Anda di halaman 1dari 29

PENGANTAR AKUNTANSI II

AKUNTANSI UNTUK KAS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Akuntansi II

Dosen pengampu : Alfiana, S.E.,M.Si.

Oleh kelompok 7 :

1. Ahmad Aufal Marom Jailani 221611018154203

2. Dani Riyadi 221611018154227

3. Dian Sonya Kristanti 221611018154223

4. Syavina Viddya Ramdania 221611018153901

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WIDYAGAMA

MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentu kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada baginda tercinta nabi besar Muhammad saw. Kami mengucapkan syukur
kepada Allah swt atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Pengantar Akuntansi II. Makalah ini berisi tentang uraian materi mengenai “Akuntansi
untuk Kas.”

Tentu makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan maupun
kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian makalah yang bisa kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Malang, 11 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..…i

DAFTAR ISI …………………………………………………………..…...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………….…1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1

C. Tujuan……………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Kas……………………………………………………………...3

2. Arus Kas………………………………………………………………….. .4

Arus Kas koperasi…………………………………………………….…4

Arus Kas Investasi……………………………………………………....5

Arus Kas Pendanaan………………………………………………….…5

Langkah Menyusun Laporan Arus Kas………………………………....6

Contoh Soal……………………………………………………………..6

3. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas…………………………...9

4. Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas………………………………….10

Pengendalian Intern atas Penerimaan Kas….………………………….10

Pengendalian Intern atas Pengeluaran Kas…………………………….10

Pengendalian Intern atas Penyimpanan Kas……………………………11

Pengendalian Intern atas Pencatatan Kas………………………………11

Pengendalian Intern atas Pengelolaan Kas……………………………..11

5. Karakteristik Pengendalian Internal……………………………………….12

6. Prinsip-Prinsip Pengendalian Kas…………………………………………13


7. Catatan Ganda Kas………………………………………………………....13

8. Laporan Bank………………………………………………………………13

9. Laporan Rekonsiliasi Bank…………………………………………………13

Contoh Soal…………………………………………………………..15

10. Bank Overdraft…………………………………………………………….18

11. Kas Kecil…………………………………………………………………..18

Metode Imprest………………………………………………………18

Metode Fluktuasi……………………………………………………..22

12. Selisih Kas………………………………………………………………….23

13. Penyajian Kas di Neraca……………………………………………………23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………..……………………………………………..24

B. Saran………………………………………………………………………..24

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...25

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, dunia usaha sudah mengalami kemajuan yang
pesat serta diiringi dengan tingkat persaingan yang ketat pula. Hal ini terlihat dari banyaknya
perusahaan-perusahaan yang bermunculan, baik perusahaan nasional milik pemerintah,
perusahaan swasta nasional maupun perusahaan swasta milik asing.

Setiap perusahaan memerlukan adanya suatu prinsip akuntansi yang baik, terutama dalam hal
pengelolaan kas. Kas merupakan uang tunai yang ada dalam suatu perusahaan serta saldo
rekening giro di bank, baik dalam bentuk uang maupun valas yang tidak dibatasi
penggunaannya. Kas sangat mempengaruhi transaksi dalam perusahaan. Oleh karena itu
penggunaannya harus secara optimal. Optimal dalam arti 2 kata yaitu dapat menjaga
keseimbangan jumlah yang cukup untuk menjaga kelancaran dalam kegiatan operasi perusahaan
dan menghindari adanya kas yang menganggur.

Kas juga merupakan salah satu dari aktiva lancar yang mempunyai sifat likuiditasnya paling
tinggi, karena sifatnya tersebut maka kas sangat rentan terhadap penyelewengan. Untuk itu
diperlukan pengendalian terhadap sistem akuntansi kas. Dengan adanya sistem akuntansi yang
baik maka informasi akuntansi dapat dihasilkan dengan cepat, akurat, dan dapat diandalkan yang
nantinya berguna dalam pengambilan keputusan serta kebijakan lain didalam pengendalian
perusahaan dan sekaligus untuk dapat mengawasi pelaksanaan dari pelimpahan tugas wewenang
pimpinan kepada bawahan dan seluruh kegiatan perusahaan.

B. Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini, diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan kas dan komponen di dalamnya?

2. Apa saja unsur-unsur dalam arus kas dan bagaimana cara menyusun laporan arus kas?

3. Bagaimana manfaat, cara, karakteristik, dan prinsip pengendalian intern terhadap kas?

4. Bagaimana cara kerja catatan ganda kas?

5. Bagaimana cara kerja laporan bank?

6. Bagaimana hubungan laporan rekonsiliasi bank dengan perbedaan saldo dan contoh
penyusunan laporan rekonsiliasi bank?

1
7. Bagaimana cara kerja bank overdraft?

8. Apa saja komponen dalam kas kecil dan bagaimana penyajian kas di neraca?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyampaikan hal-hal mengenai Akuntansi
untuk Kas. Menjabarkan materi dan contoh soal yang terkait pada materi tersebut. Serta untuk
menjawab pertanyaan terkait rumusan masalah pada makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Kas

Kas merupakan aset yang paling likuid, dan merupakan aset yang pertama kali ada di
perusahaan. Kas memiliki tingkat perputaran yang paling tinggi dibandingkan dengan aktiva
lancar lainnya. Ketika suatu usaha baru didirikan, pemilik menyetorkan modal salah satunya
dalam bentuk kas, kemudian kas tersebut dibelikan perlengkapan, peralatan, bahan baku atau
barang jadi. Setelah terjadi penjualan barang atau jasa baik secara tunai maupun kredit, maka
berikutnya perusahaan akan menerima kas. Terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi agar suatu
aktiva dapat dinyatakan sebagai kas yaitu:

1. Harus siap digunakan setiap saat untuk membayar semua kewajiban yang ada sekarang,

2. Bebas dari ikatan apapaun yang membatasi penggunaannya untuk membayar utang.

Komponen kas terdiri atas :

a. Uang kertas

b. Uang logam

c. Cek yang belum disetor

d. Simpanan di bank dalam bentuk giro

e. Surat perintah membayar atau pos wesel

f. Saldo dana kas kecil

g. Surat-surat berharga, obligasi yang segera jatuh tempo termasuk saham

Komponen yang tidak dapat digolongkan sebagai kas adalah:

a. Deposito berjangka

b. Persediaan perangko dan materai

c. Cek mundur

d. Cek kosong dari pihak ketiga

e. Rekening giro pada bank luar negeri yang tidak dapat segera dipakai

f. Rekening kas khusus untuk tujuan ekspansi perusahaan


g. Rekening bank khusus untuk tujuan membayar pajak

h. Simpanan kas dengan tujuan untuk pembelian aktiva tetap

Kas biasanya dinilai atau dilaporkan pada neraca adalah sebesar nilai nominalnya. Sedangkan
uang kas dalam bentuk mata uang asing, pada umumnya dikonversikan kedalam rupiah penuh
dengan nilai tukar yang berlaku dipasaran (bursa) pada tanggal neraca.

2. Arus Kas

Arus kas adalah laporan keuangan yang menggambarkan kas masuk dan keluar selama suatu
periode tertentu.

Setara kas adalah investasi jangka pendek, sangat likuid yang memenuhi kriteria:

a. Siap dikonversi menjadi kas dengan jumlah yang sudah ditentukan, dan

b. Waktu jatuh tempo sangat pendek (umumnya sekitar kurang atau sama dengan tiga bulan),
sehingga tidak memiliki resiko yang signifikan terhadap perubahan nilai (misalnya akibat
perubahan tingkat bunga)

Arus kas tidak termasuk mutasi antara pos-pos yang termasuk kas atau setara kas

Klasifikasi arus kas dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Aktivitas operasi (penghasil utama pendapatan entitas)

b. Aktivitas investasi (perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang
tidak termasuk setara kas)

c. Aktivitas pendanaan (mengakibatkan perubahan jumlah dan komposisi ekuitas dan pinjaman
entitas)

Arus kas operasi

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Indikator utama menentukan apakan operasi
dapat menghasilkan kas untuk melunasi pinjaman dan memelihara kemampuan operasi entitas,
membayar deviden dan melakukan investasi.

Arus kas operasi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Inflows (terdiri dari penerimaan dari penjualan jasa atau barang, pendapatan lain, pendapatan
sewa, restitusi pajak, pemberian untuk bank)

b. Outflows (terdiri dari pembayaran kepada pemasok barang dan jasa, pembayaran untuk
karyawan, pembayaran klaim dan biaya operasi)
Metode pelaporan yang digunakan dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Metode langsung (kelompok utama dari penerimaan dan pengeluaran kas bruto)

b. Metode tidak langsung (laba disesuaikan dengan mengoreksikan transaksi non kas,
penangguhan atau akrual dan unsur penghasilan yang terkait aktivitas investasi dan pendanaan)

Arus kas investasi

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang
tidak termasuk setara kas. Mencerminkan pengeluaran untuk sumber daya yang dimaksudkan
menghasilkan kas di masa depan

Arus kas investasi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Inflows (terdiri dari penerimaan penjualan asset tetap, asset jangka panjang, penerimaan kas
dari forward, penerimaan penjualan instumen utang)

b. Outflows (terdiri dari pembayaran kas untuk membeli aset tidak tetap, pembayaran kas dari
forward, pembayaran untuk membeli instrument utang)

Arus kas pendanaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Memprediksi klaim atas arus kas masa depan
oleh para penyedia modal entitas.

Arus kas pendanaan dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Inflows (terdiri dari penerimaan kas dari penerbitan saham, penerimaan dari penerbitan
obligasi, wesel, pinjaman jangka panjang dan jangka pendek)

b. Outflows (terdiri dari pembayaran kas kepada pemilik untuk menembus saham, pelunasam
pinjaman, dan untuk mengurangi saldo)

metode pelaporan arus kas investasi dan pendanaan dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Secara terpisah (kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang
berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan kecuali yang boleh dilaporkan neto)

b. Secara neto (Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan pelanggan jika lebih
mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas operasi (pembayaran rekening giro, dana
pelanggan dikelola entitas asosiasi) ; Penerimaan dan pengeluaran untuk pos-pos dengan
perputaran yang cepat, jumlah yang besar dan jangka waktu singkat (transaksi kredit nasabah,
pembelian dan penjualan investasi, pinjaman jangka pendek); Untuk lembaga keuangan dengan
arus kas neto)
Langkah menyusun laporan arus kas

a. Menghitung perubahan saldo kas dan setara kas.

b. Menghitung arus kas bersih dari aktivitas operasi.

c. Menghitung arus kas bersih dari aktivitas investasi dan pendanaan.

Contoh soal

Berikut ini adalah neraca komperatif tahun 2010/2011 dan laporan laba rugi PT. UniEda tahun
2011

PT.UNIEDA

Neraca Komporatif

Per 31 Desember 2010/2011

Keterangan Neraca 31 Neraca 31 Perubahan naik/turun


Desember 2011 Desember 2010
Aset kas 37.000 49.000 12.000 turun
Piutang dagang 26.000 36.000 10.000 turun
Sewa dibayar dimuka 6.000 0 6.000 turun
Tanah 70.000 0 70.000 turun
Gedung 200.000 0 200.000 naik
Akumulasi depresiasi bangunan (11.000) 0 11.000 naik
Peralatan 68.000 0 68.000 naik
Akumulasi depresiasi peralatan (10.000) 0 10.000 naik
Total aset 386.000 85.000
Liabilitas dan ekuitas utang 40.000 5.000 35.000 naik
dagang
Utang obligasi 150.000 0 150.000 naik
Modal saham 60.000 60.000 0
Laba ditahan 136.000 20.000 116.000 naik
Total liabilitas dan ekuitas 386.000 85.000

PT. UNIEDA

Laporan Laba Rugi

Per 31 Desember 2011

Penjualan 492.000
Biaya operasional 269.000
Biaya depresiasi 21.000
Biaya operasi 290.000
Pajak atas laba 68.000
Laba bersih 134.000

Informasi tambahan :

a. Perusahaan membayar dividen Rp 18.000

b. Peusahaan memperoleh kas Rp 150.000 dari utang obligasi

c. Tanah, gedung, dan peralatan diperoleh secara tunai

Diminta : Buatlah laporan arus kas untuk tahun 2011

Jawaban :

Metode langsung

PT.UNIEDA

Laporan Arus Kas

Per Desember 2011

Arus kas dari kegiatan operasi

Penerimaan dari pelanggan Rp 502.000

Pembayaran untuk beban Rp 240.000

Pembayaran pajak Rp 68.000

Kenaikan kas dari aktivitas operasi Rp 194.000

Aliran kas dari aktivitas operasi

Arus kas dari kegiatan investasi

Pembelian tanah Rp 70.000

Pembelian gedung Rp 200.000

Pembelian peralatan Rp 68.000

Aliran kas dari aktivitas investasi Rp 338.000


Arus kas dari kegiatan pendanaan

Kenaikan utang obligasi Rp 150.000

Pembayaran deviden Rp 18.000

Aliran kas dari aktivitas pendanaan Rp 132.000

Aliran kas bersih Rp 12.000

Saldo kas awal Rp 49.000

Saldo kas akhir Rp 37.000

Penjualan+piutang awal-piutang akhir = 492+36-26 = 502

Biaya operasional+utang awal-utang akhir+prepaid akhir-prepaid = 269+5-40+6-0 = 240

Metode tidak langsung

PT.UNIEDA

Laporan Arus Kas

Per Desember 2011

Arus kas dari kegiatan operasi

Laba bersih penyesuaian Rp 134.000

Beban depresiasi Rp 21.000

Penurunan piutang Rp 10.000

Kenaikan sewa ddm Rp 6.000

Kenaikan utang dagang Rp 35.000

Kenaikan kas dari aktivitas operasi Rp 60.000

Aliran kas dari aktivitas operasi Rp 194.000

Arus kas dari kegiatan investasi

Pembelian tanah Rp 70.000

Pembelian gedung Rp 200.000


Pembelian peralatan Rp 68.000

Aliran kas dari aktivitas investasi Rp 338.000

Arus kas dari kegiatan pendanaan

Kenaikan utang obligasi Rp 150.000

Pemabayaran deviden Rp 18.000

Aliran kas dari aktivitas pendanaan Rp 132.000

Aliran bersih Rp 12.000

Saldo kas awal Rp 49.000

Saldo kas akhir Rp 37.000

3. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas

Pada perusahaan yang masih kecil, dimana semua aktivitas perusahaan masih dapat dikendalikan
oleh pemilik, pengendalian intern terhadap kas belum begitu diperlukan. Sejalan dengan
perkembangan perusahaan, semakin besar perusahaan, maka transaksi khususnya yang berkaitan
dengan kas akan semakin banyak dan semakin beragam. Transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yakni penerimaan dan pengeluaran kas dari dan
untuk kegiatan operasi maupun dari kegiatan non operasi. Penerimaan kas dari operasi misalnya
penerimaan dari penjualan tunai, penerimaan piutang, setoran modal oleh pemilik, penerimaan
pinjaman dan yang lainnya. Penerimaan kas yang berasal dari kegiatan non operasi misalnya
penerimaan bunga simpanan di bank, penerimaan hadiah dari undian, penerimaan kas dari
penjualan aset tetap yang tidak digunakan lagi dan yang lainnya. Pengeluaran kas untuk kegiatan
operasi misalnya pembayaran biaya-biaya operasional seperti pembayaran gaji pegawai,
pembayaran sewa, pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang dan yang lainnya.
Sedangkan pengeluaran kas untuk kegiatan non operasi misalnya pembayaran untuk pembayaran
sumbangan, pembayaran pajak atas hadiah dan yang lainnya. Praktik-praktik yang mungkin
dilakukan untuk menyelewengkan kas antara lain:

1. Penerimaan kas dari penjualan tunai dicatat lebih rendah dari yang seharusnya.

2. Tagihan yang timbul dari penjualan kredit tidak dicatat

3. Cek untuk kepentingan pribadi dibebankan sebagai biaya perusahaan

4. Lapping atau menunda posting.

Pengendalian intern adalah suatu rencana organisasional semua tindakan yang dilakukan
perusahaan untuk mengamankan aset, mendorong diikutinya kebijaksanaan perusahaan,
mendorong efisiensi operasional, dan menjamin ketepatan sehingga catatan-catatan akuntansi
dapat dipercaya. Sistem pengendalian intern yang baik bagi perusahaan adalah mengutamakan
prinsip akurasi, kejujuran, dan efisiensi dalam penanganan sumber-sumber daya dan pencatatan
transaksi-transaksinya. Prosedur pengendalian yang dipakai sangat bervariasi tergantung kondisi
perusahaan dan sifat kegiatan-kegiatan usahanya.

4. Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas

Kas memiliki karakteristik yang menarik, yang menyebabkannya mudah untuk diselewengkan.
Karakteristik tersebut yakni: tidak ada identitas, mudah dibawa/dipindahtangankan karena
bentuknya kecil dan ringan serta dapat ditukar sewaktu-waktu menjadi aktiva non kas.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka penting untuk dilakukan pengendalian intern terhadap
kas dengan cara:

1. Pengendalian intern atas penerimaan kas

Beberapa cara untuk melakukan pengendalian intern atas penerimaan kas adalah:

a. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk menangani penerimaan
kas.

b. Melakukan pemisahan tugas antara individu yang menerima kas, mencatat/membukukan


penerimaan kas dan yang menyimpan kas.

c. Setiap penerimaan kas harus didukung oleh dokumen.

d. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang dari pelanggan harus
disetor ke bank.

e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal

f. Mengikat karyawan yang menangani penerimaan kas dengan uang pertanggungan.

2. Pengendalian intern atas pengeluaran kas

Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip pengendalian internal atas
pembayaran kas dengan menggunakan cek:

a. Hanya pejabat tertentu saja yang secara khusus memiliki otorisasi untuk menandatangani cek.

b. Adanya pemisahan tugas antara individu yang menyetujui pembayaran kas, melakukan
pembayaran kas, dan yang mencatat/membukukan pengeluaran kas.

c. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak, setiap cek harus dilampiri dengan bukti
tagihan.
d. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai dalam safe deposit box, dan hanya satu orang
tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses untuk membukanya.

e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal. Bandingkan antara cek dengan
bukti tagihan dan cocokkanlah dengan laporan bank atau rekening koran bulanan.

f. Faktur tagihan (invoices) yang telah dibayat haru segera diberi stempel “Lunas”.

Selain itu cara lain untuk melakukan pengendalian intern atas pengeluaran kas adalah dengan
penggunaan sistem voucher. Sistem voucher dirancang untuk membantu dalam pelaksanaan
pengasan terhadap pengeluaran kas. Sistem ini menetapkan ketentuanketentuan sebagai berikut:
(1) Kewajiban perusahaan hanya dapat terjadi dari transaksi yang telah disetujui (disahkan) oleh
orang yang diberi wewenang oleh perusahaan; (2) prosedur-prosedur yang berkaitan dengan
terjadinya kewajiban, yang meliputi verifikasi, pengesahan, dan pencatatan, harus ditetapkan; (3)
cek hanya dapat dikleuarkan untuk pembayaran kewajiban yang telah diverifikasi, disahkan, dan
dicatat dengan benar; (4) kewajiban harus dicatat pada saat terjadi, dan setiap transaksi
pembelian harus diperlakukan sebagai transaksi yang independen. Ketentuan ini harus dipenuhi,
meskipun terjadi lebih dari satu transaksi pembelian dari perusahaan yang sama dalam satu bulan
atau periode faktur lainnya.

3. Pengendalian intern atas penyimpanan kas

Beberapa cara untuk melakukan pengendalian intern atas penyimpanan kas adalah:

a. Penjagaan secara fisik perlu dilakukan misalnya dengan menyimpan uang dalam safety cash
box di kasir.

b. Penyimpanan pada bank.

4. Pengendalian intern atas pencatatan kas

Beberapa cara untuk melakukan pengendalian intern atas penyimpanan kas adalah:

a. Dibuatkan catatan atau rekapitulasi untuk penerimaan dan pengeluaran harian.

b. Dilakukan rekonsiliasi secara periodic

5. Pengendalian intern atas pengelolaan kas

Beberapa cara untuk melakukan pengendalian intern atas penyimpanan kas adalah:

a. Dilakukan pemeriksaan intern dalam waktu yang tidak tentu, misalnya pemeriksaan dana kas
secara mendadak.
b. Penggunaan cash budget agar kondisi kas tidak berlebihan (idle cash) karena tidak produktif
dan cenderung terjadi penyelewengan tetapi juga tidak kekurangan yang dapat menganggu
operasi.

5. Karakteristik Pengendalian Internal

Menurut Zarkasyi (2015:18) Pengendalian internal yang baik mempunyai beberapa karakteristik
sebagai berikut :

a. Karyawan yang kompeten dan penuh integritas

Pengendalian internal akan dapat diterapkan dengan baik apabila karyawan yang menjalankan
sistem adalah yang mempunyai integritas tinggi dan kompeten.

b. Pemisahan fungsi yang meniadakan kecurangan

Pengendalian internal yang baik menghendaki adanya pemisahan fungsi-fungi tertentu untuk
meminimalkan kecurangan.pemisahan fungsi yang pali ng ideal adalah memisahkan antara: (1)
fungsi otorisasi, (2) fungsi pencatatan, (3) fungsi penyimpanan dan (4) fungsi pengecekan fisik
kekayaan.

c. Otoritas transaksi yang memadai

Transaksi yang menyangkut kekayaan perusahaan harus terlebih dahulu diotorisasi oleh pejabat
yang berwenang. Tanpa adanya otorisasi yang proporsional, sulit mendeteksi adanya kecurangan
yang dilakukan oleh karyawan.

d. Pencatatan yang memadai

Semua transaksi perusahaan harus segera dicatat untuk menghindari kesalahan analisis oleh
manajemen yang bisa berakibat merugikan perusahaan. Transaksi pembelian dengan syarat
diskon, akan merugikan perusahaan apabila tidak bisa dimanfaatkan karena tidak ada
dokumentasi pencatatan yang akurat.

e. Penanganan karyawan yang memadai

Pengendalian internal yang baik menghendaki adanya hak menangani dan memanfaatkan
kekayaan perusahaan hanya pada karyawan yang terbatas yang telah memperoleh wewenang
untuk kepentingan itu.

f. Pembandingan kekayaan dan catatannya secara periodik

Pencocokan pada saat-saat tertentu yang tidak diberitahukan sebelumnya pada pemegang catatan
dan fisik kekayaan, merupakan salah satu unsur pengendalian internal yang baik. Apabila secara
mendadak pejabat tertentu melakukan perhitungan kas di bagian kas dan mencocokkan dengan
catatan, tindakan ini akan dapat mengurangi tindak kecurangan oleh pemegang kas.
6. Prinsip-Prinsip Pengendalian Kas

Prinsip-prinsip pengendalian internal yang diterapkan untuk kas adalah sebagai berikut :

a. Pemisahan tugas. Tugas mencatat penerimaan dan pengeluaran kas harus dipisahkan dari tugas
menyimpan dan menyetujui pengeluaran kas.

b. Penyetoran ke bank. Semua penerimaan kas harus segera disetor ke bank dalam rekening giro.

c. Pemeriksaan mendadak. Pemeriksaan terhadap catatan dan fisik kas harus dilakukan secara
mendadak dan tidak dalam interval waktu tertentu.

d. Menggunakan cek. Sejalan dengan prinsip penyetoran ke bank, semua pengeluaran kas
(kecuali kas kecil) harus dilakukan dengan menggunakan cek.

7. Catatan Ganda Kas

Prinsip bahwa semua kas harus disetrokan ke bank dan bahwa pengeluaran kas, kecuali kas kecil
harus menggunakan cek dapat dapat meminimalkan jumlah kas diperusahaan. Jumlah kas
minimal dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh karyawan dan perampokan oleh pihak
luar. Prinsip ini juga memungkinkan dilakukannya rekonsiliasi karena pencatatan kas dilakukan
baik oleh perusahaan maupun oleh bank. Dicatatnya kas oleh dua pihak ini dapat menaikkan
kualitas pengendalian intern.

8. Laporan Bank

Setiap akhir bulan, giran (pemegang rekening giro) menerima laporan bank. Laporan ini berisi
informasi cek-cek yang telah diuangkan, setoran-setoran yang telah diterima, dan saldo harian.
Laporan bank juga berisi informasi tentang memo debet dan memo kredit. Memo debet adalah
pengurangan atas rekening giro, selain dari cek yang dikeluarkan oleh giran. Misalnya memo
debet untuk biaya bank dan cek kosong. Memo kredit adalah penambahan saldo rekening giro,
selain dari setoran langsung giran. Misalnya memo kredit untuk jasa giro dari bank dan setoran
pihak lain.

9. Laporan Rekonsiliasi Bank

Jika perusahaan membuka rekening giro di bank, akan terpelihara dua catatan yaitu catatan
perusahaan dan catatan bank. Karena keduanya mencatat pos yang sama maka seharusnya dua
catatan itu menghasilkan saldo yang sama. Namun dalam kenyataannya, dua catatan itu tidak
pernah sama, sehingga perlu dilakukan rekonsiliasi. Penyebab perbedaan saldo tersebut
dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Beda waktu pencatatan


Yang dimaksud dengan beda waktu pencatatan yakni antara pemegang giran dan bank berbeda
waktu mencatat transaksi yang sama. Hal ini umumnya terjadi di akhir bulan. Beda waktu
pencatatan ini terdiri dari:

a. Setoran dalam perjalanan/deposit intransit, yakni setoran perusahaan yang belum diterima oleh
bank, misalnya, karena perusahaan melakukan penyetoran pada sore hari, setelah kegiatan
pembukuan bank berhenti. Setoran ini sudah menambah saldi di buku perusahaan, tetapi belum
menambah saldo di bank.

b. Cek yang masih beredar/out standing cek, yaitu cek yang sudah dikeluarkan perusahaan tetapi
belum dicairkan ke bank oleh penerima cek. Out standing cek ini sudah mengurangi saldo
doperusahaan tetapi belum mengurangi saldo di bank.

c. Memo kredit, yaitu penerimaan yang telah diakui dan dicatat oleh bank tetapi belum dicatat
oleh perusahaan. Termasuk dalam memo kredit ini yaitu pendapatan jasa giro dan penerimaan
transferan dari pihak lain.

d. Memo debet, yaitu pengeluaran yang telah diakui dan dicatat oleh bank, namum belum dicatat
oleh perusahaan. Termasuk dalam memo debet ini yakni biaya administrasi bank dan cek
kosong.

2. Kesalahan pencatatan

Bank atau perusahaan (atau kedua-duanya) telah melakukan kesalahan pencatatan. Sebagai
contoh, bank mungkin mengurangi saldo rekening seorang pemegang giro untuk cek yang ditarik
oleh pemegang giro yang lain. Sementara itu, pemegang giro mungkin salah mencatat jumlah
rupiah cek yang telah diatariknya. Apabila salah satu pihak atau kedua-duanya melakukan
kesalahan pencatatan, maka dapat dipastikan bahwa saldo menurut perusahaan tidak akian sama
dengan saldo yang tercantum dalam laporan bank. Untuk menyamakan saldo tersebut harus
dibuat laporan rekonsiliasi bank, setelah laporan rekonsiliasi bank selesai dilanjutkan dengan
membuat jurnal penyesuaian dan posting jurnal ke buku besar, sehingga pada buku besar bank
yang ada diperusahaan menunjukkan saldo yang sudah sesuai dengan saldo simpanan di bank
yang nampak pada laporan rekening koran. Adapun tahap-tahap dalam menyusun laporan
rekonsiliasi bank adalah:

1. Tentukan saldo akhir menurut catatan perusahaan/giran dan saldo akhir menurut catatan
bank/rekening koran bank. Saldo ini sudah tentu menunjukkan angka yang tidak sama.

2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang tercantum dalam pembukuan
perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank.

a. Tambahkan setoran dalam perjalanan/deposi intransit pada saldo per bank. Setoran dalam
perjalanan dapat diketahui dengan cara membandingkan antara setoran-setoran yang tercantum
dalam laporan bank dengan daftar penerimaan kas yang terdapat dalam pembukuan perusahaan.
Setoran dalam perjalanan adalah setoran yang tercantum dalam pembukuan perusahaan, tetapi
tidak tercantum sebagai setoran dalam laporan bank pada bulan yang bersangkutan. Apabila pada
bulan yang lalu terdapat setoran dalam perjalanan, maka setoran tersebut akan nampak dalam
laporan bank bulan ini. Jika tidak, berarti setoran tersebut telah hilang.

b. Kurangkan cek dalam perjalanan/out standing cek dari saldo per bank. Cek dalam perjalanan
dapat diketahui dengan cara membandingkan antara cek-cek yang diuangkan di bank seperti
tercantum dalam laporan bank dengan cek-cek yang dikeluarkan perusahaan seperti tercantum
dalam jurnal pengeluaran kas. Cek dalam perjalanan adalah cek yang telah dikeluarkan
perusahaan tetapi tidak nampak dalam laporan bank, karena penerima cek belum mencairkan cek
tersebut ke bank. Pembandingan ini juga merupakan pengujian bahwa semua cek yang telah
dibayar oleh bank adalah merupakan cek perusahaan yang sah dan telah dicatat dengan benar,
baik oleh bank maupun oleh perusahaan. Cek dalam perjalanan sangat umum terjadi, sehigga
merupakan hal yang paling sering tercantum dalam suatu laporan bank.

3. Tambahkan atau kurangkan saldo perbuku, hal-hal yang tercantum dalam laporan bank, tetapi
tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan:

a. Tambahkan saldo pada saldo per buku : penerimaanpenerimaan kas langsung melalui bank
dan pendapatan bunga atas saldo giro di bank. Kedua hal tersebut akan dapat diketahui dengan
cara membandingkan antara setoransetoran yang tercantum dalam laporan bank dengan
penerimaan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan. Kadang-kadang perusahaan belum
mencatat kedua hal tersebut, sedangkan bank sudah mencatatnya.

b. Kurangkan dari saldo per buku : biaya administrasi bank, biaya pencetakan cek, dan
pengurangan yang telah dilakukan oleh bank lainnya (misalnya pengurangan karena adanya
pengembalian cek kosong atau cek yang telah lewat waktu). Hal-hal tersebut akan dapat
diketahui dengan cara membandingkan pengurangan-pengurangan yang terdapat dalam laporan
bank dengan catatan perusahaan dalam jurnal pengeluaran kas. Kadang-kadang hal di atas belum
dicatat perusahaan sedangkan bank sudah mencatatnya.

4. Hitunglah saldo per bank dan saldo per buku/perusahaan yang telah disesuaikan. Kedua saldo
tersebut harus sama.

5. Buatlah jurnal penyesuaian dengan menyesuaian hal-hal penyebab perbedaan saldo yang
terdapat pada bagian saldo menurut perusahaan.

6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan, dan sampaikan
pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan.

Contoh soal

Pada tanggal 1 Oktober 2014, PT. WGAH membuka rekening giro di Bank BNI dengan setoran
mula-mula Rp 40.000.000. Saldo menurut PT. WGAH pada akhir Oktober menunjukkan angka
Rp 5.051.000 sedangkan menurut BNI saldonya Rp 5.278.000. Setelah dilakukan prosedur
rekonsiliasi, diketahui bahwa perbedaan saldo di atas disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Setoran dalam perjalanan Rp 860.000

2. Cek yang masih beredar Rp 820.000

3. Jasa giro yang diberikan bank Rp 8.000 dan biaya bank Rp 10.000

4. Cek sebesar Rp 211.000 yang diterima perusahaan dari PT. Karuna ternyata dananya tidak
mencukupi. 5. Bank berhasill menagihkan wesel nominal Rp 500.000. Terhadap jumlah ini
dibebankan biaya tagih Rp 20.000

Berdasarkan informasi diatas diminta buatlah:

1. Laporan rekonsiliasi bank

2. Jurnal penyesuaian

3. Buku besar bank BNI pada pencatatan PT WGAH

Jawaban :

1. Laporan Rekonsiliasi Bank

PT WGAH

LAPORAN REKONSILIASI BANK

PER 31 OKTOBER

Saldo menurut PT WGAH 5.051.000 Saldo menurut BNI 5.278.000

Ditambah Ditambah

Penagihan wesel 480.000 Setoran dalam perjalanan 860.000

Jasa giro 8.000

Jumlah penambah 488.000

Jumlah 5.539.000 Jumlah 6.138.000

Dikurangi : Dikurangi :

Cek kosong 211.000 Cek beredar 820.000

Biaya bank 10.000


Jumlah pengurangan 221.000

Saldo perusahaan yang benar 5.318.000 Saldo bank yang benar 5.318.000

2. Ayat jurnal penyesuaian

Menurut laporan rekonsiliasi bank di atas, saldo kas yang benar adalah Rp. 5.318.000. Prosedur
rekonsiliasi bukanlah prosedur untuk membetulkan rekening bank dan rekening lainnya di buku
besar. Oleh karena itu, saldo rekening-rekening setelah rekonsiliasi tersebut masih tetap
menunjukkan saldo-saldo semula. Untuk membetulkan saldo-saldo buku perusahaan kita harus
membuat jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke rekening-rekening yang bersangkutan.
Adapun data untuk membuat jurnal penyesuaian adalah laporan rekonsiliasi bank khususnya
penyesuaian di bagian saldo menurut perusahaan. Jurnal-jurnal penyesuaian yang dibuat yaitu :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31 Okt 2014 Bank BNI 480.000
Biaya bank 20.000
Piutang wesel (mencatat 500.000
penerimaan piutang wesel
dikurangi biaya tagih)
31 Okt 2014 Bank BNI 8000
Pendapatan jasa giro 8000
(mencatat penerimaan jasa
giro)
31 Okt 2014 Piutang PT.Karuna 211.000
Bank BNI (mencatat 211.000
penerimaan piutang dari PT
Karuna ternyata cek dari PT
Karuna kosong)
31 Okt 2014 Biaya bank 10.000
Bank BNI 10.000
Jumlah 729.000 729.000

3. Buku besar bank BNI di PT WGAH

Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo


31 Okt 2014 Saldo sebelum 5.051.000
rekonsiliasi
31 Okt 2014 Penerimaan piutang 480.000 5.531.000
wesel
31 Okt 2014 Pendapatan jasa giro 8.000 5.539.000
31 Okt 2014 Cek kosong PT 211.000 5.328.000
Karuna
31 Okt 2014 Biaya bank 10.000 5.318.000
10. Bank Overdraft

Bank overdraft terjadi ketika pemilik rekening giro/giran mengeluarkan cek atau bilyet giro
melebihi saldo rekeningnya di bank. Saldo overdraft pada salah satu rekening di bank disajikan
sebagai utang lancar di neraca.

11. Kas Kecil

Salah satu cara pengendalian internal kas adalah segera menyetorkan ke bank semua penerimaan
dan jika terjadi pengeluaran kas sebaiknya menggunakan cek/bilye giro. Namun untuk
pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil misalnya untuk membeli perangko, vas bunga, alas
meja, biaya sosial dan biaya lainnya (yang jumlahnya relatif kecil) penggunaan cek tidak efektif.
Alasan perlu dibentuknya sebuah dana kas kecil adalah bahwa pembayaran-pembayaran yang
jumlahnya relatif kecil ini, yang sering terjadi, mungkin pada akhirnya juga dapat menjadi suatu
jumlah tertentu yang cukup signifikan jika ditotal. Oleh sebab itu agar pengeluaran-pengeluaran
ini juga tetap dimonitor dengan baik maka pengendalian internal mutlak diperlukan, caranya
adalah dengan membentuk sistem dana kas kecil. Untuk membentuk suatu kas kecil, perusahaan
harus menaksir jumlah kas yang diperlukan untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya
keperluan seminggu atau sebulan.

Metode-metode dalam kas kecil dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Metode Imprest

Dana kas kecil (petty cash) adalah kas yang disediakan untuk untuk membayar pengeluaran-
pengeluaran perusahaan yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis apabila dibayar dengan
menggunakan cek (bank). Dana ini diserahkan kepada kasir yang secara khusus mengurusi dan
bertanggung jawab atas pengeluaran-pengeluaran atau penggunaan dana kas kecil, biasanya
dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, misalnya dua minggu sekali atau sesuai kondisi
perusahaan. Dibentuknya dana kas kecil ini hanya untuk pengendalian saja.

Salah satu metode pengelolaan yang sering digunakan adalah system imprest atau imprest
method. Pada metode imprest ini, saldo dana kas kecil selalu tetap (kecuali pada saat pelaporan,
jika jumlahnya tidak sama dengan jumlah dana kas kecil yang dibentuk). Secara teknis ada 4
(empat) hal yang perlu dibedakan dalam akuntansi petty cash yaitu,

1. Pembentukan dana kas kecil

2. Pencatatan pemakaian/biaya

3. Pengisian/penggantian

4. Pada sistem imprest, adanya pengakuan biaya pemakaian kas kecil untuk tujuan pelaporan dan
kemudian awal periode berikutnya dibuat jurnal pembalik (reversing entry).
Biasanya pada metode ini tahap kedua yaitu pencatatan pemakaian/biaya dan tahap ketiga berupa

pengisian/penggantian, dilakukan bersamaan atau secara serentak.

Contoh :

PT. Gunung Kerinci Pada tanggal 1 Desember 2006 membentuk dana kas kecil sebesar
Rp.1.000.000,-. Pengeluaran kas kecil sampai tanggal 19 Desember 2006 sebesar Rp. 900.000,-
dengan perincian sebagai berikut.

Biaya Angkut Rp. 150.000,-

Listrik Rp. 170.000,-

Telepon Rp. 280.000,-

Bahan Pembantu Kantor Rp. 300.000,-

Pada tanggal 19 Desember 2006 dilakukan pengisian kembali sebesar Rp. 900.000,-. Mulai
tanggal 20 Desember sampai dengan tanggal 31 Desember Pengeluaran Kas Kecil senilai Rp.
800.000,- dengan rincian sbb:

Biaya Kirim Penjualan Rp. 254.000,-

Langganan Surat Kabar Rp. 47.500,-

Biaya Rapat dan Pertemuan Rp. 308.500,-

Biaya Cetak Formulir Rp. 190.000,-

Diminta: Buatlah Pengendalian Kas Kecil dengan Metode Imprest.

Jawaban:

Jurnal Umum
Tanggal Keteranga Debet Kredit
n
Des 1 Kas Kecil Rp.1.000.000

2006 Kas Rp.1.000.000

19 Biaya Angkut Rp.150.000

Biaya Listrik Rp.170.000


Jika dilakukan
Biaya Telepon Rp.280.000 pengisian kembali

Biaya Supplies kantor Rp.300.000

Kas Rp. 900.000 Tabel Jurnal


umum diatas
31 Biaya Kirim Penjualan Rp.254.000 adalah
pencatatan
Langganan Surat Kabar Rp. 47.500 jurnal kas kecil
Biaya Rapatd an Pertemuan Rp.308.500 yang dilakukan
oleh kasir kas
Biaya Cetak Rp.190.000 kecil. Pada
jurnal tersebut
Kas Rp. 800.000 terlihat

Total Rp.2.700.000 Rp.2.700.000 pencatatan


transaksi kas
kecil dilakukan
pada saat pengisian kembali. Artinya ketika terjadi transaksi pengeluaran kas kecil, bukti
transaksi disimpan dahulu oleh kasir kas kecil dan setelah ada pengisian kembali, baru dilakukan
pencatatan pengeluaran kas kecil. Hal ini terlihat padapencatatan tanggal 19 dan 31 Desember,
dimana pencatatan dilakukan pengisian kembali. Khusus untuk tanggal 31 Desember pada tabel
jurnal tersebut ada keterangan jika dilakukan pengisian kembali.Apabila pada tanggal 31
Desember tidak dilakukan pengisian kembali maka kas kecil jumlahnya tinggal Rp. 200.000,-
dan yang Rp. 800.000,- sudah dikeluarkan untuk membayar biaya-biaya. Ketika tidak dilakukan
pengisian kembali, maka biaya-biaya sejumlah Rp. 800.000,- tersebut belum dicatat dan pada
tanggal 31 Desember 2006 dibua tjurnal penyesuaian sebagai berikut:

Jurnal Umum

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Des 31 Biaya kirim penjualan 254.000
2006 Langganan surat kabar 47.500
Jika tidak dilakukan
Biaya rapat dan pertemuan 308.500
pengisian kembali
Biaya cetak 190.000
Kas kecil 800.000
Jumlah 800.000 800.000
Pada hari pertama kerja ditahun berikutnya yaitu tanggal 2 Januari dibuat jurnal pembalik
(reversing entry). Jurnal ini dibuat agar saldo akun kas kecil kembali seperti semula dan
pengisian kembali kas kecil berikutnya bisa dicatat dengan cara yang sama seperti jurnal
pengisian kembali sebelumnya. Jurnal pembalik yang dibuat pada tanggal 2 Jannuari 2007 sbb:

Jurnal Umum

Tanggal Keterangan Debet kredit


Jan 2 Kas kecil 800.000
2007 Biaya kirim penjualan 254.000
Langganan surat kabar 47.500
Biaya rapat dan pertemuan 308.500
Biaya cetak 190.000
Jumlah 800.000 800.000

Jurnal penyesuaian tersebut mengakibatkan saldo akun kas kecil berubah, tetapi perubahan ini
dikembalikan lagi pada tanggal 2 Januari 2007 dengan pembuatan jurnal pembalik. Setelah
Jurnal pembalik tersebut dibuat, maka kondisi pencatatan sama seperti sebelum penyesuaian,
sehingga jika baru tanggal 5 januari 2007 dilakukan pengisian kembali maka jurnal pencatatan
kas kecilnya adalah:

Jurnal Umum

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Jan 5 Biaya kirim penjualan 254.000
2007 Langganan surat kabar 47.500 Jika baru dilakukan
Biaya rapat dan pertemuan 308.500
pengisian kembali
Biaya cetak 190.000
Kas 800.000
Jumlah 800.000 800.000

Perubahan saldo akun kas kecil dapat juga terjadi jika ada penambahan atau pengurangan jumlah
kas kecil. Misalnya kas kecil Rp. 1.000.000,- dirasakan terlalu besar dan diputuskan untuk
menurunkan menjadi Rp. 750.000,-. Penurunan Jumlah Kas Kecil ini dibuatkan jurnal sebagai
berikut:

Jurnal Umum

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Jan 6 Kas 250.000
2007 Kas kecil 250.000
Jumlah 250.000 250.000

Sebaliknya Jika jumlah kas kecil Rp. 1.000.000,- dirasakan terlalu kecil dan diputuskan untuk
menambahnya menjadi Rp. 1.500.000,- maka jurnalnya sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Jan 6 Kas kecil 500.000
2007 Kas 500.000
Jumlah 500.000 500.000

b. Metode Fluktuasi

Pembentukan dana kas kecil pada metode ini pada dasarnya sama seperti metode imprest.
Perbedaannya dengan sistem imprest adalah bahwa metode ini memiliki saldo kas kecil yang
tidak tetap dan berfluktuasi sesuai dengan besarnya dana yang diisi kembali dan pengeluaran
dana kas kecil tersebut (Baridwan, 1997). Kalau pada sistem imprest pencatatan terhadap
pengeluaran kas kecil baru dilakukan pada saat pengisian kembali, sedangkan pada metode
fluktuasi setiap terjadi pengeluaran uang dari kas kecil langsung dicatat. Jika diamati, maka
pengeluaran kas kecil dengan metode ini mempunyai fungsi sebagai buku jurnal dan menjadi
dasar untuk pembukuan keakun buku besar. Pencatatan dilakukan setiap terjadi transaksi
tersebut, menyebabkan akun kas kecil akan dikredit sebesar jumlah yang dikeluarkan. Pada saat
pengisian kembali akun kas kecil didebit sebesar jumlah yang diterima. Contoh ilustrasi
penerapan metode ini adalah sebagai berikut.

Contoh:

PT. Gunung Kijang membentuk dana kas kecil sebesar Rp. 1.000.000,- pada tanggal 1 Desember
2006. Transaksi-transaksi pengeluaran kas kecil diuraikan sebagai berikut:

2 Desember: Membayar langganan Koran Rp. 72.000,-

3 Desember: Membayar biaya angkut pembelian bahan Rp. 450.000,-

7 Desember: Membeli Buku, Tinta, dll utk Administrasi Rp. 178.000,-

9 Desember: Membayar Rekening Listrik sebesar Rp. 140.000,-

10 Desember: Dana Kas Kecil diisi kembali sebesar Rp. 750.000,-

Diminta: Buatlah Jurnal Pencatatan Kas Kecil dengan metode fluktuatif

Jawaban: Menggunakan metode fluktuatif, dapat disusun jurnal sebagai berikut:


Jurnal Umum

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Des 1 Kas kecil 1.000.000
2006 Kas 1.000.000
2 Langganan surat kabar 72.000
Kas kecil 72.000
3 Biaya angkut pembelian 450.000
Kas kecil 450.000
7 Biaya supplies kantor 178.000
Kas kecil 178.000
9 Biaya listrik 140.000
Kas kecil 140.000
10 Kas kecil 750.000
Kas 750.000
Jumlah 2.590.000 2.590.000
12. Selisih Kas

Selisih kas adalah perbedaan fisik uang dengan bukti pendukung. Hal ini dikarenakan sulitnya
mencari uang receh. Jika selisih kas menguntungkan dimana fisik uang lebih banyak dari bukti
pendukung maka akan diakui sebagai pendapat di luar usaha, sedangkan sebaliknya jika fisik
bukti pendukung lebih banyak dari fisik 14 Pengantar Akuntansi 2 uang maka akan diakui
sebagai biaya di luar usaha dan rekening lawannya adalah kas kecil. Apabila jumlah selisih kas
material, hal ini mungkin disebabkan oleh hal lain diluar kesulitan mencari uang receh. Kondisi
tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan dicari penyebabnya agar bisa dilakukan
tindakan korektif dan preventif.

Oleh karena sulitnya uang kecil (receh), maka sering terjadi selisih kas. Misalnya, perusahaan
melakukan penjulan tunai pada tanggal 25 Maret 2017 dengan harga Rp11.890, tetapi uang kas
yang benar-benar diterima hanyalah Rp10.900. Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari
penjualan ini adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Maret 25 Kas 10.890
Selisih kas 10
Penjualan 10.900
Jumlah 10.900 10.900

13. Penyajian Kas di Neraca

Penyajian aktiva lancar dalam neraca disusun berdasarkan tingkat likuditasnya. Kas lebih lancar
dibandingkan piutang, piutang lebih lancar dibandingkan dengan persediaan dan seterusnya. Jadi
kas merupakan aktiva lancar yang paling lancar. Karena kas merupakan aktiva yang paling
lancar yang dimiliki perusahaan, maka kas disajikan pertama/paling atas. Kas terdiri dari kas di
bank, kas diperusahaan dan kas kecil. Sedangkan setara kas adalah investasi yang sangat likuid
yang dapat dikonversi menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat segera biasanya kurang
dari 3 bulan (90 hari). Investasi ini pada awalnya sengaja dilakukan perusahaan dengan maksud
untuk mendapatkan pendapatan dari uangnya kas yang menganggur. Contoh dari setara kas ini
adalah sertifikat deposito yang diterbitkan bank, surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan
yang memiliki peringkat kredit yang baik (commercial paper), obligasi atau surat utang yang
diterbitkan perusahaan, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah/negara.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan materi yang sudah dijelaskan di atas. Maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kas merupakan aset yang paling likuid, dan merupakan aset yang pertama kali ada di
perusahaan. Kas memiliki tingkat perputaran yang paling tinggi dibandingkan dengan aktiva
lancar lainnya.

2. Di dalam sebuah perusahaan pasti terdapat arus kas dimana arus kas disini berguna untuk
menganalisis laporan keuangan baik uang masuk ataupun uang keluar.

3. Dengan adanya laporan arus di atas diperlukan adanya cara pengendalian intern terhadap kas
supaya tidak terjadi penyelewengan pada kas perusahaan.

4.Setelah di catatnya laporan keuangan pas laporan arus kas diperlukan adanya laporan
rekonsiliasi bank guna untuk menyetor keuangan yang telah diterima dan menghasilkan catatan
dengan saldo yang sama.

B. Saran

Saran yang dapat kami ajukan dalam makalah ini adalah agar makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan guna menambah wawasan sekaligus dapat dijadikan bahan referensi untuk
pembuatan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Aisyah. 2018. Modul Pengantar Akuntansi II. Bekasi: repository.bsi.ac.id

Rhyaa Thania. 2023. Modul Pengantar Akuntansi 2 Semester 2. Jakarta: id.scribd.com

Etik Sulistyo Dewi. 2022. Buku Ajar Pengantar Akuntansi 2. Jakarta: belajaronline.cmed-
indonesia.com

Satria Deni. 2023. Contoh Soal Arus Kas. Jakarta: id.scribd.com

I Nyoman Nugraha Ardana Putra. 2017. Buku Ajar Mata Kuliah Pengantar Akuntansi II. Jakarta:
unram.ac.id

Repan Atuna. 2014. Pengantar Akuntansi 2. Jakarta: academia.edu

Anda mungkin juga menyukai