INTERNASIONAL
KEBIJAKAN PEMAJAKAN
1. Keadilan (equality)
2. Netralitas (neutrality)
3. Penerimaan (revenue)
4.
Pertimbangan
administrasi
kepatuhan.
(administrative and compliance)
Pemajakan
atas
arus
Internasional
adalah
pemajakan
penghasilan dalam negeri.
dan
penghasilan
perluasan
Azas
Azas
Azas
Azas
Azas
Domisili
Sumber
Kewarganegaraan
Teritorial
Campuran
10 MILYAR
3 MILYAR
750 Juta
700 Juta
Total beban pajak yang harus dibayar atau ditangung Wajib Pajak B
adalah: 3 Milyar + 750 Juta + 700 = 4.450 Milyar
Sebab
terjadinya
pajak
berganda
secara
internasional (International double taxation)
Konflik
azas
pengenaan
pajak,
seperti
bertemunya azas domicili dengan azas sumber.
Konflik
perbedaan
definisi
penduduk,
seseorang
atau
badan
pada
saat
yang
bersamaan dianggap penduduk dari dua negara.
Perbedaan
definisi
tentang
sumber
penghasilan,
dua
atau
lebih
negara
menganggap satu jenis penghasilan bersumber
di wilayahnya.
dimanapun.
Cara Unilateral
Masing masing negara mengatur dalam undang undang
pajaknya sendiri tentang cara pencegahan pajak berganda, dan
biasanya
dengan
memperhatikan
kebiasaan
kebiasaan
internasional atau berdasarkan prinsip prinsip yang telah
diterima baik oleh negara-negara didunia, dan biasanya
disyaratkan timbal balik.
2.
Cara Bilateral
Penghindaran pajak berganda didasarkan atas kesepakatan
(persetujuan) dari 2 (dua) negara pemegang yurisdiksi
pemajakan dan pada umumnya dirumuskan dalam suatu bentuk
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang diratifikasi
oleh kedua negara.
3.
Cara Multilateral
Karena Menyangkut beberapa negara biasanya lebih bersifat
harmonisasi dari ketentuan perpajakan masing-masing negara.
C.
adalah
ketentuan
untuk
mencegah
dual
HAK
PEMAJAKAN
NEGARA
PENGHASILAN / KEKAYAAN
SUMBER
ATAS
Rp.
600.000.000
b. Penghasilan LN
Rp. 1.200.000.000
Tarif Pajak
5%
15%
25%
diatas 500 jt
30%
Diminta : Hitunglah besarnya kredit pajak LN dan pajak yang masih harus dibayar
600.000.000
1.200.000.000
1.800.000.000
PPh Terhutang
5% x
50.000.000
=
2.500.000
15% x
200.000.000
= 30.000.000
25% x
250.000.000
= 62.500.000
30% x
1.300.000.000
= 390.000.000
PPh terhutang
485.000.000
Kredit Pajak LN
{ Full tax credit } 30% x 1.200 jt
360.000.000
Pajak yang masih harus dibayar di DN
125.000.000
Metode pengurangan Pajak Terbatas { Ordinary Tax Credit Method }
Pajak terhutang atau dibayar di LN atas penghasilan LN dapat dikurangkan dari pajak
yang terhutang atas PKP, tidak melebihi jumlah pengurangan pajak yang dihitung
berdasarkan UU Pajak DN atas pengasilan LN yang bersangkutan
360.000.000
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)
ORANG PRIBADI
BADAN
SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2)
SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
LUAR NEGERI
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4)
YANG MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
MELALUI BUT DI
INDONESIA
ORANG PRIBADI
SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN
BADAN
SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN
UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
DI INDONESIA
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)
DAPAT BERUPA
PENGHASILAN
DARI
PENGHASILAN
KANTOR PUSAT
DARI
DI INDONESIA
PENGHASILAN
YANGTERSEBUT
DALAM PASAL 26
YANG DITERIMA
ATAU DIPEROLEH
KANTOR PUSAT
BUT DI
PINJAMAN
INDONESIA
PT. B
DI INDONESIA
BUNGA
PT. A
DI INDONESIA
PINJAMAN
BUT DI
INDONESIA
KANTOR
PUSAT
DI LN
BARANG
PT. D
DI INDONESIA
LISTRIK
LABA
BARANG LISTRIK
KANTOR
PUSAT
KONSULTAN
DI LN
JASA
BUT DI
INDONESIA
PT. C
DI INDONESIA
PT. F
DI INDONESIA
KONSULTASI
FEE
JASA KONSULTASI
PT. E
DIINDONESIA
X. Inc
DI LUAR
INDONESIA
BUT
DI
INDONESIA
PERJANJIAN/
LISENSI
PENGGUNAAN
MERK X Inc
PT. Y
DI
INDONESIA
JASA MANAJEMEN
JASA PEMASARAN
JASA PRODUKSI
ROYALTY
SEHUBUNGAN DENGAN:
-Usaha atau kegiatan,
-Penjualan barang
-Pemberian jasa
YANG SEJENIS DENGAN
DIJALANKAN BUT DI
INDONESIA
YANG
PENGHASILAN
SEBAGAIMANA
TSB DALAM PASAL 26
JIKA TERDAPAT
HUBUNGAN EFEKTIF
ANTARA BUT DENGAN
HARTA/KEGIATAN YANG
MEMBERIKAN
PENGHASILAN
PENENTUAN LABA
BUT
Pasal 5 Ayat (3)
BIAYA YG BERKAITAN
DENGAN USAHA
ATAU KEGIATAN BUT
BESARNYA DITETAPKAN
DIRJEN PAJAK
PEMBAYARAN KPD
KANTOR PUSAT YG
TIDAK BOLEH
DIBEBANKAN SBG
BIAYA
- ROYALTY/IMBALAN
SEHUBUNGAN
DENGAN
PENGGUNAAN
HARTA PATEN ATAU HAK LAINNYA
- IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN JASA
MANAJEMEN DAN JASA LAINNYA
-BUNGA KECUALI BUNGA YANG BERKENAAN
DENGAN USAHA PERBANKAN
BUKAN SEBAGAI
PENGHASILAN BUT
PEMBAYARAN DARI
KANTOR PUSAT BERUPA
PKP BAGI
WAJIB PAJAK
DALAM NEGERI
PENGHASILAN DIKURANGI
DENGAN BIAYA YANG
DIPERKENANKAN
KOMPENSASI KERUGIAN
UNTUK WP ORANG PRIBADI
DIKURANGI DENGAN PTKP
PKP BAGI
WAJIB PAJAK YG
DIHITUNG DGN
NORMA
PKP BAGI
WP BUT
PENGHASILAN DIKURANGI
DENGAN BIAYA YANG
DIPERKENANKAN
KOMPENSASI KERUGIAN
PKP BAGI WP
ORANG PRIBADI
DENGAN YG
KEWAJIBAN
PAJAK SUBJEKTIF NYA
<1 TAHUN YANG
TERUTANG PAJAK DLM
BAG TAHUN PAJAK
DIHITUNG
SESUAI PENGHASILAN NETO
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
YANG DISETAHUNKAN
PEREDARAN BRUTO
- BIAYA 3M PENGHASILAN
PENGHASILAN USAHA
- PENGHASILAN BUNGA
Rp.
- PENJUALAN LANGSUNG BARANG
OLEH KANTOR PUSAT YANG SEJENIS
DENGAN YANG DIJUAL BUT
- PENGHASILAN LAINNYA
- BIAYA 3M PENGHASILAN
PENGHASILAN DARI LUAR USAHA
PENGHASILAN NETTO USAHA DAN
LUAR USAHA
DIVIDEN YANG DITERIMA KANTOR
PUSAT YANG MEMPUNYAI HUB EFEKTIF
DENGAN BUT
Rp.400.000.000,00
(Rp.275.000.000,00)
Rp.125.000.000,00
5.000.000,00
Rp.200.000.000,00
Rp. 205.000.000,00
(Rp.150.000.000,00)
Rp. 55.000.000,00
Rp.180.000.000,00
Rp.
2.000.000,00
Rp.182.000.000,00
(Rp. 7.000.000,00)
Rp.175.000.000,00
Contoh:
1. Perhitungan Pajak untuk BUT
2. Perhitungan Branch
Pasal 26 ayat 4)
Profit
Tax
(PPh
lain:
Penghasilan Kena Pajak dari BUT D&D Consult, Jakarta tahun 2010
Penghasilan dari BUT D&D Consult, Jakarta
1.Fee dari konsultasi investasi
Rp.100.000.000.000
2.Jasa training dll
Rp. 20.000.000.000
Jumlah
Rp.120.000.000.000
Biaya Usaha:
Biaya riset
Rp.10.000.000.000
Biaya analisa
Rp. 1.000.000.000
Rp. 11.000.000.000
Rp.109.000.000.000
3.Pendapatan lain-lain
Rp.
900.000.000
Rp.109.900.000.000
Biaya pemasaran
Rp.11.000.000.000
Biaya umum&adm Rp.57.500.000.000
Rp. 68.500.000.000
Penghasilan komersial
Rp. 41.400.000.000
Penghasilan komersial
Rp. 41.400.000.000
Koreksi Fiskal:
- Jasa manajemen
Rp. 750.000.000
- Royalty
Rp. 2.000.000.000
- Biaya training
Rp. 500.000.000
Jumlah koreksi Fiskal
Rp. 32.500.000.000
Penghasilan BUT di Indonesia
Rp. 73.900.000.000
Penghasilan Kantor Pusat
a.Fee
Rp. 1.000.000.000
b.Jasa Konsultasi
Rp. 20.000.000.000
Rp. 21.000.000.000
Biaya Kantor Pusat
Rp. 4.990.000.000
Penghasilan Kantor Pusat digabungkan
Ke BUT
Rp. 16.100.000.000
Total PenghasilanKena Pajak
Rp. 90.000.000.000
Rp.13.500.000.000
BERWENANG
HUBUNGAN ISTIMEWA
Pasal 18 ayat (4)
BOLEH DIKREDITKAN
DENGAN PPh YANG TERUTANG
DALAM TAHUN PAJAK YANG SAMA
1. PENGHASILAN DARI:
a. Saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut berkedudukan;
b. Bunga, royalty, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani
bunga,royalty atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;
c. Sewa harta tak gerak adalah negara tempat harta tesebut terletak;
d. Imbalan sehubungan dengan jasa,pekerjaan dan kegiatan adalah
tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada;
e. Bentuk Usaha Tetap adalah negara tempat Bentuk Usaha Tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
2. PENGHASILAN LAINNYA DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP YANG
SAMA DENGAN NOMOR 1 DIATAS
KMK
No.164/KMK.03/2002
Tgl.
19
TENTANG KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
APRIL
2002
Argentina
Bahama
Bahrain
Balize
Bermuda
British Isle
British Virgin Island
Cayman Island
Channel Island Greensey
Channel Island Jersey
Cook Island
El Salvador
Estonia
Hongkong
Liechtenstein
Lithuania
Macau
Mauritius
Mexico
Nederland Antiles
Nikaragua
Panama
Paraguay
Peru
Qatar
St. Lucia
Saudi Arabia
Uruguay
Venezuela
Vanuatu
Yunani
Zambia
Contoh: I
PT.ABC di Jakarta, tahun 2010 memperoleh penghasilan
sebagai berikut:
Dari negara X, penghasilan netto
Rp.1 milyar
Tarif pajak di negara X 40% =
Rp.400 Juta
Dari negara Y, penghasilan netto
Rp.3 milyar
Tarif pajak di negara Y 25% =
Rp.750 Juta
Dari negara Z menderita rugi
Rp.2.5 milyar
Penghasilan usaha dalam negeri
Rp.4 milyar
Perhitungan PPh Luar Negeri sebagai berikut:
Penghasilan LN
Laba negara X
Rp.1 milyar
Laba negara Y
Rp.3 milyar
Laba negara Z
Jumlah Penghasilan LN
Rp.4 milyar
Penghasilan dalam negeri
Rp.4 milyar
Rp.8 milyar
PPh terutang: 25%
Rp.2 Milyar
Batas
maksimum
PPh
Psl
24
diperhitungkan adalah sebagai berikut:
Untuk negara X:
1.000.000.000
Rp250.000.000
8.000.000.000
Pajak di negara X
yang
dapat
xRp.2.000.000.000 =
Rp.400.000.000
Untuk negara Y:
3.000.000.000xRp.2.000.000.000
Rp.750.000.000
8.000.000.000
Pajak di negara Y
= Rp.750.000.000
PPh 24 yang dapat diperhitungkan
Rp.250.000.000 + Rp.750.000.000 = Rp.1.000.000.000
Contoh kasus 2:
PT.B memperoleh penghasilan netto dalam Tahun Pajak
2004 sebagai berikut:
Penghasilan usaha di luar negeri
= Rp.1.000.000.000
(Pajak di LN 40% =(Rp.400 Juta)
Rugi dari usaha di dalam negeri
=(Rp. 200.000.000)
Jumlah penghasilan netto
= Rp. 800.000.000
PPh terutang
= Rp. 200.000.000
Keredit Pajak
= Rp. 200.000.000
PPh yang masih harus disetor
nihil
Dalam kondisi tersebut jumlah yang dapat dikreditkan
ditentukan
berdasarkan
nilai
terendah
diantara
Rp.200.000.000 Rp.400,000,000 dan Rp.250.000.000
(dihitung
dari
(Rp.1.000.000.000/Rp.800.000.000)
x
Rp.200.000.000).
Dengan demikian hak pengkreditan dan PPh yang dibayar di
luar negeri hanya sebesar Rp.200.000.000,-
PPh Pasal 26
Tentang Pemotongan pajak
penghasilan atas penghasilan yang
dibayarkan kepada Wajib Pajak Luar
Negeri.
PEMOTONG
PPh 26
BADAN PEMERINTAH
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
PENYELENGGARAAN KEGIATAN
BENTUK USAHA TETAP
PERWAKILAN PERUSAHAAN
LUAR NEGERI LAINNYA
OBJEK
PENGHASILAN WP LUAR NEGERI
DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,IMBALAN
SEHUBUNGAN DGN JASA,PEKERJAAN,KEGIATAN
HADIAH
DAN
PENGHARGAAN
PENSIUN
PEMBAYARAN BERKALA LAINNYA
DIPOTONG
PPh PSL 26 DGN TARIF
DAN
DIATUR
LEBIH
Jenis Penghasilan
1. Premi yang dibayar bertanggung kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik
secara langsung maupun melalui pialang.
2. Premi yang dibayar perusahaan asuransi
yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik
secara langsung maupun melalui pialang
3. Premi
yang
di
bayarkan
perusahaan
reasuransi yang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri
baik secara langsung maupun pialang
%
50%
10%
5%
Rp.17.500.000.000
Rp. 4.375.000.000
Rp.13.125.000.000
(Rp. 2.625.000.000)
APABILA
DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA
SESUAI KEP.MENKEU, MAKA TIDAK
DIPOTONG PAJAK
a. -
b.
1 %
30 %
0.3 %
0.7 %
20 %
0.14 %
0.44 %
Bersifat FINAL
Dihitung dari Nilai Ekspor Bruto
Dikenakan terhadap WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan
Dagang di Indonesia
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
( UNTUK UAS )
Pengertian P3B
P3B adalah perjanjian pajak antara dua negara yang
mengatur mengenai pembagian hak pemajakan atas
penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak
pada persetujuan dengan tujuan untuk mencegah
seminimal mungkin terjadinya pengenaan pajak
berganda, selain itu juga mempunyai tujuan lain
yaitu :
Mencegah
pengelakan pajak
Memberikan kepastian hukum
Pertukaran informasi
Penyelesaian sengketa dalam P3B
Non diskriminasi
Bantuan dalam penagihan pajak
Inti dari suatu Tax Treaty adalah membagi hak pemajakan antara
negara sumber dan negara domisili.
Pembagian hak pemajakan ini terlihat dari dua ungkapan yaitu:
1)
2)
Chapter II Definitions
Art 3
General definitions
Art 4
Residents
Art 5
Permanent Establishment
Chapter III Taxation of income
Art 6
Income from immovable property
Art 7
Business Profit
Art 8
Shipping and air transport
Art 9
Associated Enterprises
Art 10
Dividen
Art 11
Interest
Art 12
Royalties
Art 13
Capital gains
Art 14
Independent Personal Services
Art 15
Dependent Personal Serices
Art 16
Directors fee
Art
Art
Art
Art
Art
17
18
19
20
21
Chapter IV
Taxation of Capital
Art 22
Capital
Chapter V
Art 23
Chapter VI
Special Provisions
Art 24
Art 25
Art 26
Non Discrimination
Mutual agreement procedure
Exchange of information
Chapter VII
Final Provision
Art 27
Art 28
Resident
Dalam tax treaty, Resident atau penduduk memegang peranan sangat
penting, karena salah satu prinsip pemajakan menggunakan azas domicili.
Seseorang dianggap penduduk/resident dari suatu negara apabila:
Permanent Establishment
Bentuk Usaha Tetap
Adalah sarana bagi non resident tax payer untuk melakukan bisnis di negara
lain.
Kriteria BUT dalam tax treaty antara 2 negara biasanya mengacu kepada
OECD model atau UN model
Secara umum BUT dibagi menjadi:
1. BUT karena Asset / Fisik
Misal : tempat kedudukan manajemen , cabang, kantor, pabrik, bengkel,
pertambangan, penggalian sumber alam, perikanan atau peternakan.
2. BUT karena Aktivitas
Misal: proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan.
3. BUT Keagenan
Misal: agen di negara lain yang tidak dapat menjalankan aktivitasnya
tanpa persetujuan kantor pusatnya.
4. BUT Asuransi
Misal: perusahaan asuransi di negara lain bila menerima premi dan
menutup resiko di negara tersebut.
Business Profits
Penghasilan Usaha
Penghasilan dari usaha sebuah perusahaan yang berdomisili di suatu negara
hanya akan dikenakan pajak di negara tersebut, kecuali usaha tersebut dilakukan
di negara sumber melalui permanent establishment
Masalahnya : penghasilan mana yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya?
Ada 2 prinsip yang dikenal :
1. Attribution Principle
Yang dianggap laba usaha adalah yang berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh BUT itu saja.
2. Force of Attraction Principle
Tidak hanya dari kegiatan BUT itu saja, tetapi juga laba usaha yang berasal
dari kegiatan yang dilakukan diluar BUT oleh kantor pusatnya.
Biasanya dalam praktek diambil suatu kompromi, yaitu Force of Attraction
akan diterapkan apabila syarat-syarat tertentu dipenuhi.
kerja
yang
bukan
merupakan
3. Gajinya tidak dibebankan kepada BUT atau Fixed base yang dimiliki
pemberi kerja yang ada di negara sumber.
CAPITAL GAIN
Prinsip umum dalam tax treaty :
Harta tak gerak diberikan kepada negara dimana
harta tersebut terletak.
Harta berupa kapal laut atau pesawat udara
diberikan
kepada
negara
tempat
effektif
manajemennya berada.
Harta lainnya diberikan kepada negara domicili.
INTEREST (BUNGA)
Pengertian:
Penghasilan dari semua jenis tagihan piutang
(termasuk bunga atas penjualan berdasarkan
pembayaran cicilan)
Baik yang dijamin hipotek ataupun tidak, dan baik
yang berhak maupun tidak atas bagian laba debitur.
Pada khususnya penghasilan dari surat surat
berharga pemerintah dan penghasilan dari obligasi
atau surat surat hutang, termasuk premi dan hadiah
hadiah yang terkait pada surat surat berharga,
obligasi maupun surat surat hutang tersebut.
INTEREST (BUNGA)
Prinsip umum dalam tax treaty
. Hak Pemajakan terbatas untuk negara sumber.
Penerimaan bunga yang tidak dapat menunjukkan SKD
dan atau bukan beneficial owner, kena tarif pasal 26
UU PPh.
Bunga yang memiliki hubungan efektif dengan BUT/
Permanent Establishment berubah sifatnya menjadi
business profit.
Bunga
dalam
hubungan
istimewa
dihitung
menggunakan nilai transaksi wajar.
Untuk beberapa negara, bila penerima bunga adalah
bank atau lembaga keuangan yang tertentu, negara
sumber membebaskan pengenaan pajaknya.
BENEFICIAL OWNER
SURAT
(SKD)
KETERANGAN
DOMISILI
dinegara
tempat
sejak
DIVIDENS
Pengertian:
Penghasilan dari sahan-saham.
Hak-hak lainnya yang bukan merupakan surat
hutang piutang, yang berhak atas pembagian laba.
Penghasilan dari hak hak perseroan lainnya yang
mendapatkan perlakuan perpajakan yang sama
dengan penghasilan dari saham-saham menurut
undang-undang
perpajakan
negara
dimana
perseroan
yang
membagikan
dividen
itu
berkedudukan.
DEVIDENS
Prinsip umum dalam tax treaty :
ROYALTY
Pengertian :
Pembayaran yang diterima sebagai imbalan atas
penggunaan atau hak untuk menggunakan setiap
hak cipta kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah
Termasuk film sinematografi, paten, merk, dagang,
pola atau model, perencanaan, rumus rahasia, atau
cara pengolahan.
Penggunaan atau hak untuk penggunakan alat alat
perlengkapan industri, perdagangan atau ilmu
pengetahuan atau untuk informasi di bidang industri,
perdagangan atau pengalaman di bidang ilmu
pengetahuan.
ROYALTY
Prinsip umum dalam tax treaty :
Hak pemajakan terbatas di negara sumber.
Penerima yang tidak dapat memberikan SKD dan
atau bukan beneficial owner, dikenakan pasal 26 UU
PPh
Royalty yang memiliki hubungan efektif dengan
BUT/Permanent establishment sifatnya berubah
menjadi bussines profit.
Royalty dalam hubungan istimewa dihitung dengan
menggunakan transaksi wajar.
1. Imbalan yang diterima karena pekerjaan diatas kapal laut, pesawat udara
dalam jalur internasional dikenakan pajak di negara effective manajemen
berada.
2. Directors feehak pemajakannya ada di negara dimana perusahaan
tempat ia menjabat sebagai anggota dewan direksi tersebut
berkedudukan.
3. Imbalan yang diterima artis atau olahragawan dikenakan pajak di negara
dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Dalam pengertian ini termasuk
artis film, teater, radio, televisi, pemain musik, atau sebagai atlit.
4. Imbalan yang diterima pelajar atau karyawan suatu perusahaan yang
sedang menjalani training dikenakan pajak dimana pelajar/ karyawan
tersebut berdomicili sebelum kegiatan tersebut dilakukan, asalkan
sumber imbalan tersebut berasal dari luar negera tempat mereka
melakukan kegiatan.
5. Guru dan Peneliti, dalam tax treaty diatur tentang pembebasan
pemajakan atas penghasilannya dalam waktu tertentu (biasanya 2 tahun)
dengan syarat tertentu.
RESUME
TREATY
PRINSIP
UMUM
PEMAJAKAN
MENURUT
TAX
perjanjian.
RESUME
PRINSIP
UMUM
MENURUT TAX TREATY
PEMAJAKAN
ASSOCIATED ENTERPRISE
(HUBUNGAN ISTIMEWA)
Artikel ini digunakan untuk mengatur perlakuan perpajakan
atas pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Biasanya hal ini terjadi karena adanya turut serta atau
partisipasi baik langsung maupun tidak langsung dalam
manajemen, modal atau pengawasan dari orang atau badan
dari negara pihak pada persetujuan dengan orang atau
badan pada negara pihak lainnya.
Artikel ini mengatur hak dari negara yang melakukan
persetujuan untuk melakukan adjusment terhadap laba
kena pajak dari orang atau badan tersebut dalam hal
ditemukannya harga tidak wajar atau biasanya kita sebut
bila ditemukan adanya tranfer pricing
HUBUNGAN ISTIMEWA
Pasal 18 ayat (4) UU PPh
YANG
YANG DISEBABKAN
DISEBABKAN OLEH
OLEH ::
1.
2. FAKTOR
PENGUASAAN
PENGGUNAAN TEKNOLOGI
MELALUI
MANAJEMEN
ATAU
CONTOH FAKTOR
KEPEMILIKAN / PENYERTAAN
(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)
PENYERTAAN
LANGSUNG (PL)
PT A
PT D
25%
P
L
50%
P
L
T
P
T
L
PT B
P
L
PT
L
50%
PT C
PTL : PENYERTAAN TIDAK LANGSUNG
CONTOH FAKTOR
PENGUASAAN MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI
(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)
CONTOH :
- PT. A SELAKU PERUSAHAAN REAL ESTAT MENEMPATKAN
TENAGA AHLI PEMASARANNYA PADA PT. B YANG JUGA
PERUSAHAAN REAL ESTAT.
-ANTARA PT. A DENGAN PT. B DIANGGAP TELAH TERJADI
HUBUNGAN ISTIMEWA
SEMENDA
AYAH
+
IBU
MERTUA
PKP
10 KEATAS
10 KEATAS
PKP + ISTRI
10 KEBAWAH
10 KEBAWAH
ANAK
KANDUNG
SEDARAH
10
GKES
AMPI
N
10
KESA
MPIN
G
ANAK TIRI
PKP
SEMENDA
PSAK 7
Dianggap mempunyai Hubungan istimewa bila :
. Salah satu pihak mempunyai kemapuan untuk
mengendalikan pihak lain.
. Mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam
mengambil keputusan keuangan atau operasional.
. Pengendalian dimaksud adalah kepemilikan langsung
melalui anak perusahaan dengan lebih setengah hak
suara dari satu perusahaan atau suatu kepentingan
substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk
mengarahkan
kebijakan
keuangan
dan
operasi
manaJemen perusahaan berdasarkan anggaran dasar
atau perjanjian.
PSAK 7
Pengaruh signifikan adalah :
. Penyertaan dalam pengambilan keputusan kebijakan
keuangan dan operasi perusahaan, tetapi tidak
mengendalikan kebijakan itu.
Caranya :
. Perwakilan dalam Dewan Komisaris
- Penyertaan dalam perumusan kebijakan.
. Transaksi antar perusahaan yang material.
.Pertukaran karyawan manaJemen
. Ketergantungan pada informasi teknis
Transfer Pricing
Globalisasi ekonomi membawa dampak meningkatnya transaksi
internasional (cross border transaction)
Salah satu masalah perpajakan yang timbul dari transaksi ini adalah
masalah transfer pricing istilah ini berkaitan erat dengan harga
transaksi barang, jasa atau harta tak berwujud antar perusahaan .
Dampaknya : overpricing atau underpricing.
Selain motivasi bisnis, biasanya dimaksudkan untuk mengendalikan
mekanisme arus sumber daya antar anggota grup dan maksimalisasi
laba setelah pajak
negara dengan
atau melakukan
Hubungan istimewa
Undang-undang PPh :
.
.
.
Pasal 18 (3)
Pasal 18 (3a)
Pasal 18 (4)
Transfer Pricing
Biasanya disebut :
- Intracompany Pricing
- Intercorporate Pricing
- Interdivisional Pricing
- Internal Pricing
Pengertian Transfer Pricing :
- Bersifat Netral
- Bersifat Pejoratif
Pengertian Netral
Pengertian Pejoratif
Netral :
Pejoratif :
Murni taktik dan strategi bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak
Upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik antara lain
menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya rendah.
TRANSFER PRICING
Pengertian umum :
Adalah penentuan harga atau
penyerahan barang, pemberian
antar unit dari MNC yang sama.
balas
jasa
jasa
atau
sehubungan dengan
pengalihan teknologi
2.
3.
4.
Transfer
Pricing
dapat
mengakibatkan
terjadinya
pengalihan
penghasilan (income), dasar pengenaan pajak (tax base) dan atau biaya
(cost) dari suatu WP ke WP lainnya yang dapat direkayasa untuk
menekan keseluruhan jumlah pajak yang terhutang atas wajib pajak
yang
mempunyai
hubungan
istimewa
baik
nasional
maupun
internasional.
Harga penjualan
Harga Pembelian
Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost)
Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang
saham (shareholder loan)
- Pembayaran komisi, lisensi, sewa, franchise, royalty, imbalan
jasa manajemen, imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa lainnya.
Penangkal transfer pricing:
1.
2.
3.
4.
Treaty Shopping
Negara yang bukan merupakan para pihak dalam P3B,
menggunakan fasilitas P3B.
negara
kecil
berlombalomba
menyediakan fasilitas perpajakan yang murah,
dengan harapan mendapatkan bisnis lainnya.
Ada lebih dari 200 negara seperti ini yang dulu
disebut TAX HAVEN, sekarang disebut OFFSHORE
FINANCIAL CENTRE.