Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN

AKUNTANSI MODAL BANK DAN PINJAMAN YANG DITERIMA

OLEH :
KELOMPOK 01 KELAS D4

1. NI PUTU EVI ASTARI (1833121015)


2. IDA AYU MADE RADINA ANGGUN PRASASTI (1833121038)
3. I GUSTI AYU TRISKA PUSPAYANTI (1833121090)
4. ANAK AGUNG ISTRI DYAH PITALOKA (1833121172)
5. ADEK AYU DEBI TIRTA SARI (1833121178)
6. I NYOMAN EDY SURYAWAN (1833121174)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2021

1
RANGKUMAN MATERI KULIAH

1. Menjelaskan Tentang Modal Inti


Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak.
a. Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya
b. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut
dijual. Modal ini disebut modal donasi.
c. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan
atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat
umum pemegang saham
d. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisiskan untuk tujuan
tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
e. Laba ditaha dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan
f. Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi dengan pajak yang
belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham
g. Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun
berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal
dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti
terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba yang
diperoleh dan kebijakan rapat umum pemegang saham.
Untuk modal disetor berupa saham biasa atau saham preferen. Pada saham biasa,
bank memiliki kewajiban untuk memberikan deviden pada setiap akhir tahun berdasarkan
rapat umum pemegang saham. Pemegang saham biasa memiliki hak suara, sehingga dapat
mengendalikan manjemen bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak mempunyai hak

2
suara namun pembagian devidennya akan didahulukan sebelum membayar deviden saham
biasa.
Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham
saham diatas nilai nominal dicatat sebaga agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai
nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode
dan disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dangan saham preferen atau
saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah dengan
agio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal
merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
Contoh:
1. Tanggal 3 Maret 2006 diterima setoran awal dari Tn. David untuk modal bank berupa
uang tunai Rp800.000.000, aktiva tetap berupa tanah senilai Rp500.000.000, kendaraan
senilai Rp300.000.000, Inventaris kantor senilai Rp200.000.000. Setoran ini dicatat
dalam bentuk saham biasa untuk 300.000 lembar dengan nilai nominal Rp6.000 per
lembar, kurs 105%.
2. Tanggal 12 Maret 2006 dijual saham biasa 30.000 lembar dengan nominal Rp4.000,
kurs 98%. Pembayaran diterima tunai.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
3/3-06 Dr. Kas 890.000.000
Dr. AT.Kendaraan 500.000
Dr.Inventaris Kantor 300.000.000
Cr. Modal Disetor-Saham 200.000.000
Biasa
Cr. Agio Saham 1.800.000.000
90.000.000
12/3-06 Dr. Kas 117.600.000
Dr. Disagio Saham 2.400.000
Cr. Modal Disetor-Saham 120.000.000
Biasa

3
Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya. Perlakuan
akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebet piutan pemesanan saham
dan mengkredit modal saham yang dipesan. Apabila pemesan tidak melunasi sisa
pembayaran saham, maka emiten dapat mengembalikan jumlah pembayaran sebelumnya,
atau dijadikan hak milik emiten (bila ada perjanjian) dan dimasukkan dalam komponen
tambahan modal dengan perkiraan tambahan modal-pembatalan pemesanan saham.
Contoh transaksi pemesanan saham:
1. Tanggal 7 Agustus 2007 Bank Dwipa menerima pesanan saham 200.000 lembar saham
biasa dari PT. Mandiri dengan kurs 104%. Harga nominal per lembar Rp12.000, uang
muka pesanan saham diterima 70% tunai.
2. Tanggal 30 Agustus 2007 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
7/8-07 Dr. Kas 1.747.200.000
Dr. Piutang-PT.Mandiri 748.800.000
Cr. Modal Saham Dipesan 2.400.000.000
Cr. Agio Saham 96.000.000

30/8-07 Dr. Kas 748.800.000


Dr. Modal Saham Dipesan 2.400.000.000
Cr. Piutang PT.Mandiri 748.800.000
Cr. Modal Disetor-Saham 2.400.000.000
Biasa
Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu melunasi kekurangannya dan bank
selaku emiten harus mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati awal.
Contoh:
Bila pesanan saham yang dilakukan PT. Mandiri tidak dilunasi, dan Bank Dwipa
mengembalikan sebesar 75% dari nilai yang telah dibayar, maka jurnalnya adalah:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
7/8-2007 Dr. Agio Saham 96.000.000
Dr. Modal Saham Yang 2.400.000.000
Dipesan
Cr. Piutang PT. Mandiri 748.800.000
Cr. Kas 1.310.400.000

4
Cr. Pendapatan Lain-lain 436.800.000

Keteragan:
Telah Diterima tunai = 1.747.200.000
Dikembalikan 75% = 1.747.200.000 -
Pendapatan Lain-lain = 436.800.000

a. Pembelian Kembali Saham


Struktur modal bank menjadi pertimbangan penting bagi pemilik lama, oleh
karena itu pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dalam
kerangka untuk mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover,
memenuhi tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank
yang semakin menurun sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali
disebut saham treasuri.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam.(1) dicatat
berdasarkan harga perolehan, (2) dicatat sebesar harga nominal. Selisih antara jumlah
yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat
pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi suatu bank. Sehingga saham
treasuri tidak boleh diperlakukan sebagai aktiva bank, namun hanya sebagai pengurang
terhadap modal saham.
Saham yang diperoleh kembali yang dicatat sebesar harga perolehan, maka
pada saat dijual kembal juga dicatat atau dikreditkan sebesr harga perolehannya. Selisih
harga jual kembali dengan harga perolehannya diperlakukan sebagai tambahan modal,
sebaliknya bila harga jual kembali lebih rendah dari harga perolehannya maka
selisihnya diperlakukan sebagai pengurang modal, dalam hal ini dibebankan pada
rekening tambahan modal untuk saham treasuri. Bila saldo tambahan modal saham
treasuri tidak mencukupi untuk menanggung kerugian penjualan saham treasuri, maka
dapat dibebankan pada laba ditahan.
Pada metode harga nominal, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar
harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap modal saham. Bila harga

5
perolehan kembali saham treasuri semula dikeluarkan dengan harga diatas harga
nominal (harga pari), maka harus didebet agio saham. Kalau jumlah yang dibayarkan
lebih besar daripada pada saat pengeluaran saham, maka dapat mendebet rekening laba
ditahan, sebaliknya bila yang dibayarkan lebih kecil daripada saat pengeluaran saham
maka dikreditkan tambahan modal-saham treasuri.
b. Penarikan Kembali Saham Treasuri
Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak akan diedarkan
kembali. Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditarik tergantung metode
pencatatan sebelumnya. Bila berdasarkan harga perolehan, kenaikan atau penurunan
modal dari saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali. Bila
pencatatannya didasarkan pada harga nominal, pada saat penarikan tidak perlu
mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tesebut

2. Menjelaskan Tentang Modal Pelengkap (Second Tier Capital)


Modal pelengkap terdiri dari atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal
dari laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Secara rinci modal pelengkap dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian
kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak.
b. Penyisihan penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin
timbul akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktifnya
c. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri tidak dijamin oleh bank
bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan
BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank
melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun
bank belum dilikuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank
dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga

6
tersebut.Dalam perhitungan CAR, modal pinjaman termasuk komponen modal
pelengkap. Untuk itu sifat modal pinjaman mempunyai kedudukan sama dengan
modal pada umumnya. Modal pinjaman dimaksud adalah pinjaman yang didukung
dengan menggunakan instrument yang disebut capital assets, loan stock, atau warkat
lain yang dipersamakan dengan itu dan mempnyai sifat seperti modal.
d. Pinjamaan Subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian
tertulis, mendapat persetujuan Bank Indonesia dan tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun,
pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih
berada pada urutan paling akhir dalam hal bank dilikuidasi.

3. Menjelaskan Tentang Pinjaman Yang Diterima Oleh Kreditor


Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara pihak kreditur
dengan debitur. Perjanjian yang ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan
secara sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam akuntansi
disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan
dicatat dalam rekening administratif rupiah sisi debit dengan nama RAR fasilitas pinjaman
diterima dan belum digunakan.
Pencatatan komitmen tagihan ini akan dikuti pencatatan realisasi pinjaman,bila
pinjaman tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat sebesar
nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau obligor. Hal-hal yang
terkait biaya perkreditan menjadi beban peminjam, misalnya biaya provisi dan administrasi,
biaya taksasi (appraisal) nilai jaminan, biaya perikatan (notaris), dan biaya asuransi. Tentu
saja pengkreditan rekening pinjaman diterima harus diikuti pengkreditan RAR fasilitas
pinjaman diterima dan belum digunakan sebesar nilai realisasinya.
Pinjaman Yang Diterima dari Bank Lain :
Contohnya
1. Tanggal 15 Juni 2015 Bank Permata Jakarta telah menandatangani perjanjian kredit
dengan Bank Mitra Niaga Jakarta. Bank Permata bertindak sebagai penerima kredit

7
(debitur) dan Bank Mitra Niaga bertindak sebagai pemberi kredit (kreditur). Nilai
kredit yang disepakati Rp. 10.000.000 suku bunga 12% , jangka waktu 3 tahun.
2. Tanggal 1 Juli 2015 Bank Permata menarik kreditnya melalui Bank Indonesia
(kliring) senilai Rp600.000.000 dan langsung didebitkan ke rekening milik
BankPermata di Bank Indonesia Jakarta.
3. Tanggal 5 Bank Permata menarik kredit lagi di Bank Mitra Niaga Jakarta sebesar
Rp 400.000.000 langsung didebitkan ke rekening Giro Bank Permata di Bank Mitra
Niaga.
Jurnalnya adalah :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/06/2021 Dr. RAR. Fas. Pinjaman diterima dan Rp. 1.000.000
belum digunakan

01/07/2021 Cr.RAR. Fas. Pinjaman diterima belum Rp. 600.000


digunakan

Dr. Giro BI Rp. 600.000


- Cr. Pinjaman yang diterima Rp. 600.000

05/07/2021 Dr. RAR. Pinjaman di terima dan belum Rp. 400.000


digunakan

Dr. Giro bank-bank lain Rp. 400.000


- Cr. Pinjaman yang diterima Rp. 400.000

4. Menjelaskan Tentang Two Step Loan


Pinjaman yang diterima dalam two-step-loan akan diadministrasikan kedalam
rekening Pinjaman Yang Diterima. Two Step Loanmenurut UUD No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3843) adalah pinjaman yang diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia
dari Lembaga Keuangan Internasional yang diteruskan kepada Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat melalui Bank Indonesia, dalam rangka menunjang program Pemerintah,
termasuk bantuan teknis yang terkait dengan pinjaman tersebut

8
Proses terjadinya TSL ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

Bank Penerima Bank Pemberi


Pinjaman Dalam Negri Pemerintah RI Pinjaman Luar Negeri

Bank LN
Sebagai Sebagai Bank
Penjamin dan Penerima Kredit Lembaga LN
Penyalur TSL TSL
Pemerintah

Cabang Cabang

1. Pinjaman di berikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk konsorsium kepada
pemerintah RI.
2. Pinjaman di tujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan industri
kecil dan menengah yang menunjang perekonomian.
3. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal atau jasa/tenaga ahli.
4. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada PFI yaitu bank-bank dan LKBB dalam
bentuk rupiah sehingga resiko selisih kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab
pemerintah.
5. Suku bunga TSL di tentukan oleh pemerintah.
6. TSL berjangka waktu 15-20 tahun sehingga dapat diakui equity.
7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana PFI berkisar 80% :
20% dari jumlah kredit.
8. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar
kepada pemerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada lender oleh pemerintah
sesuai perjanjian termasuk commitmen charge sejumlah persentase tertentu berkisar
0,75% per tahun.

5. Menjelaskan Tentang Pinjaman Obligasi

9
Obligasi merupakan instrumen untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari
obligasi merupakan alternatif bank dalam membiayai investasinya. Sebagai surat
pengakuan hutang, bank yang menerbitkan obligasi harus membayar bunga kepada pembeli
obligasi. Pembayaran bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara tetap. Kewajiban
ini akan diikuti peluasan obligasi pada saat jatuh tempo.
Dalam penerbitn obligasi, bank harus mendapat ijin dari otoritas Pasar Modal. Di
samping itu penerbit obligasi harus memenuhi perlindungan bersifat melarang emiten untuk
melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi. Contoh perlingungan negatif
adalah dilarang membagi seluruh laba kepada pemegang saham, sebab akan dapat
mengurangi kemampuan memenuhi kewjiban kepada pemegang obligasi. Sedangkan
persyaratan perlindungan positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten melakukan
tindakan yang menguntungkan pemegang obligasi, misalnya kewajiban menerbitkan
laporan keuangan secara periodi agar diketahui kinerja bank tersebut.
Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi transaksi penjualan obligasi dan
ketika terjadi pelunasan bunga atau pokok obligasi. Untuk bisa mencatatnya perlu
mengetahui harga jual (kurs) obligasi yang terbentuk di pasar. Untuk menentukan harga
obligasi bisa menggunakan formula sebagai berikut :
A. Penentuan Harga Obligasi
Dalam menentukan harga obligasi, emiten harus memperhatikan dan
mempertimbangkan tingkat bunga (kupon) obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo
obligasi dan keuntungan yang diharapkan oleh investor atau sering disebut bond
yield. Kupon obligasi akan menimbulkan biaya bunga bagi emiten atau aliran kas
keluar dan pokok obligasi juga akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo. Oleh
karena itu harga obligasi pada dasarnya penjumlahan present value dari aliran kas
biaya biaya bunga ditambah present value dari nilai pokok obligasi pada saat jatuh
tempo, dengan yield yang disarankan. Biaya bunga obligasi dibayar setiap periode,
sedangkan nilai pokok obligasi akan dilunasi setiap akhir periode saat jatuh tempo
(dengan asumsi nono callable bond). Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai
berikut:
n Ci .+ Pp .

10
P=Σ (1+r)n (1+r)n
t =1
keterangan :
P = Harga Obligasi atay Nilai sekarang Obligasi
n = Periode (jumlah tahun) sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = Pembayaran bunga (kupon) obligasi setiap tahun
r = Tingkat diskonto atau bond yield
Pp = Nilai pokok atau prinsipal obligasi
Rumus di atas digunakan bila penerimaan bunga (kupon) setiap tahun, sedangkan
bila penerimaannya setiap setengah tahun sekali, maka rumusnya menjadi sebagai
berikut:
n Ci/2 .+ Pp .
P=Σ (1+r/2)n (1+r/2)2n
t =1
Penggunaan rumus tersebut kadang bagi orang tertentu memerlukan waktu yang
lama, oleh karena itu dengan bantuan tabel bunga untuk present value anuitas untuk
biaya bunga dan present value Rp.1 untuk nilai pokok obligasi.
Contoh :
Bank Permata menjual obligasi PT.Bank Permata pada tanggal 1 Januari 2008,
nominal (par) a Rp.1.000.000 dengan kupon atau tingkat bunga 15% dibayar setiap
akhir tahun dan jangka waktunya 5 tahun. Investasi (pembeli obligasi) mensyaratkan
yield 14%. Harga obligasi dapat ditentukan sebagai berikut:
n Ci .+ Pp .
P=Σ (1+r)n (1+r)n
t =1
5 150.000 + 1.000.000
P=Σ (1+0,14)5 (1+0,14)5
t =1
P = Rp.1.034.330,81

11
Harga tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan tabel bunga untuk harga tunai
anuitas dengan n=5, r=14% dan nilai tabelnya didapat 3,433. Sedangkan untuk
present value untuk nilai par adalah dengan menggunakan tabel present value untuk
Rp.1 dengan n=5 dan 5= 14% dan didapat nilai tabel 0,519. Dengan demikian P
(3,433 x 150.000) + (0,159 x 1.000.000) atau sebesar = 1.033.950. nilai yang didapat
berbeda, hal ini akibat pembulatan saja.
Contoh lainnya :
Tanggal 2 Januari 2008 Bank Artamara menjual obligasi jangka panjang kepada PT
Kadir Jaya sebanyak 1000 lembar, nominal per lembar Rp.1.000.000, jangka waktu 5
tahun. Bunga nominal 18% per tahun dibayarkan di belakang setiap tanggal 31
Desember. Tingkat Diskont (yield) sebesar 16%.
Bunga obligasi Rp.1.000.000 x 18% = Rp.180.000. Bunga ini dibayarkan setiap
tanggal 31 Desember selama lima tahun. Dengan demikian pembayaran bunga
merupakan anuitas. Untuk itu nilai tunai bunga dapat ditentukan dengan tabel nilai
tunai untuk anuitas. Dengan tabel untuk bunga 16%, n=5 tahun diperileh 3,433.
Sedangkan harga tunai untuk pokok obligasi dapat ditentukan dengan tabel nilai tunai
untuk Rp.1, n= 5 tahun dengan tingkat bunga 16% diperoleh nilai tabel 0,519.
Dengan demikian harga obligasi adalah :
Keterangan
Nilai Tunai Bunga = 180.000 x 3,433 x 1.000 lembar = 619.740.000
Nilai Tunai Pokok Obligasi = 1.000.000 x 0,519 x 1.000 lembar = 519.000.000
Harga Obligasi = 1.138.740.000
Obligasi yang dijual akan dicatat sebesar harga nominal. Selisih harga jual (harga
kurs) di atas harga nominal dicatat agio atau premi, sedangkan selisih harga jual
dibawah harga nominalna dicatat sebagai disagio atau diskonto. Obligasi yang dijual
pada tanggal diantara tanggal pembayaran bunga harus diperhitungkan bunga yang
telah berjalan.
Agio atau premi diamortisasi atau disagio diakumulasi selama jangka waktu obligasi
dengan membebankan pada biaya bunga. Memang diakui bahawa agio bukan
merupakan bunga dibayar dimuka atau disagio bukan merupakan bunga yang

12
diterima dimuka, akan tetapi agio atau disagio berkaitan dengan bunga, oleh karen itu
pencatatannya dibebankan pada biaya bunga selama periode waktu obligasi beredar.
Secara terdeskripsi, jurnal untuk transaksi diatas adalah :
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
2/1/2008 Dr. Kas/Giro PT. Kadir Jaya 1.138.740.000
- Cr. Agio Obligasi 138.740.000
- Cr. Pinjaman Obligasi 1.000.000.000
31/12/2008 Dr. Biaya Bunga 180.000.000
- Cr.Kas 180.000.000

Dr. Agio Obligasi 27.748.000


- Cr. Biaya Bunga 27.748.000
(untuk amortisasi)
Penerimaan pembayaran dari pemegang obligasi dapat berupa tunai atau non tunai.
Bila dilakukan secara tunai maka mendebet kas, sedangkan bila dengan warkat atau
bg atau cek bank yang digunakan emiten, maka cukup mendebet rekening giro
bondholder.
Untuk pencatatan setiap 31 Desember pada tahun-tahun berikutnya adalah sama
dengan 31 Desember 2008, hanya saja pada saat jatuh tempo obligasi harus dilunasi.
Dengan demikian jurnal pelunasan obligasi harus ditampilkan dengan cara mendebet
pinjaman obligasi dan mengkredit rekening kas/giro bondholder.
Bila obligasi dijual dengan harga dibawah harga normal, berikut jurnal
pencatatannya:
Tanggal /
Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Keterangan
Saat Jual Dr. Kas/Giro
Dr. Disagio Obligasi
- Cr. Pinjaman Obligasi
Saat Bayar Bunga Dr. Biaya Bunga
- Cr.Kas

Saat Akumulasi Dr. Biaya Bunga


Disagio - Cr. Disagio Obligasi

Saat Pelunasan Dr. Pinjama Obligasi


- Cr. Kas

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Taswan. Akuntansi Perbankan : Transaksi dalam Valuta Rupiah.LPP STM YKPN.


Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai