Anda di halaman 1dari 35

TUGAS AKUNTANSI PERBANKAN

PERMODALAN

Kelompok 6

1. Aprilia Yuqrina
2. Exsa Kelvin Putra Pratama
3. Indah Purnama Sari

Dosen Pengampu :
Eka Jumarni Fithri, SE., M.Si

Program Studi Akuntansi


Politeknik Negeri Sriwijaya
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,


terselesaikanlah makalah berjudul “Permodalan” ini dengan sebaik- baiknya.
Alasan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh dosen. Disini penulis berusaha menerangkan materi yang
dibutuhkan sebagai referensi agar dapat menyempurnakan topik yang akan
diperbincangkan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kepada semua teman, saya ucapkan
selamat membaca dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik- baiknya. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Semoga makalah ini dapat menjadikan frame of think (kerangka pikir)
dalam mengambil suatu putusan pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan
masalah, dan bahkan sebagai bagian hidup yang positif. Kritik dan saran
perbaikan sangat kami harapkan demi kelengkapan dan penyempurnaan tugas ini.
Palembang, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan….......................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Pengertian Modal…………...............................................................................3
2.1.1 Komponen Modal………………………….................................................4
2.2 Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum Bank................................................7
2.2.1 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)…………………………......9
2.2.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)……………………………...…………...11
2.3 Menentukan Rasio Modal Bank……….……..………………..........................15
2.4 Tabel dan grafik Perbandingan Permodalan Bank BCA dan Bank Banten..….28
2.5 Jurnal Penelitian……….....................................................................................29
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................31
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................31
Daftar Pustaka..........................................................................................................32

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perbankan di Indonesia meningkat dengan pesatnya yang


antara lain ditandai dengan banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka
sangat diperlukan suatu pengawasan terhadap bank-bank tersebut. Dalam hal
ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap
bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan
usaha masing-masing bank. Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia
mengadakan suatu standar pengawasan dengan melakukan penilaian terhadap
tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi antara lain dari laporan-
laporan seperti neraca beserta rekening administratif, daftar rincian surat
berharga yang dimiliki dan diterbitkan, daftar rincian kredit yang diberikan,
daftar rincian penyertaan, daftar rincian laba/rugi dan lain-lain yang secara
rutin harus dilaporkan kepada Bank Indonesia.

Eksistensi perbankan sangat diperlukan dalam suatu negara, untuk itu


perlu diadakan pengawasan pembinaan usaha agar usaha bank dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan pembinaan dan pengawasan bank
menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
tahun 1998, yaitu: Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
Dalam menjalankan fungsinya bank harus menjaga rasio kecukupan
modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-
Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998). Modal juga merupakan
aspek yang sangat penting untuk menilai kesehatan bank karena ini
berhubungan dengan solvabilitas bank.

4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan permodalan dan bagaimana tingkat kesehatan
bank diihat dari permodalan nya

1.3 Tujuan dan manfaat penulisan


Untuk mengetahui cara menentukan rasio permodalan suatu bank dan
kemampuan bank dalam mengatur modal pada periode tertentu dan mengukur
tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan perusahaannya melalui
permodalan sehingga dapat dilihat kesehatan bank tersebut dari hasil rasionya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modal

Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan


kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap
penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan juga
berpotensi menimbulkan terjadinya risiko. Oleh karena itu modal juga harus
dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas
aktiva dan investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak
ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil
keuntungan harus secara simultan dibarengi dengan pertimbangan risiko yang
mungkin timbul guna melindungi kepentingan para pemilik dana. Jika bank
tersebut sudah beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor yang
sangat penting bagi pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian.

Menurut Zainul Arifin, modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili


kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal
didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai
buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilitas). Pada
suatu bank sumber perolehan modal bank dapat diperoleh dari beberapa
sumber. Pada awal pendirian, modal bank diperoleh dari para pendiri dan para
pemegang saham. Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank
dengan harapan memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan datang.

Sumber modal dari pemegang saham tersebut juga berpengaruh pada


posisinya di dalam neraca. Di dalam neraca, sumber modal terlihat pada sisi
pasiva bank, yaitu rekening modal dan cadangan. Rekening modal berasal
dari setoran para pemegang saham, sedangkan rekening cadangan adalah
berasal dari bagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang
saham, yang digunakan untuk keperluan tertentu misalnya untuk perluasan

6
usaha dan untuk menjaga likuiditas karena adanya kredit-kredit yang
diragukan atau menjurus kepada macet.

Permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada umumnya selain


berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan
operasionalnya juga berperan sebagai penyangga terhadap kemungkinan
terjadinya kerugian. Selain itu, modal juga berfungsi untuk menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
Untuk memastikan bahwa industri perbankan memiliki pemodalan yang
cukup, dalam mendukung kegiatan usahanya, otoritas pengawas bertanggung
jawab untuk menetapkan jumlah minimum pemodalan yang harus dimiliki
bank dengan mengeluarkan ketentuan mengenai pemodalan minimum
(regulatory capital).

2.1.1 Komponen Modal

Menurut Suharjono (2006:139) komponen modal yang digunakan dalam


perhitungan penyediaan modal minimum terdiri atas:

a. Modal tier 1, yaitu modal inti, yang terdiri atas modal disetor, premi
saham, laba ditahan, cadangan minimum.
b. Modal tier 2, yaitu modal tambahan, yang terdiri atas cadangan yang tidak
diungkapkan, revaluasi, provisi umum, dan utang subordinasi yang jatuh
tempo lebih dari lima tahun.
Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank, terdapat ketentuan bahwa modal bank
terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Sejalan dengan Mulyono, modal
bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap.
a. Modal inti, adalah jenis modal yang terdapat dalam komponen modal dan
merupakan bagian terpenting dalam bank. Apabila terdapat goodwill maka

7
perhitungan atas jumlah seluruh modal inti harus dikurangi dengan goodwill
tersebut. Modal inti terdiri atas:
1) Modal disetor, adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi
modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib anggotanya.
2) Agio saham, adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3) Cadangan umum, adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan
Rapat Umum pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota sesuai anggaran
dasar masing-masing.
4) Cadangan tujuan, adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan dari Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota.
5) Laba ditahan, adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota diputuskan
untuk tidak dibagikan.
6) Laba tahun lalu, adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang
diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai
saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang dari modal inti.
7) Laba tahun berjalan, adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku
berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika
bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
8) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan (minority interest), adalah bagian kekayaan bersih anak
perusahaan yang laporan keuangannya yang dikonsolidasikan yaitu modal inti

8
anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada
anak perusahaan tersebut.
Yang dimaksud anak perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau
lembaga pembiayaan (Lembaga Keuangan Bukan Bank / LKBB) yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

b. Modal pelengkap yaitu modal yang terdiri dari cadangan-cadangan yang


dibentuk tidak dari laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya dapat
dipersamakan dengan modal, modal pelengkap dapat berupa:
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan
Direktorat Jenderal Pajak.
2) Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah
cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba-rugi tahun berjalan,
dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai
akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
Dalam kategori cadangan ini termasuk cadangan piutang ragu-ragu dan
cadangan penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah cadangan
penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat diperhitungkan sebagai
komponen modal pelengkap adalah maksimum sebesar 12,5% dari jumlah
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
3) Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal atau hutang yang mempunyai ciri-ciri:
- Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan
modal (subordinated) dan telah dibayar penuh.
- Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan
Bank Indonesia
- Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebilihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti meskipun bank belum dilikuidasi.

9
- Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi
atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. Dalam
pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang berasal dari
penyetoran modal yang efektif oleh pemilik bank yang belum didukung oleh
modal dasar (yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang)
yang mencukupi.
4) Pinjaman subordinasi adalah pinjaman antara bank dengan pihak
pemberi pinjaman dan telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
- Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman
- Mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Bank Indonesia, tidak dijamin
oleh bank bersangkutan dan telah dibayar penuh
- Minimal berjangka waktu 5 tahun
- Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank harus sehat.
- Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada ( kedudukannya sama dengan modal) Pinjaman
subordinasi yang diperhitungkan tidak lebih dari 50% dari modal inti,
sedangkan modal pelengkap yang diperhitungkan sebagai modal bank
setinggi-tingginya100% dari modal inti.

2.2 Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum Bank

Untuk memastikan bahwa industri perbankan memiliki permodalan yang


cukup dalam mendukung kegiatan usahanya, Bank Indonesia bertanggung
jawab menentukan jumlah minimum permodalan yang harus dimiliki bank
dan mengeluarkan ketentuan mengenai permodalan minimum (regulatory
capital). Pemenuhan regulatory capital tersebut menjadi salah satu komponen
penilaian dalam pengawasan bank yang tercermin dari pemenuhan risiko
kecukupan modal. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal yang baik
menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat.

10
Salah satu aspek terpenting dalam melihat kesehatan perbankan nasional
adalah dengan melihat permodalan dari perbankan itu sendiri. Agar
perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam
perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti
ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking For
Internasional Sattlement (BIS) yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR)
sebesar 8%.

BIS (Bank for International Stattements) yaitu organisasi bank sentral dari
negara-negara maju. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu dicapai
pada tahun 1988, dengan menetapkan Capital Adequacy Ratio,yaitu rasio
minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal dengan
aktiva berisiko. Kesepakatan ini dilatar belakangi oleh hasil pengamatan para
ahli perbankan negara-negara maju, termasuk para pakar IMF dan World
Bank, tentang adanya ketimpangan struktur dan sistem perbankan
internasional. Hal ini didukung oleh beberapa indikasi sebagai berikut:

a. Krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telah mengganggu


kelancaran arus peredaran uang Internasional.

b. Persaingan yang dianggap unfair antara bank-bank Jepang dengan bank-


bank Amerika dan Eropa di Pasar Uang Internasional. Bank-bank Jepang
memberikan pinjaman amat lunak (bunga rendah) karena ketentuan Capital
Adequacy Ratio dinegara itu antara 2 sampai 3 % saja.

c. Terganggunya situasi pinjaman Internasional yang berakibat


terganggunya perdagangan Internasional.

Berdasarkan indikasi-indikasi itu lalu BIS menetapkan ketentuan


perhitungan Capital Adequacy Ratio yang harus diikuti oleh bank-bank
diseluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair di pasar
keuangan global, yaitu minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko.

11
2.2.1 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Menurut Sudirman (2013:112), ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut


Risiko) merupakan jumlah timbangan risiko aktiva neraca dan rekening
administratif bank. Aktiva neraca dan aktiva administratif telah dibobot
sesuai tingkat bobot risiko yang telah ditentukan. Masing-masing pos dalam
aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko
yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau golongan nasabah atau sifat
agunan. Pengawasan mengenai ketentuan tentang ATMR adalah untuk
memastikan bahwa batas maksimum ATMR berdasarkan pembobotan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bobot resiko berkisar antara 0-100%
tergantung dari tingkat likuidnya, semakin kecil likuid aktiva maka semakin
kecil bobot resikonya. Tujuan pembatasan ATMR adalah untuk
mengendalikan pertumbuhan aset bank yang memberikan return tinggi
dengan resiko rendah.

Menurut Hasibuan (2009:58), langkah-langkah perhitungan penyediaan


modal minimum bank adalah sebagai berikut:

a. ATMR aktiva neraca dihitung dengan mengalikan nilai nominal masing-


masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing
pos.

b. ATMR administratif dihitung dengan mengalikan nominal nilai rekenig


administratif yang bersangkutan dengan bobot risikonya. Misalnya yang
termasuk aktiva administrasi, fasilitas kredit yang belum diberikan,
penjualan dan pembelian karena transaksi devisa serta bank garansi.

c. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.

Agar lebih jelas mengenai masing-masing Bobot Risiko Aktiva Bank, maka
dapat dilihat dari berikut:

12
13
Menurut Sudirman (2013:111), cara menghitung besarnya jumlah modal
bank yaitu dengan cara menambahkan modal inti ditambah dengan modal
pelengkap.

Kecukupan modal perbankan salah satunya diukur dengan Capital


Adequacy Ratio (CAR).

2.2.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Darmawi (2011:91), salah satu komponen faktor permodalan


adalah kecukupan modal. Rasio untuk menguji kecukupan modal bank yaitu
rasio CAR (Capital Adequacy Ratio).

Agar definisi CAR menjadi lebih jelas, berikut beberapa definisi CAR
yang dikemukakan oleh para ahli:

Menurut Hasibuan (2009:58), CAR adalah salah satu cara untuk menghitung
apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum.

14
Menurut Kasmir (2014:46), CAR adalah perbandingan rasio tersebut antara
rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan sesuai
ketentuan pemerintah.

Menurut Bank Indonesia (Nomor 9/13/PBI/2007), CAR adalah penyediaan


modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik
aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat
administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat
kontijen dan/atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga
maupun risiko pasar.

Berdasarkan definisi menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa


CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
risiko, seperti kredit yang diberikan kepada nasabah.

Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12


April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, semakin
tinggi nilai Capital Adequacy Ratio menunjukkan semakin sehat bank
tersebut.

Rasio Capital Adequacy Ratio merupakan alat pengukur kinerja keuangan


bank. Selain itu Capital Adequacy Ratio juga menggambarkan kondisi
perbankan di antaranya:

a. Indikasi permodalan apakah telah memadai (adequate) untuk menutup


risiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva
produktif karena setiap kerugian akan mengurangi modal.

b. Kemampuan membiayai operasional dan membiayai seluruh aktiva


tetap dan investasi bank. Capital Adequacy Ratio yang tinggi menunjukkan
cukupnya modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya dan dapat
melakukan pengembangan bisnis serta ekspansi usaha dengan lebih aman.

15
c. Kemampuan bank dalam meningkatkan rentabilitas. Capital Adequacy
Ratio yang tinggi menunjukkan bank tersebut memiliki tingkat modal yang
cukup besar dalam meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan untuk
memperluas pembiayaannya, sehingga akan membuka peluang yang lebih
besar bagi bank untuk meningkatkan rentabilitasnya.

d. Ketahanan dan efisiensi perbankan. Bila Capital Adequacy Ratio


rendah, kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga
rendah. Modal sendiri cepat habis untuk menutupi kerugian yang dialami dan
akirnya kelangsungan usaha bank menjadi terganggu.

Adapun klasifikasi tingkat Capital Adequacy Ratio menurut Bank


Indonesia secara rinci adalah sebagai berikut:

16
Secara matematis besarnya Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan
rumus:

Setelah mengetahui cara perhitungan Capital Adequacy Ratio maka dapat


diambil kesimpulan tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi Capital
Adequacy Ratio adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kualitas manajemen dan kualitas sistem dan operasionalnya

b. Tingkat kualitas dan jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat
padanya

c. Kualitas dan tingkat kolektibilitasnya.

d. Struktur posisi dan kualitas permodalan bank

e. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba

f. Tingkat likuiditas yang dimiliki. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan


keuangan jangka panjang.

17
2.3 Menentukan Rasio Modal Bank

Contoh Perhitungan CAR dengan menggunakan Bank BCA dan Bank


Banten

1. Perhitungan CAR Bank BCA


Laporan Laba Rugi dan Laporan Posisi Keuangan Bank BCA

18
19
20
21
22
Perhitungan ATMR Bank BCA
Akun Bobot Nilai Hasil
Kas 0 16.754.289 0
Giro Pada BI 0 43.472.752 0
Giro pada Bank Lain Lain 20 9.093.572 1.818.714,4
Penempatan pada BI dan Bank 20 18.969.682 3.793.936,4
Bank Lain
Aset Keuangan untuk 100 6.015.302 6.015.302
Diperdagangkan
Tagihan Akseptasi 100 9.899.426 9.899.426
Wesel Tagih 100 6.614.355 6.614.355
Efek-efek yang Dibeli dengan 100 9.258.767 9.258.767
Janji Dijual Kembali
Kredit yang Diberikan 100 454.264.956 454.264.956
Piutang Pembiayaan 100 8.506.983 8.506.983
Konsumen
Investasi dari Transaksi 100 181.427 181.427

23
Syariah
Aset dari Transaksi Syariah 100 4.126.329 4.126.329
Efek-efek untuk Tujuan 100 131.091.163 131.091.163
Investasi
Aset Tetap 100 16.868.949 16.868.949
Aset Pajak Tangguhan 100 3.219.241 3.219.241
Aset Lain-lain 100 11.982.478 11.982.478
JUMLAH ATMR 667.642.026,8

Perhitungan CAR Bank BCA

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
CAR = 𝑥 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅

131.401.694
= 𝑥 100% = 70,05
187.579.917,8

70,05
NK = 0,1 + 1 = 701,5 ( 𝑀𝑎𝑥 100 )

PERHITUNGAN BERDASARKAN BOBOT CAMEL = 100 x 25% = 25

24
2. Perhitugan CAR Bank Banten

Laporan Laba Rugi dan Laporan Posisi Keuangan Bank Banten

25
26
27
28
29
ATMR Bank Banten

30
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
CAR = 𝑥 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅

788.358
= 𝑥 100% = 16,35
4.821.855

16,35
NK = + 1 = 164,5 ( 𝑀𝑎𝑥 100 )
0,1

PERHITUNGAN BERDASARKAN BOBOT CAMEL = 100 x 25% = 25

2.4 Tabel Perbandingan Permodalan Bank BCA dan Bank Banten

Perbandingan Modal dengan BANK


Aktiva Tertimbang Menurut BANK BCA BANK
Resiko BANTEN
a. Jumlah Modal 131.401.694 788.358

b. Jumlah ATMR 187.579.917,8 4.821.855

c. Ratio Modal (A : B) 25 25

d. Nilai Kredit 100 100

e. N.K Komponen (D x 1) 100 100

f. N.K Faktor Permodalan (E 25 25


x 0,25)

Nilai Kredit
30
Nilai Kredit x bobot(25%)

25
20
15
10 Nilai Kredit

5
0
Bank BCA Bank Banten
Nama Bank

31
2.5 Jurnal Penelitian

No Nama Judul Hasil Analisis


1 Amelia Yurike ANALISIS Berdasarkan dari keseluruhan penelitian
Tamba, PENGARUH dan pembahasan yang telah dilakukan
Parengkuan Tommy, STRUKTUR dalam Bab 4, dapat di
dan MODAL kesimpulan sebagai berikut.
Paulina Van Rate TERHADAP 1.
PROFITABILITAS Variabel Struktur Modal (DER)
PADA berpengaruh negatif tidak signifikan
INDUSTRI secara parsial terhadap
PERBANKAN Profitabilitas (ROA).
YANG 2.
TERDAFTAR DI Variabel
BEI (Periode Tahun Struktur Modal (NPL) berpengaruh
2013 negatif tidak signifikan secara parsial
- terhadap
2015) Profitabilitas (ROA).
3.
Variabel Struktur Modal (CAR)
berpengaruh positif tidak signifikan
secara parsial terhadap
Profitabilitas (ROA).
4.
Variabel Struktur modal
(DER,NPL,CAR) s
ecara simultan berpengaruh tidak
signifikan terhadap
Profitabilitas (ROA).

2 Hiras Pasaribu & MENGUKUR 1) Secara simultan CAR dan LDR


Rosa Luxita Sari RENTABILITAS, berpengaruh signifikan terhadap
LIKUIDITAS, profitabilitas (ROA). Maka dapat
SOLVABILITAS, disimpulkan bahwa Ha diterima, ada
PROFIT pengaruh antara CAR dan LDR
MARGIN, RASIO bersama-sama terhadap perubahan laba.
OPERASI, DAN 2) Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal
PRODUKTIFITAS (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA)
TENAGA KERJA Dari uji t statistik diperoleh Ha diterima,
PERUM yang artinya ada pengaruh antara CAR
PEGADAIAN dengan Profitabilitas (ROA). 3)
CABANG SLEMAN Pengaruh Tingkat Loan to Deposit Ratio
YOGYAKARTA (LDR) terhadap Profitabilitas (ROA).
PERIODE 2006 – Dari uji t statistik diperoleh Ha diterima,
2008 yang artinya ada pengaruh antara CAR

32
dengan Profitabilitas (ROA)
3 Yoli Lara Sukma PENGARUH DANA Penelitian ini dilakukan untuk melihat
PIHAK KETIGA, apakah dana pihak ketiga, Capital
KECUKUPAN Adequacy Ratio sebagai kecukupan
MODAL DAN modal dan Non Performing Loan
RISIKO KREDIT sebagai risiko kredit dapat
TERHADAP mempengaruhi profitabilitas pada
PROFITABILITAS perusahaan perbankan yang terdaftar di
(Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
Perbankan yang 2009-2011. Berdasarkan pendahuluan,
Terdaftar di BEI) kajian teori dan pengolahan data serta
pembahasan yang telah dilakukan pada
bab terdahulu, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : 1. Dana
pihak ketiga tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas pada perusahaan
perbankan. 2. Kecukupan modal yang
diukur dengan menggunakan Capital
Adequacy Ratio tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas pada perusahaan
perbankan. 3. Risiko Kredit yang diukur
dengan Non Performing Loan
berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas pada perusahaan
perbankan, yang berarti semakin tinggi
Non Performing Loan maka
profitabilitas akan semakin rendah.

33
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Modal bank merupakan mesin dari kegiatan bank, jika kapasitas mesin bank
terbatas maka sulit bagi bank tersebut untuk meningkatkan kapasitas kegiatan
usahanya khususnya dalam penyaluran kredit. CAR dibawah 8% tidak
mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Kegiatan utama bank adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dengan
CAR yang cukup atau memenuhi kententuan, bank dapat beroperasi sehingga
terciptalah laba. Semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank. Besarnya
modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja bank (Darmawi,2011:99). Peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan
CAR minimal sebesar 8% mengakibatkan bank-bank selalu berusaha menjaga
agar CAR yang dimiliki sesuai dengan ketentuan, namun bank cenderung menjaga
CAR-nya tidak lebih dari 8% karena ini berarti pemborosan. Hal tersebut juga
dapat terjadi karena bank belum dapat melempar kredit sesuai dengan yang
diharapkan atau belum optimal.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Empat.

Daris Purba, Pengaruh Kecukupan modal, Likuiditas, dan Efisiensi Operasional


Terhadap Profitabilitas Pada PT Bank Muamalat indonesia, Tbk,
Skripsi:2011dalam http://www.slideshare.net/analisis-kecukupan-modal-
likuiditas-efisiensi-terhadap-profitabilitasbank-muamalat-indo, diakses pada 28
April 2018.

Darmawi, Herman, 2011. Manejemen Perbankan, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Eugne F Brigham & Joel F Houston, Fundamental of Financial Management, (Jakarta:


Salemba Empat, 2006), hal. 547

Ferry N Idroes, Manajemen perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2008), hal. 66

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Kasmir. (2014). Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi, Cetakan ke duabelas, PT.


RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Lukman Dendawijaya. Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghia Indonesia, 2009), hal. 144

Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 58

Marzuki, Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia,


Jurnal Visioner dan Strategis Vol 1, hal. 83

Nila Jumirhani. 23 Febuari 2014. PENILAIAN KESEHATAN BANK DENGAN METODE


CAMEL DAN BASEL II.
https://nilajumiharni.wordpress.com/2014/02/23/makalah-penilaian-kesehatan-
bank-dengan-metode-camel-dan-basel-ii/ . Diakses pada 28 April 2018.

R. Arif Ginanjar, Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)


Terhadap Profitabilitas Bank (Penelitian Pada Bank-Bank Go Public Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta), Universitas Widyatama 2007, dalam
http://dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/507/4/bab2.pdf, diakses 28
April 2018

Sudirman, I wayan. 2013. Manajemen Perbankan Menuju Bankir Konvensional yang


Profesional. Jakarta: Kencana.

35

Anda mungkin juga menyukai