Anda di halaman 1dari 15

TEORI AKUNTANSI

RERANGKA KONSEPTUAL (CONSEPTUAL FRAMEWORK) DAN TUJUAN


PELAPORAN AKUNTANSI

OLEH :
KELOMPOK 04 KELAS D4

1. NI PUTU EVI ASTARI (1833121015)


2. IDA AYU MADE RADINA ANGGUN PRASASTI (1833121038)
3. I GUSTI AYU TRISKA PUSPAYANTI (1833121090)
4. ANAK AGUNG ISTRI DYAH PITALOKA (1833121172)
5. ADEK AYU DEBI TIRTA SARI (1833121178)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2021

1
RINGKASAN MATERI KULIAH
RERANGKA KONSEPTUAL (CONSEPTUAL FRAMEWORK) DAN TUJUAN
PELAPORAN AKUNTANSI

1. Proses Perekayasaan
Perekayasaan yaitu proses pemikiran, penalaran, dan pertimbangan untuk memilih
maupun menentukan teori, konsep, metode, serta teknik yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu. Jadi perekayasaan akuntansi yaitu proses pemikiran, penalaran logis
yang digunakan untuk membuat struktur serta mekanisme pelaporan keuangan. Sedangkan
pelaporan keuangan adalah hasil dari perekayasaan akuntansi. Pelaporan keuangan adalah
struktur dan proses akuntansi tentang bagaimana informasi keuanganmuntuk semua unit
usaha dan pemerintahan harus disediakan serta dilaporkan untuk pencapaian tujuan
ekonomik. Proses perekayasaan pada dasarnya yaitu proses bagaimana kegiatan operasi
perusahaan yang disimbolkan dalam bentuk laporan keuangan sehingga orang yang dituju
dapat membayangkan kegiatan perusahaan secara finansial tanpa harus menyaksikan secara
langsung kegiatan operasi perusahaan.
Dari segi aspek semantik, perekayasaan pelaporan keuangan merupakan suatu proses
dalam memilih dan menyimbolkan objek fisis kegiatan perusahaan yang relevan menjadi
objek-objek laporan keuangan, sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mempunyai
gambaran mengenai kegiatan fisis perusahaan tanpa harus menyaksikan kegiatan fisis
tersebut.
Untuk mencapai suatu kualitas yang handal, proses dari perekayasaan pelaporan
keuangan harus dilaksanakan melalui beberapa tahapan dan prosedur yang seksama dan
teliti. Hal ini diperlukan karena dokumen yang dihasilkan dari proses perekayasaan akan
memiliki status sebagai dokumen resmi.

2. Rerangka Konseptual
Rerangka konseptual merupakan jawaban atas pertanyaan perekayasaan yang akan
menjadi konsep terpilih yang yang dituangkan dalam dokumen resmi. Karena didalam

2
perekayasaan mempertimbangkan faktor lingkungan tempat akuntansi diterapkan, maka
rerangka konseptual di negara satu dengan yang lainnya akan berbeda. Rerangka
konseptual melindungi profesi akuntansi dari politisasi. Meskipun akuntansi merupakan
alat untuk mencapai tujuan nasional, akuntansi tidak bisa netral dari politisasi dalam arti
kebijakan politik ekonomi suatu negara. Politisasi harus diartikan bahwa akuntansi
diarahkan untuk tujuan negara. Sebagai satu kesatuan konsep koheren yang menetapkan
sifat serta fungsi pelaporan keuangan, Kam(1990) menyatakan beberapa manfaat rerangka
konseptual yaitu :
1) Memberikan pengarahan/pedoman kepada pihak/badan yang bertanggungjawab
didalam penyusunan standar akuntansi.
2) Menjadi acuan dalam memecahkan masalah akuntansi.
3) Menentukan batas pertimbangan dalam menyusun statemen keuangan.
4) Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan serta keyakinannya
terhadap statemen keuangan.
5) Meningkatkan keterbandingan statemen  keuangan antara perusahaan satu dengan
yang lainnya.
Konsep-konsep dan penalaran yang ada pada rerangka konseptual sebenarnya
membentuk teori akuntansi sebagai penalaran logis. Rerangka konseptual sebagai dokumen
resmi hasil perekayasaan sering disebut juga sebagai seperangkat prinsip umum,
seperangkat doktrin, atau suatu struktur konsep-konsep yang terpadu atau saling berkaitan.
Rerangka konseptual ini akan menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah
perlakuan akuntansi disamping itu tuga melindungi profesi akuntansi dari politisasi untuk
kepentingan pihak yang tidak semestinya sehingga kepentingan umum dikorbankan.

3. Model Kerangka Konseptual


a. Rerangka Konseptual Versi IASC
Rerangka konseptual versi International Accounting Standards Comitte (IASC),
disebut Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements dan
diterjemahkan oleh IAI sebagai Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

3
Keuangan, mempunyai komponen konsep yang mirip dengan kmponen versi FASB,
yaitu :
1) The Objective of Financial Statements
2) Underlying Assumptions
3) Qualitative Characteristic of Financial Statements
4) The Elements of Financial Statements
5) Recognition of the Elements of Financial Statements
6) Measurements of the Elements of Financial Statements
7) Consepts of Capital Maintenance and the Determnination of Profit
Untuk komponen tujuan, IASC menyebutnya sebagai tujuan statemen keuangan
bukan tujuan pelaporan keuangan sebagaimana FASB menyebutnya meskipun IASC
menegaskan bahwa statemen keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan.
b. Rerangka Konseptual Versi FASB
Karena memperhatikan faktor lingkungan dalam penyusunannya, rerangka
konseptual versi FASB lebih menggambarkan suatu hasil proses perekayasaan yang
merupakan konsekuensi dari pengertian akuntansi sebagai teknologi. Oleh karena itu,
rerangka versi FASB sebenarnya lebih cocok untuk dijadikan suatu model
perekayasaan dalam pengembangan rerangka konseptual untuk suatu negara. Lebih
dari itu, rerangka konseptual FASB banyak memuat penalaran dan argumen untuk
memilih konsep-konsep yang relevan. Oleh karena sebagai suatu pengetahuan
rerangka konseptual baru di suatu negara, maka rerangka konseptual FASB lebih
unggul dibanding rerangka konseptual IASC. Dengan kata lain, bila transfer
teknologi untuk pembelajaran teori akuntansi harus dipilih, rerangka konseptual versi
FASB merupaka sumber yang tepat.

4. Tujuan Pelaporan Keuangan


Tujuan adalah ke arah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan dicurahkan.
Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan yang
akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis dan susunan statemen keuangan. Untuk menurunkan

4
tujuan pelaporan keuangan, pihak yang dituju dan kepentingannya harus diidentifikasi
dengan jelas sehingga informasi yang dihasilkan pelaporan keuangan dapat memuaskan
kebutuhan informasional pihak yang dituju.
Pemakai dari pelaporan keuangan ini adalah pemilik, manajer, suppliers, investor,
kreditor, karyawan, direktur, customer, auditor, dan pihak lain-lain yang berkepentingan
untuk pertanggungjawaban, kebermanfaaatan keputusan, riset keuangan dan pasar,
penentuan tarif, penentuan pajak, pengendali sosial, dan pengukuran kinerja entitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan oleh pihak-phak
pemakai adalah sebagai berikut :
1) Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang mempunyai
bermacam-macam kepentingan keputusan
2) Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang mempunyai
kepentingan tertentu yang diketahui (teridentifikasi)

5. Aspek Sosial Tujuan Pelaporan Keuangan


Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu Negara harus direkayasa
sehingga tujuan social dan ekonomik negara tercapai. Tujuan nasional dapat tercapai
apabila kegiatan individual dengan berbagai motivasi untuk mencapai tujuan individualnya
juga memaksimumkan tujuan negara.
Dengan kata lain, terjadi keselarasan (kongruensi) antara tujuan/perilaku ekonomik
individual yang membentuk masyarakat dan tujuan ekonomik negara. Bila akuntansi harus
berperan dalam hal ini, maka tujuan pelaporan keuangan harus dipertimbangkan dalam
konteks tujuan kegiatan social atau masyarakat dalam suatu negara.
Bloom dan Egers (2995 mendeskripsi tiga macam tujuan kegiatan sosial/masyarakat
(social activity) dan implikasinya terhadap penentuan tujuan pelaporan keuangan yaitu :
tujuan fungsional (functional objectives) tujuan bersama (common objective), dan tujuan
kelompok dominan (dominan group objectives).
a. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara keseluruhan tanpa
memperhatikan tujuan/motivasi masing-masing individual didalamnya. Sebagai

5
kegiatan sosial (social activity), tujuan fungsional akuntansi dapat ditetapkan
misalnya untuk:
1) Mengalokasikan sumber daya ekonomi secara efisien.
2) Membantu perusahaan untuk dapat memperoleh dana untuk ekspansi.
3) Membantu pemerintah untuk menarik pajak secara adil dan efisien.
4) Membantu para manajer dalam keputusan investasi.
5) Mempertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara.
6) Memfasilitasi fungsi dan pengendalian social.
7) Mengarahkan perilaku manajer untuk mengambil keputusan yang selaras
dengan tujuan sosial dan ekonomik negara.
8) Mengurangi atau mencegah konflik kepentingan antara manajer, auditor, dan
pemegang saham.
b. Tujuan Bersama
Tujuan bersama adalah satu atau beberapa (subhimpunan) tujuan individual yang
sama dengan tujuan individual-individual lainnya. Tujuan bersama ditentukan dengan
mengidentifikasi tujuan-tujuan individual dahulu, kemudian memilih tujuan-tujuan
individual (seluruh anggota masyarakat) yang sama untuk dijadikan tujuan kegiatan
sosial.
Penentuan tujuan sosial akuntansi atas dasar tujuan bersama akan merupakan proses
yang sangat kompleks karena dalam kenyataannya terdapat berbagai kelompok
pemakai yang tujuan/motifnya berbeda serta model pengambilan keputusan
(decision-making process) tiap kelompok pemakai atau tiap anggota juga sulit
diidentifikasi.
c. Tujuan Kelompok Dominan
Kelompok atau grup dominan adalah kelompok yang konsekuensi keputusan atau
tindakannya mempengaruhi secara kuat semua anggota masyarakat. Tujuan kelompok
nondominan menjadi tidak relevan atau dianggap terlalu lemah untuk mempengaruhi
kegiatan sosial.

6. Tujuan Pelaporana Keuangan FASB

6
Tujuan pelaporan keuangan merupakan landasan penting dalam suatu rerangka
konseptual. FASB mendasarkan penyusunan pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran
yaitu bahwa:
1) Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik, hukum, politis,
dan sosial tempat akuntansi diterapkan.
2) Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informasi yang
dapat disampaikan melalui mekanisma pelaporan keuangan.
3) Tujuan pelaporanmemerlukan suatu fokus untuk menghindari terlalu umumnya
informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan
informasionalnya.

7. Isi Tujuan Pelaporan


Tiga aspek landasan pikiran di atas, yaitu konteks lingkungan, keterbatasan dan fokus
pelaporan, menjadi pertimbangan FASB untuk merumuskan tujuan pelaporan keuangan
sebagai salah satu komponen rerangka konseptual. Tujuan tersebut dituangkan dalam
bentuk SFAC No. 1.
Kalimat kedua dalam tujuan 1 sebenarnya bukan merupakan tujuan pelaporan tetapi
lebih merupakan tingkat atau syarat pengetahuan para pemakai yang doacu. Tingkat
pengetahuan ini penting untuk menentukan seberapa luas dan rinci informasi atau
penjelasan harus disajikan. Hal ini sebenarnya berkaitan dengan karakteristik kualitatif
(kualitas) informasi yang dibahas di bagian lain bab ini.
Kalimat kedua adalah tujuan 2 merupakan pernyataan kembali tujuan dalam kalimat
pertama tetapi dari sudut pandang badan usaha. Dalam kalimat pertama, penerimaan dan
pemerolehan kas dimaknai sebagai kas yang mengalir ke pemakai (investor, kreditor, dan
lainnya). Aliran kas ke badan usaha.
Gambar 4.4
Tujuan utama pelaporan keuangan dalam kerangka konseptual FASB
1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun
potensial, dalam membuat keputusan – keputusan investasi,kredit dan

7
semacamnya yang rasional. Informasi harus terpahami bagi mereka yang
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan bisnis
dan ekonomik dan bersedia untuk mempelajari informasi dengan cukup
tekun.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para
investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial,
dalam menilai (assesing) jumlah, saat terjadi dan ketidakpastian
penerimaan kas mendatang (prospective cash receipts) dari deviden atau
bunga dan pemerolehan kas (proceeds) mendatang dari penjualan,
penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman. Dengan cara
lain, pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu
para investor dan kreditor dan pemakai lain dalam menilai (assesing)
jumlah, saat terjadi dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha
bersangkutan.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya
ekonomik suatu badan usaha, klaim terhadap sumber – sumber tersebut
(kewajiban badan usaha untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke
entitas lain dan ekuitas pemilik) dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian
dan keadaan yang mengubah sumber daya badan usaha dan klaim
terhadap sumber daya tersebut.

Ketiga tujuan tersebut di atas sebenarnya saling berkaitan. Tujuan 1 dapat dianggap
sebagai tujuan dasar (basic objective). Tujuan 2 dan 3 dapat dipandang sebaagi tujuan 1
dioperasionalkan sebagai aliran kas bersih ke badan usaha di tujuan 2 dan sebagai posisi
keuangan serta perubahannya di tujuan 3.

8. Karakteristik Kualitatif Informasi


Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya dengan
masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi pihak
pemakai yang dituju. Kebermanfaatan (usefulness) merupakan suatu karakteristik yang

8
hanya dapat ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai,
dan keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum
disebut karakteristik kualitatif atau kualitas informasi akuntansi.
Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang
menjadi sasaran informasi. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami
dan digunakan oleh pemakai. Informasi juga akan bermanfaat kalau pemakai mempercayai
informasi tersebut. Oleh karena itu, dalam mengidentifikasi dan menetapkan karakteristik
kualitatif informasi, FASB harus mendasarkan diri pada ketiga gagasan tersebut dan
mengaitkannya dengan proses penalaran dan pertimbangan (judgment) oleh penyususn
standar atau penyusun statemen (manajemen) dalam memilih alternatif atau kebijakan
akuntansi. Pertimbangan dalam menentukan kebijakan akuntansi (apakah suatu objek perlu
dilaporkan) dilukiskan dalam gambar 4.8.
Pertimbangan 1 berkaitan dengan masalah siapa yang dituju dan bagaimana
kedudukan yang dituju terhadap organisasi atau badan usaha. Dalam hal ini yang dituju
adalah investor, kreditor, dan pemakai lain yang tidak mempunyai akses informasi kecuali
dari statemen keuangan. Pertimbangan 2 berkaitan dengan aspek karakteristik dan
keterbatasan informasi yang melandasi tujuan pelaporan keuangan. Aspek ini adalah bahwa
penyediaan dan penggunaan informasi memerlukan atau melibatkan kos.
Gambar 4.8
Proses pertimbangan penentuan kebijakan akuntansi

9
Informasi dikatakan mempunyai nilai (kebermanfaatan keputusan) apabila informasi
tersebut :
1) Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya dimasa lalu,
sekarang, atau masa mendatang
2) Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu
harapan dalam kondisi ketidakpastian
3) Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai

10
9. Elemen-Elemen Statemet Keuangan
Elemen statemen keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk (construct) yang
sengaja ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau me-
representasi realitas kegiatan usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat
membayangkan realitas kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus menyaksikan sendiri
secara fisis kegiatan tersebut. Kegiatan badan usaha di sini meliputi kondisi fisis dan
nonfisis serta proses ekonomik badan usaha.
Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi semantik yang
dikandung statemen keuangan. Informasi semantik terdiri atas elemen (object), ukuran
(size), dan hubungan (relationship). Jadi, elemen-elemen statemen keuangan harus
ditentukan atas dasar informasi semantik yang ingin disampaikan dalam pelaporan
keuangan. Dengan kata lain, tujuan pelaporan keuangan menentukan informasi semantik
yang harus disajikan dan akhirnya menentukan banyaknya elemen statemen keuangan.
Atas dasar karakteristik kualitatif informasi (keterandalan, khususnya ketepatan
penyimbolan, dan keberpautan), tujuan pelaporan keuangan (informasi semantik yang harus
disajikan), dan elemen-elemen umum sebagaimana dibahas di atas, FASB mengidentifikasi
elemen-elemen spesifik penting sebagai berikut:
Unlik entitas bisnis:
Aset (assets)
Kewajiban (liabilities)
Ekuitas (equities) atau aset bersih (net assets) untuk entitas nonbisnis
Investasi oleh pemilik (investments by atoners)
Distribusi ke pemilik (distributions to owners)
Laba komprehensif (compreensive income)
Pendapatan (revenues)
Biaya (expenses)
Untung (gains)
Rugi (losses)
Aliran kas dari kegiatan operasi (cash flows from operating activities)
Aliran kas dari kegiatan investasi (cash flows from investing activities)

11
Aliran kas dari kegiatan pendanaan (cash flows from financing activities)
Elemen aset bersih untuk entitas nonbisnis:
Aset bersih terbatas permanen (penumrently restricted net assets)
Aset bersih terbatas sementara (temporarily restricted net assets)
Aset bersih takterbatas/bebas (unrestricted net assets)
Aset merupakan elemen spesifik dari sumber daya ekonomik badan usaha (elemen
umum2). Kewajiban dan ekuitas merupakan elemen spesifik dari klaim terhadap
sumber daya dari entitas lain dan pemilik. Aset, kewajiban, dan ekuitas merepresentasi
posisi keuangan sebagai informasi semantik.
Definisi Elemen
Makna atau definisi elemen mengacu pada kelas objek luas (misalnya aset atau biaya).
Rincian elemen berupa objek atau kejadian ekonomik tertentu (misalnya kas atau
penjualan barang dagangan) yang memenuhi definisi elemen tidak disebut sebagai
elemen tetapi sebagai pos (item). Pos-pos yang secara formal termuat dalam statement
keuangan merupakan representasi sumber-sumber ekonomik tertentu suatu entitas,
klaim terhadap sumber tersebut dan perubahannya akibat pengaruh transaksi, kejadian,
atau keadaan. Definisi dari elemen-elemen keuangan adalah sebagai berikut :
1) Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh
dan dikuasi oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi masa lalu
2) Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa mendatang yang
cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu entitas untuk
mentransfer aset atau menyerahkan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang
akibat transaksi masa lalu
3) Ekuitas adalah hak residual terhadap aset suatu entitas yang masih tersisa
setelah mengurangi aset dengan kewajibannya
4) Investasi adalah kenaikan ekuitas suatu badan usaha sebagai akibat transfer dari
entitas lain ke sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan atau menaikan hak
kepemilikan di dalamnya

12
5) Distribusi ke Pemilik adalah penurunan dalam ekuitas suaatu badan usaha
sebagai akibat pentransferan aset, penyerahan jasa, dan penimbulan kewajiban
oleh badan usaha tersebut kepada pemilik.
6) Laba Komprehensif adalah perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha selama
suatu periode yang berasal dari transaksi sumber-sumber non pemilik
7) Pendapatan adalah aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu
entitas atau pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan barang atau
jasa.
8) Biaya adalah aliran keluar aset atau penyerahan aset lainnya pada suatu entitas
atau penimbulan kewajiban entitas terebut dari penuerahan barang, jasa atau
kegiatan lain.
9) Untung adalah kenaikan dalam ekuitas yang berasal dari transaksi periferal atau
insidental suatu entitas dan dari semua transaksi yang mempengaruhi entitas
tersebut.
10) Rugi adalah penurunan dalam ekuitas yang berasal dari transaksi periferal atau
insidental suatu entitas dan dari semua transaksi yang mempengaruhi entitas
tersebut.
11) Aliran Kas dari Kegiatan Operasi adalah aliran kas bersih yang berkaitan
dengan kegiatan yang meliputi semua transaksi dan kejadian yang bukan
termasuk dalam kegiatan investasi dan pendanaan.
12) Aliran Kas dari Kegiatan Investasi adalah aliran kas bersih yang berkaitan
dengan kegiatan yang meliputi pemberian dan pelunasan pinjaman dan
pemerolehan serta penjualan instrumen utang atau ekuitas, gedung pabrik,
perlengkapan, dan aset produktif lainnya yang digunakan dalam produksi
barang atau jasa.
13) Aliran Kas dari Kegiatan Pendanaan adalah aliran kas bersih yang berkaitan
dengan kegiatan yang meliputi pemerolehan dana dari pemilik dan pemberian
imbalan (return on) dan kembalian (return of) investasinya utang tersebut
dengan cara lain dan pemerolehan dan pembayaran sumber dana lain yang
diperoleh dari kreditor atau kredit jangka panjang.

13
10. Pengukuran dan Pengakuan
Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada
suatu objek (elemen atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian atau keadaan
untuk merepresentasik makna objek tersebut sehingga dua objel atau lebih dapat dibedakan
dan diperbandingkan atas dasar makna tersebut.
Setelah elemen diukur, apakah elemen harus disajikan melalui statemen keuangan
atau media pelaporan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan kriteria pengakuan atas dasar
elemen yang dipilih, pengukuran yang tepat, dan karakteristik kualitatif. Empat kriteria
pengakuan utama adalah definisi, keterukuran, keberpautan, dan kerendalan dalam lingkup
kualitas informasi batas atas dan batas bawah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.


Yogyakarta: BPFE

15

Anda mungkin juga menyukai