunikasi & Public Relation.Bandung :
Pustaka Setia.
Reny Dyah Retno dan Denies Priantinah.2012.Pengaruh Good Corporate Governance
Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal Volume I Nomor I Tahun
2012.
Sumarto,Hetifah SJ.2004.Inovasi, Partisipasi, dan Good Govarnance.Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Suci Murtiana
Mahasiswa Jurusan Manajemen FE Unnes. Lahir di
Purbalingga, 15 Januari 1997. Gadis tomboy yang begitu
mengagumi sosok Kahlil Gibran ini memiliki hoby membaca
novel dan berorganisasi. Ia aktif mengikuti Lembaga
Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen
(LK-HMJM) FE Unnes.

Anda mungkin juga menyukai