Anda di halaman 1dari 20

SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah

Disusun oleh :
1. Muhammad Dwi Hendrawan (1820603108)
2. Laila Juniar (1830603201)

Dosen Pengampuh :
Emi Yulia Siska SE.,M.Si.

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya.
Alhamdulilah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “SISTEM
OPERASIONAL BANK SYARIAH”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Amin
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam pembuatan makalah ini. Apabila
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, penulis mohon
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Palembang,21 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa kini sebagai lembaga keuangan intermiadiasi bagi masyarakat bank berperan
penting dalam menjalankan fungsinya untuk menyalurkan dan memberikan pinjaman
kepada masyaarakat yang membutuhkan. Bank adalah badan usaha yang mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan dana tersebut disalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, pinjaman dan bentuk lainya yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut ensiklopedia Islam, bank
islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam sistem pembayaran serta penyebaran pengoprasiannya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syaria'ah Islam.1.
Menurut UU No.21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) tentang Perbankan Syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Dalam Pasal 1 Ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah disebut bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalakan
kegiatan usahanya berdasakan prinsip syariah.
Operasional perbankan syariah di Indonesia didasarkan pada Undang-undang No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang
No.10 tahun 1998.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kegiatan operasional Bank Syariah
2. Apa saja fungsi dan tugas dalam system operasioanal bank syariah
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kegiatan operasional bank syariah
2. Untuk mengetahui fungsi dan tugas dalam system operasional bank syariah

1 Hasab Muarif Ambari (VIA Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, hlm 49
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Operasional Kelembagaan Bank Syariah


Lembaga keuangan (financial institution) adalah perusahaan yang usahanya
bergerak dalam bidang jasa keuangan. Yang juga diartikan sebagai segala kegiatan
lembaga keuangan ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangannya, perhimpunan
dananya, menyalurkan dana dan juga jasa-jasa keuangan lainnya. Dalam dunia
bisnis,lembaga keuangan ini mempunyai fungsi sangat penting yang terutamanya
lembaga keuangan ini sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) antara pihak
pemilik modal dengan pihak lainnya yang membutuhkan jasa lembaga keuangan.
Di dalam aspek hukum lembaga keuangan syariah, pada waktu akan melakukan
penyusunan kontrak perjanjian atau perikatan, masing-masing pihak diwajibkan untuk
mengacu pada hukum dan ketentuan syariah. Keterikatan ini perwujudan dari fitrah
perbuatan manusia yang selalu terikat dalam hukum syara’. Lembaga-lembaga keuangan
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah maka dapat
disebut Lembaga Keuangan Syariah.
Lembaga keuangan syariah berfungsi menyediakan jasa dan perantara bagi
pemilik modalnya dengan perusahan-perusahaan yang membutuhkannya dana. Dapat
dikatakan kehadiran lembaga keuangan yang memfasilitasi arus peredaran uang didalam
dunia bisnis, sehingga uang-uang yang berasal dari masyarakat dapat dikumpulkan
melalui berbagai bentuk bentuk produk penghimpunan dana , sebelum disalurkannya
kembali kepada orang-orang yang membutuhkan didalam bentuk biaya.2
Sistem operasional lembaga keuangan syariah sebenarnya membicarakan tentang
bagaimana kinerja dan optimalisasi masing-masing bagian dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Berkaitan dengan itu, maka adanya Job description dan job spesification,
kedua hal ini sangat penting dalam sistem operasional di bank syariah.3

2 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 1-2


3 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 150
1. Deskripsi Tugas (Job Description)
Dalam deskripsi tugas dijelaskan apa tugas dan wewenang masing-masing
bagian yang terikat dalam sistem operasional bank syariah.
a) Dewan Pengawas Syariah
Dewan pengawas syariah terdapat 3 orang atau lebih, mulai dari profesi
yang ahli dalam hukum islam, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas
Syariah, berfungsi memberikan fatwa Agama terutama dalam
produk-produk bank syariah. Kemudian, bersama Dewan Komisaris
mengawasi pelaksanaannya.4
b) Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris terdiri dari 3 orang atau lebih yang dipimpin oleh
seorang Komisaris Utama, tugasnya pengawas intern Bank
Syariah,mengarahkan pelaksaan yang dikerjakan oleh Direksi supaya tetap
mengikuti kebijaksanaa Perseroaan dan kententuan yang berlaku.
2. Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris :
 Mempertimbangkan, menyempurnakan, dan mewakili para
pemegang saham dalam memutuskan perumusan kebijaksaan
umum yang baru yang diusulkan oleh Direksi untuk
dilaksanakan pada masa yang akan datang.
 Menyelenggarakan rapat umum bagi para pemegang saham
untuk pembebasan tugas dan kewajiban Direksi.
 Mempertimbangkan dan menyetujui rancangan kerja untuk
tahun buku baru yang diusulkan Direksi.
 Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan
yang diajukan keoada perusahaan yang jumlahnya melebihi
maksimum yang dapat diputuskan Direksi.5
c) Direksi
1. Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama, yang bertugas
dalam memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syariah sehari-hari, sesuai

4 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 50-51


5 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 151
dengan kebijaksanaan umum yang telah disetujui Dewan Komisaris dalam
RUPS.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
 Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank
Syariah untuk masa yang akan datang yang disetujui oleh
Dewan Komisaris serta disyahkan dalam RUOS, agar tercapai
tujuan serta kontinuitas operasional perusahaan.
 Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan
dan Rencana Kerja untuk tahun buku yang baru disetujui oleh
Dewan Komisaris.
 Mengajukan Neraca dan Laporan Laba Rugi tahunan serta
laporan-laporan berkala lainya kepada Dewan Komisaris untuk
memdapatkan penilaian.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Utama
 Mewakili Direksi atas nama Perseroan
 Memimpin dan mengelola Perseroan sehingga tercapai tujuan
Perseroan
 Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan khususnya
dalam hubungan dengan pihak ekstern perusahaan.
 Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
4. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur
 Mewakili Direktur Utama atas nama Direksi
 Membantu Direktur Utama dalam mengelola perseroan
sehingga tercapai tujuan perseroan
 Bertanggung Jawab terhadap operasional perseroan, khususnya
dalam hubungan dengan pihak intern perusahaan.6
d) Bidang Marketing
1. Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang
ditugaskan untuk mambantu Direksi dalam menangani tugas-tugas

6 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 49-51


khususnya yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan (kredit).
2. Tugas-tugas Pokok Bidang Marketing
 Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas-tugas
marketing dan pembiayaan (kredit) dari unit/bagian yang
berada dibawah supervisi-nya, hingga dapat memberikan
pelayanan kebutuhan perbankan bagi nasabah secara efesien
dan efektif tang dapat memuaskan dan menguntungkan baik
bagi nasabah maupun Bank Syariah.
 Melakukan Monitoring, evaluasi, review, dan supervisi
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi bidang Marketing
(perkreditan) pada unit/bagian yang ada dibawah supervisi-nya.
 Bertindak sebagai Komite Pembiayaan dalam upaya
pengambilan keputusan pembiayaan (kredit).
 Berkewajiban unutk meningkatkan mutu pelayanan perbankan
terhadap nasabah maupun calon nasabah.
 Melayani, menerima tamu (calon nasabah atau nasabah) secara
aktif yang memerlukan pelayanan jasa perbankan.7
e) Bidang Operasional
1. Fungsi Bidang Operasional sebagai aparat manajement yang
ditugaskan untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang
operasional bank.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Operasional :
 Melaksanakan supervisi terhadap setiap pelayanan dan
pengamanan jasa-jasa perbankan dari setiap unit/bagian yang
berada dibawah tanggumg jawabnya.
 Melakukan monitoring, evaluasi, review dan kondisi terhadap
pelaksanna tugas-tugas pelayanan di bidang operasional.
3. Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap
unit/bagian yang berada dibawah tanggung jawabnya.
4. Aktif memberikan saran, pendapat kepada Direksi mengenai

7 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 153


masalah-masalah yang berkaitan dengan tugasnya sehari-hari termasuk
mengusulkan produk-produk perbankan yang diperlukan nasabah.
f) Bidang Umum
1. Fungsi Bidang Umum adalah sebagai staf/karyawan bank bertugas
untuk membantu penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan
agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Umum
 Menginvestasikan kebutuhan-kebutuhan karyawan atau
perusahaan dan kemudian sepanjang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
 Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam
kondisi yang baik, dan bertanggung jawab atas keamanan
harta/peralatan tersebut.
 Memberikan informasi kepada seluruh karyawan mengenai hak
dan kewajiban karyawan sesuai dengan ketentuan Direksi.
g) Bidang Pengawasan
Bidang pengawasan adalah penegasan manajerial yang ditangani oleh
Direksi (Direktur Utama), agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan
ketentuan serta dapat mencapai keberhasilan yang optimal.
Tugas pokok Bidang Pengawasan tersebut mengawasi seluruh kegiatan
Bank Syariah agar dapat berjalan lancar sehingga dapat mencapai
kebarhasilan secara baik.8
2. Tugas-tugas Khusus (job Spesification)
Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada
operasional bank syariah meliputi :
a) Mobilisasi Dana (Funding)
Bagian Mobilisasi Dana bertugas dalam pengumpulan dana masyarakat
sesuai dengan funding yang ada, seperti saham, deposito mudharabah,
tabungan mudharabah. Titipan Wadi'ah yad dhomanah, infaq, dan

8 Ibid, hlm153-155
shadaqah.9
b) Account Officer (A/O)
A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan pembiayaan
sehingga menjadi Debitur. Selain membina Debitur agar bisa memenuhi
kesanggupannya terutama dalam pembayaran kembali pinjamanya A/O juga
menyelesaikan khasus Debitur yang mungkin terjadi, dengan demikian A/O
sangat berperan mulai dari memperoses calon Debitur, membina, sampai
menyelesaikan masalah Debitur ketika ada khasusu yang menimpa Debitur
nantinya.
c) Bagian Support Pembiayaan
Bagian support pembiayaan ini bekerjasama dengan A/O dalam
mengadakan penilaian pemohon pembiayaan sehingga memenuhi kreteria
dan persyaratanya. Tapi walaupun mereka bekerjasama mereka memproses
calon Debitur itu berbeda, A/O dalam memperoses calon Debitur dilihat dari
keandalannya (kelayakannya), sedangkan bagian Support pembiayaan dari
segi keabsahanya, seperti kebenaran lampiranya, usaha maupun penggunaan
pembiayaan, transaksi jaminan, keabsahan jaminan, dan kelayakan
lainnya.10
d) Bagian Administrasi Pembiayaan
Di dalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh
A/O ataupun Bagian support Pembiayaan. Tetapi setelah calon Debitur
menjadi Debitur segala urusan pembayaran mulai dari pencairan dana
sampai pelunasan ataupun penbayaran-pembayaran para debitur itu semua
akan ditangani oleh Bagian Administrasi Pembiayaan.
e) Bagian Pengawasan Pembiayaan
Tugas pengawas pembiayaan untuk memantau pembiayaan antara lain
membuat surat peringatan kepada debitur apabila peminjaman yang
dipinjam debitur belum dibayar oleh Debitur tersebut dan debitur harus
dibuatkan surat peringatan. Bagian Pengawasan pembiayaan ini selain

9 Ibid , hlm 155


10 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 33
membuat surat-surat peringatan mereka juga melakukan
penagihan-penagihan, tetapi penagihan disini bukan menggunakan
Depkoletor karena bank Syariah diharamkan untuk menggunakan hal seperti
itu.11
f) Service Assistance (S/A)
S/A ini memberikan informasi dalam hal operasional kantor bank
syariah, jadi apa bila ingin mengetahui info-info operasional bank syariah
langsung ke S/A. Di samping itu S/A juga mengadministrasikan nasabah
Funding yang baru.
g) Kas dan Teller
Kas dan Teller bertugas untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan penerimaan dan penarikan pembayaran uang. Selain itu tugas Kas
dan Teller juga mengatur dan memilihara saldo atau mengatur posisi uang di
kas bagi yang penarikan, posisi uang kas yang melakukan penerimaan yang
semua itu tersimpan dalam khasanah bank.
h) Bagian Jasa Nasabah (Janas)
Janas bertugas untuk melakukan pencatatan transaksi pembayaran
nasabah (Funding) kemudian melakukan penjurnalan. Penjurnalan janas ini
dimulai dari ikhtisar,jurnal umum, sampai kebuku besar.
i) Bagian Pembukuan
Bagian pembukuan bertugas di dalam pembuatan neraca, membuat
daftar laba-rugi, dan bagian pembukuan ini juga bertugas dalam pembuatan
laporan ke Bank Indonesia dan tugas lain yang sesuai dengan policy
perusahaan.12
j) Sekertariat
Tugas sekertariat adalah pengelolaan surat-menyurat, arsip-arsip, dan
dokumen yang penting yang berpengaruh terhadap perkembangan atau
kemajuan disuatu perusahaan. Selain itu sekertariat dapat juga diserahi tugas
lain sesuai dengan kebijakan perusahaan.

11 Ibid, hlm 34
12 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 157
k) Personalia
Personalia bertugas di pekerjaan yang terkait dengan kepegawaian,
seperti urusan kesejaterahan karyawan (gaji dan tunjangan), kenaikan
pangkat, pendidikan latihan, dan urusan kesejatrahan yang lain.
l) Perbekalan/Perlengkapan
Perbekalan bertugas mempersiapkan sarana serta perlengkapan kantor.
Dapat pula diberi tugas sesuai kebijakan perusahaan.
m) Bagian Keamanan dan urusan Rumah Tangga Kantor
Bagian keamanan dan urusan rumah tangga kantor bertugas
mengamankan kekayaan kantor serta pemeliharaannya, dan urusan rumah
tangga lainya.
n) Bagian Pengawasan Personalia
1. Bagian pengawasan personalia bertugas mengawasi personalia
karyawan dan kegiatan tugasnya di Bank Syariah, kemudian melaporkan
kepada Direksi.
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan Personalia :
a) Menyelenggarakan daftar hadir
b) Membuat kartu pegawai untuk tiap karyawan, kemudian
penyelenggaraanya
c) Menyelenggarakan penilaian karyawan13
o) Bagian Pengawasan Marketing
1. Berfungsi mengamati kegiatan Bidang Marketing, kemudian
melaporkan kepada Direksi yang membidanginya
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan marketing
a) Menyelenggarakan Register calon Debitur dan Kreditur
b) Pencatatan kasus-kasus yang timbul di dalam marketing, baik
personalia yang menangani maupu tugas Marketing
c) Secara periodis memberikan laporan kepada Direksi yang
membidangi.
3. Memberikan masukan, opini,pendapat dan cara pemecahannya.

13 Ibid, hlm 157-158


p) Bagian pengawasan Operasional
1. Berfungsi mengamati kegiatan dibidang operasional, kemudian
melaporkan kepada Direksi yang Membidanginya
2. Tugas-tigas pokok bagian Bidang Operasional
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi di Bidang Operasional
Kantor.
b) Memberikan masukan,opini, pendapat serta cara pemecahanya.
q) Bagian Pengawasan Umum
1. Berfungsi mengamati kegiatan bidang umum dalam operasional,
seperti di Bagian Perbekalan, Bagian Keamanan dan Urusam Rumah Tangga
Kantor, kemudian memberikan laporan kepada Direksi yang
membidanginya.
2. Tugas-tugas pokok Bagian Pengawasan Umum
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi dibidang Pengawasan
Umum terutama di Bagian Perbekalan, Bagaian Keamanan dan di
Bagian Urusan Rumah Tangga
b) Secara periodik memberikan laporan kepada direksi yang
membidanginya.
3. Memberikan masukan, opini maupun pendapat serta cara pemecahan
masalahnya,
r) Bagian Pembukuan / Akuntansi
Bagian ini secara langsung berhadapan dengan persoalan Akuntansi
adalah pembukuan.14

B. Kegiatan Operasional Perbankan Syariah


A. Bidang Marketing
1. Sebagai langkah awal bidang marketing membuat rencana target, baik
unutk produk funding maupun produk financing. Dalam membuat target
tersebut haruslah disesuaikan dengan Rencana Kerja Operasional Bank
Syariah yang dibuat oleh Direksi.15

14 Ibid, hlm 157-158


15 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 159
2. Kegiatan Operasionalnya
a) Pemasaran produk dengan melalui bermacam-macam media
pemasaran, baik media elektronik, cetak, pertemuan-pertemuan,
pengajian-pengajian, khutbah jum'at dan sebagainya
b) Kegiatan funding officer dan anggotanya terutama dalam mobilisasi
dana, hasilnya :
i. Funding : saham, deposito mudharabah, tabungan mudharabah,
titipan (wadi'ah) atau zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS)
ii. Setelah diadministrasikan oleh FO, funding yang baru
diserahkan kepada SA dan bagian jasa nasabah (janas),
sedangkan funding kelanjutan langsung diserahkan kepada
teller/kasir.
iii. Hasil pembiayaan diserahkan kepada A/O unutk diproses
selanjutnya.
c) Operasioanl accounts officer (A/O) atau pembina pembiayaan
i. Membuat struktur dana dan alokasi dana dari dana mobilisasi
tersebut untuk memenuhi permohonan pembiayaan yang
masuk.
ii. Memproses calon Debitur yang masuk
iii. Membina Debitur agar lancar pengembalian pembiayaannya
serta mengurangi risiko (menekankan risiko) atas pembiayaan
yang diberikan.16
d) Operasional Bagian support Pembiayaan (BSP)
i. Memproses Calon Debitur dari segi keabsahan (legal)
ii. Mengatasi permasalahan Debitur yang mungkin terjadi.
e) Operasional Bagian Administrasi Pembiayaan
i. Menyiapkan surat persetujuan pembiayaan (SPP)
ii. Menyiapkan Aqad pembiayaan serta persetujuan jaminan
iii. Menyiapkan slip-slip pencairan pembiayaan
iv. Menyiapkan kartu angsuran untuk Debitur

16 Ibid, hlm 160


v. Menyiapkan kartu pembiayaan (untuk bank)
vi. Menyiapkan slip-slip pembayaran kembali, angsuran atau
pelunasan
vii. Menyelenggarakan file Debitur
viii. Pengamanan Jaminan
ix. Khusus untuk mudharabah atau musyarakah
x. Membuat table rencana pembayaran
xi. Membuat aktualisasi pembayaran
f) Operasional bagian Pegawasan Pembiayaan
i. Membuat Regestrasi Calon Debitur
ii. Membuat Registrasi Debitur
iii. Membuat daftar Rencana angsuran/Pembayaran Debitur dan
Aktualisasinya
iv. Membuat surat-surat Peringatan
v. Pemecahan Permasalahan Debitur
vi. Execusi Jaminan.17
B. Bidang Operasional
1) Service Operasional
a) Informasi kegiatan Bank Syariah terutama bidang Marketing dan bidang
Operasional
b) Pencatatan nasabah Funding yang baru.
2) Teller/Kasir
a) Transaksi Keuangan Tunai : setoran dan pembayaran
b) Laporan Kas harian
3) Jasa Nasabah
Penyelenggaran funding : deposito mudharabah, tabungan mudharabah,
wai'da yad dhomanah, zakat, infaq (ZIS)
a) Pembuatan Kartu Tabungan
b) Pembuatan Register Deposito
c) Jurnal Funding

17 Ibid, 160
d) Penghitungan Bagi Hasil Deposito dan Tabungan Mudharabah
e) Bonus wadi'ah yad Dhomanah
4) Bagian Tata Buku
a) Pembukuan transaksi fisik pada Kasir/Teller
b) Pembukuan transaksi Rekening Bank
c) Pembuatan Neraca dan Daftar Rugi/Laba Harian
d) Pembuatan Neraca dan Daftar Rugi/Laba Bulanan
e) Laporan ke Bank Indonesia
C. Bidang Umum
1) Sekertariat
a) Surat-menyurat
b) Arsip dan Dokumen
2) Perbekalan
a) Inventarisasi kebutuhan sesuai dengan anggaran
b) Belanja Barang Investasi dan Biaya
c) Urusan Inventaris dan Penyusutan (cadangan penyusutan)
3) Personalia
a) Daftar Hadir Karyawan, Surat-surat Ijin dan Surat-surat Tugas
b) Urusan Gaji Karyawan dan Jaminan Sosial
c) Penyelenggaran kartu pegawai dan data pegawai
d) Kenaikan gaji dan pangkat
e) Pendidikan dan pembinaan karyawan
4) Urusan Rumah Tangga Kantor
a) Keamanaan dan Tata Tertib Kantor
b) Pemeliharaan Kantor dan Pemeliharaan Inventarisasi Kantor serta
perlengkapan/perbekalan kantor.18
D. Bidang Pengawasan
1) Pengawasan Marketing
a) Pengawasan sesuai dengan Syariah
b) Pengawasan prosedural

18 Ibid , hlm 161


c) Publik opini, masukan untuk pemecahan masalah
2) Pengawasan Personil
a) Pengawasan dalam Dinas dan Pengawasan di luar Dinas
 Pengamalan Islam
 Kedisplinan
 Keterampilan Kerja
 Kreativitasnya
 Kerjasama
b) Penilaian secara Periodik
3) Pengawasan Umum
a) Pengawasan kekayaan/Inventaris
b) Pengawasan perbekalan/biaya kantor
c) Pengawasan akuntansi.19

C. Dasar Hukum Operasional Bank Syariah


1. PERIODE SEBELUM TAHUN 1992
Sebelum tahun 1992 di Indonesia telah berdiri bank syariah dalam bentuk BPR
Syariah yaitu : BPRS Mardhatillah, BPRS Berkah Amal Sejahtera, Al-Mukaromah
dimana sebagai pendiri adalah alumni ITB atau Masjid Salman (Masjid dalam lingkungan
kampus ITB, Bandung). Pada periode ini BPRS didirikan sesuai dengan
perundang-undang perbankan yang berlaku saat itu (bank konvensional), dan tidak ada
ketentuan yang mengatur tentang bank syariah disamping masyarakat yang belum
memungkinkan untuk diajak bertransaksi syariah, sehingga BPR-Syariah tersebut mati
secara pelan-pelan.
2. PERIODE TAHUN 1992 – 1998
Dalam periode ini lahir puluhan BPR Syariah dan satu Bank Umum Syariah, yaitu
Bank Muamalat Indonesia. Dijelaskan pada Undang-undang nomor 7 tahun 1992
mengenai bank syariah yaitu mengatur tentang usaha bank syariah sebagai berikut :
Usaha Bank Umum : “Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkanv prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (pasal 6 huruf

19 Ibid, hlm 162


m).”
Usaha Bank Pengkreditan Rakyat : “Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
(pasal 13 huruf c).”
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
tersebut pemerintah mengeluarkan dua ketentuan perbankan syariah yaitu :
a) Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Bagi Hasil.
Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Peraturan Pemerintah tersebut
sebagai landasan hukum berdirinya Bank Umum Syariah.
b) Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang Bank Pengkreditan Rakyat
Berdasarkan Bagi Hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan dan Peraturan Pemerintah tersebut sebagai landasan hukum berdirinya Bank
Pengkreditan Rakyat dalam periode ini.
3. PERIODE TAHUN 1998 – 2008
Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tersebut telah dibahas
ketentuan-ketentuan bank syariah misalnya :
a) Dalam pasal 1 angka 13 disebutkan “prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musbarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
wa iqtina)
b) Pasal 6 huruf m ” menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatanlain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia “.
Dalam penjelasan pasal ini disebutkan “ pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia memuat antara lain :
1) Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah
2) Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah
3) Persyaratan baik pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
c) Masih banyak pasal lain yang mengatur tentang perbankan syariah oleh karena dalam
undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah dibahas bank syariah, pemerintah mencabut
dua peraturan pemerintah tersebut diatas dengan peraturan pemerintah nomor 30 tahun
1998. Sebagai peraturan pelaksanaannya Bank Indanesia mulai tahun 1999 banyak
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur bank syariah.
Ketentuan-ketentuan ini yang merupakan landasan hukum berdirinya Bank Perkreditan
Rakyat Syariah dan Bank Umum Syariah seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah dan beberapa cabang syariah dari bank konvensional, seperti BRI Syariah, BNI
Syariah, BTN Syariah, Bank Jabar Syariah dsb.
4. Periode setelah tahun 2008
Mulai tahun 2008 perbankan syariah di Indonesia memiliki Undang-undang
tersendiri, yaitu Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Undang-undang ini secara lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran buku ini.
Bank Syariah yang didirikan dan/atau menjalankan kegiatan usahanya mulai tahun 2008,
sudah tentu berdasarkan Undang-undang nomor 21 dan seluruh peraturan pelaksanaannya.
Ketentuan-ketentuan yang diatur berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 dan
peraturan pelaksanaannya tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
Undang-undang nomor 21 tahun 2008. Hal ini sesuai ketentuan dalam pasal 69
undang-undang tersebut yaitu:
“Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, segala ketentuan mengenai Perbankan
Syariah yang diatur dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang nomor 10 tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1998
nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3790) beserta
peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang ini”.20

20 Nadi Samawa, Landasan Hukum Perbankan Syariah, http://nadisamawa.blogspot.com, 19 maret 2014


BAB III
PENUTUP

Kegiatan operasional perbankan syariah harus dilakukan oleh suatu bank yang
seluruh kegiatan operasionalnya berdasarkan syariah Islam, maka dari itu diperlukan
suatu lembaga yang bertugas untuk memberikan nasehat kepada bank tersebut mengenai
produk-produk pelayanan perbankan yang menyimpang dari ketentuan syariah islam.
Dalam melaksanakan tugasnya, lembaga tersebut diharapkan dapat memberikan
saran-saran kepada Bank Indonesia didalam pengawasan dan pembinaan bank syariah.
Agar terdapat kemurnian dalam pelaksanaan operasinya, bank yang beroperasi secara
Syariah Islam tidak boleh dilakukan oleh Bank konvensional, melainkan oleh lembaga
bank yang terpisah. Agar masyarakat dapat membedakan mana yang Syariah dan mana
yang Konvensional.
DAFTAR PUSTAKA

Basyaib,Hamid.,dkk, Bank Tanpa Bunga, Yogyakarta: PT.MITRA GAMA WIDYA,1992.

Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: GRAHA


ILMU,2010.

Mardani, Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia, Jakarta: PT Refika Aditama,2011.

Muhammad, Manajemen Bank Syariah,Yogyakarta:Unit Pernebitan dan Percetakan


(UUP)AMPYKPN,2002.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta:Unit Penerbitan dan


Percetakan UUP,2005.

Soemitra,Andri, Bank & Lembaga Keuangan Islam, Jakarta: Kencana,2009.

Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu,2012.

Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,Quran-Terjemah.Org,1976.

Anda mungkin juga menyukai