Anda di halaman 1dari 6

KOMPETENSI, STANDAR PROFESIONAL, DAN KODE ETIK AUDITING

SYARIAH

Oleh:

Sofyan

Andi Aswar Al Hady

A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional

Kecermatan profesional (due professional care) dalam auditing berarti upaya


maksimal dari setiap auditor dalam pemanfaatan pengetahuan, keterampilan, dan
pertimbangan rasional dengan penuh kehati-hatian dalam melaksanakan fungsi auditing,
termasuk dalam hal merencanakan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan
pembuktian, serta dalam hal pengambilan simpulan, sehingga kewajiban yang dibebankan
kepadanya dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.

Berdasarkan pengertian di atas, dua hal yang perlu menjadi perhatian, yakni:

1. Adanya kepastian tentang kewajiban yang dibebankan kepada auditor sebagai lingkup
tanggung jawab profesinya.
2. Tersedianya cara-cara bagi auditor untuk mewujudkan secara maksimal kemampuan,
pengetahuan, dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya, termasuk perilaku kehati-
hatian yang memadai untuk itu.
B. Kompetensi Wajib Auditor Syari’ah
1. Lingkup Tanggung Jawab Auditing

Menurut Mautz dan Sharaf (1961), sebetulnya jika profesi auditor berani dengan jelas
menerima kewajiban sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat dan sepenuhnya
masuk dalam wilayah tanggung jawabnya, maka peranan profesi ini dalam masyarakat
menjadi semakin jelas. Kejelasan itu dapat diibaratkan dengan penerimaan tanggung
jawab untuk pengobatan penyakit oleh profesi kedokteran atau tanggung jawab
mengungkapkan kriminal oleh profesi kepolisian. Bagi kedua profesi itu berlaku pula
standar-standar internal yang dikembangkan sendiri untuk pelaksanaan fungsinya.
Namun, tidak ada alasan bagi kedua profesi itu untuk menyatakan kegagalan dalam
pengobatan atau pengungkapan kejahatan sebagai hal di luar tanggung jawabnya hanya
karena standar internal yang berlaku telah dipenuhinya. Dengan kata lain, masyarakat
mengharapkan jasa pengungkapan kesalahan informasi dari profesi auditing, sebagaimana
pula mereka mengharapkan pengobatan atau pengungkapan kejahatan dari dokter atau
polisi, bukan sekadar jasa pemenuhan tuntutan standar. Masyarakat tidak bermaksud
sekadar membeli standar.

Selanjutnya, Mautz dan Sharaf berpendapat bahwa seandainya profesi auditing


mampu memastikan wilayah tanggung jawabnya, laporan akhir suatu audit yang dengan
yakin tidak menemukan penyimpangan atau kekeliruan dalam informasi atau laporan
terkait tidak perlu berbelit-belit.

Mautz dan Sharaf menganjurkan bahwa isi laporan itu cukup memberi pernyataan
sebagai berikut : (terjemahan dengan sedikit modifikasi): “Kami telah menguji dengan
kecermatan profesi informasi (laporan) berikut dan kami dapat menyatakan bahwa
informasi (laporan) dimaksud bebas dari kesalahan yang material.” Laporan audit yang
cukup singkat itu memperlihatkan dengan tegas tanggung jawab auditor, dan tidak lagi
bergelayut pada standar-standar yang dibuatnya untuk sekadar menjadikannya sebagai
tameng.

2. Tindakan Profesional

Setelah lingkup kewajiban auditor menjadi jelas, harus pula tersedia cara-cara baginya
untuk mewujudkan kewajiban itu, yakni dengan mengerahkan secara optimal
pengetahuan, keahlian, dan kecermatan yang diperlukan untuk itu. Untuk itu, auditor
perlu memulainya dengan sikap awal yang dikenal sebagai “professional scepticism”
dalam menghadapi asersi atau laporan yang hendak diauditnya. Dengan “professional
scepticism” dimaksudkan bahwa auditor bersikap kritis untuk mempertanyakan
kebenaran informasi atau laporan yang diauditnya sampai memperoleh bukti-bukti kuat
yang mendukung kebenaran itu.

Dalam mempersenjatai dirinya dengan pengetahuan tentang objek informasi yang


diauditnya, auditor perlu mengenali berbagai sumber pengetahuan, seperti dikemukakan
oleh Montague dalam The Ways of Knowing (MacMilan, 1953), yakni:

a. Authoritarianism
Pengetahuan yang didasarkan pada keyakinan terhadap sumbernya karena
tingkat persuasinya yang memadai, misalnya konfirmasi, rekening koran, atau
pendapat ahli.
b. Mysticism
Prinsip “professional scepticism” ini jangan sampai dikacaukan dengan
beberapa postulat yang berasumsi bahwa asersi tidak mengandung kekeliruan sampai
terbukti sebaliknya, karena prinsip skeptisme profesional hanya menjadi arahan bagi
sikap internal dari auditor, dan bukan memberi Pengetahuan yang didasarkan pada
intuisi, imajinasi, atau pengalaman, seperti dalam hal auditor melakukan scanning
atau reviu analitis.
c. Rationalism
Pengetahuan yang didasarkan pada kemampuan berpikir secara logis,
sebagaimana dipraktekkan oleh auditor ketika melakukan analisis matematik.
d. Empiricism
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan data yang dihimpun langsung,
seperti yang diperoleh melalui pembuktian dengan pemeriksaan fisik dan pengamatan
dokumen.
e. Pragmatism
Pengetahuan yang didasarkan pada kenyataan tentang apa yang betul-betul
berlangsung dengan efektif, seperti terjadi dalam hal auditor mengestimasi kelayakan
kolektibiltas piutang.

Tentu saja pengetahuan dan keterampilan profesional itu tidak akan diperoleh dengan
mudah dan cepat oleh auditor. Ia memerlukan upaya pendalaman pengetahuan melalui
pengenalan lingkungan maupun karakteristik objek informasi yang diauditnya. Selain itu,
auditor juga memerlukan latihan dan pengalaman lapangan untuk mengasah
kemampuannya sehingga dapat menemukan kebenaran tentang perihal informasi yang
menjadi tanggung jawab atestasinya.

Sehubungan dengan itu, perlu dipupuk pula konsep kehati-hatian (prudentiality)


dalam auditing. Kehati-hatian seorang praktisi (prudent auditor) menyandang sejumlah
atribut, seperti:

a. Selalu merencanakan dengan baik langkah-langkah yang hendak dilakukannya dan


mengendalikan dengan baik pelaksanaannya.
b. Menggunakan sepenuhnya kemampuan pengetahuan yang selalu berusaha untuk
belajar dari pengalaman lampau dan tentang segala hal-hal yang baru dalam
bidangnya.
c. Memiliki dan mampu menjalankan keahlian yang dituntut dalam melakukan kegiatan
auditing.
d. Selalu waspada terhadap setiap kemungkinan penyimpangan dan senantiasa berupaya
maksimal untuk mengeliminasi keraguan dengan mendapatkan bukti yang
meyakinkan.
e. Memiliki sikap yang seksama dalam melakukan tugas dan mengambil putusan dengan
mempertimbangkan segala kemungkinan risiko.
f. Berusaha mengevaluasi tindakan dan putusannya dengan hakikat tujuan yang ingin
dicapainya
C. Standar Profesional Akuntan Publik

Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai


pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan
publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Standar-standar yang tercakup
dalam SPAP adalah:

1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
D. Kode Etik dan Komitmen Profesi Akuntan Publik

Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan kode etik dan standar setiap profesi
adalah kebutuhan dari profesi untuk dipercaya oleh masyarakat dalam hal mutu jasa yang
diberikan oleh profesi. Terkait dengan profesi auditor, pada umumnya tidak semua
pengguna jasa audit memahami hal‐hal yang berkaitan dengan auditanng. Mereka yang
memahami auditanng adalah kalangan profesi itu sendiri. Oleh karena itu, profesi tersebut
perlu mengatur dan menetapkan ukuran mutu yang harus dicapai oleh para auditornya.
Aturan yang ditetapkan oleh profesi ini menyangkut aturan perilaku, yang disebut dengan
kode etik, yang mengatur perilaku auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi
pengawasan serta standar audit yang merupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai
auditor dalam menjalankan tugas auditnya. Apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti
auditor tersebut bekerja di bawah standar dan dapat dianggap melakukan malpraktik.
Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa profesi juga harus dijaga. Karena itu
setiap profesi harus membangun dan melaksanakan program jaminan mutu. Program ini
harus dilakukan dalam upaya pemenuhan standar audit yang mengharuskan auditor
menggunakan keahlian profesional dengan cermat dan saksama. Program jaminan mutu
harus diciptakan untuk mempertahankan profesionalisme dan kepercayaan masyarakat
terhadap mutu jasa audit. Program jaminan mutu untuk masing‐masing APIP dapat
dibangun sendiri sesuai dengan karakteristik APIP yang bersangkutan. Sebagai contoh,
langkah‐langkah pengendalian mutu dalam penugasan audit di lingkungan BPKP, sebagai
bagian dari program jaminan mutu, dituangkan dalam 12 (dua belas) formulir kendali
mutu (KM‐1 s.d. KM‐12) sebagaimana ditetapkan Surat Edaran Kepala BPKP Nomor
SE‐448/K/1990 tanggal 11 September 1990. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri
dari tiga bagian:

1. Prinsip Etika,

2. Aturan Etika, dan

3. Interpretasi Aturan Etika.

Edelmann 1997 mengatakan bahwa komitmen profesi adalah tingkat loyalitas


individu terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas dan menaati norma aturan dan
kode etik profesi. Selain itu, komitmen profesi auditor juga dapat didefinisikan sebagai
suatu keyakinan seorang auditor untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi tuntutan
bagi profesi akuntan publik sehingga akan muncul loyalitas terhadap profesi maupun
organisasi profesi akuntan publik.

Bagi seorang auditor, komitmen profesi mutlak diperlukan berkaitan dengan loyalitas
individu terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas dan menaati norma aturan dan
kode etik profesi akuntan publik. Hal ini dikatakan mutlak karena dengan adanya
kesadaran untuk mematuhi aturan dan kode etik profesi, maka akan akan mengurangi
timbulnya konflik internal pada diri auditor tersebut apabila dihadapkan pada suatu
kondisi dilema etis sehingga profesionalisme dari auditor dapat selalu dijaga. Wibowo
dalam Trisnaningsih, 2003: 201 mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengalaman internal auditor dengan komitmen profesionalisme, lama berkerja hanya
mempengaruhi pandangan profesionalisme hubungan dengan sesama profesi, keyakinan
terhadap peraturan profesi dan pengabdian pada profesi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.depokpos.com/2021/11/kompetensi-auditor-syariah-2/ Diakses pada tanggal
11 Oktober 2022
https://123dok.com/article/konsep-kecermatan-profesional-konsep-dasar-
auditing.z132n1pq Diakses pada tanggal 11 Oktober 2022
https://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Profesional_Akuntan_Publik Diakses pada tanggal
11 Oktober 2022
https://text-id.123dok.com/document/7qv9xd00y-komitmen-profesi-akuntan-publik.html
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai