Sulit untuk membahas mengenai Uniformity, apakah ada cukup bukti yang menunjukan bahwa adanya
tingkat kesamaan atas pilihan metode akuntansi yang dipilih dalam suatu industry yang sama jika
memiliki ukuran yang sama.
Beberapa study mencoba untuk menkategorikan kemiripan pilihan metode akuntansi untuk melihan
tingkat kemiripan dari Agency (Contracting) Theory Condition.
Ada dua jenis kondisi dimana bisa saling berhubungan atau saling berpotongan dengan tipe analisa
uniformity dan kebijakan.
Oleh karena itu, keadaan yang relevan (relevant circumstances) dapat diartikan sebagai
keadaan ekonomis yang dapat berpengaruh luas pada kejadian yang sama secara
signifikan.
REPORT THIS AD
Menurut Cadenhead (1970) dalam Wolk, et al., (2004), pembatasan relevant circumstances
dengan elemen yang melampaui kendali manajemen disebut environmental conditions.
Environmental conditions membedakan perusahaan dan membawa pada biaya pengukuran
yang terlalu berlebihan atau tingkat verifiabilitas relatif rendah terhadap metoda akuntansi yang
dikehendaki. Misalnya, pada penggunaan metoda identifikasi khusus pada penilaian
persediaan, biaya pencatatan akan besar sekali pada perusahaan retail yang memiliki banyak
persediaan dengan nilai per unit yang rendah. Jika nilai yang direalisasi bisa diperoleh, biaya
penyelesaian akan sulit diprediksi pada beberapa industri dan menyebabkan tingkat
verifiabilitas yang rendah. Hanya dalam kasus circumstantial variables diperbolehkan
penyimpangan metoda akuntansi yang telah ditentukan secara rigid.
Relevant circumstances merupakan keadaan yang penting secara ekonomi yang dapat
memengaruhi secara luas kejadian-kejadian yang mirip atau serupa. Pada kondisi umum atau
faktor yang berkaitan dengan kejadian kompleks yang diharapkan memengaruhi waktu dari
arus kas. Hal tersebut dapat diketahui pada saat kejadian (present magnitudes) atau setelah
kejadian (future contingencies). Institusi perumusan standar seharusnya mengidentifikasi
faktor relevant circumstances secara tepat agar standar yang dirumuskan tidak kaku (Wolk, et
al., 2004).
Dalam dunia perpajakan, metode LIFO dianggap hanya membuat kerugian bagi negara
karena dengan menggunakan metode ini, laba yang dihasilkan akan semakin kecil yang
berakibat pajak yang dibayarkan juga akan semakin kecil. Hal ini menjadi jalan bagi
perusahaan-perusahaan yang ingin memperkecil beban pajaknya. Oleh karena itu,
metode LIFO tidak diperbolehkan lagi untuk digunakan dalam peraturan perpajakan di
Indonesia
Tn. Hendy menggunakan metode pencatatan sistem periodical. Pada 31 Desember 2014 Tn. Hendy memiliki 50 unit
persediaan akhir di gudang. Sehingga persediaan yang terjual sebanyak 850 unit.
Berdasarkan contoh di atas, berikut penjelasan dari masing-masing metode perhitungan persediaan:
Perhitungan:
Berdasarkan metode Average, nilai persediaan yang diperoleh adalah nilai rata-rata persediaan yang diperoleh. Jadi
harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember 2014 dengan sistem periodik adalah sebesar Rp 741.388
dan Rp 43.612.
Berdasarkan metode FIFO, persediaan yang terjual adalah persediaan yang diperoleh lebih awal, mulai dari bulan
Februari sampai dengan Agustus secara berturut-turut, namun pada bulan Agustus yang baru terjual 250 unit maka
masih tersisa 50 unit. Jadi harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember 2014 dengan sistem periodik
adalah sebesar Rp 737.500 dan Rp 47.500.
3. Metode masuk terakhir keluar terakhir (Last In First Out – LIFO)
a. Total Pembelian :
Berdasarkan metode LIFO, persediaan yang terjual adalah persediaan yang diperoleh paling akhir, mulai dari bulan
Agustus sampai dengan Februari secara berturut-turut mundur ke belakang, namun pada bulan Februari yang baru
terjual 150 unit maka masih tersisa 50 unit. Jadi harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember 2014
dengan sistem periodik adalah sebesar Rp 745.000 dan Rp 40.000.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan menggunakan metode perhitungan persediaan LIFO, maka
perusahaan dapat memperkecil laba sebelum pajak atau laba kotor, sehingga pembayaran pajak penghasilan menjadi
lebih sedikit.
Penutup
Dari uraian diatas sudah dapat terjawab mengapa pajak tidak mengakui metode LIFO? Karena dengan menggunakan
metode LIFO perusahaan dapat meminimalkan laba sehingga memperkecil biaya pajak penghasilan. Seiring dengan
berjalannya waktu harga pembelian persediaan terus mengalami peningkatan yang dapat disebabkan oleh inflasi, maka
jika perusahaan menggunakan metode LIFO akan mengakibatkan kerugian bagi negara karena setoran ke kas negara
semakin sedikit. Oleh karena itu, metode yang boleh digunakan berdasarkan ketentuan perpajakan di Indonesia hanya
metode Average atau FIFO.