Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN PERMODALAN

DOSEN PENGAMPU
CATUR WAHYUDI S.EI.,M.Si.

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH MANAJEMEN


DANA BANK

DISUSUN OLEH :
1. Krisna Ardiyansyah (4120600273)
2. Isti Rokhmah (4120600032)
3. Devi Aprilia Yani (4120600114)
4. Salsabilla R.A Sandy (4120600112)
5. Dimas Adisaputra (4120600021)
6. M. Aji Nurdiansyah (4120600324)

PRODI MANAJEMEN S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan paper ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan paper berjudul Manajemen Permodalan tepat waktu. Peper ini disusun guna
memenuhi tugas Bapak Catur Wahyudi S.EI., M.SI. pada Mata Kuliah Manajemen Dana
Bank.. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Catur Wahyudi
S.EI., M.SI. selaku Dosen Manajemen Dana Bank . Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini

i
DAFTAR ISI

MANAJEMEN PERMODALAN................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
C. TUJUAN.........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. MODAL DAN PASIVA BANK.....................................................................................3
B. FUNGSI MODAL BANK..............................................................................................3
C. KECUKUPAN MODAL BANK....................................................................................4
D. CAPITAL ADEQUACY RATIO ( C.A.R )...................................................................5
E. CAPITAL ADEQUACY RATIO UNTUK PERBANKAN INDONESIA....................6
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.............................................................................................................13
B. SARAN.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Di dalam memajukan perekonomian negara, sektor perbankan memilki


peranan yang sangat penting. Perbankan di Indonesia telah mengalami banyak
reformasi. Namun berbagai tekanan seiring dengan perlambatan pertumbuhan
ekonomi domestik membuat keterlambatan kinerja bank dalam fungsinya sebagai
intermediasi yaitu penyalur kredit dan akhirnya berdampak pada rendahnya
kecukupan dana di bank. Ditengah berbagai tekanan, ketahanan perbankan nasional
masih cukup kuat yang tercermin dari rasio permodalan yang tinggi. “Aspek
permodalan bagi perbankan nasional sangatlah penting karena kekuatan permodalan
yang sangat besar dibutuhkan dalam persaingan global” (Fitrianto dan Mawardi,
2006).
Manajemen permodalan adalah suatu proses yang melibatkan pengelolaan
dana dan investasi suatu perusahaan untuk mencapai tujuan keuangan jangka
panjangnya. Tujuan utama manajemen permodalan adalah untuk mengoptimalkan
penggunaan modal perusahaan dengan cara yang menguntungkan. Ini melibatkan
pengelolaan aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan dengan hati-hati untuk
memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis.
Manajemen permodalan mencakup berbagai keputusan, termasuk pengelolaan
arus kas, pembiayaan proyek, analisis risiko, dan alokasi modal. Para manajer
permodalan harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat bunga, inflasi,
kondisi pasar, dan persyaratan peraturan keuangan dalam pengambilan keputusan
investasi.
Para manajer permodalan juga bertanggung jawab untuk memastikan
perusahaan memiliki modal yang cukup untuk operasional sehari-hari, serta
mengidentifikasi peluang investasi yang menguntungkan untuk pertumbuhan jangka
panjang. Dengan pengelolaan permodalan yang efektif, perusahaan dapat mencapai
tujuan keuangan mereka dan menghadapi tantangan ekonomi dengan lebih baik.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang yang dipaparkan diatas, Maka masalah dalam
Penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian Modal dan Pasiva Bank ?
2. Apakah Fungsi dari Modal Bank ?
3. Bagaimana Cara Menghitung Kecukupan Modal Bank ?
4. Apakah Pengertian Capital Adequacy Ratio (C.A.R) ?
5. Bagaimana Ketentuan-Ketentuan dari Capital Adequacy Ratio (C.A.R) untuk
Perbankan Indonesia ?

C. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan paper ini sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Modal dan Pasiva Bank
2. Untuk Mengetahui Fungsi Dari Modal Bank
3. Untuk Mengetahui Cara Menghitung Kecukupan Modal Bank
4. Untuk Mengetahui Pengertian Capital Adequecy Ratio (C.A.R)
5. Untuk Mengetahui Ketentuan-ketentuan Capital Adequacy Ratio (C.A.R) untuk
Perbankan Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. MODAL DAN PASIVA BANK
Dalam Neraca Bank akan terlihat bahwa Rekening-Rekening Modal adalah
merupakan bagian dari Pasiva yang tergolong Non Current, artinya di luar dari
kewajiban yang segera ditagih atau segera dibayar. Tetapi modal tetap merupakan
kewajiban dari Bank, yaitu Manajemen Bank harus mempertanggungjawabkan
Rekening Modal ini pada para pemegang saham pada waktu yang telah ditentukan,
misalnya setahun sekali pada saat Rapat Umum Para Pemegang Saham.

Para pemegang saham sebagai orang yang menempatkan modalnya pada Bank
tentulah menghendaki agar uang (modal) yang ditanamnya itu akan memberikan hasil
pada akhir tahun, sehingga mereka dapat menikmatinya. Pemegang saham
mendambakan "deviden" setiap akhir tahun yang akan dibagikan sesuai dengan
perhitungan tersendiri, yaitu sebesar modal yang ditanam atau sebesar jumlah saham
yang dimiliki. Dalam Neraca sebelah Pasiva sebuah Bank, akan terlihat adanya
rekening modal dan cadangan. Rekening Cadangan adalah berasal juga dari
pembagian keuntungan modal yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang
digunakan untuk kepentingan tertentu, misalnya untuk perluasan usaha, pemerataan
pembagian deviden dan untuk menjaga likuiditas karena adanya kredit-kredit yang
diragukan atau menjurus akan macet. Juga masuk ke dalam modal cadangan ini
adalah kemungkinan dana untuk pembayaran pajak perseroan.

B. FUNGSI MODAL BANK


Orang banyak mengatakan bahwa fungsi utama dari modal Bank adalah
melindungi para penyimpan uang (deposan) dari kerugian yang timbul. Walaupun
sebenarnya pernyataan di atas mengandung kebenaran, tetapi tidak cukup
mengungkapkan sifat- sifat asli dari fungsi protektif dari modal bank. Modal bank
ada- lah manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berpe- ran dalam
bisnis perbankan. Modal bank digunakan untuk menja- ga kepercayaan masyarakat,
khususnya masyarakat peminjam. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besamya
dana giro, deposito dan tabungan yang harus melebihi jumlah setoran modal dari
pemegang saham. Perkembangan perbankan sejak tahun 1970 telah menunjukkan
3
perubahan yang amat besar dalam posisi mo- dal bank dibandingkan dengan total
aktiva. Bila di Amerika Se rikat di awal abad ke 20 terlihat perbandingan antara
modal dengan total aktiva sebesar 20%, maka perkembangan di awal tahun 1980- an
terjadi pergeseran yang cukup mencolok. yaitu 7%. Artinya jumlah modal hanya 7 %
dari total aktiva. Keadaan di Indonesia saat ini hampir sama dengan di Amerika
Serikat, yaitu berkisar 6 sampai dengan 9% atau rata-rata sekitar 7,5 %. Keadaan ini
menunjukkan bahwa masyarakat telah begitu percaya pada bank sehingga jumlah
simpanan masyarakat mencapai 6 sampai 7 kali lipat dibandingkan dengan modal dan
cadangan modal dari bank tersebut.
Kepercayaan masyarakat amat penting artinya bagi bank, karena dengan
demikian, bank akan dapat menghimpun dana untuk keperluan operasional. Ini berarti
modal dasar bank akan bisa digunakan untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi
dalam aktiva tetap seperti gedung kantor dan perlengkapan kantor modern serta
teknologi komputer dan komunikasi yang amat diperlukan bagi bark. Pembangunan
gedung kantor ataupun renovasi dan penyediaan fasilitas kantor yang modem dan
didukung oleh peralatan komputer dan telekomunikasi yang baik dan canggih,
bersumber dari dana permodalan bank, yaitu dari dana cadangan aktiva tetap dan dana
cadangan umum yang selalu bertambah setiap tahun.

C. KECUKUPAN MODAL BANK


Suatu perbandingan di antara pos-pos pasiva akan merupakan petunjuk tentang safety-
nya suatu simpanan masyarakat pada bank. Sejak awal abad ke 20, telah berkembang
suatu komputasi tentang schatnya permodalan bank yang dihubungkan dengan dana
pihak ke 3, yaitu giro, deposito dan tabungan. Komputasi yang merupakan ration
modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga dapat dilihat dari suatu rumus umum
yang lazim dipergunakan bank seperti di bawah ini :

Modal dan cadangan = 10%


Simpanan Masyarakat (giro, deposito + tabungan)

Dari komputasi berupa Rasio modal atas simpanan ini, ter- lihat bahwa modal dan
cadangan cukup dengan 10 % saja di- bandingkan dengan simpanan masyarakat.
Keadaan ini dianggap cukup sehat.

4
Rasio terhadap modal lainnya yang semakin berkembang beberapa puluh tahun
terakhir adalah perbandingan antara modal dengan aktiva yang berisiko.

D. CAPITAL ADEQUACY RATIO ( C.A.R )

(a.) Kaitan B.I.S. dan C.A.R.


BIS adalah singkatan dari Bank for International Settlements. suatu organisasi Bank
Sentral dari negara-negara maju yang dispon- sori Amerika Serikat, Kanada dan
negara-negara Eropa Barat, Jepang sebagai salah satu negara maju yang berada di
Asia ikut paling belakangan dalam pendirian BIS karena kritik terhadap sistem
moneter Jepang justru yang paling ramai dibicarakan dalam pertemuan awal dari bank
global ini.
Suatu kesepakatan pertama pada tahun 1988 adalah tentang "ketentuan permodalan"
dengan menetapkan CAR, yaitu rasio minimum perbandingan antara modal risiko
dengan aktiva yang mengandung risiko, Ketentuan ini nampaknya amat "sederhana"
namun banyak konsekuensi lanjutan dari penerapan rasio tersebut dalam praktek
perhitungan. Hanya beberapa semester dari keten- tuan tersebut, khususnya tahun
1989 dan 1990, mulailah terasa adanya keguncangan dalam stabilitas moneter
internasional, khususnya dialami oleh Amerika Serikat dan Jepang.

b. Latar Belakang Ketentuan C.A.R.


Memasuki era 1980-an, terasa ada ketimpangan struktur dan sistem perbankan
intemasional, yang diamati secara saksama oleh ahli-ahli moneter dan perbankan
negara-negara maju, termasuk beberapa pakar dari IMF dan World Bank. Beberapa
indikasi di bawah ini mendukung pendapat di atas, yaitu :

Pertama, krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telah mengganggu kelancaran


arus putaran uang internasional.
Kedua. Persaingan yang "unfair" antara bank-bank Jepang dan bank-bank Amerika
dan Eropa di pasar keuangan Inter- nasional. Bank-bank Jepang memberikan
pinjaman amat lunak (bunga rendah) karena ketentuan CAR di negara tersebut amat
ringan, yaitu antara 2 sampai 3 % saja. Sampai tahun 1990 (ekspansi kredit lunak

5
diawali tahun 1984). Bank-bank Jepang telah melepas sedikitnya 2 trilyun dollar
dengan menghasilkan emisi saham baru sebesar 35 milyar dollar.
Ketiga. sebagai akibat dari persaingan yang tidak fair tersebut, maka situasi pinjaman
intemasional menjadi terganggu dan turut pula mempengaruhi situasi perdagangan
inter- nasional. Hal ini bisa membahayakan situasi likuiditas intermasional.

c. Formula C.A.R.
Berdasarkan 3 indikasi moneter ini maka Bank for Interna- tional Settlements
(B.I.S) menetapkan ketentuan dan perhitungan Capital Adequacy Ratio (C.A.R.) yang
harus diikuti oleh bank-bank di seluruh dunia, sebagai suatu level permainan dalam
kompetisi yang fair dalam pasar keuangan global. Formula yang ditentukan oleh BIS
adalah "rasio minimum 8 persen permodalan terhadap aktiva yang mengandung
risiko".

Ketentuan 8% CAR sebagai kewajiban penyediaan modal minimum bank, dibagi


dalam 2 bagian, yaitu :

1. 4 % modal inti (tier 1) yang terdiri dari shareholders equity. prefered stocks dan
freereserves.
2. 4% modal sekunder (tier 2) yang terdiri dari subordinate debt. loan loss provissions,
hybrid securities dan revaluation reserves.

E. CAPITAL ADEQUACY RATIO UNTUK PERBANKAN


INDONESIA
Guna memenuhi ketentuan tentang CAR yang ditetapkan oleh BIS, maka Bank
Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia telah mengeluarkan
ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank (Capital Adequacy
Ratio = CAR) dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/67/Kep/Dir
tanggal 28 Februari 1991.
Beberapa sumber keterangan dan penjelasan di bawah ini adalah ketentuan-ketentuan
CAR yang harus dipenuhi oleh semua bank di Indonesia dan mulai harus ditetapkan
dalam tahun 1991 sampai tahun 1993.
a. Umum

6
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembang. an dan kemajuan
bank serta upaya untuk tetap menjaga keperca yaan masyarakat. Sebagaimana
layaknya sebuah badan usaha, maka modal bank harus dapat juga digunakan
untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat dari
pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya berasal sebagian besar dari dana pihak
ketiga atau masyarakat.
Sebagai "financial intermediary" maka pergerakan dan pergeseran pasiva
(liabilities) ke arah aktiva (assets) akan menim- bulkan berbagai risiko, sejalan
dengan semakin kompleksnya struktur dan aktivitas keuangan dan perekonomian
masyarakat. Pembentukan dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil
atau pencipta keuntungan (profit creator) justru harus memperhatikan dengan
saksama kepentingan pihak-pihak yang menjadi asalnya, yaitu pihak ketiga yang
menyimpan uangnya di bank, para pemberi pinjaman dan para pemegang saham
yang memasok modal bank. Karena itu bank harus menyediakan modal minimum
dan cukup menjamin kepentingan-kepentingan pihak ketiga. Terlebih-lebih lagi
dalam suasana persaingan yang semakin ketat pada suasana globalisasi perbankan,
maka pengelolaan bank secara schat (sound banking management) harus
menopang secara tegar dalam permainan bisnis perbankan international. Sebagai
negara yang memasuki era tinggal landas (take off era), maka Indonesia dengan
segala pirantinya harus siap tempur dalam persaingan bisnis internasional secara
global. Karena itulah bank sebagai jantung ekonomi, harus sehat dan kuat (likuid
dan solvabel)
Menurut standar BIS, masing-masing negara dapat melaku- kan penyesuaian-
penyesuaian dalam penerapan prinsip-prinsip perhitungan permodalan dengan
memperhatikan kondisi perbankan setempat. Oleh karena itu, seperti halnya
penerapan di negara-negara lain, dalam penerapan perhitungan modal di Indonesia
terdapat beberapa penyesuaian dengan usaha yang telah dilakukan oleh dunia
perbankan di Indonesia dewasa ini, namun secara umum prinsip- prinsip yang
ditetapkan oleh BIS telah diterapkan.
Sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh BIS, ke- wajiban penyediaan
modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik
aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif
sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau
komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Seperti diketahui, risiko
7
terhadap aktiva dalam arti luas dapat timbul baik dalam bentuk risiko kredit
maupun risiko yang terjadi karena fluktuasi harga surat-surat berharga, dan tingkat
bunga serta nilai rukar valuta asing. Secara teknis, kewajiban penyediaan modal
minimum diukur dari persentase tertentu terhadap aktiva tertimbang menurut
risiko, sedangkan pengertian modal meliputi modal inti dan modal pelengkap.
Dalam melakukan penilaian kesehatan permodalan bank, di samping didasarkan
kepada perhitungan-perhitungan kuantitatif, sesuai dengan prinsip-prinsip
perhitungan menurut Bank for Inter- national Settlements, dilakukan pula
penilaian atas faktor-faktor lain seperti kolektibilitas aktiva produktif. Oleh karena
itu dan dengan mengacu pada prinsip-prinsip yang juga diterapkan di negara lain.
apabila terdapat faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap keadaan
permodalan bank, maka di samping perhitungan-perhitung- an kuantitatif tersebut
perlu pula dilakukan judgement, baik oleh bank yang bersangkutan maupun oleh
Bank Indonesia.
Kewajiban penyediaan modal minimum tersebut berlaku bagi semua jenis bank,
baik bank umum, bank pembangunan, bank tabungan, bank perkreditan rakyat
maupun lembaga keuangan bukan bank. Dalam hal bank yang berkantor pusat di
Indonesia, perhitungan modal didasarkan pada laporan keuangan gabungan yang
meliputi semua kantor, baik di dalam maupun di luar negeri serta anak-anak
perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Selanjutnya untuk kantor
cabang bank asing, laporan keuangan gabungan tersebut meliputi seluruh
kantornya di Indonesia.
b. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Kewajiban penyediaan modal minimum bank diukur dari persentase tertentu
terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Sejalan dengan standar yang
ditetapkan oleh Bank for International Settlements, terhadap seluruh bank di
Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8 % (delapan
per seratus). Untuk memberikan kesempatan kepada perbankan melakukan
penyesuaian permodalannya berdasarkan ketentuan ini, maka pemenuhan
kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dapat dilakukan secara
bertahap, yaitu sekurang-kurangnya :
1. 5% sejak akhir Maret 1992.
II. 7% sejak akhir Maret 1993.
III. 8% sejak akhir Desember 1993.
8
c. Pengertian modal
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di In- donesia sesuai dengan
pasal 3 ayat (1) Surat Keputusan tersebut terdiri atas Modal Inti dan Modal
Pelengkap. Adapun rincian komponen dari masing-masing modal tersebut adalah
sebagai berikut:
Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadang- an yang dibentuk dari
laba setelah pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa :
1. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bagi
bank yang berbentuk hukum koperasi, mo- dal disetor terdiri atas simpanan pokok
dan simpinan Wajib para anggotanya.
2. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima olch bank sebagai
akibat harga saham yang melebihi nilai nomi- nalnya.
3. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang
ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pa- jak, dan mendapat persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan
pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank.
4. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham atau Rapat Anggota.
5. Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba ber- sih setelah
dikurangi pajak yang oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota
diputuskan untuk tidak dibagikan.
6. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan
belum ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota.
Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50
%. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang
diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50 %. Dalam hal pada tahun
berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang dari modal inti.

9
8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuang- annya di
konsolidasikan (minority interest), yaitu modal inti anak perusahaan setelah
dikompensasikan dengan nilai penyer- taan bank pada anak perusahaan tersebut.
Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau
lembaga pembiayaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.
Apabila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka jumlah modal inti
tersebut pada nomor 1 sampai dengan nomor 8 di atas harus dikurangi dengan
jumlah goodwilll tersebut.
II. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang diben. tuk tidak dari laba
setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara
rinci Modal Pelengkap dapat berupa :
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang diben- tuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah men- dapat persetujuan Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang
dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya
kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Dalam katego- ri, cadangan ini
termasuk cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat
berharga. Jumlah cadang- an penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat
diper- hitungkan adalah maksimum sebesar 1,25 % dari jumlah ak- tiva
tertimbang menurut risiko.
3. Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/equity) capital instrument,
yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti
modal atau utang dan mempunyai ciri-ciri:
 Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal
(subordinated) dan telah dibayar penuh,
 Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan
Bank Indonesia,
 Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi retained eamings dan ca- dangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi, dan

10
 Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi
atau labanya tidak mendukung untuk mem- bayar bunga tersebut.

4. Pinjaman Subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat- syarat


sebagai berikut:

 ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjam- an,


 mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam
hubungan ini pada saat bank mengajukan permoho- nan persetujuan,
bank harus menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman
subordinasi tersebut,
 tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah di bayar penuh,
 minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun.
 pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI,
dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat, dan
 hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).
d. Tata Cara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum
1. Dasar Perhitungan Kebutuhan Modal
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini
mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang
bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih
bersifat kontingen dan atau komitment yang disediakan oleh bank bagi pihak
ketiga. Terhadap masing- masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko
yang besamya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu
sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin,
atau sifat barang jaminan.
2. Bobot Risiko Aktiva Neraca
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka rincian bobot
risiko untuk semua aktiva neraca bank, baik dalam Rupiah maupun dalam
Valuta Asing
3. Bobot Risiko Aktiva Administratif Perhitungan bobot risiko untuk aktiva
administratif dilakukan melalui 2 tahap.

11
 Tahap Pertama
Aktiva administratif terlebih dahulu ditetapkan faktor kon- versinya,
yaitu faktor tertentu yang digunakan untuk mengkonver- sikan aktiva
administratif ke dalam aktiva neraca yang menjadi padanannya.
Besamya faktor konversi untuk masing-masing aktiva administratif
didasarkan pada tingkat kemungkinannya untuk menjadi aktiva neraca
yang efektif. Rincian faktor konversi aktiva administratif baik Rupiah
maupun valuta asing
 Tahap Kedua
Setelah diketahui faktor konversinya maka masing-masing aktiva
administratif tersebut dikonversikan ke dalam aktiva-aktiva neraca
padanannya. Selanjutnya, untuk menghitung bobot risiko aktiva
administratif dilakukan dengan mengalihkan faktor konversi dengan
bobot risiko aktiva neraca padanannya (lampiran 2). Dapat
ditambahkan bahwa khusus untuk kontrak berjangka valuta asing dan
swap bunga (interest rate swap) ditetapkan bobot risiko sebesar 4%
dari posisi neto per valuta aktiva dan pasiva administratif valuta asing
atau swap bunga tersebut

12
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Modal merupakan faktor yang sangat penting bag perkembangan dan kemajuan bank
sekaligusmenjaga kepercayaan masyarakat. Adapun fungsi dari modal yaitu antara
lain: Pertama, sebagai pelindung para penyimpan uang (deposan) dari kerugian yang
timbul. Kedua, menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat peminjam.
Sumber utama modal bank adalah modal inti dan modal pelengkap. Modal intinya
adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang
disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan Modal
pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak
serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Tingkat kecukupan modal
bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut dengan rasiokecukupan
modal tau rasio kecukupan modal (CAR) Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur
dengancara membandingkan modal dengan dana - dana pihak ketiga dan
membandingkan modal dengan aktivaberisiko.

B. SARAN
Manajemen permodalan pada hakekatnya tepatnya penting sebagai penopang untuk
berjalannya sebuah bank. Oleh karena itu, sebagai pelajar kita patut memahami lebih
dalam sebagaibekal di kemudian hari

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai