disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Nur Hidayah AL Amin, M.E.SY.
Disusun Oleh :
Triwiningsih (175211014)
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul
“Dewan Pengawas Syariah” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-
Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam
kami curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Bapak Nur Hidayah AL Amin, M.E.SY.
dan teman-teman yang telah memberikan saran sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah Non Bank. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang
terkait. Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang
membaca. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini bisnis syariah di Indonesia sedang berkembang pesat, khususnya di dalam
sektor perbankan. Perbankan syariah ini harus dijalankan berdasarkan prinsip dan sistem
yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Oleh karena itu, perbankan harus atau wajib
memiliki institusi internal yang independen, yang secara khusus bertugas memastikan
bahwa suatu bank akan berjalan sesuai syariah. Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh
Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa bank syriah harus
memiliki Dewan Pengawas Syariah. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
mengenai Dewan Pengawas Syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Dewan Pengawas Syariah?
2. Apa saja tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah?
3. Apa saja fungsi Dewan Pengawas Syariah?
4. Bagaimana indepedensi Dewan Pengawas Syariah?
5. Bagaimana mekanisme keanggotaan dalam Dewan Pengawas Syariah?
6. Bagaimana struktur di dalam Dewan Pengawas Syariah?
7. Apa saja kekuatan dan kelemahan Dewan Pengawas Syariah?
8. Bagaimana bentuk laporan yang dibuat oleh Dewan Pengawas Syariah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Dewan Pengawas Syariah.
2. Untuk mengetahui apa saja tugas dan wewenang dari Dewan Pengawas Syariah.
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi Dewan Pengawas Syariah.
4. Untuk mengetahui indepedensi Dewan Pengawas Syariah.
5. Untuk mengetahui mekanisme keanggotaan di dalam Dewan Pengawas Syariah.
6. Untuk mengetahui struktur di dalam Dewan Pengawas Syariah.
7. Untuk mengetahui apa saja kekuatan dan kelemahan dari Dewan Pengawas Syariah.
8. Untuk mengetahui bagaimana bentuk laporan Dewan Pengawas Syariah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 dan Surat Keputusan Dir BI Nomor 32/34/KEP/DIR Tanggal
12 Mei 1999 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, bahwa kepengurusan Bank
Syariah terdiri atas komisaris dan direksi, di samping itu bank wajib memiliki Dewan
Pengawas Syariah yang berkedudukan di Kantor Pusat Bank.2
b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah yang
mengatur kewajiban Bank untuk membentuk Dewan Pengaws Syariah di Kantor Pusat
Bank.3
c. Surat Keputusan Dewan Syariah Nasional No. 03 Tahun 2000 tentang Dewan
Pengawas Syariah4
d. Surat Keputusan DSN-MUI No. 02 Tahun 2000 tentang keanggotaan Dewan
Pengawas Syariah.5
1
Irwan Misbach, “Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi Transaksi Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia”, http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/minds/article/download/4634/4219&ved=2ahUKEwjqzfbe2obhAhWj6XMBHbA-
BBoQFjADegQIBRAB&usg=AOvVaw3tzpEsBPdJ3HhF9sWjK1Zf, terakhir diakses 15 Maret 2019 pukul
20.02 WIB, hlm. 85
2
Totok Budisantoso dan Nuritomo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm.
212
3
Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm. 146
4
Irwan Misbach, “Kedudukan..., hlm. 85
5
Ahmad Dahlan, Bank Syariah, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018), hlm. 208
2
C. Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah
a. Tugas Dewan Pengawas Syariah
1. Mendiskusikan masalah-masalah dan transaksi bisnis yang dihadapkan
kepadanya sehingga dapat ditetapkan kesesuaian atau ketidaksesuaiannya dengan
syariah Islam.6
2. Mengawasi kegiatan usaha bank agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip
syariah, merujuk fatwa DSN-MUI atau Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
(KHES).7
b. Wewenang Dewan Pengawas Syariah
1. Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syariah dan operasional
Bank Islam, baik penyerahan dana, penyaluran dana, maupun kegiatan-kegiatan
bank lainnya.
2. Mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang telah atau sedang
dijalankan dinilai bertentangan dengan syariah.8
6
Karnaen Perwataatmaja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1992), hlm. 2-3
7
Ahmad Dahlan, Bank..., hlm. 209
8
Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait: Bamui, Takaful, dan Pasar
Modal Syariah di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 52
9
Irwan Misbach, “Kedudukan..., hlm. 86
3
E. Indepedensi Dewan Pengawas Syariah
Keberhasilan pelaksanaan tugas dan wewenang dewan ini sangat tergantung
kepada independensinya dalam membuat suatu penilaian atau keputusan yang dibutuhkan.
Independensi dewan ini diharapkan dapat dijamin karena:10
a. Bukan staf bank, sehingga tidak tunduk dibawah kekuasaan administratif
b. Dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
c. Hononariumnya ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham
d. Dewan pengawas mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas khusus seperti halnya
badan pengawas lainnya
a. Diusulkan oleh bank yang menjalankan prinsip syariah. Minimal 2 orang atau 3 orang.
b. Nama-nama yang diusulkan kemudian diuji oleh Dewan Syariah Nasional. Calon DPS
yang dianggap telah memenuhi standar, maka DSN akan mengeluarkan surat
rekomendasi. Jika belum memenuhi standar, calon DPS diberikan waktu untuk
dipanggil ulang jika lembaga yang mengusulkan masih menghendakinya untuk
menjadi DPS.
c. Nama-nama yang telah mendapatkan rekomendasi akan mengikuti workshop ke-DPS-
an. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat dan mengintegrasikan eksistensi DPS
yang secara umum lebih banyak didominasi oleh pakar dibanding hukum Islam.
Padahal pada konsep ideal, anggota DPS juga harus memahami prinsip dan kegiatan
ekonomi di bidang perbankan.
d. Anggota DPS akan mendapatkan sertifikasi DSN jika telah dianggap memenuhi
standar yang ditetapkan.
10
Karnaen Perwataatmaja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana..., hlm.3
11
Ahmad Dahlan, Bank..., hlm. 208-209
4
G. Struktur Dewan Pengawas Syariah di dalam Bank
1. Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi komisaris
sebagai pengawas direksi.
2. Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka
DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi
sistem dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah Islam.
3. Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan sistem
pembinaan keislaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya.
4. Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan perusahaan tersebut.
5. Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan oleh Biro
Syariah. 12
12
Irwan Misbach, “Kedudukan..., hlm. 87
5
sebagian isinya mengatur tentang peran dan kedudukan Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
Menurut Agustianto yang merujuk pada Peraturan Bank Indonesia Tahun
2010, beberapa hal penting dalam meningkatkan optimalisasi dan signifikasi DPS
dan DSN, seorang konsultan Bank Syariah tidak boleh menjadi DPS, supaya terjadi
pola hubungan yang fair antara konsultan, DPS, dan Bank Syariah.13
b. Kelemahan
Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia yang mempunyai keilmuan
secara komprehensif, keilmuan kesyariahan dan keilmuan keekonomian terutama
perbankan, sehingga menunjang kualitas Anggota DPS.
Hal ini merupakan dampak panjang dikotomistik keilmuan berbasis agama
dengan keilmuan berbasis umum. Masyarakat Muslim Indonesia yang telah
mendalami ilmu agama atau syariah relatif sedikit yang menguasai ekonomi, atau
sebaliknya.15
13
Ahmad Dahlan, Bank..., hlm. 210
14
Ibid, hlm. 211
15
Ibid, hlm. 211
6
penulisan yang telah ditetapkan oleh AAOIFI (Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions), adapun unsur-unsurnya antara lain:16
a. Judul;
b. Penerima;
c. Pembukaan atau pengantar;
d. Paragraph singkat yang menjelaskan sifat dari pelaksanaan kerja;
e. Paragraph opini yang mengandung ungkapan pendapat atas kepatuhan lembaga;
f. Tanggal laporan; dan
g. Tanda tangan anggota dewan pengawas syariah.
16
Irawan Febianto, Analisis Laporan Tahunan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Pada Bank Syariah di
Indonesia, (Bandung: Forum Riset Perbankan Syariah, 2011), hlm. 9-10
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Surat Keputusan Dewan Syariah Nasional No. 3 Tahun 2000, bahwa
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang
bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dewan Pengawas Syariah (DSS) adalah suatu badan yang bertugas mengawasi
pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional di lembaga keuangan syariah. Tugas dari
DPS adalah mendiskusikan masalah-masalah yang ada di bank dan mengawasi kegiatan
bank agar sesuai dengan prinsip syariah.
DPS diangkat dan diberhentikan di lembaga keuangan syariah melalui RUPS setelah
mendapat rekomendasi dari DSN. Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada
setingkat dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. 2009. Current Issues lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta : Prenada Media Group
Misbach, Irwan. “Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi
Transaksi Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/minds/article/download/4634/4219&ved=2ahUKEwjqzfbe2obhAh
Wj6XMBHbA-BBoQFjADegQIBRAB&usg=AOvVaw3tzpEsBPdJ3HhF9sWjK1Zf. terakhir
diakses 15 Maret 2019 pukul 20.02 WIB
Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2017. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :
Salemba Empat
Perwataatmadja, Karnaen dan Antonio, Muhammad Syafi’i. 1992. Apa dan Bagaimana Bank
Islam. Yogyakata : Dana Bhakti Wakaf
Dahlan, Ahmad. 2018. Bank Syariah: Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta : Kalimedia
Sumitro, Warkum. 2004. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait: Bamui,
Takaful, dan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan
AMPYKPN
Febianto, Irawan. 2011. Analisis Laporan Tahunan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Pada
Bank Syariah di Indonesia. Bandung : Forum Riset Perbankan Syariah