Anda di halaman 1dari 11

BAB 20

TINJAUAN ATAS PP NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PSAP YANG TERKAIT


DENGAN LAPORAN OPERASIONAL

Pendahuluan

Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual dalam organisasi pemerintahan tidak hanya
menjadi tuntutan masyarakat Indonesia di era reformasi. Akan tetapi, juga merupakan tuntutan dari
masvarakat internasional, terutama dari lembaga-lembaga internasional yang memiliki kredibilitas
seperti IMF. World Bank, dan OECD. Sistem akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan dan
menyediakan informasi sekaligus laporan pertanggungjawaban yang lebih berkualitas dibanding basis
kas. Informasi dan laporan pertanggungjawaban yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
menciptakan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dana publik yang dikelola oleh
pemerintah. Hal ini berarti akuntabilitas dan transparansi publik tidak hanya menjadi perhatian dan
tuntutan masyarakat di Indonesia saja, melainkan telah menjadi isu yang paling mengemuka di dunia
internasional sejak 15 tahun yang lalu.

Meskipun demikian, bukan berarti penerapan akuntansi berbasis akrual dalam organisa sektor
publik (pemerintahan) sudah merupakan kesepakatan umum dan tidak ada tantangan dalam
pelaksanaannya. Beberapa pemikir akuntansi dan administrasi publik (accounting and public
administration scholars) menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penerapan akuntani akrual
(penuh) dalam organisasi sektor publik, dan beberapa yang lain mendukung Pihak yang mengkritik
terhadap penerapan akuntansi akrual pada organisasi scktor publik mengajukan sejumlah kritik yang
cakupannya meliputi dari masalah teknik seperti penilaian aset, sampai pertanyaan yang lebih luas
terkait dengan perbedaan kebutuhan akuntansi antara scktor publik dengan sektor swasta serta
perbedaan akuntabilitas yang dihadapi oleh kedua organisa tersebut. Kritik-kritik tersebut mengarah
pada masalah sejauh mana akuntansi akrual dapat memberikan manfaat kepada organisasi sektor
publik, sebagaimana pada organisasi sektor swasta. Perbedaan tujuan dan karakteristik lingkungan
organisasi menjadi alasan utamu keraguan atas manfaat dari akuntansi akrual di sektor publik ke

Akuntansi akrual pada organisasi swasta ditujukan untuk mendukung sujuan ongani untuk
mencari laba (profit) dengan menandingkan informasi pendapatan dan beban aa akurat. Sementara,
organisasi sektor publik tidak untuk mencari laba. Perbedaan rujuan uam organisasi ini tentrunya
berdampak kepada penyajian informasi dan pelaporan keuangan yang berbeda pula. Sehingga,
apakah laporan keuangan yang dihasilkan oleh sektor swasta masih sesuai jika diterapkan pada sektor
publik? Sebagaimana yang dijelaskan bahwa penerapan basis akrual dalam akuntansi sektor publik
pada dasarnya adalah untuk menentukan cost of service dan charging for service, yaitu untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta menentukan
harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.
PP NOMOR 71 TAHUN 2010: APAKAH MERUPAKAN JAWABAN ATAS TUNTUTAN
AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL ?

Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
transaksi dan peristiwa tersebut terjadi. Transaksi dan peristiwa tersebut dicatat dalam catatan
akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya (Halim dan Kusufi, 2012).
Akuntansi berbasis akrual dianggap memiliki sejumlah manfaat untuk organisasi sektor publik. Para
pendukung penerapan basis akrual dalam organisasi sektor publik, meyakini bahwa akuntansi akrual
mengakui beban ketika transaksi tersebut terjadi. dianggap menyediakan gambaran operasional
pemerintah secara lebih transparan.

Penerapan basis akrual memberikan hasil yang lebih baik dan memberikan keuntungan
sebagai berikut:

 Memberikan ketelitian dalam penyajian laporan keuangan pemerintah daerah dan


memungkinkan untuk melakukan penilaian secara lengkap terhadap kinerja pemerintah.
 Lebih akurat dalam melaporkan nilai aset. kewajiban, maupun pembiayaan pemerintah.
 Memungkinkan dilakukan cut off(pemisahan suatu periode dengan periode yang lain)
secara lebih sempurna dan menginformasikan nilai-nilai ekonomis dalam suatu periode
tertentu.
 Meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah dalam rangka
akuntabilitas publik. yang terkandung

Basis Akuntansi di Indonesia: Perspektif Sejarah dan Hukum

Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan (Dwi Ratna, 2010).
Misalnya, adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32
mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut PBB ciri-ciri dari
sistem akuntansi pemerintah antara lain:

 Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara
 Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan
auditable
 Sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk penyusunan rencana atau program dan evaluasi pelaksanaan secara fisik
dan keuangan.
Due Process PP Nomor 71 Tahun 2010

Due process atau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai proses baku penyusunan, dalam
konteks penyusunan standar, berarti bahwa sebuah lembaga pembuat regulasi (standar) mencoba
melibatkan semua pihak yang dipengaruhi oleh regulasi tersebut, sehingga dapat menjaga legistimasi
dari sebuah proses penyusunan regulasi.

Due process meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar


Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik akuntansi dan pelaporan
keuangan yang memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan standar akuntansi
pemerintahan.

2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di Dalam KSAP


KSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topik-topik yang telah
disectujui Keanggotaan pokja ini berasal dari berbagai instansi yang kompeten di
bidangnya

3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja


Untuk pembahasan suatu topik, pokja melakukan riset terbatas terhadap literatur-
literatur, standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara, praktik praktik akuntansi
yang sehat (best practices), peraturan-peraturan dan sumber-sumber lainnya yang
berkaitan dengan topik yang akan dibahas

4. Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja


Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, pokja menyusun draf SAP Draf
yang telah selesai disusun selanjutnya dibahas oleh pokja.

5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja


Draf yang telah disusun oleh pokja dibahas oleh anggota komite kerja. Pembahasan
diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar. Dengan pendekatan ini
diharapkan draf tersebut menjadi standar akuntansi yang berkualitas. Pembahasan ini
tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari draf awal yang diusulkan
oleh Pokja. Pada tahap ini, Komite Kerja juga melakukan diskusi dengan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) untuk menyamakan persepsi.

6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan


Komite kerja berkonsultasi dengan komite konsultatif untuk pengambilan keputusan
peluncuran draf publikasian SAP.

7. Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft)


KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada
stakeholders. antara lain masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait
lainnya untuk memperoleh tanggapan.
8. Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan Dengar Pendapat Publik
(Public Hearings)
Dengar pendapat dilakukan dua tahap yaitu dengar pendapat publik terbatas dan
dengar pendapat publik. Dengar pendapat publik terbatas dilakukan dengan
mengundang pihak-pihak dari kalangan akademisi, praktisi, pemerhati akuntansi
pemerintahan, dan masyarakat yang berkepentingan terhadap SAP untuk memperoleh
tanggapan dan masukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasian. Dengar
pendapat publik merupakan proses dengar pendapat dengan masyarakat yang
berkepentingan terhadap SAP Tahapan ini dimaksudkan untuk meminta tanggapan
masyarakat terhadap draf SAP.

9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAP


KSAP melakukan pembahasan atas tanggapan atau masukan yang diperoleh dari
dengar pendapat terbatas, dengar pendapat publik dan masukan lainnya dari berbagai
pihak untuk menyempurnakan draf SAP.

10. Finalisasi Standar


Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangan dari BPK. Di
samping itu, tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi, konsistensi,
koherensi maupun bahasa. Finalisasi setiap PSAP ditandai dengan penandatanganan draf
PSAP oleh seluruh anggota KSAP

SAP Berbasis Akrual telah disusun dengan melalui tahapan proses penyiapan (due process)
sebagaimana tersebut di atas. Dalam menyusun SAP Berbasis Akrual, KSAP menggunakan materi dan
rujukan dikeluarkan oleh:

a) Pemerintah Indonesia, berupa Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang yang
SAP
b) International Federation of Accountants
c) International Accounting Standards Committee/lnternational Accounting Standards
Board
d) International Monetary Fund
e) lkatan Akuntan Indonesia
f) Financial Accounting Standards Board-USA
g) Governmental Accounting Standards Board-USA
h) Federal Accounting Standards Advisory Board-USA
i) Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan
akuntansi, dan audit pemerintahan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan SAP Berbasis Akrual sebaga berikut:

a. SAP Berbasis Akrual dikembangkan dari SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 dengan mengacu
pada Internatonal Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan
peraturan perundangan yang berlaku.
b. SAP Berbasis Akrual adalah SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 yang telah dikembangkan sesuai
dengan basis akrual.
c. Laporan Operasional-yang dalam SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 disebut dengan nama
Laporan Kinerja Keuangan dan bersifat opsional-dalam SAP Berbasis Akrual menjadi salah
satu PSAP untuk pelaporan atas pendapatan dari sumber daya ekonomi yang diperoleh
dan beban untuk kegiatan pelayanan pemerintahan.
d. Kerangka konseptual dalam SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 dimodifikasi dan diperbarui
sehingga menjadi kerangka konseptual dari PSAP Berbasis Akrual.

SAP Berbasis Akrual versi PP Nomor 71 Tahun 2010

Sebelum membahas mengenai konsep akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, terlebih
dahulu me-review ulang definisi basis akrual menurut beberapa literatur akuntansi. Pengertian basis
akrual menurut PSAK (IAI, 2004) adalah mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lain pada saat
kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Berdasarkan
pengertian tersebut, laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga
kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan
diterima di masa depan.

Definisi yang lain, bahwa sistem akuntansi akrual adalab sistem pencatatan yang mencatat
pendapatan pada saat pendapatan tersebut diperoleh (earned)-kas diterima maupun tidak-dan beban
dicatat pada saat beban tersebur terjadi (incurred)-kas dibayarkan atau tidak. Oleh karena itu. dalam
sistem basis alkrual harus diterapkan sistem alokasi yang umumnya dilakukan secara subjektif arbitrer
karena pembebanan biaya, pengakuan pendapatan, dan prinsip "matching nya harus mematuhi
prinsip "ume period" Artinya, jika terdapat biaya yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan
pada periode tahun buku yang dilaporkan, maka walaupun belum dibayar harus diperhitungkan
karena memang sudah merupakan hak atau kewajiban entitas.

LAPORAN OPERASIONAL VERSUS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Perbedaan mendasar antara SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dengan SAP Berbasis Akrual
adalah adanya penambahan PSAP baru. yaitu PSAP Nomor 12 tentang penyajian Laporan Operasional.
Laporan Operasional, yang dalam SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 disebut dengan nama Laporan Kinerja
Keuangan dan bersifat opsional, dalam SAP Berbasis Akrual menjadi salah satu bagian dari pelaporan
finansial yang berbasis akrual untuk pelaporan atas pendapatan dari sumber daya ekonomi yang
diperoleh dan beban untuk kegiatan pelayanan pemerintahan.
Dengan adanya Laporan Operasional, maka Laporan Realisasi Anggaran tidak lagi memiliki
keterkaitan dengan Neraca. Perbedaan basis akuntansi yang digunakan disebabkan karena tujuan
penyusunan kedua laporan tersebut juga berbeda. Pelaporan operasi bertujuan untuk memberikan
informasi tentang kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban,
dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan Laporan Operasional menyajikan ikhtisar
sumber daya ekonomı yang menambah ckuitas dan penggunaannya yang dikelola olch pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan (KK par.
78).

Sedangkan. Laporan Realisasi Anggaran bertujuan memberikan informasi realisasi dan


anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat
ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan cksekutif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat atau daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD (PSAP Nomor 01
par 35). Laporan Realisası Angraran menyaikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
keuangan yang dikelola olch pemerintah pusar atau dacrah, yang menggambarkan perbandingan
antara anggaran dan ncalisainva dalamsatur periode pelaporan (KK par. 61)

Perbedaan tujuan kedua laporan tersebut juga berdampak pada berbedanya manfaat dan
informasi yang disediakan oleh kedua laporan tersebut. Laporan Operasional menyediakan informasi
yang mencerminkan seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang berguna bagi
penggunanya untuk mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau
seluruh entitas pemerintah. Informasi yang disediakan oleh Laporan Operasional adalah informasi
(PSAP Nomor 12 par. 6):

 Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan.
 Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, serta kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi
 Berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang alkan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan dacrah dalam periode mendatang dengan cara
menyajikan laporan secara komparatif
 Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila
surplus operasional).

Sementara. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna bagi


penggunanya dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:

 Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya


ekonomi
 Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna
dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.
Peranan Laporan Operasional

Berdasarkan PSAP No. 12 paragraf 6 SAP Berbasis Akrual dinyatakan bahwa ada 4 (empat)
informasi yang disediakan oleh Laporan Operasional (LO). Masing-masing dari keempat informasi
tersebut mencerminkan peranan dari Laporan Operasional, yaitu informasi (a) mencerminkan peran
dalam perhitungan biaya pelayanan, informasi (b) mencerminkan peran untuk menilai kinerja
pemerintah, informasi (c) berperan dalam mengetimasi pendapatan yang akan diterima, dan
informasi (d) berperan untuk menentukan besarnya perubahan ekuitas yang dimiliki oleh pemerintah.

Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk
menghitung biaya per program atau kegiatan pelayanan. Beban-beban yang ada dalam Laporan
Operasional dapat dikelompokkan menjadi biaya pegawai, biaya material, dan biaya overhead untuk
melakukan perhitungan biaya untuk setiap program atau kegiatan. Dengan adanya Laporan
Operasional dapat dihitung beban akrual dengan hasil/keluaran.

Struktur Laporan Operasional

Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut (PSAP Nomot 01 paragra 92 SAP
Berbasis Akrual).

 Pendapatan-LO dari kegiatan operasional, yaitu hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
 Beban dari kegiatan operasional, yaitu penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa dalam periode
pelaporan yang dapat menurunkan ekuitas berupa pengeluaran/konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban.
 Surplus/defisit dari kegiatan non-operasional (bila ada), yaitu selisih antara pendapatan dan
beban non-operasional yang sifatnya tidak rutin termasuk dari surplus/defisit dari penjualan aset
nonlancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang
 Pos luar biasa (bila ada), yaitu pendapatan atau beban bukan merupakan operasi yang biasa yang
tidak diharapkan sering/rutin terjadi, di luar kendali atau pengaruh entitas yang bersangkutan,
serta sifat dan jumlahnya diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
 Surplus/defisit-LO, yaitu selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.

Konsepsi Akrual dan Keterkaitan Antarlaporan

Konsep akrual pada Laporan Operasional terlihat pada transaksi pendapatan-LO dan beban
dalam bentuk barang/jasa. Transaksi pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi selain kas
dapat segera dicatat pada pendapatan-LO dan beban pada saat terjadinya transaksi Sedangkan,
pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit-LO karena transaksi
permbiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode pelaporan.
Pada PSAP Nomor 12 paragraf 7 disebutkan bahwa Laporan Operasional disusun untuk
melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting gele) sehingga
penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Keterkaitan antar-laporan keuangan dalam kedua pelaporan,
yaitu pelaporan pelaksanaan anggaran dan pelaporan finansial.

Akuntansi Pendapatan-LO versus Pendapatan-LRA

Dengan diterapkannya dua basis akuntansi yang berbada pada dua jenis pelaporan yang
berbeda, yaitu pelaporan pelaksanaan anggaran berbasis kas dan pelaporan finansial berbasis akrual.
Akibatnya, terdapat dua macam pendapatan, yaitu pendapatan-LO berbasis akrual dan pendapatan-
LRA berbasis kas. Menurut PSAP Nomor 01 pendaparan-LO didefinisikan sebagai hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Sedangkan Pendapaan LRA adalah semua penerimaan
Rekening Kas Umum Negara/Daerah vang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang berangkutan vang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah. Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa pendapatan-LO merupakan semua hak
pemerintah. yang berupa kas maupun non/selain kas, yang dapat menambah ekuitas. Hal ini berarti
pengertian pendapatan LO lebih luas daripada pendapatan-LRA yang hanya berupa penerimaan kas
saa serta keterkaitannya dengan laporan keuangan yang berbeda Pendapatan-LO akan memengaruhs
ckuitas yang ada di neraca melalui Laporan Perubahan Ekuitas Sedangkan. pendapatan LRA akan
memengarulhi SAL pada Laporan Perubahan SAL.

Karena berbasis akrual, maka pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan, dan pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan dan yang diperoleh
sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan diakui pada sat timbulnya hak untuk
menagih pendapatan atau imbalan. Sedangkan, pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi
adalah hak dahulu adanya penagihan. Sedangkan, pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Jadi, selama tidak ada aliran kas yang masuk ke dalam Rekening
Kas Umum Negara/Daerah maka tidak akan ada pendapatan yang telah diterima oleh pemerintah
tanpa terlebih yang diakui
Akuntansi Belanja versus Beban

Sama halnya dengan pendapatan, penerapan dua basis akuntansi tersebut juga berdampak
pada penggunaan istilah "belanja" untuk LRA dan "beban" untuk LO. Menurut PSAP Nomor 01, beban
adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode nelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Sedangkan,
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa beban
merupakan semua transaksi yang dapat menurunkan manfaat ekonomi atau potensi jasa, baik yang
berupa kas non/selain maupun kas, yang berpengaruh terhadap penurunan ekuitas. Hal ini berarti
cakupan beban lebih luas daripada belanja yang hanya berupa pengeluaran kas saja, serta
keterkaitannya dengan laporan keuangan yang berbeda, sama halnya pada pendapatan.

Beban Belanja
Perbedaan
Pengakuan  Pada saat timbulnya kewajiban  Pada saat kas keluar
 Pada saat terjadi konsumsi aset
 Terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa
Pengelompokan  Menurut klasifikasi ekonomi  Menurut klasifikasi (jenis
belanja), organisasi, dan fungsi

Akuntansi Surplus/Defisit-LRA versus Surplus/Defisit-LO

Surplus/defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode
pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa.
Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non-
operasional. Termasuk dalam pendapatan atau beban dari kegiatan non operasional antara lain
surplus/defisit penjualan aset nonlancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya. Sclisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari
kegiatan operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit
sebelum pos luar biasa, yang setelah ditambah dikurangi dengan pos luar biasa akan menjadi
surplus/defisit-LO. Saldo surplus/defisit-LO akan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas sebagai
penambah atau pengurang eluitas Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-
LRA dan belanja selama satu periode pelaporan. Surplus/defisit-LRA akan memengaruhi SiLPA/SIKPA
yang nantinya akan dipindahkan ke Laporan Perubahan SAL sebagai penambah atau pengurang SAL.
Akuntansi Pembiayaan versus Kegiatan Non-operasional dan Pos Luar Biasa

Pembiayaan tidaklah sama atau dapat dikategorikan sebagai kegiatan non-operasional dan
nos luar biasa. Pembiayaan (financang) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan tahun-
tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama maupun dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam
perhitungan surplus/defisit-LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada
periode pelaporan. Sedangkan, kegiatan non-operasional sifatnya tidak rutin termasuk dari
suplus/defisit dari penjualan aset nonlancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan pos luar
biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luarbiasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi
yang bukan merupakan operasi biasa. tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan. Sebelum adanya pemisahan antara kegiatan operasional
dengan kegiatan non- operasional dan pos luar biasa, pendapatan dan beban berkemungkinan besar
mengalami overestimate atau underestimate.

Transaksi dalam Mata Uang Asing

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi


menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi mata uang asing dapat dibagi menjadi du, tersedia dana dalam
mata uang asing dan tidak tersedia dana dalam Transaksi dalam Mata Uang Asing yang yaitu transaksi
mata uang asing. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan
dalam transaksi, maka transaksi dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah
berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. Sedangkan, dalam hal tidak tersedia
dana dalam mata uang asing, dibagi menjadi tiga perlakuan, adalah sebagai yang berikut.

 Mata uang asing dibeli dengan rupiah dicatat berdasarkan kurs transaksi
 Mata uang asing dibeli dengan mata uang asing lainnya dicatat dengan menggunakan
 Transaksi dalam mata uang asing lainnya dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah
bank sentral pada tanggal transaksi. kurs transaksi.

Transaksi dalam Bentuk Barang dan Jasa

Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa yang harus dilaporkan
berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam CaLK sehingga dapar
memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan behan Transaksi
pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi selain kas dapat segera dicarat pada
pendapatan-LO dan beban pada saat terjadinya transaksi. Transaksi pendapatan dan beban dalam
bentuk barang/jasa, antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan dan jasa konsultasi.
AGENDA MASA MENDATANG

Berdasarkan uraian di atas, SAP Berbasis Akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 mnghadapi
beberapa permasalahan yang cukup krusial dalam penerapannya. Dalam hal ini, paling tidak ada tiga
permasalahan utama yang harus segera dijawab dan dicarikan solusinya aitu sebagai berikut.

1. Masalah legitimasi hukum atas PP Nomor 71 Tahun 2010.


2. Masalah praktik akuntansi menurut SAP Berbasis Akrual terkait teknik pencatatan dan
pelaporannya.
3. Masalah strategi penerapan SAP Berbasis Akrual sehingga dapat diterima dan
dilaksanakan oleh semua entitas pemerintahan sesuai batas waktu yang ditentukan oleh
aturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai