Anda di halaman 1dari 26

LIABILITIES AND OWNER’S EQUITY IN

ACCOUNTING THEORY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi

Oleh :

Ghiani Aretha Putri (120110170017)

Laudhita Iftitania (120110170042)

Yolanda Fitrionita (120110170079)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2
BAB I..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 6
2.1. Proprietary and Entity Theory .................................................................................... 6
2.1.1 Proprietary Theory (Teori Kepemilikan) .................................................................. 6
2.1.2. Entity Theory (Teori Entitas) ................................................................................... 9
2.2. Liabilities Defined .................................................................................................... 11
2.2.1. Present Obligation.................................................................................................. 12
2.2.2. Past Transaction ..................................................................................................... 12
2.2.3. Liability Recognition ............................................................................................. 13
2.2.4. IASB Framework ................................................................................................... 14
2.3. Liability Measurement .............................................................................................. 15
2.3.1. Employee Benefits – Pension (Superannuation) Plans .......................................... 16
2.3.2. Provision and Contingencies ................................................................................. 17
2.3.3. Owner’s Equity ...................................................................................................... 18
2.3.4. Rights of The Parties.............................................................................................. 19
2.3.5. Economic Substance .............................................................................................. 20
2.3.6. Concept of Capital ................................................................................................. 20
2.3.7. Classifications Within Owner’s Equity ................................................................. 21
2.4. Challenges for Standard Setters ................................................................................ 22
2.4.1. Debt vs Equity Distinction ..................................................................................... 22
2.4.2. Extinguish Debt ..................................................................................................... 23
2.4.3. Employee Shares .................................................................................................... 23
2.4.4. Issue for Auditor .................................................................................................... 23
BAB III ................................................................................................................................ 25
PENUTUP ........................................................................................................................... 25
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 25
3.2. Saran ......................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 26

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Pada periode
pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping yang sangat sederhana, maksudnya
hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode
kedua merupakan penyempurnaan dari periode pertama, dikenal dengan masa lahirnya
double-entry bookkeeping. Pada periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran
akuntansi yang bukanlagi sekedar masalah debit kiri – kredit kanan, tetapi sudah masuk ke
dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak
pada perubahan ilmu akuntansi modern Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang
sekedar memahami akuntansi sebagai: 1) alat hitung menghitung; 2) sumber informasi
dalam pengambilan keputusan; 3) sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi diterapkan
sejalan dengan (atau sebagai bentuk pengamalan) ajaran agama. Bila dihubungkan dengan
kelompok usaha kecil dan menengah tampaknya pemahaman terhadap akuntansi masih
berada pada tataran pertama dan kedua yaitu sebagai alat hitung-menghitung dan sebagai
sumber informasi untuk pengambilan keputusan.Informasi akuntansi merupakan alat yang
digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan terutama oleh pelaku
bisnis. Dimana informasi akuntansi diharapkan dapat didefinisikan sebagai sistem informasi
yang bisa mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan
ekonomi.Informasi akuntansi sangat diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam
merumuskan berbagai keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi
perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna
dalam rangka menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa
yang akan datang.

Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi


ketidakpastian, antara lain mengenai kebutuhan akan kas.Informasi akuntansi berhubungan
dengan data akuntansi atas transaksi – transaksi keuangan dari suatu unit usaha, baik usaha
jasa, dagang maupun manufaktur. Supaya informasi akuntansi dapat dimanfaatkan oleh
manajer atau pemilik usaha, maka informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.Arus informasi akuntansi keuangan dari

3
perusahaan kecil sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha
perusahaan,bagimana struktur modalnya, berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan
padasuatu periode tertentu. Holmes dan Nicholls (1989) mengungkapkan bahwa informasi
akuntansi yang banyak disiapkan dan digunakan perusahaan kecil dan menengah adalah
informasi yang diharuskan menurut undang-undang atau peraturan (statutory).Selain itu,
informasi akuntansi yang seharusnya dibutuhkan oleh manajemen perusahaan kecil dan
menengah dalam pengggunaan informasi akuntansi sangat terbatas sekali. Banyak
kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan kecil. Kelemahan tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang dijadikan
pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan.

Dari uraian tersebut jelas bahwa industri menengah banyak mengalami kesulitan
dalam memahami informasi akuntansi dengan baik. Padahal dengan semakin ketatnya
persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki
keunggulan kompetitif yang akan mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut
diantaranya adalah kemampuan dalam mengelola berbagai informasi, sumber daya manusia,
alokasi dana,penerapan teknologi, sistem pemasaran dan pelayanan. Sehingga manajemen
perusahaan yang profesional merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi untuk dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan secara baik. Melihat begitu banyak peranan
dan manfaat informasi akuntansi dalam menciptakan arus informasi keuangan guna
menunjang kelangsungan hidup (going concern) industri menengah. Khususnya
permasalahan terkait dengan pengakuan “liabilities and owner’s equity” yang dianggap
memiliki teori-teori yang perlu diketahui dalam pembahasan makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan “Proprietary and Entity Theory” dan bagaimana
penerapannya dalam akuntansi?
2. Apa yang dimaksud dengan “liabilities”?
3. Bagaimana perhitungan dan pengukuran “liabilities”?
4. Bagaimana tantangan yang dihadapi bagi pihak yang menyususn standar-standar
terkait dengan “liabilities and owner’s equity”?

4
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep “Proprietary and Entity Theory” serta
penerapannya didalam akuntansi.
2. Mengetahui dan memahami definisi “liabilities” baik secara umum maupun khusus.
3. Mengetahui dan memahami bagaimana suatu “liabilitas” dihitung dan diukur dalam
akuntansi.
4. Mengetahui dan memahami apa saja tantangan yang dihadapi oleh penyususn
standar-standar akuntansi terkait dengan “liabilities and owner’s equity”.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Proprietary and Entity Theory


Sebuah perusahaan memiliki aset adalah salah satu implikasi dari adanya dana yang
diberikan oleh pemilik atau pemberi pinjaman (kreditor). Aset-aset yang dimiliki oleh
perusahaan merupakan klaim antara kreditor ataupun pemilik dari perusahaan tersebut. Aset
yang diklaim oleh kreditor dikategorikan sebagai utang, sedangkan aset yang diklaim oleh
pemilik dikategorikan sebagai modal. Perbedaan kedua hal tersebut adalah kreditor memiliki
klaim yang didahulukan dan lebih spesifik terkait jumlah dan waktu pembayaran
dibandingkan dengan yang dimiliki oleh pemilik modal. Klaim dari kreditor merupakan
sebuah kewajiban bagi perusahaan tersebut. Sedangkan bagi pemilik modal klaim baru akan
diakui sebagai kewajiban perusahaan ketika telah dinyatakan ada pemindahan aset secara
spesifik kepada pemilik modal, seperti dividend declared sebagai sebuah dividend payable.
Dalam akuntansi terdapat dua teori yang mendasari cara pandang konsep akuntansi,
prosedur, dan aturan terkait dengan liabilitas dan modal. Kedua teori tersebut adalah
proprietory theory dan entity theory.

2.1.1 Proprietary Theory (Teori Kepemilikan)


Kepemilikan orang (proprietorship) atas perusahaan merupakan jumlah aset
perusahaan dikurangi dengan utang perusahaan kepada kreditor. Utang merupakan
kewajiban perusahaan yang dapat diklaim oleh pemberi utang, maka besar
kepemilikan atas sebuah perusahaan merupakan aset yang telah terbebas dari
kewajiban terhadap kreditor. Dapat dituliskan di dalam persamaan sebagai berikut :

P=A–L2

Nilai P merupakan representasi dari kekayaan dari pemilik perusahaan.


Seperti yang dikatakan oleh Sprague : Balance sheet merupakan penjumlahan dari
elemen-elemen yang membentuk kekayaan pemilik di dalam suatu rentang waktu
tertentu. Dengan fokus untuk mengumpulkan kekayaan dalam berbisnis yang juga
merupkan peningkatan atas kepemilikan.

6
Akuntansi berdasarkan teori ini diperuntukkan untuk menunjukkan kekayaan
dari pemilik bisnis. Aset melambangkan jumlah yang dimiliki oleh pemilik,
sedangkan liabilitas merupakan kewajiban dari pemilik terhadap kreditor. Konsep
income dari berbisnis merupakan peningkatan dari kekayaan pemilik yang juga
dapat diartikan sebagai return bagi pelaku bisnis.
Pemilik atau perwakilan dari pemilik di dalam bisnis melakukan keputusan
di dalam bisnis yang menghasilkan pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan dan
pengeluaran di dalam berbisnis merupakan bagian dari akun P. Kedua akun ini
sengaja untuk dipisahkan agar dapat melihat keuntungan yang diterima di dalam
proses berbinis. Pendapatan meningkatkan kepemilikan, sebaliknya pengeluaran
menurunkan kepemilikan. Seperti yang dikatakan oleh Vatter : Pencatatan double
entry didasarkan pada ide bahwa pendapatan dan pengeluaran merupakan satu
bagian dari kekayaan bersih. Akun yang meningkatkan kekayaan bersih meningkat
berdasarkan kredit, sebaliknya akun yang menurunkan kekayaan bersih berdasarkan
debit.
Pendapatan bersih merupakan peningkatan kekayaan dari pemilik
perusahaan dari operasi bisnisnya di dalam rentang waktu tertentu. Pendapatan
bersih ini menyatakan segala hal yang meningkatkan kekayaan pemilik. Hal ini
didapatkan melalui aktivitas operasi bisnis dan juga perubahan nilai dari aset yang
dimiliki. Contohnya ialah ketika menjual kembali sebuah barang yang merupakan
invetori, selisih antara harga jual dan harga dasar barang tersebut dan biaya untuk
menjualnya diakatakan sebagai peningkatan kekayaan. Contoh lain ialah ketika nilai
gedung kantor sebuah perusahaan yang meningkat, hal ini juga dapat dikatakan
sebagai peningkatan kekayaan. Tetapi gagasan atas perubahan nilai seperti contoh
kedua masih merupakan perdebatan di dalam akuntansi.
Dibawah ini merupakan praktek akuntansi masa kini yang didasarkan atas
proprietory theory. Dividen tidak dianggap sebagai sebuah pengeluaran melainkan
distribusi keuntungan kepada pemilik, tidak mengurangi kekayaan dari pemilik itu
sendiri. Sedangkan pajak dan bunga tetap dikatakan sebagai pengeluaran karena
mengurangi kekayaan dari pemilik. Gaji untuk pemilik yang juga bekerja untuk
perusahaannya sendiri tidak dikategorikan sebagai pengeluaran karena pemilik dan
perusahaannya dianggap sebagai sebuah entitas yang sama. Dalam investasi jangka
panjang, metode ekuitas mengakui kepemilikan dari perusahaan investor maka
bagian keuntungan perusahaan dapat diakui sesuai bagian investor tersebut. Di

7
dalam pelaporan keuangan konsolidasi pencatatan oleh perusahaan induk
menggunakan dasr teori ini. Induk seolah memiliki perusahaan anak dan pemegang
saham minor dipandang sebagai pihak eksternal yang mengurangi kepemilikan
induk.
Teori ini tidak membedakan antar aset perusahaan atau aset dari pemilik
usaha jadi seluuruh dari profit perusahaan merupakan profit dari pemiliknya juga.
Maka dari itu untuk masalah modal finansial dan modal fisik, modal finansial sesuai
dengan teori kepemilikan ini. Ketika perusahaan membutuhkan tambahan modal
maka uang dari pemiliklah yang digunakan. Modal merupakan dana yang diberikan
oleh pemilik untuk perusahaan dan keuntungan yang diinvestasikan ulang di dalam
bisnis.
Teori ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, teori ini dibentuk ketika
bisnis masih berupa perusahaan kecil dengan bentuk usaha pribadi atau kerjasama.
Kedua, untuk perusahaan besar, secara hukum, merupakan entitas yang terpisah dari
pemilik perusahaan itu sendiri. Perusahaan memiliki modal yang terbatas hanya pada
dana yang distorkan, tidak sampai kepada harta pribadi pemilik, hal ini tidak sesuai
dengan pandangan teori ini. Aset dan juga liabilitas merupakan kepemilikan dari
perusahaan itu sendiri sebagai entitas terpisah. Penarikan aset oleh pemilik juga
memerlukan metode yang sah secara hukum melalui dividen, bukan sekedar
mengambil aset perusahaan secara langsung.
Bagi pemilik, akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan besar mengingat adanya jarak antar manajemen dan pemegang saham.
Di dalam sebuah perusahaan besar akuntabilitas merupakan isu yang besar karena
pemegang saham akan sangat bergantung dengan fungsi stewardship dari laporan
manajemen, sulit bagi pemegang saham untuk melihat langsung seluruh kinerja
perusahaannya. Lain halnya dengan perusahaan kecil, pemilik akan sangat peduli
dengan kondisi usahanya tersebut, kontrol akan dilihat sendiri dan 4 fungsi
akuntabilitas dari laporan manajemen bukanlah menjadi hal yang penting bagi
pemilik usaha.

8
2.1.2. Entity Theory (Teori Entitas)
Teori entitas merupakan teori yang dibentuk akibat ketidakmampuan teori
sebelumnya dalam menjelaskan status hukum perusahaan yang terpisah dari
pemiliknya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan merupakan perusahaan
yang berdirri sendiri dengan identitasnya sendiri. Menurut Martin ada dua asumsi
untuk gagasan entitas akuntansi yaitu :
o Separation : untuk tujuan akuntansi perusahaan dipisahkan dengan
pemiliknya

o Viewpoint: prosedur akuntansi dibentuk berdasarkan sudut pandang


entitasnya, berdasarkan teori ini ialah perusahaan itu sendiri.

Entitas memanglah bukan sebuah pribadi dan tidak bisa bergerak dengan
sendirinya, perlu orang-orang, manajemen, yang menjalankannya. Tetapi menurut
Paton tiap perusahaan memiliki sifatnya sendiri. Terlebih jika saham perusahaan
telah beredar, hidup atau matinya perushaan bukanlah berantung dari pemegang
sahamnya, melainkan dari perusahaan itu sendiri.
Entity theory memiliki cara pandang bahwa tujuan dari akuntansi ialah
menjalankan fungsi akuntabilitas ataustewardship. Pada mulanya teori ini
menyatakan bahwa bisnis dijalankan untuk manfaat sebesar-besarnya kepada
pemegang saham. Tetapi pandangan sekarang mulai berubah bahwa perusahaan
menjalankan bisnisnya untuk keberlanjutan perusahaan itu sendiri. Perusahaan perlu
taat kepada hukum dan berperforma baik untuk menarik lebih banyak dana agar
perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang.
Fokus akun tansi berdasarkan teori ini ialah pada persamaaan antara aset dan
modal. Hal ini dikarenakan entitas yang tidak lagi memandang bahwa kekayaan dari
pemilik sebagai fokus melainkan berfokus kepada diri perusahaan itu sendiri.
Pemegang saham dan kreditor dianggap sebagai pihak luar yang hanya memberika
dana untuk entitas dalam menjalankan bisnis.

Assets = Equities

9
Menurut Paton neraca menunjukkan aset, yang menyatakan secara langsung
nilai dari entitas, dan ekuitas, yang menyatakan nilai secara tidak langsung tetapi
dengan jumlah total yang sama. Aset merupakan kepemilikina dari perusahaan dan
liabilitas merupakan kewajiban dari perusahaan bukan lagi dari pemilik perusahaan.
Dana yang diinvestasikan dari pemegang saham haruslah juga dicantumkan di dalam
neraca yang nantinya memaksa nilai dari aset non-moneter dinilai secara historical
cost karena neraca harus seimbang dari sisi debit dan kredit. Sebagai penyumbang
dana, pemegang saham pun ingin mengetahui bagaimana kondisi aset yang dibeli
dari dana yang diinvestasikan serta bagaimana perubahaan nilainya. Karena sulit
bagi investor untuk menilai perubahaan nilai asetnya karena tidak cukup dekat
dengan bisnisnya maka akuntabilitas memerlukan penyesuaian yang dilaporkan agar
investor tidak salah membuat keputusan.
Pendapatan, dalam teori entitas, didefinisikan aliran masuk aset akibat
adanya transakasi perusahaan dan pengeluaran terkait dengan biaya aset terkait dan
jasa lain yang digunakan oleh perusahaan dalam mengahasilkan pendapatan dalam
waktu tertentu. Berdasarkan teori entitas fokus bukan lagi kepadan kekayaan pemilik
(P) melainkan kepada aset perusahaan sebagai hal nyata yang dimiliki perusahaan di
dalam menjalankan bisnis. Bukan lagi melihat kepada ekuitas atau modal yang lebih
abstrak, berupa klaim atas aset, yang timbul secara tidak langsung. Pendapatan
menambah aset yang dimiliki perusahaan dan sebaliknya pengeluaran mengurangi
aset perusahaan. Maka dari itu akuntansi sebaiknya menjelaskan konsep bahwa
pendapatan dan pengeluaran menjelaskan pada perubahan aset yang dimiliki
perusahaan bukan perubahan kekayaan dari pemilik perusahaan.
Pendapatan bersih adalah milik dari perusahaan, tetapi tercatat sebagai laba
ditahan seolah pendapatan tersebut milik dari pemegang saham. Interpretasi awal
atas pernyataan ini adalah bahwa pemegang saham memiliki hak klaim atas aset yang
dimiliki perusahaan yang besarnya sesuai dengan jumlah aset yang telah dikurangi
kewajiban kepada kreditor. Interpretasi atas hal ini kini berubah ke arah bahwa laba
ditahan meruapkan modal atau investasi dari perusahaan itu sendiri atas dirinya
sendiri. Pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada pihak luar
dikategorrikan sebagai pengeluaran termasuk pajak, bunga, dan dividen kepada
pemegang saham. Pembayaran tersebut mengurangi modal perusahaan atas dirinya
sendiri.

10
Kedua teori ini memiliki pengaruh kepada praktek akuntansi dimasa kini.
Seperti teori akuntansi konvensional yang berdasrakan konsep entitas bahwa laporan
keuangan merupakan laporan atas perusahaan itu sendiri dan perusahaan merupakan
entitas yang terpisah dari pemiliknya. Dan juga teori kepemilikan yang menganggap
bahwa dividen bukan sebagai pengeluaran tetapi sebagai distribusi dari keuntungan
kepada para pemilik.

2.2. Liabilities Defined


Laporan keuangan menggambarkan efek finansial dari transaksi-transaksi dan
peristiwa lainnya dengan mengelompokkan kejadian tersebut dalam beberapa kelas yang
luas berdasarkan karakteristik ekonominya. Kelas-kelas luas ini disebut elemen dari laporan
keuangan. Liabilities adalah salah satu elemen kunci dalam akuntansi dan termasuk elemen
yang secara langsung berhubungan dengan laporan posisi keuangan.
Dalam IASB Framework, paragraph 49 (B), liability didefinisikan sebagai berikut:
“A liability is a present obligation of the entity arising from past events, the settlement of
which is expected to result in an outflow from the entity of resources embodying economic
benefits.”
Dari definisi di atas, kita bisa mengartikan bahwa liability adalah sebuah elemen
akuntansi yang diakui di laporan posisi keuangan dimana diharapkan terjadinya outflow
berupa sumber daya dari entitas untuk perwujudan manfaat ekonomi. Outflow dari sember
daya ini adalah hasil dari penyelesaian present obligation dan jumlahnya pada saat
penyelesaian bisa diukur secara andal.
Dalam akuntansi keuangan, liability diartikan sebagai obligasi entitas yang muncul
dari transaksi atau kejadian lalu, dimana settlement bisa dilalui melalui transfer aset,
penyediaan jasa, ataupun apapun yang bisa memberikan manfaat ekonomi kedepannya.
Liability didefinisikan dalam berbagai karakteristik sebagai berikut:
o Semua tipe peminjaman baik dari orang maupun bank untuk meningkatkan pendapatan
bisnis atau personal yang mana untuk dibayar dalam waktu dekat ataupun lama.
o Tanggung jawab kepada orang lain yang membutuhkan penyelesaian dengan cara
transfer aset, penyediaan jasa, ataupun apapun yang bisa memberikan manfaat ekonomi
kedepannya; dalam waktu yang telah ditentukan.
o Tanggung jawab yang mewajibkan suatu entitas kepada pihak lain, yang membuat
hanya ada sedikit atau bahkan tak ada keleluasaan untuk menghindari settlement.

11
o Transaksi atau peristiwa yang telah terjadi sebelumnya yang membuat entitas memiliki
kewajiban.
2.2.1. Present Obligation
Definisi dari IASB Framework menyatakan bahwa liabilities diharapkan
dapat menyebabkan terjadinya outflow dari manfaat ekonomi. Definisi ini berfokus
pada future event, dalam artian, pengorbanan sebenarnya belum dilakukan.
Pertimbangan yang mendasari hal ini adalah bahwa obligasi telah ada dalam
hubungannya pengorbanan di masa depan. Sebagai contoh, utang dagang adalah
current obligation, yang muncul dari provisi jasa pihak lain.
Dalam paragraph 62 di IASB Framework, diakui bahwa settlement dari
obligasi bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti pembayaran kas, transfer aset
selain kas, provisi jasa, penggantian obligasi dengan obligasi lain, konversi obligasi
menjadi ekuitas, atau kreditor melepaskan obligasi yang bersangkutan. Dalam
berbagai metode penyelesaian obligasi, hanya dua cara yang disebutkan di awal yang
tentunya terlibat terhadap outflow aset. Sebagai contoh, utang dagang akan
diselesaikan oleh pembayaran kas (outflow aset), sedangkan kewajiban untuk
unearned revenue (pendapatan dibayar di awal) akan diselesaikan dengan provisi
barang atau jasa.
2.2.2. Past Transaction
Syarat suatu obligasi merupakan hasil dari peristiwa lalu adalah harus
dipastikan bahwa hanya present liabilities yang dicatat, bukan untuk peristiwa masa
depan. Namun, kondisi dari peristiwa lalu sulit untuk diinterpretasikan. Menentukan
past event yang dapat diterima sangatlah penting dalam menentukan apakah terdapat
obligasi, sebelum berpindah ke tahap selanjutnya. Ketika suatu perusahaan memesan
persediaan kepada pemasok, peraturan kini menentukan bahwa tidak ada obligasi
sampai suatu barang telah diterima. Oleh karena itu, past event dalam konteks ini
adalah saat penerimaan barang, bukan ketika melakukan pemesanan.
Executory contract adalah hal yang tepat dalam interpretasi terkait past event.
Executory contract adalah kontrak yang belum sepenuhnya dijalankan. Dalam kata
lain, executory contract adalah sebuah kontrak ketika kedua pihak masih memiliki
pelaksanaan dan kepentingan yang tersisa. Kontrak yang telah sepenuhnya dijalani satu
pihak tapi belum dipenuhi untuk pihak yang lain diklasifikasikan sebagai executory
contract.

12
Pertanyaannya adalah apakah menandatangani kontrak akan membentuk
liability? Sebagai contoh, apakah obligasi pembelian tanpa syarat adalah liability?
Melihat situasi dimana pembeli menyetujui untuk membayar jumlah tertentu secara
periodik atas suatu produk dan jasa, dan pembayaran akan dilakukan tanpa melihat
apakah pembeli menerima produknya, maka pembeli diwajibkan untuk melakukan
pembayaran periodik walaupun jasa yang diberikan tidak sesuai secara kuantitas. Dalam
tahapan ini, terdapat persetujuan diantara dua pihak, dimana tidak dijalankan oleh
keduanya. Dalam kasus ini, obligasi untuk mengorbankan manfaat ekonomi di masa
depan (dengan membayar kas) kepada pihak lain terbentuk ketika penandatanganan
kontrak. Oleh karena itu, obligasi pembelian tanpa syarat merupakan liability, yang
muncul dari peristiwa lalu ketika penandatanganan kontrak. Obligasi tetap terbentuk
walaupun tidak dijalankan dengan sesuai.
2.2.3. Liability Recognition
Ketika definisi kewajiban telah dikeahui, maka seorang akuntan memerlukan
suatu aturan mengenai pengakuan kewajiban. Jenis aturan di masa lalu yang
digunakan untuk mengakui kewajiban hampir sama dengan aturan untuk mengakui
aset, yaitu:
o Ketergantungan terhadap peraturan
o Penetapan substansi ekonomi dari suatu peristiwa
o Kemampuan untuk mengukur nilai suatu kewajiban
o Penggunaan prinsip konservatif

Meskipun keadilan dan kewajiban konstruktif memenuhi definisi dari


kewajiban, namun sebagian besar kewajiban ditentukan menggunakan dasar apakah
terdapat tuntutan hukum terhadap entitas untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Sebagai contoh, kewajiban untuk memperbaiki operasi pertambangan merupakan
kewajiban legal dan jika hukum telah mewajibkan hal tersebut, maka kewajiban
perbaikan operasi pertambangan maka hal tersebut bisa dianggap sebagai suatu
keadilan.
Kriteria kedua yang perlu dipertimbangkan dalam substansi ekonomi suatu
transaksi. Sebagai contoh adalah akuntansi untuk transaksi wesel yang bersifat
covertable seperti hybrid security. Misalkan, perusahaan meminjam $10,000 dari
bank dan akan membayarnya degan meberikan 1,000 lembar saham biasanya. Secara
esensial itu adalah converting notes namun juga memiliki unsur kewajiban.

13
Converting notes merupak instrumen yang harus membayarkan bunga sampai wesel
tersbut diubah menjadi saham biasa. Apakah kita harus mengakuinya sebagai
kewajiban hingga diubah menjadi ekuitas, ketika telah tidak ada aliran dana keluar?
Dan hal tersebut harus dilakukan karena jikagagal mencatat kewajiban tersebut
hingga diubah menjadi ekuitas, maka akan menyebabkan kegagalan dalam
pencatatan substansi ekonomi.
Kriteria ketiga berkaitan dengan menentukan nilai suatu kewajiban. Untuk
beberapa jenis kewajiban, nilainya ditentukan melalui harga kontrak, misalnya
sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk jasa atau barang yang diterima.
Sedangkan untuk keuantungan pegawai, jumlah nominal yang dibayarkan kepada
karyawan akan mengurangi kewajiban perusahaan. Di sis lain, terkadang jumlah
nominla suatu kewajiban tidak mencerminkan nilai dari kewajiban itu sendiri,
misalnya ketika kewajiban itu memiliki jangka waktu lebih dari satu bulan maka
nilai dari kewajiban itu harus memperhitungkan arus kas keluar di masa yang akan
datang dengan melakukan PV dari arus kas di masa yang akan tersebut.
Selain itu, seorang akuntan juga harus menggunakan pendekatan konservatif
untuk pengakuan aset dan kewajiban. Akuntan biasanya terlebih dahulu mengakui
kewajiban dibandingkan aset. Hal tersebut dikarenakan akan lebih aman jika nilai
aset yang diakui lebih rendah daripada nilai sebenarnya dibandingkan mengakui nilai
kewajiban lebih rendah dibandingkan sebenarnya. Namun terdapat permasalhan
besar terhadap pengambilan keputusan perusahaan ketika menggunakan pendekatan
konservatif. Pembuat keputusan memrlukan infromasi yang netral atau tidak bias
ketika mengambil keputusan. Jika informasi ini mengalami bias dikarenakan
perusahan hanya ingin mengambil sebagian gambaran perusahaan melalui laporan
keuangan maka pengambil keputusan akan mengalami kebingungan dalam
mengambil keputusan yang tepat. Sehingga keputusan tersebut tidak akan efektif
lagi.
2.2.4. IASB Framework
IASB Framework memberikan arahan mengenai pengakuan elemen dalam
neraca dan laporan laba rugi. Suatu item dapat memenuhi definisi pengakuan suatu
elemen jika:

14
o Item tersebut memiliki kemungkinan memberikan keuntungan ekonomi
yang mengalir ke dalam atau keluar entitas.

o Item tersebut dapat dinilai dengan handal (reliable).


Pada paragraf 91 terdapat arahan khusus yang menyatakan suatu item dapat
diakui sebgai kewajiban jika item tersebut mungkin mengeluarkan keuntungan
ekonomi dari entitas dan dapat diukur secara handal nilainya.
Pengukuran yang handal adalah pengukuran yang bebas dari materialitas dan
kesalahan, serta benar-benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Suatu
kewajiban tidak bisa disebut kewajiban jika tidak dapat diukur secara handal.
Sebagai contoh adalah tuntuan hukum. Jika tuntutan hukum tersebut tidak dapat
dinilai secara handal maka tuntutan hukum tersebut tidak bisa dianggap sebagai
kewajiban.
Beberapa orang memandang bahwa pengukuran yang handal merupakan
pengukuran yang memperkuat, yaitu pengukuran kewajiban bisa dihubungkan
dengan bukti objektif seperti harga pasar dan kontrak. Namun, dalam banyak kasus
akuntan memberikan penilaian terbaik mereka untuk mengukur kewajiban. Sebagai
contoh klaim garansi. Akuntan akan menggunakan data masa lalu yang relevan
(tingkat klaim periode sebelumnya) dan informasi prediktif (tingkat penjualan) untuk
mengestimasi kewajiban. Jika estimasi tersebut handal maka informasi tersbut akan
relevan untuk pengguna informasi keuangan.
2.3. Liability Measurement
Framework memberikan sedikit panduan tentang bagaimana menghitung kewajiban
yang memenuhi definisi dan kriteria pengakuan. Dalam IFRS, metode perhitungan untuk
liabilities yang sering digunakan adalah historical cost (atau modified historical cost).
Dalam kaitannya dengan IAS 17 Leases, IAS 39 Recognition and Measurement of
Financial Instruments, IFRS 2 Share-based Payment and IFRS 3 Business Combinations,
penghitungan “Fair Value‟ digunakan untuk awal pengukuran dari transaksi yang
melibatkan liabilities.
Konsep tersebut dijelaskan dalam standar seperti IAS 17 (paragraf 4):
“The amount for which an asset could be exchange or a liability settled between
knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction.”

15
Di dalam IAS 17 (paragraf 20) juga dikatakan bahwa liability yang muncul dalam
pembayaran sewa diakui diawal berdasarkan fair value sewa atau present value dari
pembayaran sewa minimum jika lebih rendah.
Sedangkan di dalam IAS 17 (paragraf 25) dikatakan bahwa saldo kewajiban
berdasarkan metode suku bunga efektif amortisasi.
Di dalam IAS 19/AASB 119 Employee Benefit dan IAS 37/AASB 137 Provision,
Contingent Liabilities and Contingent Assets dikatakan bahwa perhitungan fair value
diperlukan setelah akuisisi adalah kewajiban pasca-kerja, seperti pensiun dan provision
jangka panjang.
2.3.1. Employee Benefits – Pension (Superannuation) Plans

Penyedia kerja melakukan pembayaran dana pensiun yang merupakan aktiva


yang ditahan untuk pendanaan tenaga kerja mereka ketika sudah pensiun. Dua jenis
rencana pensiun:
1. Contributory (penyedia kerja dan tenaga kerja berkontribusi dalam
pendanaan)

2. Non-contributory (penyedia kerja yang berkontribusi dalam pendanaan)


Perbedaan antara Benefit Fund dengan Contribution (or accumulated benefit) Fund:
1. Benefit Fund: jumlah yang dibayarkan kepada tenaga kerja paling sedikit
sebagian dari gaji terakhir atau rata-rata dari tenaga kerja.

2. Contribution Fund: jumlah yang dibayarkan sebesar jumlah kontribusi yang


berikan dalam pendanaan.
Tiga jenis pendanaan pensiun:
1. Fully Funded: kas atau investasi yang cukup untuk memenuhi kewajiban
pendanaan

2. Partially Funded: kas atau investasi hanya memenuhi sebagian dari kewajiban
pendanaan

3. Unfunded: tidak mempunyai kas atau investasi untuk menutupi pembayaran


sesuai rencana pensiun

16
Ketika obligasi yang direncanakan sudah jatuh tempo dan pendanaan tidak
cukup untuk memenuhi obligasi tersebut dapat dikatakan bahwa rencana pension
tersebut underfunded.
Dana pension adalah enititas yang legal yang terpisah dari perusahaan
penyedia kerja.Sebuah rencana pensiun yang „unfunded‟ bukan menjadi kewajiban
dari penyedia kerja untuk membayarnya. Tetapi, pernyataan tersebut bisa
diargumentasi bahwa perusahaan memiliki equitable obligation untuk memenuhi
unfunded commitments yang berarti perusahaan memiliki liability.Whittred,
Zimmer, dan Taylor memberikan contoh sebuah perusahaan lalai dalam pendanaan
pensiun dan sebagai konsekuensinya, perusahaan tersebut kehilangan reputasi di
pasar tenaga kerja dan pasar lainnya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan
manfaat ekonomi.
Dalam Framework dan IAS 37/ AASB 137 dikatakan bahwa sulit untuk
menyatakan bahwa hal tersebut bukan merupakan kewajiban. Isu lain yang berkaitan
dengan waktu pengakuan kewajiban untuk pembayaran pensiun, yaitu:
1. Sudah atau belumnya karyawan telah memberikan jasa kepada perusahaan.
Gagasan dari kompensasi adalah pembayaran tersebut merupakan bentuk
kompensasi yang diterima oleh karyawan pada setelah pemberian jasa.
Namun kompensasi dibayarkan di masa depan, setelah karyawan pensiun.

2. Ketidakjelasan mengenai waktu pensiun karyawan.

3. Kapan pendanaan dibutuhkan untuk memberikan pembayaran di bawah


rencana pensiun?
2.3.2. Provision and Contingencies
Provisions dan contingencies terjadi ketika terdapat garis yang tidak jelas
antara present dan future obligations. IAS 37/AASB 137 Provisions, Contingent
Liabilities and Contingent Assets mengakui terjadinya overlap atas definisi di
paragraph 12, ketika dinyatakan bahwa semua provisions adalah contingent karena
provisions tidak menentu dalam pemilihan waktu dan jumlah.
Terdapat pemisahan tergantung tingkat besar pada sifat dari „past event‟. IAS
37/AASB 137 paragraf 10 menyatakan contingent liability sebagai:
 Sebuah possible obligation yang muncul dari past events dan yang
keberadaannya akan dikonfirmasi hanya dengan occurance atau non-

17
occurance dari satu atau lebih ketidakpastian future events tidak sepenuhnya
berada dalam kendali entitas.

 Sebuah present obligation yang muncul dari past events tetapi tidak diakui
karena:

o Hal tersebut tidak mungkin terjadi bahwa mengalirnya sumber daya yang
memiliki manfaat ekonomi akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban; atau

o Jumlah dari obligasi tidak bisa dihitung dengan keahlian yang cukup
IAS 37/AASB 137 paragraf 14 mengatakan bahwa kriteria pengakuan untuk
provisions konsisten dengan kriteria framework untuk pengakuan dari kewajiban.
IAS 37/AASB 137 paragraf 27 menyatakan secara kategoris bahwa
contingent liabilities tidak diakui di dalam financial statements.
Efek dari IAS 37 adalah untuk membatasi penggunaan provisions. Tetapi,
liability tidak bisa diakui di bawah IAS 37 hingga terjadinya suatu peristiwa yang
memerlukan pengorbanan aset oleh reporting entity. Karena tidak ada obligasi yang
ada untuk pihak eksternal, seperti provisions tidak akan diizinkan dalam framework
atau current standards.
IAS 37 (paragraf 86) menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu, catatan ke
rekening diperlukan karena informasi mengenai kewajiban sangat relevan untuk
pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan tentang
pengalokasian sumber daya yang langka.
2.3.3. Owner’s Equity
Owner‟s equity adalah konsep dasar akuntansi ketiga yang diperoleh dalam
persamaan akuntansi. Owner‟s equity mewakili aktiva bersih. Berikut ini merupakan
persamaan akuntansi dari owner‟s equity:

(P=A–L)

Owner‟s equity mewakili entitas dari aktiva bersih yang dimiliki oleh
pemilik tanpa ada obligasi yang harus dibayar dan mencerminkan bunga atau modal
yang dimiliki pemilik di perusahaan.

18
Framework menjelaskan ekuitas di paragraf 49 (c):
“Equity is the residual interest in the assets of the entity after deducting all its
liabilities.”
Oleh karena hal tersebut, owner‟s equity bukan sebuah obligasi untuk
perpindahan asset melainkan pengakuan atas residual yang tidak bisa ditentukan
secara terpisah antara asset dan liability.
Pertanyaan mendasar dalam mengetahui jumlah ekuitas adalah apakah
sebuah item merupakan liability atau ekuitas dari entitas tersebut.
Dua fitur penting yang membantu membedakan liability dan owner‟s equity:
1. Hak dari pihak yang bersangkutan
2. Substansi ekonomi dari peraturan yang ada

2.3.4. Rights of The Parties


Hak-hak yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik, didapatkan karena hukum
atau peraturan perusahaan terkait. Secara sah, kreditor memiliki klaim terhadap
pemilik dalam kepemilikan tunggal atau persekutuan, sedangkan dalam perusahaan,
kreditor memiliki klaim terhadap perusahaan. Bagaimanapun, dalam teori akuntansi,
tidak peduli bagaimana bentuk hukum sebuah organisasi, entitas diakui sebagai unit
akuntabilitas. Oleh karena itu, kreditor memiliki klaim terhadap entitas dan juga
asetnya. Berikut ini merupakan hak-hak yang dimiliki oleh kreditor:
o Penyelesaian atas klaim kreditor dengan jangka waktu yang telah ditentukan,
melalui transfer aset (barang atau jasa).

o Penyelesaian klaim kreditor merupakan prioritas utama dibandingkan hak-hak


pemilik, jika terjadi likuidasi.
Harus diingat bahwa klaim yang dimiliki kreditor itu terbatas untuk jumlah
tertentu (yang mungkin berbeda-beda, sesuai dengan terms of agreement).
Sebaliknya, pemilik „hanya memiliki residual interest’, meskipun dengan pengaturan
kontral yang berbeda, pemilik dapat memiliki prioritas yang berbeda dalam
pengembalian modal (the return of the capital).
Aspek lain yang membedakan hak antara kreditor dan pemilik adalah hak atas
penggunaan aset atau pengoperasian perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak atas
penggunaan aset perusahaan selain yang ditentukan dalam kontrak. Selain itu kreditor
juga tidak memiliki hak dalam proses pengambilan keputusan bisnis, kecuali dengan
secara tidak langsung dalam beberapa kasus. Contohnya kreditor dapat

19
mempengaruhi perusahaan dengan membatasi retained earnings, atau sejumlah aset
tertentu tidak dapat dijual sebelum mendapatkan persetujuan dari kreditor. Di sisi
lain, pemilik mempunyai hak atau otoritas untuk menjalankan perusahaan.
2.3.5. Economic Substance
Liabilities dan owner’s equity melambangkan klaim terhadap entitas. Semua
klaim terhadap entitas memiliki resiko kerugian, namun resiko kerugian kreditor
sedikit lebih rendah dibandingkan resiko kerugian pemilik. Pemilik harus
menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan. Perbedaan utama antara
kreditor dan pemilik ialah, kreditor memiliki hak atas settlement, sedangkan pemilik
memiliki hak atas pembagian profit. Perbedaan tersebut mencerminkan resiko
ekonomi dan timbal balik dari kedua jenis klaim: kreditor menanggung resiko yang
lebih rendah dan mendapatkan timbal balik dengan pengembalian yang relatif tetap
(fixed return), sedangkan pemilik menanggung resiko yang lebih tinggi dan dengan
demikian mendapatkan timbale balik dengan pengembalian (lebih sering meningkat)
melalui partisipasi mereka dalam pembagian keuntungan. Pemilik atau wakilnya
(agent) memiliki kendali atas akuisisi, komposisi, penggunaan dan disposisi aset
perusahaan. Mereka memiliki kendali atas pengoperasian dan bertanggung jawab
dalam menjalankan perusahaan serta keberlangsungan dan profitabilitasnya. Pada
umumnya, pemilik menyerahkan hampir seluruh tanggung jawab dan kendali tersebut
kepada direktur dan manajer (agent).
Bagaimanapun, konsep ini memiliki kelemahan. Pengakuan atas owner’s
equity menggunakan teori proprietary, yang tidak cocok ketika diterapkan kepada
perusahaan besar.
2.3.6. Concept of Capital
Akuntansi untuk ekuitas pemegang saham dipengaruhi oleh ketentuan
hukum. Sebagai contoh, hukum bisnis Inggris dan Australia memuat undang-undang
mengenai akuntansi untuk modal. Konsep yang paling krusial adalah ketentuan
mengenai capital maintenance, yaitu perusahaan dituntut untuk mempertahankan
keutuhan modal dasarnya. Framework mengakui bahwa perusahaan
mempertahankan keutuhan modal dasarnya atau tidak, merupakan sebuah fungsi,
bukan hanya sebagai definisi ekuitas sebagai hak residu suatu entitas, melainkan juga
concept of capital. Modal dapat dikonseptualisasi sebagai”the invested money”,
“invested purchasing power” atau kapasitas produktivitas sebuah entitas. Modal

20
dapat diukur dalam nominal mata uang, atau skala daya beli (sesungguhnya).
Framework tidak memberikan arahan mengenai model mana yang paling sesuai,
namun dijelaskan di paragraph 108 dan 109 bahwa perusahaan harus
mempertahankan jumlah yang berbeda atas sumber dayanya untuk mempertahankan
konsep dan pengukuran modal yang berbeda.
Tujuan lain dari capital maintenance adalah melindungi kreditor dengan
menyediakan “bantalan‟ atau “penyangga‟. Sebagai contoh, misalkan perusahaan A
memiliki modal sebesar Rp 100.000.000. Jika total aset sebesar Rp 1.000.000.000,
maka besarnya kewajiban sebesar Rp 900.000.000. Berikut ini adalah
penghitungannya:
Aset = Kewajiban + Modal
Rp 1.000.000.000 = Rp 900.000.000 + Rp 100.000.000

Jika perusahaan A harus mengalami likuidasi dan aset perusahaan hanya


dinilai sebesar Rp 800.000.000, perusahaan A masih mampu untuk membayar
kewajibannya kepada kreditor. Hal ini dikarenakan perusahaan A masih memiliki
modal sebesar Rp 100.000.000. Tanpa modal tersebut, kreditor tidak akan
mendapatkan bayarannya secara penuh dari perusahaan A. Modal memang bukanlah
sebuah jaminan dalam perlindungan kreditor, namun membantu memberikan sedikit
“rasa aman‟ kepada kreditor.

2.3.7. Classifications Within Owner’s Equity


Pemisahan antara contributed dan earned capital ternyata berguna bagi para
akuntan. Contributed capital merupakan modal yang diserahkan secara langsung
oleh pemilik untuk keberlangsungan perusahaan (invested), sedangkan earned
capital adalah modal yang berasal dari profit, didapatkan oleh perusahaan seiring
dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan (reinvested). Logikanya adalah
memisahkan modal yang telah diinventasikan secara langsung dengan modal yang
diinvestasikan kembali. Contributed capital itu untuk financing transactions.
Retained earnings, atau unnappropriated profit meningkatkan earned capital.
Namun, demarkasi antara contributed dan earned capital tidak bisa dipisahkan
secara tegas dikarenakan tidak ada transaksi yang benar-benar sesuai atas dua
kategori tersebut. Sebagai contoh, dividen (yang telah dibayarkan) mencerminkan
bahwa ada perubahan klasifikasi dari earned menjadi contributed capital.

21
2.4. Challenges for Standard Setters
IASB saat ini memiliki beberapa proyek yang dapat mempengaruhi definisi,
pengakuan dan pengukuran kewajiban, kerangka konseptual, instrumen keuangan,
ketentuan serta hak-hak karyawan. Contohnya IAS 37 tentang Provisions, Contingent
Liabilities and Contingent Assets dan IAS 19 Employee Benefits sebagai bagian dari
kewajiban. Tujuan dari proyek ini (IAS 37 & IAS 19) adalah untuk menyatukan standar
IASB dengan US GAAP dan untuk meningkatkan standar saat ini dalam kaitannya dengan
identifikasi dan pengakuan kewajiban. Untuk mengilustrasikan tantangan yang di hadapi
para pembuat standar, kita akan mendiskusikan tiga topik utama yang sesuai dengan chapter
ini.

2.4.1. Debt vs Equity Distinction


Sesuai dengan kriteria definisi dan pengakuan yang telah kita bahas di chapter
ini, saham yang telah di terbitkan kepada investor termasuk bagian dari equity
sedangkan pinjaman dari kreditor di klasifikasikan sebagai liabilities. Lalu bagaimana
dengan akun yang memiliki hybrid instrument? Contohnya, saham preference yang
dianggap sebagai bagian dari modal dan diklasifikasi sebagai equity. Namun, saham
preference juga memiliki karateristik yang sesuai dengan liabilities yakni:
o Memiliki penerimaan yang tetap

o Tidak memiliki partisipasi dalam pembagian dividen lebih kearah specified rate

o Memiliki prioritas lebih utama dibandingkan dengan saham biasa dalam


pengembalian modal

o Pada umumnya tidak memiliki hak voting.


Meskipun saham preference di klasifikasikan sebagai equity namun saham
preference juga memiliki definisi dari liabilities.
IAS 32/AASB 132 paragraf 18 mengatakan :“The substance of financial
instrument, rather than its legal form, governs the classification... substance and legal
form are commonly consistent, but not always. Some financial instrument take the
legal form of equity but are liabilities in substance and other may combine features
associated with equity but are liabilities in substance and other may combine features
associated with equity instrument and features associated with financial liabilities.”

Jadi IAS 32/AAS 132 mengatakan bahwa saham preference yang memberikan
penerimaan tetap atau yang telah ditentukan untuk masa mendatang dikategorikan

22
sebagai financial liabilities. Sebuah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada
pemegang instrumen untuk dikembalikan dan diganti dengan cash atau financial asset
lainya di kategorikan sebagai financial liabilities.
2.4.2. Extinguish Debt
Hutang dapat di selesaikan dengan cara membayar lunas atau memberikan jasa
kepada kreditur. Namun bila debitur tidak mampu melunasi hutangnya, kreditur dapat
menghapuskan hutang debitor. IAS 32/ AASB 132 membahas hal ini. Hal ini
memungkinkan debitor untuk menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset
financial bersih atau hutang hanya jika entitas tersebut di perbolehkan secara hukum.
2.4.3. Employee Shares
Para akuntan berdebat apakah pembayaran karyawan dalam bentuk gaji
dimasukan kedalam beban atau tidak. Isu lainya adalah pemberian upah karyawan
dalam bentuk saham perusahaan dikategorika ke dalam liabilities atau equity. Bila
termasuk ke dalam liabilities, economic benefit apa yang akan dikorbankan? Mereka
yang berargumen employee shares menciptakan expense dan liabilities berpendapat
para karyawan mendapatkan sesuatu yang bernilai, oleh karenanya ada cost oleh
perusahaan. Cost inilah yang dianggap beban. Dan liabilities ada sampai di lunasi
dengan hutang dan ekuitas bertambah. Bagi mereka yang berpendapat Employee
shares tidak menciptakan “expense” mereka beranggapan employee shares tidak lebih
menciptakan additional shares. Sebaliknya para shareholder lah yang mengalami
penurunan nilai saham.

ASB telah memutuskan untuk memperlakukan imbalan dalam bentuk saham


kedalam beban.IFRS 2/AASB 2 ,pembayaran dalam bentuk saham dibedakan menjadi dua
cash settled dan equity settled. IFRS2/AASB 2 juga mengarahkan perlakuan yang berbeda
untuk “Fair value” yang berhubungan dengan cash settled dan equity settled. Nilai wajar
dari equity settled di tetapkan pada tanggal pemberian sedangkan perubahan berikutnya
di abaikan. Sedangkan untuk cash settled di adjust tiap periode.

2.4.4. Issue for Auditor


Lengkapnya liabilities yang diakui, pengungkapan note dan obligasi lainya
merupakan salah satu isu yang di hadapi para auditor. Mereka wajib mengumpulkan
bukti bahwa account payable, accrual, and other liabilities disajikan secara benar.
Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penyimpangan waktu,
dimana liability yang ada sebelum akhir periode tidak dicatat oleh entitas sampai

23
dimulainya periode baru. Dengan uji cut off para auditor dapat mengumpulkan bukti
bahwa transaksi dicatat dalam perode yang tepat.
Pengenalan IFRS2/AASB berbasis pembayaran shares meningkatkan paduan
otoritas untuk auditor saaat menilai kewajaran dari nilai fair value yang di berikan.
Standar menyatakan bahwa fair value dapat ditentukan baik oleh nilai saham yang
diberikan atau dengan nilai barang/jasa yang diterima.

24
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

25
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, J., A Hodgon, A.Tarca, J.Hamilton, S. Holmes. Accounting Theory edition. Part 1.
Singapore: John Wiley & Sons,Inc.

Mujiharto_Panga. (2014, Januari 9). Teori Akuntansi dan Perumusannya. Retrieved from
Teori Akuntansi: https://ikhwamuji.wordpress.com/2014/01/09/teori-akuntansi-
dan-perumusannya/

26

Anda mungkin juga menyukai