Anda di halaman 1dari 25

AKUNTANSI PERBANKAN

MAKALAH
AKUNTANSI MODAL BANK DAN PINJAMAN YANG DITERIMA
Dosen Pengampu: Iman Waskito, SE., MSA., Ak., CA

OLEH:
KELOMPOK B
Nama Anggota:

1. NABILA NOVANDA PUTRI (A1C018115)


2. NURLAILI AYU LESTARI (A1C018130)
3. NURUL QALBIYANI (A1C018135)
4. RINA SASMITA ALFANI (A1C018148)
5. SONIA NURYATI (A1C018156)
6. TRI RAHMAD ADHYAKSA (A1C018162)
7. YANA ARISTIA WATI (A1C018166)
8. YUDA APRIANDI WIJAYA (A1C018168)

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi Modal
Bank dan Pinjaman yang Diterima”.
Tak lupa pula ucapan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan baik tenaga maupun pemikirannya dalam penyusunan makalah ini. Sehingga
penyusunan materi ini bisa berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan para pembaca mengenai materi “Akuntansi Modal Bankdan Pinjaman yang
Diterima”.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan kami selaku penyusun,
memohon maaf apabila dalam penyusunan materi ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan.

Lombok, 31 Oktober 2020

Penyusun
Kelompok B

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. Klasifikasi Modal Bank......................................................................................... 2
B. Rasio Kecukupan Modal BPR............................................................................... 6
C. Rasio Kecukupan Modal Bank Umum.................................................................. 13
D. Pinjaman yang Diterima........................................................................................ 15
E. Pinjaman Two Step Loan...................................................................................... 17
F. Pinjaman Obligasi................................................................................................. 18
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 21
Kesimpulan............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain dana masyarakat yang lazimnya diserap oleh bank, seringkali suatu bank
menerima pinjaman dari pihak ketiga yang bukan nasabah perorangan, seperti lembaga
keuangan di dalam atau luar negeri, pemerintah atau lembaga lainnya. Pinjaman ini akan
menambah komponen dana suatu bank disisi passiva. Dari segi penggolongan hutang,
lazimnya dana dalam bentuk pinjaman yang diterima ini akan dibukukan sebagai hutang
jangka panjang. Dana ini memiliki bunga dan harus diadministrasikan setiap kali jatuh
tempo. Jadi pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yanq diterima dari bank atau
pihak lain termasuk dari Bank Indonesia baik dalam rupiah maupun dalam mata uang asing,
dan harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman yang diterima tidak
termasuk pinjaman subordinasi.
Modal bank merupakan hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan. Modal bank
ini juga merupakan hutang bank kepada para pemiliknya, oleh karena itu disajikan sebagai
salah satu komponen passive disebelah kanan neraca. Modal bank merupakan modal awal
pada saat pendirian yang jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian
bank.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Klasifikasi Modal Bank?
2. Bagaimana perhitungan Rasio Kecukupan Modal BPR dan Bank Umum?
3. Bagaimana Pencatatan pinjaman yg diterima dari kreditur ?
4. Bagiamana perhitungan Pinjaman Two Step Loan dan Pinjaman obligasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa saja Klasifikasi Modal Bank?
2. Untuk mengetahui Bagaimana perhitungan Rasio Kecukupan Modal BPR dan Bank
Umum?
3. Untuk mengetahui Bagaimana Pencatatan pinjaman yg diterima dari kreditur ?
4. Untuk mengetahui Bagiamana perhitungan Pinjaman Two Step Loan dan
Pinjaman obligasi?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi modal bank
Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standard
Bank For International Settlements, yaitu:
1. Modal Inti (Tier 1)
Modal ini terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangancadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari
cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti
terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba yang
diperoleh dan kebiajakan RUPS.
Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham di atas
nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisihnya harga saham di bawah nilai nominal
dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan
disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (pald in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau
saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah dengan
agio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal merupakan
nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ditentukan
berkaitan dengan kepentingan hukum, misalnya untuk proteksi terhadap kreditur. Dalam hal
bank emiten menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka penyajian dalam neraca
saham preferen harus dilakukan.
Contoh:
a. Tanggal 2 Januari 2012 telah diterima setoran awal dana dari Bapak Surya Darma
untu modal bank berupa uang tunai Rp. 500.000.000, aktiva tetap berupa tanah senilai
Rp. 600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut senilai Rp. 200.000.000,
inventaris kantor senilai Rp. 200.000.000. Setoran saat ini dicatat dalam bentuk saham
biasa untuk 150.000 lembar dengan nilai nominal Rp. 10.000 per lembar, kurs 103%.

b. Tanggal 10 Januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp. 5000,
kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.

Tangga Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

2
l
2/1/2012 Dr. Kas 545.000.000
Dr. AT.Tanah 600.000.000
Dr. AT. Kendaraan 200.000.000
Dr. AT. Inventaris 200.000.000
Kantor
Cr. Modal 1.500.000.000
Disetor-Saham
Biasa
Cr. Agio 45.000.000
Saham
Dr. Kas 48.500.000
Dr. Disagio Saham 1.500.000
Cr. Modal 50.000.000
Disetor-
Saham Biasa

Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebit piutang
pemesan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan. Dalam hal pemesanan tidak
melunasi sisa pembayaran saham, maka emiten dapat mengembalikan jumlah pembayaran
sebelumnya, atau dijadikan hak milik emiten (bila ada perjanjian) dan dimasukkan sebagai
komponen tambahan modal dengan perkiraan tambahan modal-pembatalan pemesanan
saham. Cara lain untuk mengatasai ini adalah dengan mengeluarkan saham yang jumlahnya
sama dengan jumlah pembayaran yang telah diterima. Alternatif-alternatif ini dilakukan
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati antara emiten dengan calon pemodal.
Contoh transaksi pemesanan saham:
1. Tanggal 15 Juni 2012 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000 lembar
saham biasa dari PT Mirana dengan kurs 102. Harga nomminal per lembar Rp.
10.000. uang muka pesanan saham diterima 60% tunai.
2. Tanggal 30 Juni 2012 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

3
15/06/2012 Dr. Kas 612.000.000
Dr. Piutang –PT 408.000.000
Mirana
Cr. Modal 1.000.000.000
Saham
Dipesan
Cr. Agio 20.000.000
Saham
30/06/2012 Dr. Kas 408.000.000
Dr. Modal Saham 1.000.000.000
Dipesan
Cr. Piutang 408.000.000
PT Mirana
Cr. Modal 1.000.000.000
Disetor-
Saham Biasa

b. Modal Pelengkap (Tier 2)

Modal pelengkap terdiri dari atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal
dari laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Secara rinci modal pelengkap
dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian
kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

- Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani laba
rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dati tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.

- Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki
sifat-sifat seperti modal dan mempunyai ciriciri tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan
BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank
melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun
bank belum dilikuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam
keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.

4
- Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman memenuhi syarat-syarat ada perjanjian tertulis,
mendapat persetujuan BI dan tidak dikamin oleh bank yang bersangkutan dan telah
disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo
harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih berada pada urutan paling akhir
dalam hal bank likuidasi.

c. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk tujuan


perhitungan Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy
Ratio (CAR) secara individual dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.

2. Modal pelengkap tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan
untuk memperhitungkan risiko pasar.

3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan (tier 3) adalah
pinjaman subordinasi jangka pendek yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah
disetor penuh;

b. Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

c.Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian
pinjaman kecuali dengan persetujuan BI.

d. Terdapat klausula yang mengikat (lock-in clause) yang menyatakan


bahwa tidak dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk
pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat
menyebabkan KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan
perusahaan atau tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

e.Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya; dan

f. Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.


4. Modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat
digunakan dengan memenuhi kriteria:

a. Tidak melebihi 250% (dua ratus lima puluh per seratus) dari bagian modal inti yang
dialokasikan untuk memperhitungkan risiko pasar;

5
b. Jumlah modal pelengkap (Tier 2) dan modal pelengkap tambahan (tier 3) paling tinggi
sebesar 100% (seratus per seratus) dari modal ini.

5. Modal pelengkap (tier 2) yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal
pelengkap tambahan (tier 3) dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.

6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan


melebihi 50% (lima puluh per seratus) modal inti, dapat digunakan sebagai komponen
modal pelengkap tambahan (tier 3) dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimanan
dimaksud pada poin 4 ini.

B. Rasio Kecukupan Modal BPR (Bank Perkreditan Rakyat)

Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Dalam menghitung ATMR, pos-pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya
didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin, atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip tersebut maka rincian bobot risiko adalah sebagai
berikut:
1) 0%
a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan anggunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir pada
BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencarian emas dan logam
mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
2) 20%
a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, serta tagihan lainnya
kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
3) 40%
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan
tujuan untuk dihuni.
4) 50%
a. Kredit kepada atau dijamin oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Yang dimaksud dengan BUMN sebagai penjamin
adalah lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat. Yang dimaksus dengan
BUMD sebagai penjamin adalah BUMD yang melakukan usaha sebagai
perusahaan penjamin dan melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit
dengan lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat.

6
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
(1) Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai lembaga negara,
atau pegawai BUMN/BUMD.
(2) Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan pegawai lembaga
negara, atau pensiunan pegawai BUMN/BUMD.
b) Pegawau/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan asuransi yang
memiliki kriteria sebagai berikut;
(1) Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang
(2) Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan memenuhi
ketentuan tingkat solvabilitas minimum sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
(3) Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR
c) Pembayaran angsuran/pelunasan kresit bersumber dari gaji/pensiun berdasarkan
Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR. Dalam hal pembayaran
gaji/pensiun dilakukan melalui bank lain atau BUMM lain, maka BPR harus
memiliki perjanjian kerjasama dengan bank lain atau BUMN lain pembayar
gaji/pensiun untuk melakukan pemotongan gaji/pensiun dalam rangka
pembayaran angsuran/pelunasan kredit
d) BPR menyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat keputusan pensiun
atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan polis pertanggungjawaban
ansuransi jiwa debitur.
5) 80%
Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah kredit dengan
plafon sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). kredit kepada usaha
kecil adalah kredit dengan plafon di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
6) 100%
a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi, atau kelompok dan
perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
c. Aktiva lainnya selain tersebut di atas
3. Aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, atau macet dalam
perhitungan ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas yang
kurang lancar, diragukan, dan macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan
PPAP mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai KAP dan PPAP
BPR.

7
TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUM
Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengancara
mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva dengan bobot risiko masing-masing.
Perhitungan ATMR bagi aktiva produktiv dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan,
atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko masing-
masing. Dalam hal ini ATMR mengacu pada SE no.8/28/DPBI/2006 dan untuk Kulaitas
Aktiva Produktif mangacu pada PBI no.8/19/PBI/2006.
2. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
3. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.
4. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan 8%
(delapan per seratus).
5. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum
pada poin 4 dengan jumlah modal pada poin 3.
6. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada poin 3
dengan ATMR pada poin 2.

JUMLAH
SETIAP
No. Rekening JUMLAH
KOMPONE
N
II   Modal    
         
  1 Modal inti    
    1.1 Modal disetor    
    1.2 Agio    
    1.3 Disagio    
    1.4 Modal disumbangkan    
    1.5 Dana setoran modal    
    1.6 Cadangan umum    
    1.7 Cadangan tujuan    
    1.8 Laba ditahan    
    1.9 Laba tahun-tahun lalu    
1.1
    0 Rugi tahun-tahun lalu -/-    
Laba tahun berjalan setelah dikurangi
kekurangan PPAP (max. 50% setelah
1.1 dikurangi taksiran hutang PPh)
    1    
1.1
    2 Rugi tahun berjalan -/-    

8
1.1
    3 Sub Total    
1.1
    4 Good Will -/-    
1.1
    5 Jumlah modal inti    
  2 Modal pelengkap    
    2.1 Cad RevaluasiAktiva tetap    
Penyisihan penghapusan aktiva produktif
    2.2 (maks. 1,25% ATMR)    
    2.3 Modal pinjaman    
Pinjaman Subordinasi, (maks. 50% dari
    2.4 modal inti)    
    2.5 Jumlah modal pelengkap    
III Jumlah modal (1.12 + 2.5)    
       
  Modal maksimum (8% ATMR)    
       
  Kelebihan atau kekurangan modal    
       
RASIO KPMM (CAR = JUMLAH MODAL /
  ATMR)    

CONTOH:
BPR XYZ mempunyai laporan keuanganberupa neraca dan laporan laba rugi per 31
Desember 2018 seperti tampakpada Tabel 11.3 dan Tabel 11.4 berikut ini:
Tabel 11.3. Neraca BPR XYZ per 31 Desember 2018
A Aktiva Jumlah (Rp)

1 Kas 63.647.000

2 Antar Bank Aktiva 21.869.000


3 Wesel Promes dan Tagihan Lainnya  
4 Efek-Efek  

5 Kredit diberikan 6.158.978.000

6 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (205.541.000)

7 Aktiva tetap dan Inventaris 295.233.000

8 Akumulasi Aktiva tetap dan Inventaris (40.750.000)

9 Rupa-Rupa Aktiva 25.028.000

  Jumlah Aktiva 6.318.464.000


     
B Passiva  

9
1 Kewajiban Segera Dibayar:  
  a. Pemerintah  

  b. Lainnya 11.800.000

2 Tabungan 125.091.000

3 Deposito Berjangka 3.885.000.000

4 Pinjaman Diterima pihak ketiga bukan bank 650.000.000


5 Anar bank pasiva  

  a. Pinjaman diterima 498.484.000

  b. Deposito berjangka 510.000.000

6 Rupa-Rupa pasiva 104.000


7 Modal disetor:  

  a. Modal dasar 500.000.000


  b. Belum disetor  

8 Laba/Rugi (Ditahan) 137.985.000

    6.318.464.000

Tabel 11.4. Laporan Laba/Rugi BPR XYZ Per 31 Desember 2018


No. Rekening Jumlah (Rp)
1 Pendapatan Operasional  

  a. Pendapatan bunga 1.660.100.000

  b. Provisi dan komisi 100.462.000

  c. Pendapatan lainnya 13.230.000

  Jumlah Pendapatan Operasional 1.773.792.000

2 Pendapatan Non Operasional 9.750.000

  Jumlah Pendapatan 1.783.542.000


3 Biaya Operasional  

  a. Biaya bunga 1.390.409.000

  b. Biaya tenaga kerja 75.525.000

  c. Biaya sewa geudung kantor 2.500.000


  d. Biaya pemeliharaan dan perbaikan

10
16.130.000
e. Biaya pengadaan barang dan jasa pihak
  ke-3 19.996.000

  f. Biaya honorarium 150.000

  g. Biaya penyisihan penghapusan AP 123.500.000

  h. Biaya penyusutan 50.270.000

  i. Biaya operasional lainnya 39.694.000

  Jumlah biaya operasional 1.718.174.000

4 Biaya non operasional 4.520.000

  Jumlah Biaya 1.722.694.000


Rugi/Laba tahun berjalan sebelum pajak
5 (laba) 60.848.000
Sisa Rugi/Laba tahun lalu sebelum pajak
6 (laba) 77.137.000

7 Jumlah laba 137.985.000

Tabel 11.5. Hasil Perhitungan ATMR BPR XYZ Per31 Desember 2018
Bobo
No t ATMR (Rp)
Keterangan Jumlah (a)
. risik (a x b)
o (b)
I   Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)      
    Aktiva Neraca :      
Kas
  1 63.647.000    
  2 Sertifikat bank deposito   0  
Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan
deposito yang diblokir pada BPR yang
bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan
emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah
  3 antara agunan dan baki debet   0  
  4 Kredit kepada masyarakat   0  
Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito
  5 tabungan dan tagihhan lainnya 21.869.000 20 4.373.800
Kredit kepada atau yang dijamin bank
  6 lain/pemerintah daerah   20  
KPR yang dijamin oleh hipotek/hak tanggungan
  7 pertama dengan tujuan huni   40  
Kredit kepada atau yang dijamin oleh
  8 BUMD/BUMN      
  9 Kredit kepada pegawai/perusahaan   50  
1
Kredit kepada pegawai/perusahaan
  0   50  

11
1 Kredit kepada usaha mikro dan kecil 6.158.978.00 5.235.131.30
  1 0 85 0
1 Taguhan kepada aau tagihan yangyang dijamin
  2 oleh      
    a. BUMD   100  
    b. Perorangan   100  
    c. Koperasi   100  
    d.Pendapatan lainnya   100  
    e. Lain-lain   100  
1 Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
  3 244.483.000 100 244.483.000
1 Aktiva lainnya selain tersebut diatas
  4 25.028.000 100 25.028.000

Tabel 11.6. Hasil Perhitungan CAR BPR XYZ Per 31 Desember 2018
Jumlah per
No. Rekening komponen Jumlah (Rp)
(Rp)
II   Modal    
         

  1 Modal inti 500.000.000  


    1.1 Modal disetor    
    1.2 Modal disumbangkan    
    1.3 Cadangan umum    
    1.4 Cadangan tujuan    
    1.5 Laba ditahan    

    1.6 Laba tahun-tahun lalu 77.137.000  


    1.7 Rugi tahun-tahun lalu -/-    

    1.8 Laba tahun berjalan (50%) 30.424.000  


    1.9 Rugi tahun berjalan -/-    
1.1
    0 Sub Total 607.561.000  
1.1
    1 Good Will -/-    
1.1
    2 Jumlah modal inti   607.561.000
  2 Modal pelengkap    
    2.1 Cad Rev. Aktiva tetap    
Penyisihan penghapusan aktiva produktif
    2.2 (maks. 1,25% ATMR) 80.410.000  
    2.3 Modal kuasi    
Pinjaman Subordinasi, (maks. 50% dari
    2.4 modal inti)    

    2.5 Jumlah modal pelengkap 80.410.000  

12
Jumlah modal pelengkap yang
diperhitungkan (maks. 100% dari modal
    2.6 inti)   80.410.000
Jumlah modal (1.12 + 2.6)
    687.971.000
       

III Modal maksimum (8% ATMR)   440.721.288


       

IV Kelebihan atau kekurangan modal   247.250.497


       
V CAR = (Jml. Modal/ATMR) x 100%   12,49%
       

C. RASIO KECUKUPAN MODAL BANK UMUM

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berguna untuk
menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi bank. Capital Adequacy Ratio 
menunjukkan sejauh mana bank mengandung resiko (kredit, pernyataan, suratberharga,
tagihan) yang ikut dibiayai oleh dana masyarakat. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio,
makasemakin bank kemampuan terkaitdalam menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang beresiko. Jika nilai Capital Adequacy Ratio tinggi, maka bank dapat
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas. Peningkatan Capital Adequacy Ratio dapat meningkatkan keamanan nasabah
yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada bank tersebut,
yang kemudian dapat berdampak positif pada peningkatan profitabilitas bank.

Penggunaan metode standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal


Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar dituangkan dalam SE BI No.
9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007.

1. Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tanggal 1


November 2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
dengan Memperhitungkan Risiko Pasar yang antara lain mengatur bahwa Bank secara
individual dan/atau secara konsolidasi yang memenuhi criteria tertentu wajib
memperhitungkan Risiko Pasar dalam perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) dengan menggunakan Metode Standar, perlu diatur ketentuan

13
pelaksanaan penggunaan Metode Standar tersebut dalam suatu Surat Edaran Bank
Indonesia.
2. Perhitungan Risiko Pasar mencakup perhitungan RisikoSuku Bunga dan Risiko Nilai
Tukar termasuk risiko perubahan harga option. Bank yang memenuhi criteria tertentu
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007
tanggal 1 November 2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar, wajib memperhitungkan Risiko Pasar.
Selain itu, bagi Bank yang memenuhi criteria tertentu dan memiliki Perusahaan Anak
yang terekspos Risiko Ekuitas dan/atau Risiko Komoditas, selain memperhitungkan
Risiko Suku Bunga dan Risiko Nilai Tukar, perhitungan Risiko Pasar juga
memperhitungkan Risiko Ekuitas dan/atau Risiko Komoditas.
3. Risiko Suku Bunga meliputi Risiko Spesifik dan Risiko Umum. Pembebanan Risiko
Spesifik dibagi dalam kategori pembobotan yaitu Pemerintah, Kualifikasi, dan
Lainnya. Bobot beban modal masing-masing kategoria dalah 0% untuk Pemerintah,
0.25% s.d 1.6% untuk Kualifikasi, dan 8% untuk Lainnya. Risiko Umum dapat
dihitung dengan menggunakan Metode Jatuh Tempo atau Metode Jangka Waktu.
Bank dapat menentukan pilihan terhadap 2 metode tersebut sepanjang dilakukan
secara konsisten dan akurat. Apabila Bank akanm enggunakan Metode Jangka Waktu,
Bank harus memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia dilengkapi dengan
dokumen dan informasi yang diperlukan.
4. Risiko Nilai Tukar tidak dibedakan antara Risiko Spesifik dan Risiko Umum.
Perhitungan beban modal untukRisiko Nilai Tukar dari posisi valuta asing dibebankan
sebesar 8% terhadap Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari.
5. Risiko Ekuitas meliputi Risiko Spesifik dan RisikoUmum. Perhitungan beban untuk
Risiko Spesifik adalah sebesar 8% dari posisi ekuitas bruto. Perhitungan beban modal
untuk Risiko Umum adalah sebesar 8% dari posisi ekuitas neto secara keseluruhan.
6. Risiko Komoditas tidak dibedakan antara Risiko Spesifik dan RisikoUmum. Risiko
Komoditas dapat dihitung dengan menggunakan Metode Sederhana atau Metode
Jatuh Tempo. Bank dapat menentukan pilihan terhadap 2 metode tersebut sepanjang
dilakukan secara konsisten dan akurat.
7. Perhitungan beban modal untuk Risiko Komoditas dengan menggunakan Metode
Sederhana adalah 15 % dari posisi neto, baik long atau short, dari setiap posisi
komoditas dan 3% dari posisi bruto (penjumlahan dari nilai absolute posisi long dan
short) dari setiap posisi komoditas.

14
Perhitungan beban modal untuk Risiko Komoditas dengan menggunakan Metode Jatuh
Tempo adalah sebagai berikut:

a. 1,5 % (spread rate) dari jumlah posisi long dan posisi short yang matched
dalam setiap skala waktu;
b. 0,6% dari posisi residu (unmatched position) yang berasal dari setiap skala
waktu yang dikalikan dengan jumlah skala antara skala waktu sebelumnya
dengan skala waktu berikutnya; dan
c. 15% dari posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position).

D. PINJAMAN YANG DITERIMA


Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yanq diterima dari bank atau pihak
lain termasuk dari Bank Indonesia baik dalam rupiah maupun dalam mata uang asing, dan
harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman yang diterima tidak
termasuk pinjaman subordinasi.
1. Pencatatan pinjaman yang di terima dari direktur
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara pihak
kreditur dengan debitur. Perjanjian yang ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat
dibatalkan scara sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam
akutansi disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan,
maka akan dicatat dalam rekening administrative rupiah sisi debit dengan nama RAR
fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan.
Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan realisasi pinjaman, bila
pinjaman tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat
sebesar nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau obligor. Hal-
hal yang terkait biaya perkreditan menjadi beban peminjaman, misalnya biaya provisi
dan administrasi, biaya taksasi (appraisal) nilai jaminan, biaya perikatan (notaris), dan
biaya asuransi. Tentu saja pengkreditan rekening peminjaman diterima harus diikuti
pengkreditan RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan sebesar nilai
realisasinya.
2. Jenis Pinjaman yang Diterima
Jenis pinjaman yang diterima oleh suatu bank terdiri dari beberapa ragam pinjaman
antara lain:
1. Pinjaman jangka panjang dari bank lain.

15
Pinjaman dari bank lain yang sifatnya jangka panjang lazimnya berupa penerbitan surat
berharga dari bank yang menerima pinjaman, baik dalam bentuk Sertifikat Deposito,
Commercial Paper, atau bentuk lainnya.
2. Pinjaman dari luar negeri yang disalurkan kepada pemerintah untuk kemudian
diteruskan kepada bank pelaksana.
Pinjaman yang diterima dari suatu lembaga di luar negeri yang disalurkan melalui
pemerintah sebelum diterima oleh bank pelaksana lazimnya dikenal dengan nama
Two Step Loan. Disebut Two Step Loan karena pinjaman yang diberikan oleh kreditur
luar negeri ini akan diterima oleh pemerintah sebagai penjamin pinjaman tersebut
untuk kemudian disalurkan kepada bank-bank pelaksana untuk dipergunakan
menyalurkan kredit perbankan.
3. Obligasi
4. Pinjaman dalam rangka pembiayaan bersama satu atau beberapa proyek.

3. Akuntansi untuk Pinjaman yang Diterima


a. Pinjaman dari Bank Lain
Pinjaman dari bank lain dapat diwujudkan dalam bentuk Sertifikat Deposito, Commercial
Paper dan surat berharga lainnya.
Contoh 1:
1. Tanggal 15 juni 2012 Bank Permata Jakarta telah menandatangani perjanjian kredit
dengan Bank Mitra Niaga Jakarta. Bank Permata bertindak sebagai penerima kredit
(debitur) dan Bank Mitra Niaga bertindak sebagai pemberi kredit (kreditur). Niai
kredit yang yang disepakati Rp. 1.000.000.000, suku bunga 12%. Jangka waktu 3
tahun.

2. Tanggal 1 juli 2012 Bank Permata menarik kreditnya melalui Bank Indonesia
(kliring) senilai Rp. 600.000.000 dan langsung didebitkan ke rekening milik Bank
Permata di Bank Indonesia Jakarta.

Tanggal 5 Bank Permata menarik kredit lagi di Bank Mitra Niaga Jakarta sebesar Rp.
400.000.000. Langsung didebitkan ke rekening Giro Bank Permata di Bank Mitra Niaga.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


15/06/201 Dr.RAR. Fas. PinjamanDiterima dan 1.000.000.00
7 Belum di gunakan 0
01/07/201       Cr.RAR. FaspinjamanDiterima dan 600.000.000

16
7 Belum digunakan
Dr. Giro BI 600.000.000
       Cr. Pinjaman yang diterima 600.000.000
05/07/201 Cr.RAR. Pinjamanditerima dan Belum di 400.000.000
7 gunakan

Dr. Giro bank-bank lain 400.000.000


       Cr. Pinjaman yang diterima 400.000.000

E. PINJAMAN TWO STEP LOAN


Akuntansi untuk penerimaan dana TSL harus diadministrasikan oleh Kantor Pusat dan
akan dibukukan kedalam rekening Pinjaman Yang Diterima-TSL. Rekening ini merupakan
hutang jangka panjang bagi bank yang bersangkutan.
Adapun ciri-ciri daro TSL;
1. Pinjaman diberikan oleh tender sendiri atau dalam bentuk konsosorium kepada
Pemerintah RI.

2. Pinjaman ditujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan industri kecil


dan menengah yang menunjang perekonomian.

3. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal, atau jasa/tenaga ahli.

4. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Participating Financial Institution (PFI) yaitu


bank-bank dan LKBB dalam bentuk rupiah sehingga risiko selisih kurs yang terjadi
menjai tanggungjawab pemerintah.

5. Suku bunga TSL ditentukan oleh pemerintah.

6. TSL berjangka waktu 15-20 tahun sehingga dapat diakui equity

7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana dri PFI berkisar 80% :
20% dari jumlah kredit.

8. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar kepada
emerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada tender oleh pemerintah sesuai perjanjian
termasuk commitmen charge sejumlah persentase tertentu berkisar 0.75% per tahun.
Jurnal yang diperlukan :
Tanggal/Ket Rekening Debit Kredit
Saat Persetujuan Dr. RAR pinjaman yang diterima
dan belum digunakan
Saat realisasi Cr. RAR pinjaman yang

17
diterima dan belum
digunakan
Dr. Giro BI
Cr. Pinjaman yang.
diterima-TSL
Saat penyesuaian Dr. Biaya bunga
bunga Cr. Biaya bunga harus
dibayar
Saat pembayaran Dr. Biaya bunga harus dibayar
bunga setelah Cr. Giro BI
penyesuaian
Bila bunga dibayar Dr. Biaya bunga
langsung Cr. Giro BI
Saat pelunasan Dr. Pinjaman yang. diterima
pinjaman Cr. Giro BI

F. PINJAMAN OBLIGASI
Obligasi merupakan intrumen untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari
obligasi yang merupakan alternative bank dalam membiayai investasinya. Sebagai surat
pengakuan hutang, bank yang menerbitkan obligasi harus membayar bunga kepada pembeli
obligasi. Pembayaran bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara tetap. Kewajiban
ini akan diikuti pelunasan obligasi pada saat jatuh tempo.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapatakan izin dai otoritas pasar modal.
Disamping itu penerbit obligasi harus memenuhi perlindungan negative dan perlindungan
positif. Perlindungan negative yaitu persyaratan yang bersifat melarang emiten untuk
melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi. Contohnya dilarang membagi
seluruh laba kepada pemegang saham sebab akan mengurangi kemampuan memenuhi
kewajiban jepada pemegang obligasi. Sedangkan perlindungan positif adalah persyaratan
yang mewajibkan emiten melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang obligasi
misalnya kewajiban menerbitkan laporan keuangan secara periodik agar diketahui kinerja
bank tersebut.
PENENTUAN HARGA OBLIGASI
Dalam penentuan harga obligasi, emiten harus memperhatikan, mempertimbangkan
tingkat bunga (kupon) obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo obligasi , dan keuntungan
yang diharapkan oleh investor atau sering disebut bond yield. Kupon obligasi akan
menimbulkan biaya bunga bagi emiten atau aliran kas keluar dan pokok obligasi juga akan
18
dibayar kembali pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu harga obligasi pada dasarnya
penjumlahan present value dari aliran kas biaya. Biaya bunga ditambah present value dari
nilai pokok obligasi pada saat jatuh tempo, dengan yield yang disyaratkan. Biaya bunga
obligasi dibayarkan setiap periode, sedangkan nilai pokok obligasi akan dilunasi setiap akhir
periode saat jatuh tempo. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
n
Ci Pp
P=∑ +
t =1 ( 1+r ) ( 1+r )n
n

Keterangan :
P = harga obligasi atau nilai sekarang obligasi
n = periode sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = Pembayaran bunga obligasi setiap tahunnya
r = tingkat diskonto atau bond yield
PP = nilai pokok atau principal obligasi
Rumus diatas digunakan bila penerimaan bunga (kupon) setiap tahun , sedangkan bila
penerimaannya setiap setengah tahun sekali maka rumusnya menjadi sebagai berikut :
n
Ci /2 Pp
P=∑ +
t =1 ( 1+r / 2 ) ( 1+r /2 )2 n
n

Pengguna rumus tersebut kadang bagi orang tertentu memerlukan waktu yang lama, oleh
karena itu dengan bantuan tabel bunga untuk present value anuitas untuk biaya bunga dan
present value Rp1 untuk nilai pokok obligasi.
Contoh 3 :
Bank Permata menjual oligasi PT Bank Permata pada tanggal 1 januar 2017, nominal (par)
@Rp 1.000.000 dengan kupon atau tingkat bunga 15% dibayar setiap akhir tahun dan jangka
waktunya 5 tahun. Investor mensyaratkan yield 14%. Harga obligasi dapat ditentukan sebagai
berikut :
5
150.000 Pp1.000 .000
P=∑ +
t =1 ( 1+0,14 )5 ( 1+ 0,14 )5
Harga tersebut ditentukan sengan nilai tabel bungauntuk harga tunai anuitas dengan n=5,
r=14% dan nilai tabelnya dapat 3,433. Sedangkan untuk present value untuk nilai par adalah
dengan menggunakan tabel present value untuk Rp1, dengan n=5 dan r=14% dan didapat
nilai tabel 0,519. Dengan semikian P=(3,433*150.000) + (0,519*1.000.000) atau sebesar =
1.033.950. nilai yang didapat berbeda, hal ini akibat pembulatan saja. Kita juga bisa

19
menggunakan excel dalam menghitung ini dengan fungsi present value future dan present
value annuity.
Contoh 4 :
Tanggal 2 januari 2017 Bank Artamara menjual obligasi jangka panjang kepada PT Kadir
Jaya sebanyak 1000 lembar, nominal per lembar Rp1.000.000, jangka waktu 5 tahun. Bunga
nominal 18% per tahun dibayarkan dibelakang setiap tanggal 31 desember. Tingkat diskonto
sebesar 16%. Dengan demikian harga obligasi adalah :
Keterangan Jumlah (Rp)
Nilai tunai bunga = Rp180.000 X 3,433 X 1000 lembar 619.740.000
Nilai tunai pokok obligasi= Rp1000.000 X 0,519 X 1000 519.000.000
Harga obligasi 1.138.740.000

Jurnal untuk mencatat transaksi diatas :


Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/1/2017 Kas/giro PT Kadir Jaya 1.138.740.000
Agio obligasi 138.740.000
Pinjaman obligasi 1.000.000
31/12/2017 Biaya bunga 180.000.000
Kas 180.000.000
Agio obligasi 27.748.000
Biaya bunga 27.748.000
(untuk amortisasi)

20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Modal bank merupakan hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan. Modal bank
ini juga merupakan hutang bank kepada para pemiliknya, oleh karena itu disajikan sebagai
salah satu komponen passive disebelah kanan neraca. Modal bank merupakan modal awal
pada saat pendirian yang jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian
bank.
Dimana ada beberapa komponen modal bank dalam neraca antara lain : modal saham
yang ditempatkan dan disetor, modal sumbangan, laba ditahan dengan tujuan, laba ditahan
tanpa tujuan, penilaian kembali aktiva tetap, dan modal sumbangan (modal donasi).
Penyetoran modal dari para pemilik perusahaan tidak harus melalui tunai. Setoran modal
dapat juga berupa penyerahan barang-barang modal, dan jenis penyetoran lainnya.
Dan akuntansi untuk transaksi modal meliputi penyetoran modal, penyisihan laba usaha
setelah pajak untuk tujuan tertentu atau cadangan, penambahan modal dari pihak lainnya.
Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yanq diterima dari bank atau pihak
lain termasuk dari Bank Indonesia baik dalam rupiah maupun dalam mata uang asing, dan
harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman yang diterima tidak
termasuk pinjaman subordinasi.
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara pihak kreditur
dengan debitur. Perjanjian yang ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan
scara sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam akutansi disebut
komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat
dalam rekening administrative rupiah sisi debit dengan nama RAR fasilitas pinjaman
diterima dan belum digunakan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Taswan. 2017. Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah. Semarang: UPP STIM
YKPN

22

Anda mungkin juga menyukai