Anda di halaman 1dari 19

PERANAN BANK INDONESI DALAM MEMBINA DAN MENGAWASI

BANK

Di Ajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Hukum Perbankan

Di Susun

Oleh:

Kelompok 10

Idris Sardi Pulungan(0204171030)

Rizki Arami (0204171040)

Salsabila Syahrima(0204184001)

Dosen Pengampu : SANGKOT AZHAR RAMBE, M.HUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puja dan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Hukum Perbankan dengan
judul "Peranan Bank Indonesia Membina dan Mengawasi bank” tepat pada waktunya. 

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun
kritik demi memperbaiki makalah ini. 

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-makalah selanjutnya. 

Medan, 18 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................iii

A. Latar belakang...........................................................................iii
B. Rumusan Masalah......................................................................iv
C. Tujuan Penulisan........................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................1

A. Membina dan Mengawasi Tingkat Kesehatan bank....................................1


B. Membina dan Mengawasi Kualitas asset, manajemen Rentabilitas, Likuitas
dan Solvabilitas............................................................................................2
C. Membina dan Mengawasi aspek yang berhubungan dengan usaha Bank. 10
BAB II PENUTUP.............................................................................12

A. Kesimpulan...............................................................................12
DAFTAR ISI.......................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan Bank sangatlah penting bagi sebuah negara, karena semua kegiatan
perekonomian tidak terlapas dari dunia perbankkan,dalam menjalankan usahanya sebagai
lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan.
Sama seperti halnya perusahaan lainnya, kegiatan pihak perbankkan secara sederhana dapat
kita katakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya. Para nasabah
datang silih berganti baik sebagai pembeli jasa maupun penjual jasa yang ditawarkan. Hal
ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank yaitu membeli uang dari masyarakat
(menghimpun dana) melalui simpanan dan kemudian menjual uang yang diperoleh dari
penghimpun dana dengan cara (menyalurkan) kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.

Perbankan juga salah satu alasan alasan suatu Negara dalam perekonomian yang
sehat. Bank pada dasarnya merupakan industri sejenis di mana seluruh bank dapat
menawarkan dan melayani berbagai jenis produk, baik itu produk yang berbeda maupun
produk yang sama. Untuk dapat menjaga efektifitas dan efisiensi kinerja keuangan dari
perusahaan dibutuhkan suatu bentuk alat komunikasi yang memberikan informasi tentang
kondisi perusahaan.Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi
perusahaan disamping sumber-sumber informasi lainnya.

Setiap Perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu)
akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun
pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Laporan keuangan bank
menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca
bagaimana kondisi bank sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.
Laporan ini juga menunjukkan kinerja keuangan dalam satu periode.

iii
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi
Keuangan Bank, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk
dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari :
1. Laporan tahunan
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan
3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
4. Laporan Keuangan Konsolidasi
.............................. Laporan keuangan yang diterbitkan diharapkan mencerminkan kinerja bank tersebut
yang sebenarnya. Dari informasi yang bersifat fundamental tersebut dapat dilihat apakah bank
tersebut telah mencapai tingkat efisiensi yang baik, dalam arti telah memanfaatkan, mengelola
dan mencapai kinerja secara optimal dengan menggunakan sumber-sumber dana yang ada.

B. Rumusan masalah
1. Apakah peranan bank Indonesia dalam membina dan mengawasi kesehatan bank?
2. Bagaimana peranan bank dalam membina dan mengawasi kualitas asset,
manajemen,rentabilitas, likuitas dan Solvabilitas?
3. Bagaimana peranan bank dalam membina dan mengawasi aspek yang berhubungan
dengan bank?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Bank Indonesia dalam mebina dan mengawasi
Kesehatan bank
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan bank dalam membina dan mengawasi kualitas
asset, manajemen,rentabilitas, likuitas dan Solvabilitas.
3. Untuk mengetahui peranan bank dalam membina dan mengawasi aspek yang
berhubungan dengan bank

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peranan bank Indonesia dalam membina dan mengawasi kesehatan bank

Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Oleh Bank Indonesia:


• Dasar Hukum I 
UU No. 10 Thn 1998, Undang-Undang Perbankan.
• Dasar Hukum II 
UU No. 3 Thn 2004, Undang-Undang Bank Sentral.

Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank


Pasal 29 UU Nomor 10 Tahun 1998. 
2. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia
3. Bank Indonesia menetapkan ketetuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan
aspek permodalan, kualitas asset, kualitas
manajemen,rentabilitas,likuiditas,solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian.1

Pasal 30 UU No.10 Tahun 1998


(4) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia,segala keterangan,dan penjelasan
mengenai usahannya menurut tatacara yang ditetepkan oleh Bank Indonesia.
(2) Bank atas permintaan Bank Indonesia,wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku- buku dan berkas-berkas yang ada padanya,serta wajib memberikan
bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala
keterangan,dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan. 
(3) Keterangan tetang bank yang diperoleh berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak diumumkan dan bersifat rahasia.

1
Abdulkadir, Muhammad. 2000. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung : Citra
Aditya Bakti.

1
Pasal 31 UU No.10 Tahun 1998
(7) BI melakukan pemeriksaan terhadap bank,baik secara berkala maupun setiap waktu
apabila diperlukan.

Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank


Pasal  8 undang-undang No.3 tahun 2004,tentang Bank Indonesia
(1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
(2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
(3) Mengatur dan mengawasi bank 

B. Peranan bank dalam membina dan mengawasi kualitas asset, manajemen,rentabilitas,


likuitas dan aktivabilitas

Bank adalah bagian dari system keuangan dan system pembayaran suatu Negara, bahkan
pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari system keuangan dan
system pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begit suatu bank
memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter Negara yang bersangkutan,
bank tersebut menjadi milik masyarakat. Oleh karena itu, eksistensinya bukan saja harus
dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global.2

Mengingat kegiatan perbankan bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar
kepercayaan, maka setiap pelaku perbankan diharapkan tetpa menjaga kepercayaan
masyarakat tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan akan terjaga
apabila sector perbankan itu sendiri diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-
hatian sehingga selalu terpelihara kondisi kesehatannya. Sejalan dengan harapan-harapan
tersebut, Bank Indonesia sebagi bank sentral yang mempunyai peran pula dalam menetukan
dan memberikan arah perkembangan perbankan serta dapat melindungi masyarakat, maka
Bank Indonesia mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk membina serta melakukan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan perbankan3
2
Andian Sutedi, “Hukum Perbankan: Suatu Tinjauan Pencucian Uang Merger”, Likuidasi, dan
Kepailitan, Jakarta, sinar Grafika,2007, hal 1.

3
Muhammad Djumhana “ Hukum Perbankan Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti ,2000, hal
276

2
Rentabilitas sendiri adalah bertujuan untuk mengetahui kamampuan bank dalam
mengasilakan laba selama periode tertentu, juga untuk mengukur tingkat efektivitas
manajeman dalam menjalankanoprasional perusahannya.

Fungsi pengaturan dan pengawasan bank di tangan Bank Indonesia tidak pernah
lepas dari sorotan masyarakat. Fungsi ini semakin krusial setelah pemerintah melalui Pakto
88 meliberalisasikan industri perbankan nasional dengan mempermudah syarat-syarat
pendirian bank baru. Momemtum liberalisasi memang benar-benar dimanfaatkan pelaku
dunia usaha, sehingga lahirnya bank-bank baru terjadi dengan sangat cepat. Sayangnya,
liberalisasi perbankan ini tidak disetai dengan peningkatan supply tenaga banker yang
berkualitas 4

Setelah melintasi kurun yang cukup panjang dan terus menerus berupaya memberi
karya dan karsa bagi negeri, Bank Indonesia berupaya untuk menebarkan kesejahteraan bagi
masyarakat Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang tentang Bank Indonesia, upaya
tersebut ditempuh dengan menjaga kestabilan nilai mata uang Rupiah yang ditandai dengan
tercapainya sasaran inflasi dan stabilnya nilai tukar.

Kestabilan nilai mata uang sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nilai uang yang stabil
dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam melakukan berbagai
aktivitas ekonominya. Lebih dari itu, inflasi yang terkendali dan rendah dapat mendukung
terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya mereka yang berpendapatan tetap seperti
pegawai negeri sipil dan masyarakat kecil lainnya. Untuk mewujudkan hal itu, Bank
Indonesia memiliki kewenangan dalam melakukan tiga tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
serta mengatur dan mengawasi bank. 5

4
Suwidi Tono, dkk, Bank Indonesia Menuju Indenpedensi Bank Sentral, Jakarta: PT Mardi Mulyo,
2000, hal 125.

5
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/86CE0C47-626D-49A6-989C

3
Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan, mengeluarkan dan mencabut izin
atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan fungsi pengawasan,
serta mengenakan sanksi terhadap bank. Fungsi pengawasan dilakukan melalui pemeriksaan
berkala dan sewaktuwaktu, maupun dengan analisis laporan yang disampaikan oleh masing-
masing bank.

1. Upaya Restrukturisasi Perbankan


Untuk mengembalikan fungsi intermediasi perbankan, Bank Indonesia telah
menetapkan berbagai langkah restrukturisasi yang menyeluruh dan terpadu. Program-
program restrukturisasi tersebut mencakup program pemulihan kepercayaan masyarakat,
rekapitalisasi, restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan perbankan, serta
penyempurnaan fungsi pengawasan bank.

Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang dilandasi oleh visi
mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan
sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Pengawasan Bank
Tugas pengaturan dan pengawasan bank merupakan salah satu tugas yang penting
khususnya dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat yang pada akhirnya akan
dapat mendorong terselenggaranya kebijakan moneter yang efektif. Hal ini mengingat
bahwa lembaga perbankan selain menjalankan fungsi intermediasi, juga berfungsi sebagai
transmisi kebijakan moneter, di samping perputaran dana yang dilakukan melalui sistem
perbankan. Dengan demikian cukup beralasan apabila pengendali 6an moneter dan
pengawasan bank dilakukan oleh lembaga yang sama, yaitu bank sentral.

Beberapa negara yang fungsi pengendalian moneter dan pengawasan perbankannya


dilakukan oleh bank sentral adalah Belanda, Brasil, India, Malaysia, New Zealand, Philipina
dan Singapura. Secara umum, alasan penyatuan kedua fungsi tersebut antara lain :

a. Antara fungsi pengawasan bank dan pengendalian moneter memiliki sifat


yang interdependent, sehingga kedua fungsi tersebut harus sejalan.
b. Memudahkan bank sentral memantau dan menindaklanjuti dampak kebijakan
moneter terhadap perbankan.

6
Ibid.

4
c. Data dan informasi hasil pengawasan bank sangat diperlukan dalam mengambil
keputusan dan melaksanakan kebijakan moneter, dan demikian pula sebaliknya.

Sementara itu, terdapat pula beberapa negara yang pengawasan banknya dilakukan oleh
bank sentral bersama dengan lembaga lainnya. Beberapa negara yang menggunakan
kebijakan tersebut antara lain Amerika Serikat, Finlandia dan Jerman. Di Amerika Serikat
pemeriksaan bank dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat yaitu Federal Reserve
System bekerja sama dengan Office of the Controller of the Currency, State Government
dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), dengan pembagian tugas pengawasan
yang berbeda. Di Finlandia pengawasan bank selain dilakukan oleh bank sentral Finlandia
yaitu Bank of Finland bekerja sama dengan The Bank Inspectorate. Hal yang sama
dilakukan oleh bank sentral Jerman yaitu Bundesbank, melakukan pengawasan bank
bersama Bundesaufsichtsamt fur das Kreditwesen.

Dalam pada itu, negara-negara lain seperti Australia, Belgia, Inggris, Jepang, Korea
Selatan, Swiss dan Perancis, fungsi pengawasan bank dipisahkan dari bank sentral. Alasan
pemisahan tersebut antara lain adanya kekawatiran akan terjadinya pertentangan
kepentingan (conflict of interest) antara tugas menjaga kestabilan moneter dan tugas
pengawasan bank.

Tujuan pengaturan bank mengandung dua sisi yang terkadang tidak saling mendukung.
Di satu sisi, pengaturan bertujuan memaksimalkan  efisiensi,  mendorong inovasi produk
dan  meningkatkan kompetisi. Di sisi lain peraturan bertujuan agar bank menjaga tingkat
kesehatan dan menciptakan stabilitas sistem perbankan. Kalau harus memilih maka menjaga
sistem stabilitas perbankan yang harus dinomorsatukan. Peraturan yang diterbitkan dapat
bersifat netral, insentif atau disinsentif terhadap operasional perbankan. Mewajibkan bank
memelihara giro wajib minimum, memenuhi ratio kecukupan modal dan melaksanakan
prinsip ketebukaan adalah ”pajak” yang harus dibayar bank. Sedangkan keberadaan 
lembaga penjamin simpanan, fasilitas lender of last resort merupakan subsidi  pemerintah.
Pengaturan juga dapat bersifat netral. Artinya peraturan yang diterbitkan tidak memberikan
insentif atau disinsentif tetapi semata-mata untuk menjaga stabilitas atau ketertiban.

5
Apabila peraturan yang ingin diterbitkan tidak bersifat netral maka  regulator harus 
menemukan titik keseimbangan antara besarnya ”pajak” yang harus dibayar dengan
”subsidi” yang ditanggung pemerintah. Bila pajak yang harus dibayar  terlalu besar maka
tidak terjadi efisiensi dan inovasi. Sementara itu,  kalau subsidi yang terlalu besar maka
ancaman terhadap stabilitas sistem perbankan meningkat. Untuk itu, independensi regulator
merupakan keniscayaan, agar  mereka dapat menilai kondisi objektif industri perbankan
sehingga misalnya,  tidak mengkompromikan tujuan jangka panjang dengan kepentingan
jangka pendek.

Secara formal BI dapat saja menerbitkan peraturan yang mewajibkan bank


meningkatkan LDR menjadi 100 % dan atau memaksa bank menurunkan suku bunga kredit.
Sebagai badan hukum publik BI berwenang memaksa bank mematuhi semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan ancaman sanksi administaratif bagi bank yang
melanggar. Secara bisnis,  apabila belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan direspon
dengan kebijakan pengaturan dikhwatirkan akan meningkatkan naiknya risiko kredit
bermasalah.

Industri perbankan  sejak dulu dan akan terus menjadi objek regulasi dan supervisi.
Pengaturan dan pengawasan penting bagi industri perbakan paling tidak karena dua alasan.
Pertama, secara alamiah bisnis bank  adalah bisnis kepercayaan dan industri perbankan
memiliki peran  kunci sebagai pendorong roda perekonomian. Kedua, bank  potensial
terhadap tindakan kecurangan dan apabila terjadi kebangkrutan bank biaya sosial yang harus
dibayar sangat mahal. Dengan kata lain alasan utama pengaturan dan pengawasan adalah
agar keberadaan bank tidak boleh menimbulkan kerugian bagi  masyarakat, baik berupa
ketidakmampuan mengembalikan uang nasabah penyimpan atau menjadi penyebab
kekebangkrutan bank lain (contagion effect).

Kualitas aktiva produktif memiliki suatu kriteria da;am menilai yaitu didasarkan pada
tingkat kolektibilitas. Penggolongan kolektibilitas suatu aktiva produktif sejauh ini hanya
terbatas pada kredit yang diberikan. Yang menjadi ukuran utamanya adalah ketetapan
pembayaran pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari segi usaha
maupun nilai dari agunan kredit yang bersangkutan. Kualitas aktiva produktif dapat
digolongan menjadi lima yaitu:

6
a. Lancar (Pass), jika memenuhi kriteria:
1. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
2. Memiliki mutase rekening yang aktif
3. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (Cash Collateral)
b. Dalam perhatian khusu (Special Mention), jika memenuhi kriteria:
1. Terdapat masalah tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui
90 hari 2. Kadang-kadang terjadi cerukan
3. Mutase rekening relative aktif
4. Didukung oleh pinjaman baru, dan lain-lain
c. Kurang lancer (Substandard), jika memenuhi kriteria:
1. Terdapat masalah tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
90 hari
2. Sering terjadi cerukan
3. Mutase rekening relative rendah 4. Lemahnya dokumentasi pinjaman
d. Diragukan (Doubtful), jika memenuhi kriteria:
1. Terdapat masalah tunggakan angsuran pokok dan/atau yang telah melampaui 180 hari
2. Terdapat cerukan yang sifatnya permanen
3. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari 4. Terjadi kapitulasi bunga, dan lain-lain.
e. Macet (Loss), jika memenuhi kriteria:
1. Terdapat masalah tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
270 hari
2. Kerugian operasional yang ditutup dengan pinjaman baru
3. Dari segi hukum serta kondisi pasarnya, jaminan tidak dapat dicairkan pada batas
nilai wajar.
Penilaian aktiva produktif dalam perbankan mengacu pada Peraturan Bank Indonesia
No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
mengenai Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan, Peraturan Bank Indonesia No.
6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, dan Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP Jakarta 31 Mei 2004 perihal Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.7
7
Busantoso, Tatok dan Siget Triandaru. 2006. Bank Dan Lambaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat

7
4. Wewenang BI
Dalam kaitannya dengan tugas pengawasan bank ini, berdasarkan undang-undang, Bank
Indonesia diberi wewenang mengatur dan mengawasi Bank dan meliputi kewenangan
sebagai berikut :

a. Memberikan dan mencabut ijin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari
bank
b.  Menetapkan peraturan di bidang perbankan
c. Melakukan pengawasan bank baik secara langsung maupun tidak langsung
d.  Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundangan

Secara umum, dalam melaksanakan tugas-tugas dimaksud, Bank Indonesia berwenang


menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan berdasarkan prinsip kehati-hatian sesuai standar
yang berlaku secara internasional melalui penetapan rambu-rambu bagi penyelenggaraan
kegiatan usaha perbankan yang pada gilirannya dapat mewujudkan suatu sistem perbankan
yang sehat.

Kewenangan publik yang dimiliki BI harus juga mempertimbangkan realitas bisnis yang
dilakoni industri perbankan. Peraturan yang tidak netral atau memimbulkan disinsentif
secara ekonomis pasti akan menghasilkan kondisi sub-optimum bagi bank. Pilihan bagi bank
adalah mematuhi peraturan  atau melanggar peraturan tersebut. Apabila biaya untuk patuh
lebih besar dibandingkan hukuman yang harus dibayar, secara rasional bank akan memilih
tidak mematuhi peraturan. Ketidak patuhan terhadap peraturan akan menurunkan
kewibawaan penerbit peraturan. Kondisi ini bila berlanjut dapat berujung pada lemahnya
kepatuhan terhadap hukum. Suatu kondisi yang tidak menguntungkan bagi kemajuan sistem
perbankan karena lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.

5. Tugas BI
Sementara itu, agar pelaksanaan pengawasan dan pengaturan perbankan tersebut dapat
berjalan efetif maka tugas tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a. Melaksanakan ketentuan prinsip kehati-hatian (prudential) secara efektif dan


sekaligus melaksanakan prinsip keterbukaan (disclosure) yang lebih luas bagi
masyarakat tentang kondisi masing-masing bank.

8
b. Menyehatkan kegiatan operasional di bidang finansial perbankan melalui program-
program penyehatan/restrukturisasi perbankan dan peningkatan fungsi intermediasi.
c. Memantapkan sistem pengawasan bank, baik pengawasan langsung maupun tidak
langsung.
d. Meningkatkan mutu pengelolaan perbankan, untuk memantapkan ketahanan sistem
perbankan.

Dalam rangka lebih memfokuskan pelaksanaan tugas, beberapa tugas Bank Indonesia,
melalui Undang-undang No.23/1999, telah dilakukan penyesuaian sebagai berikut :

a. Larangan pemberian kredit kepada Pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk


menghindari terjadinya ekspansi moneter atau penambahan uang beredar yang pada
gilirannya dapatmengakibatkan terjadinya inflasi sehingga mengurangi efektifitas
pengendalian moneter untuk memelihara kestabilan nilai rupiah
b. Tugas pemberian kredit likuiditas dalam rangka kredit program dialihtugaskan
pengelolaannya kepada:
1. Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk Kredit Usaha Tani, Kredit Koperasi dan Kredit
Koperasi untuk Anggotanya (KKPA),
2. Bank Tabungan Negara (BTN) untuk Kredit Perumahan Rakyat Sederhana (KPRS)
dan KPR-Sangat Sederhana (KPRSS)
3. PT Permodalan Nasional Mandiri untuk KKPA, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro
(KPKM), Kredit Kecil, Mikro dan Menengah (KMKM)-Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) dan Kredit untuk Usaha Angkutan.
c. Pemberian kredit dalam kerangka tugas Bank Indonesia sebagai lenders of the last
resort dibatasi hanya untuk keperluan jangka pendek dengan maksimum 90 hari kerja
termasuk perpanjangannya serta harus dijamin dengan surat berharga yang berkualitas
tinggi dan jaminan minimum 100%.
d.  Penyertaan Bank Indonesia pada perusahaan lain dibatasi hanya pada perusahaan
yang menunjang pelaksanaan tugas.8

8
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo persada.

9
Di beberapa negara yang sistem keuangannya didominasi oleh sektor perbankan,
pengawasan bank biasanya dilakukan oleh bank sentral atau suatu lembaga non-bank sentral.
Saat ini otoritas pengawas bank yang berada di luar bank sentral di berbagai negara
cenderung semakin meningkat. Saat ini secara umum pengawasan bank lebih dominan
berada di luar bank sentral di negara-negara yang sistem keuangannya didominasi
perbankan.

C. Membina dan Mengawasi aspek yang berhubungan dengan usaha Bank

Berkaitan dengan kegiatan usaha bank pada prinsipnya ada dua yaitu usaha
penghimpunan dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Tetapi usaha-usaha yang
dilakukan bank ini dapat diperluas sebagaiamana tercantum dalam ketentan pasal 6 Undang-
undang No. 7 Tahun 1992 yang kemudian diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998,
yaitu bank umum dapat melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,


deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
2. memberikan kredit;
3. menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya ;
5. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud;
6. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
7. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
8. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
9. obligasi;
10. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
11. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun;

10
12. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan sistem
pengawasannya dengan menggunakan 2 pendekatan yakni pengawasan berdasarkan
kepatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk
based supervision/RBS). Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti
mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk
menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang
diterapkan oleh BI akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.

1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)

Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya menekankan


pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan ketentuan yang terkait dengan
operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank di masa lalu
dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan
benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian.

2. Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)

Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan pengawasan yang


berorientasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan pendekatan tersebut
pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent
risk)pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko (risk control system).
Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif
dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank.9

9
Malayau Sp Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002,hlm.143.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
..........................Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau
kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan
mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang


menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi
prinsip kehati-hatian.

Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan


mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin
pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan
atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank
untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan


langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik
dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-waktu bila
diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian,
analisis dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.

12
Asset produktif merupakan suatu bentuk penanaman dana oleh
bank baik dalam bentuk rupiah maupun bentuk valuta asing untuk
memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, penempatan pada
Bank dan pemerintah, surat berharga Syariah tagihan atas surat berharga
Syariah yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase
agreement), tagihan derivative, tagihan akseptasi, penyertaan, penempatan
pada bank lain, transaksi rekening administrative, dan bentuk penyediaan
dana lainnya. Penilaian kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat
kolektibilitas. Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif sampai sejauh
ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Yang menjadi ukuran
utamanya adalah ketetapan pembayaran pokok dan bunga serta
kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit
yang bersangkutan.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/86CE0C47-626D-49A6-989C
Muhammad, Djumhana. 1996. Rahasia Bank (Ketentuan dan Penerapannya di
Indonesia). Bandung : Citra Aditya Bakti.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo
persada.
Abdulkadir, Muhammad. 2000. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung
: Citra Aditya Bakti.
Busantoso, Tatok dan Siget Triandaru. 2006. Bank Dan Lambaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat
Suwidi Tono, dkk, Bank Indonesia Menuju Indenpedensi Bank Sentral, Jakarta:
PT Mardi Mulyo, 2000.

14

Anda mungkin juga menyukai