KESEPAKATAN BASEL
Dosen Pengampuh : Ahmad Dzul Ilmi Syarifuddin, M.M
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nur Hikma Nawir (19.2900.008)
Ummu Aulia (19.2900.040)
Andi Rani Fitria Ningsih (19.2900.054)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala karena berkah dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kesepakatan Basel.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini memberikan informasi bagi kita semua terutama mahasiswa-mahasiswa dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun,
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. Sejarah Kesepakatan Basel............................................................................................2
B. IFSB Mengenai Manajemen Risiko...............................................................................3
C. Basel I..................................................................................................................................4
1. Latar belakang basel 1.....................................................................................................4
2. Kesepakatan basel I.........................................................................................................7
D. BASEL II..............................................................................................................................8
1. Kesepakatan basel II........................................................................................................8
2. Regulasi Tiga Pilar Kesepakatan Basel II.................................................................11
E. BASEL III...............................................................................................................................13
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kesepakatan basel
2. Bagaimana IFSB mengenai manajemen risiko
3. Bagaimana kesepakatan basel I
4. Bagaimana kesepakatan basel II
5. Bagaimana kesepakatan basel III
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana sejarah kesepakatan basel
2. Mengetahui bagaimana IFSB mengenai manajemen risiko
3. Mengetahui bagaimana kesepakatan basel I
4. Mengetahui bagaimana kesepakatan basel II
5. Mengetahui bagaimana kesepakatan basel III
1
BAB 2 PEMBAHASAN
I droes (2006:35) menjelaskan awal mula peraturan basel dibentuk atas dasar
melemahnya peran regulasi keuangan bank sentral. Dimana fungsi bank sentral
sebagai lender of the last resort membuat perbankan mempercayakan
sepenuhnya kepada bank sentral dalam mengatasi setiap permasalahan yang
terjadi, baik pada sektor likuiditas maupun solvency. Maksud sederhananya
adalah karena kewajiban untuk menjadi lender of last resort, maka bank sentral
disuatu negara akan bangkrut apabila mengalami krisis likuiditas secara
bersamaan dan berkesinambungan.
2
Dengan adanya pendekatan dan prinsip diatas, diharapkan kepada
seluruh bank agar dapat mengevaluasi dan mempertimbangkan setiap
kegiatan usaha yang akan dilakukan agar dapat mengelola risiko yang timbul
dan mengurangi beban bank sentral sebagai lender of last resort sehingga
dapat terhindar kebangkrutan jika terjadi krisis likuiditas (Idroes,2006:36)
Menurut jorion dan khoury risiko muncul ketika lebih dari satu
kemungkinan hasil (out-come), dan hasil yang paling akhir tidak dapat
diketahui risikonya atau dapat didefinisikan sebagai perubahan atau
perbedaan hasil yang tidak diharapkan. Risiko dapat diklasifikasikan dengan
berbagai cara, risiko dapat dibedakan menjadi dua yaitu risiko bisnis dan
risiko finansial. Dimana risiko ini muncul secara alami berdasarkan dari
aktifitas bisnis yang dijalankan, sedangkan risiko finansial mmuncul dari
kemungkinan kerugian dalam pasar keuangan seperti akibat adanya
perubahan pada variabel-variabel keuangan.
3
dibuat IFSB ini harus diikuti oleh bank islam untuk mengurangi risiko yang
akan mereka hadapi.
Adapun prinsip IFSB (Islamic Financial Service Board) atas manajemen risiko
adalah sebagi berikut:
1. Institusi keuangan islam harus memiliki proses untuk menghilangkan
semua elemen manajemen risiko termasuk risiko identifikasi, pengukuran,
mitigasi, monitoring, pelaporan, dan kontrol.
2. Institusi keuangan islam harus menjamin sebuah sistem pengendalian
yang mencukupi dengan pemeriksaan yang sesuai. Dalam hal ini, (1)
harus sesuai dengan aturan syariah, (2) sesuai dengan peratuan dan
kebajikan prosedur internal, (3) melakukan penyatuan proses manajemen
risiko.
3. Institusi keuangan islam harus menjamin kualitas dan pelaporan risiko
akan tersedia untuk pemegang wewenang pengaturan.
4. Institusi keuangan islam harus memberikan informasi terbuka yang sesuai
dan tepat waktu bagi pemegang investaso, sehingga investor dapat
memperkirakan risiko potensial dan upah atas investasi mereka dan juga
untuk melindungi bunga mereka atas keputusan dalam melakukan proses.
C. Basel I
Basel I (Basel Capital Accord) tahun 1988
the Basel Committee for Banking Supervision (BCBS) memiliki dua tujuan
fundamental yaitu untuk memperkuat kerangka dasar budaya (soundness)
dan stabilitas atas sistem perbankan internasional. Selain itu, BCBS juga
ingin menciptakan kerangka dasar yang konsisten tidak memihak (fair) bagi
bank-bank diberbagai negara dengan sumber daya yang berbeda dan aktif
menjalan kegiatan operasional perbankam secara operasional. Kerangka
dasar tersebut diharapkan akan menjadi acuan untuk mengurangi
kesenjangan daya saing antar bank-bank yang menjalankan kegiatan
operasionalnya.
Maka dari itu BCBS mewujudkan tujuan tersebut dengan membentuk dan
mempuikasikan Basel Capital Accord pada tahun 1998 atau dikenal sebagai
Basel I. Tujuan utama dari Basel I ini untuk menciptakan adanya metodologi
standar untuk menghitung kebutuhan modal bank berdasarkan risiko yang
dihadapi oleh bank. Basel I tersebut hanya membahas tentang perhitungan
kebutuhan modal untuk menutup risiko kredit, yang diasumsikan sudah cukup
untuk menutup berbagai jenis risiko lainnya.
4
atau risk-weighted aset (RWA) dan rasio kecukupan penyediaan modal
minimum (KPMM) atau capital adequacy ratio (CAR).
keuangan;
5
1. Perbankan secara signifikan mengukur sendiri performanya berdasrkan
hasil (return) yang ingin dicapai dan risiko yang akan ditanggung untuk
mencapai sebuah return.
Bank Sentral pada tiap-tiap Negara. Dalam membuat regulasi bank sentral
perlu mempertimbangkan agar regulasi tersebut bekerja dengan baik di
lingkup local maupun internasional. Nah, agar regulasi dapat bekerja dengan
baik di lingkup local maka bank sentral perlu merujuk pada kebijakan makro
pemeritah. Sedangkan jika regulasi diharapkan dapat bekerja sesuai dengan
6
standar internasional, maka Bank Sentral dapat merujuk kepada
kesepakatan Basel.
2. Kesepakatan basel I
Komite Basel (The Basel Committee) untuk pengawasan perbankan
dicetuskan pada tahun 1974. Dalam pembentukan komite basel telah
diprakarsai oleh gubernur bank sentral the Group of Ten (G10), yang fokus
pada regulasi dan praktek pengawasan perbankan.
Nama basel di ambil dari nama sebuah kota di Swiss tempat para
gubernur bank sentral berkumpul dan menjadikan nama kota tersebut
sebagai nama kelompok dan kemudian menjadi nama bagi produk-produk
kesepakatan yang dihasilkannya.
Komite Basel terdiri dari perwakilan Bank Sentral dan pengawas Perbankan
G10 ditambah Spanyol dan Luxembourg. Nama G10 sendiri sebenarnya
cukup unik karena terdiri dari 11 negara.
1. Amerka Serikat
2. Belanda
3. Belgia
4. Inggris
5. Italia
6. Jepang
7. Jerman
8. Kanada
9. Prancis
10. Swedia
11. Swiss
7
basel mempublikasikan “Kesepakatan Basel Pertama” (the first Basel Capital
Accord) pada 1988.
3. Target rasio modal dan kalkulasi konsumsi modal yang memenuhi syarat
5. Struktur modal
D. BASEL II
1. Kesepakatan basel II
8
organisasi yang aktif secara internasional disiapkan oleh komite. Basel II ini
dibentuk dan dikembangkan untuk menggantikan Basel I (1988).
Pada basel II, modal digunakan untuk menutup risiko kredit, ditentukan
dengan menggunakan metode standar (SA), metode Internal Rating Based
Foundation (IRBF) dan Advanced (IRBA).
- Model portofolio penuh (full portfolio models) yaitu penerapan teknik option
pricing, dimana model portofoluo penuh ini merupakan karya Robert Metson
dalam penetapan harga dan pengukuran risiko option portofolio.
Karena istilah credit grade dan credit rating dapat saling menggantikan, maka
kesepakatan Basel II menggunakan istilah grade untuk definisi ini.
c. Untuk fokus pada pilar I model untuk resiko kredit pada teknik
pemeringkatan kredit (credit grading technique).
9
Komite Basel menggunakan pendekatan konsulatif untuk memastikan bahwa
regulasi yang baru harus berdampak postif. Dimulai dengan makalah
konsulatif kemudiam diikuti periode konsulatif dan revisi.
10
ekonomis untuk mengukur modal yang sesuai persyaratan bagi resiko kredit,
menetapkan tambahan modal spesifik terhadap resiko operasional dan
mengizinkan Bank-bank terpilih untuk menggunakan cara canggih atau tidak
dalam mengukurnya, serta mewajibkan setiap bank untuk mempublikasikan
informasi resiko sebagai dasar penilaian harga saham dan peringkat kredit.
Dalam pilar satu, bank diminta mengkalkulasikan modal minimum untuk risiko
kredit, risiko pasar, dan risiko operasional yang dihitung dengan pendekatan,
sbg:
Pilar 1 mengatur perhitungan modal untuk menutup risiko kredit, risiko pasar
trading book dan risiko operasional.
Dalam pilar 2 mengatur bagaimana bank harus mengelola dengan baik risiko
lain yang belum diperhitungkan pada pilar 1, misalnya kebutuhan modal untuk
menutup risiko suku bunga dalam banking book dan risiko konsentrasi kredit.
11
Pilar II adalah proses tinjauan berdasarkan regulasi (supervisory
review) yang diformalkan oleh pembuat kebijakan yang didasarkan pada
praktek terbaik yang berlangsung. Konsep-konsep tinjaun ini didasarkan pada
regulasi yang telah ada secara implisit pada basel I yang dimaksudkan untuk
membentuk standar minimum yang dapat diadaptasi oleh bank by bank basis.
Dalam pilar II tinjauan pengawasannya sangat mirip dengan pengawasan
berdasarkan resiko saat ini oleh Federal Reserve Board di US dan Financial
Services Authority di UK.
Dalam pilar II mengandung tiga area utama yang tidak dicakup pada pilar I.
Ketiga area tersebut adalah:
2. Resiko suku bunga pada buku Bank (interest rate in the Banking book)
yaitu risiko yang terkait pengaruh suku bunga terhadap aktiva produktif serta
kewajiban bank.
Aspek penting dalam pilar ke II ini yaitu menilai kepatuhan dengan standari
minimjm yang telah ditetapkan dalam kwajiban penyediaan modal pilar I
Pilar III adalah pilar disiplin pasar. Menurut The Bank for International
Settlement (BIS) mendeskripsikan disiplin pasar sebagai mekanisme
pengelolaan (governance) eksternal dan internal di ekonomi pasar bebas
yang meniadakan intervensi langsung Pemerintah.
Pilar III mengatur kewajiban bank untuk mempublikasikan pengelolaan
perbankan dalam laporan tahunan, surat kabar, web perusahaan, dan
sebagainya. Proses ini selarasa dengan prinsip market dicipline dalam hal
transparansi kepada masyarakat. Selain itu, Pilar III dirancang juga untuk
membantu para pemegang saham Bank dan analis pasar, membawa
transparansi pada hal-hal:
2. Profil resikonya.
12
E. BASEL III
a. Definisi baru dari modal yang dapat diperhitungkan pada perhitungan CAR
(Capital Adequacy Ratio), yaitu modal Tier 1 sekarang lebih banyak
mengandalkan modal equity, dan membatasi penggunaan modal quasi equity
(hybrid capital).
c. Perhitungan leverage ratio yaitu modal dibagi dengan total aset (on dan off
balance sheet).
13
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama basel di ambil dari nama sebuah kota di Swiss tempat para
gubernur bank sentral berkumpul dan menjadikan nama kota tersebut
sebagai nama kelompok dan kemudian menjadi nama bagi produk-produk
kesepakatan yang dihasilkannya.
Basel II
14
Pada basel II, modal digunakan untuk menutup risiko kredit, ditentukan
dengan menggunakan metode standar (SA), metode Internal Rating
Based Foundation (IRBF) dan Advanced (IRBA).
Basel III
Basel III, dipublikasikan secara formal pada bulan sepetember 2010 yang
pada saat itu disebut dengan basel 2.5 yang menjelaskan metode baru
perhitungan ATMR risiko pasar pada bulan Desember tahun yang sama
disepakati disebut dengan Basel III bersamaan dengan perubahan lainnya
seperti perubahan terkait dengan pemodalan dan perubahan rasion
likuiditas.
15
DAFTAR PUSTAKA
Rivai Veithzal, R. I. (2013). Islamic Risk Management For Islamic Bank. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
16