PERMODALAN
Kelompok 6
1. Aprilia Yuqrina
2. Exsa Kelvin Putra Pratama
3. Indah Purnama Sari
Dosen Pengampu :
Eka Jumarni Fithri, SE., M.Si
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan permodalan dan bagaimana tingkat kesehatan
bank diihat dari permodalan nya
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
usaha dan untuk menjaga likuiditas karena adanya kredit-kredit yang
diragukan atau menjurus kepada macet.
a. Modal tier 1, yaitu modal inti, yang terdiri atas modal disetor, premi
saham, laba ditahan, cadangan minimum.
b. Modal tier 2, yaitu modal tambahan, yang terdiri atas cadangan yang tidak
diungkapkan, revaluasi, provisi umum, dan utang subordinasi yang jatuh
tempo lebih dari lima tahun.
Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank, terdapat ketentuan bahwa modal bank
terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Sejalan dengan Mulyono, modal
bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap.
a. Modal inti, adalah jenis modal yang terdapat dalam komponen modal dan
merupakan bagian terpenting dalam bank. Apabila terdapat goodwill maka
7
perhitungan atas jumlah seluruh modal inti harus dikurangi dengan goodwill
tersebut. Modal inti terdiri atas:
1) Modal disetor, adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi
modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib anggotanya.
2) Agio saham, adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3) Cadangan umum, adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan
Rapat Umum pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota sesuai anggaran
dasar masing-masing.
4) Cadangan tujuan, adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan dari Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota.
5) Laba ditahan, adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota diputuskan
untuk tidak dibagikan.
6) Laba tahun lalu, adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang
diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai
saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang dari modal inti.
7) Laba tahun berjalan, adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku
berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika
bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
8) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan (minority interest), adalah bagian kekayaan bersih anak
perusahaan yang laporan keuangannya yang dikonsolidasikan yaitu modal inti
8
anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada
anak perusahaan tersebut.
Yang dimaksud anak perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau
lembaga pembiayaan (Lembaga Keuangan Bukan Bank / LKBB) yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.
9
- Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi
atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. Dalam
pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang berasal dari
penyetoran modal yang efektif oleh pemilik bank yang belum didukung oleh
modal dasar (yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang)
yang mencukupi.
4) Pinjaman subordinasi adalah pinjaman antara bank dengan pihak
pemberi pinjaman dan telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
- Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman
- Mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Bank Indonesia, tidak dijamin
oleh bank bersangkutan dan telah dibayar penuh
- Minimal berjangka waktu 5 tahun
- Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank harus sehat.
- Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada ( kedudukannya sama dengan modal) Pinjaman
subordinasi yang diperhitungkan tidak lebih dari 50% dari modal inti,
sedangkan modal pelengkap yang diperhitungkan sebagai modal bank
setinggi-tingginya100% dari modal inti.
10
Salah satu aspek terpenting dalam melihat kesehatan perbankan nasional
adalah dengan melihat permodalan dari perbankan itu sendiri. Agar
perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam
perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti
ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking For
Internasional Sattlement (BIS) yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR)
sebesar 8%.
BIS (Bank for International Stattements) yaitu organisasi bank sentral dari
negara-negara maju. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu dicapai
pada tahun 1988, dengan menetapkan Capital Adequacy Ratio,yaitu rasio
minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal dengan
aktiva berisiko. Kesepakatan ini dilatar belakangi oleh hasil pengamatan para
ahli perbankan negara-negara maju, termasuk para pakar IMF dan World
Bank, tentang adanya ketimpangan struktur dan sistem perbankan
internasional. Hal ini didukung oleh beberapa indikasi sebagai berikut:
11
2.2.1 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Agar lebih jelas mengenai masing-masing Bobot Risiko Aktiva Bank, maka
dapat dilihat dari berikut:
12
13
Menurut Sudirman (2013:111), cara menghitung besarnya jumlah modal
bank yaitu dengan cara menambahkan modal inti ditambah dengan modal
pelengkap.
Agar definisi CAR menjadi lebih jelas, berikut beberapa definisi CAR
yang dikemukakan oleh para ahli:
Menurut Hasibuan (2009:58), CAR adalah salah satu cara untuk menghitung
apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum.
14
Menurut Kasmir (2014:46), CAR adalah perbandingan rasio tersebut antara
rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan sesuai
ketentuan pemerintah.
15
c. Kemampuan bank dalam meningkatkan rentabilitas. Capital Adequacy
Ratio yang tinggi menunjukkan bank tersebut memiliki tingkat modal yang
cukup besar dalam meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan untuk
memperluas pembiayaannya, sehingga akan membuka peluang yang lebih
besar bagi bank untuk meningkatkan rentabilitasnya.
16
Secara matematis besarnya Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan
rumus:
b. Tingkat kualitas dan jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat
padanya
17
2.3 Menentukan Rasio Modal Bank
18
19
20
21
22
Perhitungan ATMR Bank BCA
Akun Bobot Nilai Hasil
Kas 0 16.754.289 0
Giro Pada BI 0 43.472.752 0
Giro pada Bank Lain Lain 20 9.093.572 1.818.714,4
Penempatan pada BI dan Bank 20 18.969.682 3.793.936,4
Bank Lain
Aset Keuangan untuk 100 6.015.302 6.015.302
Diperdagangkan
Tagihan Akseptasi 100 9.899.426 9.899.426
Wesel Tagih 100 6.614.355 6.614.355
Efek-efek yang Dibeli dengan 100 9.258.767 9.258.767
Janji Dijual Kembali
Kredit yang Diberikan 100 454.264.956 454.264.956
Piutang Pembiayaan 100 8.506.983 8.506.983
Konsumen
Investasi dari Transaksi 100 181.427 181.427
23
Syariah
Aset dari Transaksi Syariah 100 4.126.329 4.126.329
Efek-efek untuk Tujuan 100 131.091.163 131.091.163
Investasi
Aset Tetap 100 16.868.949 16.868.949
Aset Pajak Tangguhan 100 3.219.241 3.219.241
Aset Lain-lain 100 11.982.478 11.982.478
JUMLAH ATMR 667.642.026,8
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
CAR = 𝑥 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅
131.401.694
= 𝑥 100% = 70,05
187.579.917,8
70,05
NK = 0,1 + 1 = 701,5 ( 𝑀𝑎𝑥 100 )
24
2. Perhitugan CAR Bank Banten
25
26
27
28
29
ATMR Bank Banten
30
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
CAR = 𝑥 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅
788.358
= 𝑥 100% = 16,35
4.821.855
16,35
NK = + 1 = 164,5 ( 𝑀𝑎𝑥 100 )
0,1
c. Ratio Modal (A : B) 25 25
Nilai Kredit
30
Nilai Kredit x bobot(25%)
25
20
15
10 Nilai Kredit
5
0
Bank BCA Bank Banten
Nama Bank
31
2.5 Jurnal Penelitian
32
dengan Profitabilitas (ROA)
3 Yoli Lara Sukma PENGARUH DANA Penelitian ini dilakukan untuk melihat
PIHAK KETIGA, apakah dana pihak ketiga, Capital
KECUKUPAN Adequacy Ratio sebagai kecukupan
MODAL DAN modal dan Non Performing Loan
RISIKO KREDIT sebagai risiko kredit dapat
TERHADAP mempengaruhi profitabilitas pada
PROFITABILITAS perusahaan perbankan yang terdaftar di
(Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
Perbankan yang 2009-2011. Berdasarkan pendahuluan,
Terdaftar di BEI) kajian teori dan pengolahan data serta
pembahasan yang telah dilakukan pada
bab terdahulu, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : 1. Dana
pihak ketiga tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas pada perusahaan
perbankan. 2. Kecukupan modal yang
diukur dengan menggunakan Capital
Adequacy Ratio tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas pada perusahaan
perbankan. 3. Risiko Kredit yang diukur
dengan Non Performing Loan
berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas pada perusahaan
perbankan, yang berarti semakin tinggi
Non Performing Loan maka
profitabilitas akan semakin rendah.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Modal bank merupakan mesin dari kegiatan bank, jika kapasitas mesin bank
terbatas maka sulit bagi bank tersebut untuk meningkatkan kapasitas kegiatan
usahanya khususnya dalam penyaluran kredit. CAR dibawah 8% tidak
mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Kegiatan utama bank adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dengan
CAR yang cukup atau memenuhi kententuan, bank dapat beroperasi sehingga
terciptalah laba. Semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank. Besarnya
modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja bank (Darmawi,2011:99). Peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan
CAR minimal sebesar 8% mengakibatkan bank-bank selalu berusaha menjaga
agar CAR yang dimiliki sesuai dengan ketentuan, namun bank cenderung menjaga
CAR-nya tidak lebih dari 8% karena ini berarti pemborosan. Hal tersebut juga
dapat terjadi karena bank belum dapat melempar kredit sesuai dengan yang
diharapkan atau belum optimal.
34
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Lukman Dendawijaya. Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghia Indonesia, 2009), hal. 144
35