Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SAHAM SYARIAH

Dosen Pengampu: Titik Hinawati S.E.,M.E.I

Disusun Oleh :

Dwi stiawantoro ay-yasin (2021230007)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kehidupan saat ini sangat berkembang pesat, terutama dalam hal
perekonomian. Banyak inovasi-inovasi yang dilakukan manusia demi untuk memenuhi
kebutuhannya. Dikarenakan setiap manusia pasti memerlukan harta untuk mencukupi
segala yang dibutuhkan dalam hidupnya. Salah satunya adalah melalui kegiatan investasi
dipasar modal.
Berinvestasi merupakan salah satu strategi pengendalian kekayaan yang efektif bagi
setiap orang, termasuk untuk pengusaha-pengusaha muslim Indonesia, investasi adalah
alternatif muamalah yang menjadi pilihan. Investasi merupakan penempatan sejumlah
kekayaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi dapat
dilakukan dalam bentuk investor membeli aset langsung serta dalam bentuk surat berharga
(sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui pasar modal. Namun dalam kegiatan investasi
ini masih terdapat kekhawatiran para calon investor muslim terhadap persepsi spekulasi
atau gharar yang melekat pada sistem perdagangan di pasar modal, termasuk saham.
Di Indonesia yang berperan sebagai pasar modal adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada 12 Mei 2011 BEI meluncurkan produk layanan syariahnya berupa Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) sebagai tindak lanjut dari pembentukan Daftar Efek Syariah
(DES) oleh Bapepam dan LK pada November 2007. Penerbitkan ISSI dimaksudkan untuk
menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi di saham. Adanya ISSI ini dapat dijadikan
sebagai gambaran kinerja seluruh saham syariah yang tercatat di BEI. Peluncuran ISSI
diperlukan sebagai pengembangan untuk menggambarkan kinerja seluruh saham syariah
yang terdaftar dalam BEI. Dengan adanya ISSI masyarakat tidak lagi salah paham terhadap
dimana semula pemikiran saham syariah yang dimiliki Indonesia hanya berjumlah 30
saham yang termasuk dalam JII saja ternyata masih banyak saham syariah lainnya yang
terdaftar dalam ISSI. Hal ini menjadi fenomena menarik yang membuktikan bahwa di
Indonesia juga turut andil dalam mendukung kebangkitan ekonomi islam di dunia.
Berdasarkan uraian diatas, pada kesempatan ini kami akan membahas mengenai
saham syariah beserta hal-hal yang berkaitan dengan saham syariah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi saham ?


2. Apa pengertian saham syariah ?
3. Bagaimana Fatwa DSN tentang saham syariah?
4. Bagaimana perkembangan saham syariah di Indonesia ?
5. Bagaimana proses screening saham syariah?
6. Apa saja instrument saham ?
7. Bagaimana kendala dan strategi pengembangan saham syariah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud saham

2. Untuk mengetahui definisi saham syariah

3. Untuk mengetahui Fatwa DSN mengenai Saham Syariah

4. Untuk mengetahui perkembangan saham syariah di Indonesia

5. Untuk mengetahui proses screening saham syariah

6. Untuk mengetahui instrumen saham

7. Untuk mengetahui strategi pengembangan saham syariah


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Saham

Menurut buku Panduan Berinvestasi Saham Edisi terkini, saham (stock)


merupakan surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan
terhadap suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu
saham biasa dan saham preferen.

Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung


risiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan buruk, mereka tidak
menerima dividen, dan sebaliknya pada saat perusahaan baik, mereka dapat memperoleh
dividen yang lebih besar bahkan saham bonus. Pemegang saham biasa ini memiliki hak
suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan ikut menentukan kebijakan
perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset
perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen.

Selain saham biasa, kita juga mengenal adanya saham preferen. Sesuai namanya,
saham preferen ini mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding
saham biasa. Pemegang saham preferen akan memperoleh hak untuk memperoleh dividen
yang tetap (fixed rate) setiap tahunnya. Jika perusahaan pada suatu tidak mampu
membagikan dividen, maka hak dividen pemegang saham preferen akan diakumulasikan.
Bila perusahaan jatuh bangkrut dan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan
mendapatkan pembayaran dari sisa-sisa aset perusahan sebelum pemegang saham biasa.
Biasanya pemegang saham preferen memiliki hak suara yang terbatas atau dikurangi.
Contohnya: tidak memiliki hak suara dalam RUPS atau menentukan kebijakan
perusahaan.1

2.2 Saham Syariah

Saham syari’ah adalah saham-saham perusahaan publik yang operasionalnya


memenuhi perinsip-prinsip syari’ah, sedangkan pasar modal syari’ah adalah institusi yang
menyelenggarakan transaksi perdagangan efek syari’ah. Saham syariah adalah sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang
kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, dan memproduksi
barang yang dilarang dalam Islam. Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan
pada suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dapat dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah. Akad musyarakah
umumnya dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah umunya
dilakukan pada saham perusahaan publik. Lebih lanjut dalam fatwa DSN MUI No.
40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syari’ah di Pasar Modal.

Tidak semua jenis saham diperbolehkan untuk diperdagangkan dalam pasar modal
syari’ah, jenis saham yang dilarang adalah preferred stock (saham istimewa). Terdapat
perbedaan besar antara saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock)
yang mendasari pelarangan untuk diperdagangkan di pasar modal syari’ah yaitu :
Pada saham istimewa jika perusahaan mengalami kebangkrutan (dilikuidasi) maka
pemegangnya mendapat prioritas pertama untuk memperoleh pembayaran dibandingkan
pemegang saham biasa, hal ini tentu bertentangan dengan prinsip keadilan sebagai salah
satu prinsip Islam sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 90 :

‫ان َو ِإ ْيت َا ِئ ذِى الق ُ ْر َبى َو َينْ َهى ع َِن ا ْلفَ ْحشَاءِ َوا ْل ُم ْنك َِر َوالْ َب ْغي ِ َي ِعظُكُ ْم لَ َعلَّكُ ْم تَذَك َُّر ْو َن‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫اِنَّ هللاَ َيأ ْ ُم ُر ِبا ْل ًع ْد ِل َو‬
َ ْ‫اْلح‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran."

Dalam hal pembagian deviden perusahaan, tidak ada jaminan kepastian besarnya
deviden bagi pemegang saham biasa, deviden dapat berfluktuasi tergantung dari
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, sementara untuk pemegang saham istimewa
ada jaminan kepastian untuk memperoleh deviden tetap tanpa melihat kondisi perusahaan.
Adanya keuntungan tetap bagi saham istimewa dapat dikategorikan riba yang sangat
dilarang dalam Islam, sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 130 :
‫ َّوتَّقُ ْوهللاَ لَعَلَّكُ ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو َن‬, ً‫عفَة‬
َ ‫ضعَافًا ُّمضَا‬ ِ ‫يَا اَيُّ َها الَّ ِذ ْينَ ا َ َمن ُ ْوا ََل ت َأْكُل ُ ْوا‬
ْ َ ‫الربَوا ا‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.”2

2.3 DSN MUI Mengenai Saham syariah


Saham syariah merupakan saham yang memenuhi kriteria pemilihan saham syariah
berdasarkan POJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek
Syariah Berupa Saham oleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik Syariah untuk
meregulasi instrumen saham syariah di pasar modal dan kriterianya telah diatur dalam Fatwa
DSN No: 40/DSN-MUI/X/2003 Pasal 3 tentang Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik,
antara lain:
1. Jenis usaha, produk, jasa yang diberikan dan akad, serta cara pengelolaan perusahaan
emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan Efek Syariah tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah,
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 di atas, antara lain:
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional;
c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan
d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat.
e. melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari
modalnya;
3. Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah wajib untuk
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas Efek
Syariah yang dikeluarkan.
4. Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin bahwa
kegiatan usahanya memenuhi Prinsip-prinsip Syariah dan memiliki Shariah
Compliance Officer.
5. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah sewaktu-
waktu tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka Efek yang diterbitkan dengan
sendirinya sudah bukan sebagai Efek Syariah.
Selain itu, BEI melakukan tahaptahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek
likuiditas dan kondisi keuangan emiten yang mengacu pada Fatwa DSN No: 20/DSN-
MUI/IX/2000 Pasal 10 tentang Kondisi Emiten yang Tidak Layak, yaitu:
a. Apabila struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari
hutang yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba;
b. Apabila suatu emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang
45%, modal 55%).
c. Apabila manajemen suatu emiten diketahui telah bertindak melanggar prinsip usaha
yang islami. 3

2.4 Perkembangan Saham Syariah di Indonesia

Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan


dalam bentuk saham syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang
memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang mencakup keseluruhan saham yang memenuhi
kualifikasi sebagai saham syariah, dan Jakarta Islamic Indeks (JII) yang merupakan 30
saham yang memenuhi kriteria syariah teratas yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional
(DSN).

Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT
Danareksa Investment Management (DIM). Dengan demikian, saham syariah ada aktif dan
ada yang pasif. Perusahaan aktif syariah memang berdasarkan AD/ART beroperasi dengan
menjalankan prinsip-prinsip syariah. Adapun perusahaan pasif syariah adalah perusahaan
yang tidak menyebutkan dalam AD/ART beroperasi dengan menjalankan prinsip-prinsip
syariah, namun dalam proses seleksi yang dilakukan dapat memenuhi kriteria syariah yang
diterapkan oleh regulator.

Jakarta Islamic Indeks (JII) dimaksudkan untuk dapat digunakan sebagai tolak ukur
untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham berbasis syariah. Melalui indeks ini
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi
dalam ekuitas secara syariah. Adapun JII terdiri dari 30 jenis saham yang sahamnya dipilih
sesuai dengan syariah-syariah Islam. Sedangkan penentuan kriteria pemilihan saham JII
melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management.

Emiten syariah atau perusahaan publik syariah yang melakukan penerbitan efek
syariah berupa saham wajib memenuhi ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal, serta peraturan perundang-undangan
lain di sektor pasar modal serta wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang memiliki
izin dari ASPM dari Otoritas Jasa Keuangan. OJK menerbitkan POJK Nomor
17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Syariah Berupa Saham oleh
Emiten Syariah atau Perusahaan Publik Syariah untuk meregulasi instrumen saham syariah
di pasar modal.

Anggaran dasar emiten syariah atau perusahaan publik syariah yang melakukan
penerbitan efek syariah berupa saham wajib memuat kegiatan dan jenis usaha dan tata cara
pengelolaan usaha dilakukan berdasarkan prinsip syariah di pasar modal. Selain proses
pemilihan saham yang masuk JII, BEI juga melakukan tahap pemilihan yang juga
mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:

1. Memilih kumpulan saham dengan jenis utama yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi
besar), dimana saham-saham tersebut bebas dari 4 hal yaitu: kegiatan perusahaan
berdasarkan riba (bunga), kegiatan perusahaan melibatkan perjudian, kegiatan
perusahaan melibatkan pembuatan dan/atau penjualan produk haram, kegiatan
perusahaan mengandung elemen gharar.
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau setengah tahun terakhir
yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%
3. Memilih 60 saham dari susunan sagam diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi
pasar terbesar selama setahun terakhir
4. Pengkajian ulang yang dilakukan tiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen
indeks pada awal bulan Jnuari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada
jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus-menerus berdasarkan data-data
publik yang tersedia. 4

Perkembangan perdagangan saham syari’ah ditunjukkan oleh nilai Indeks Saham


Syari’ah Indonesia (ISSI), ISSI dibutuhkan untuk menggambarkan kinerja seluruh saham
syari’ah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan dalam Jakarta Islamic
Index (JII) hanya diwakili oleh 30 emiten yang penentuannya melibatkan Dewan
Pengawas PT. Danareksa Investment Management.
Kapitalisasi pasar merupakan nilai perusahaan yang dihitung dari jumlah seluruh
saham perusahaan beredar dikalikan dengan harga pasar saham, dengan demikian semakin
mahal harga saham maka semakin tinggi nilai kapitalisasinya. Jika dilihat dari nilai
kapitalisasi, saham-saham syari’ah menunjukkan peningkatan yang konsisten, hal ini
mengindikasikan kondisi makro ekonomi yang stabil yang dapat memberikan harapan
yang baik bagi peningkatan kinerja perusahaan. Dilihat dari fungsi ekonomi,
meningkatnya nilai kapitalisasi sahamsyari’ah menunjukkan keberhasilan pasar modal
syari’ah sebagai pengumpul sumber dana alternatif bagi investasi perusahaan yang
berlandaskan prinsip syari’ah, disamping itu menunjukkan meningkatnya kesadaran
masyarakat khususnya umat Islam, yang memiliki kelebihan dana, untuk memilih jenis
investasi keuangan yang halal.

Dari tahun ke tahun, jumlah saham syari’ah yang tercatat di bursa dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan, hal ini menggambarkan meningkatnya kesadaran perusahaan
akan potensi bisnis dengan prinsip syari’ah yang berkeadilan dan bersih dari unsur-unsur
riba. Di sisi lain dengan mengeluarkan saham syari’ah, perusahaan dapat mengambil
keuntungan dari fleksibilitas perdagangan saham syari’ah, saham syari’ah dapat
diperdagangkan kepada muslim dan non muslim di bursa konvensional maupun syari’ah
sementara saham konvensional hanya dapat diperdagangkan di bursa konvensional saja.
Fleksibilitas ini dapat menjadi potensi menguntungkan karena terbukanya kesempatan
untuk mengumpulkan dana lebih besar dari para investor.

Perkembangan investasi saham Syariah masih relatif baru jika dibandingkan dengan
perbankan Syariah maupun asuransi Syariah. Investasi Syariah di pasar modal Indonesia
diantaranya terdiri dari Jakarta Islamic Index (JII) yang terdiri dari 30 saham Syariah yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). ISSI adalah
indeks saham yang didirikan tahun 2011. Banyak orang menganggap bahwa indeks syariah
di Bursa Efek Indonesia hanya JII, padahal ada juga ISSI. Indeks ISSI ini mencerminkan
keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituennya adalah seluruh saham
syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI
di-review setiap 6 bulan sekali (setiap bulan Mei dan November) dan dipublikasikan pada
awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham
syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI
menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan
dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007. Selain itu, efek
Syariah lainnya terdiri dari misalnya Sukuk dan reksadana Syariah.
Sejak November 2007, telah dikeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi daftar
saham Syariah yang ada di Indonesia. Dengan adanya DES maka masyarakat diharapkan
akan semakin mudah untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk saham
Syariah karena DES adalah satu-satunya rujukan tentang daftar saham Syariah di
Indonesia. Keberadaan DES tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh BEI dengan
meluncurkan ISSI pada 12 Mei 2011.
Pada tanggal 8 Maret 2011, DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia) menerbitkan Fatwa No. 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanime
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Fatwa ini diharapkan
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa investasi Syariah di pasar modal
Indonesia sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. BEI lalu mengembangkan
suatu model perdagangan daring sesuai Syariah untuk diaplikasikan oleh Anggota Bursa
(AB) pada bulan September 2011. Dengan adanya sistem ini, maka perkembangan
investasi Syariah di pasar modal Indonesia diharapkan semakin meningkat karena investor
akan semakin mudah dan nyaman dalam melakukan perdagangan saham secara Syariah.
Sebagai contoh, jika seorang nasabah mendaftar di Anggota Bursa sebagai investor
syariah, maka ia tidak akan bisa melakukan transaksi untuk membeli saham-saham yang
digolongkan tidak syariah. Saat mengisi Formulir Dana Nasabah (RDN), nasabah tersebut
juga diharuskan memilih bank syariah sebagai tempat menyimpan dananya. Hal ini
merupakan salah satu sinergi yang baik antara perbankan syariah dengan pasar modal
syariah di Indonesia. Saat ini periode Desember hingga Mei 2018 terdapat 361 saham yang
tercatat dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan 30 saham yang tercatat
didalamnya terdaftar dalam Jakarta Islamic Indeks (JII).5

2.5 Proses Screening Saham

Saham biasa adalah saham yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk
mendapat hak suara dan dividen. Dividen ini tidak dijamin dan bergantung pada keputusan
dewan direksi serta kinerja perusahaan. Dalam hal dimana perusahaan menjadi rugi atau
pailit, maka pemilik saham dapat juga menjadi rugi pada investasinya sampai dengan
jumlah yang diinvestasikan.

Hampir semua ilmuwan Islam setuju bahwa investasi saham biasa adalah
diperbolehkan. Mereka berpendapat bahwa jika usaha utama perusahaan konsisten
dengan aturan-aturan Syariah, maka berinvestasi atau memperdagangkan sahamnya juga
diperbolehkan. Para ilmuwan Syariah telah menentukan sejumlah aturan untuk
memastikan bahwa saham-saham tertentu mematuhi ketentuan syariah.

Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh:

1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah
2. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah yaitu tidak
melakukan kegiatan usaha:
i. Perjudian dan permainan yang tergolong judi
ii. Perdagangan yang tidak disertai penyerahan barang/jasa
iii. Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu
iv. Bank berbasis bunga
v. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga
vi. Jual beli resiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau
judi (maisir), antara lain asuransi konvesional
vii. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya, barang atau jasa haram bukan
karena zatnya yangditetapkan oleh DSN-MUI, dan/atau barang atau jasa
yang merusak moral dan bersifat mudharat
viii. Melakukan transaksi yang mengandung unsur risywah
b. Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 45
%
c. Rasio total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan
total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%. 6

Setelah tahap pemilihan dan penyaringan dilakukan, setiap tahunnya BEI akan
melakukan pengkajian ulang setiap enam bulan sekali. Sesuai yang dikatakan Suryomurti
(2011:139) bahwa komponen perhitungannya adalah semua saham yang masuk dalam
Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK (yang saat ini tugas dan
fungsinya digantikan oleh OJK) setiap enam bulan sekali. Perubahan ini akan terus di
monitoring oleh BEI secaraterus-menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.7

2.6 Instrumen Saham Syariah

Pada umumnya saham yang di terbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang
melakukan penawaran umum (intial public offering) ada 2 macam yaitu saham biasa
(common stock) dan saham istimewa (preffered stock). Perbedaan saham ini berdasarkan
pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak tersebut meliputi hak atas menerima
dividen, dan memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan di likuidasi setelah dikurangi
semua kewajiban-kewajiban perusahaan. Adapun ciri-ciri saham istimewa selengkapnya
adalah sebagai berikut :

1. Hak utama atas dividen, artinya saham istimewa mempunyai hak terlebih dahulu
dalam hal menerima dividen.
2. Hak utama atas aktiva peruahaan, artinya dalam hak likuidasi berhak menerima
pembayaran maksimum sebesar nilainominal saham istimewa setelah semua
kewajiban perusahaan dilunasi.
3. Penghasilan tetap, artinya pemegang saham istimewa memperoleh penghasilan dalam
jumlah yang tetap
4. Jangka waktu yang tidak terbatas, saham istimewa yang diterbitkan mempunyai
jangka waktu yang tidak terbatas, akan tetapi dengan syarat bahwa perusahaan
mempunyai hak untuk membeli kembali saham istimewa tersebut dengan harga
tersebut.
5. Tidak memiliki hak suara, artinya pemegang saham istimewa tidak mempunyai suara
dalam RUPS.
6. Saham istimewa kumulatif, artinya dividen yang tidak dibayarkan oleh perusahaan
kepada pemegang saham tetap menjadi hak pemegang saham istimewa tersebut. jika
suatu saat perusahaan tidak membagikan dividen, maka pada periode yang lain
perusahaan tersebut membagikan dividen, maka perusahaan harus membayarkan
dividen terutang tersebut sebelum membagikannya kepada pemegang saham biasa.
Selain dari saham biasa dan istimewa, saham memiliki macam dan jenis yang cukup
beragam, berikut adalah beberapa tipe macam saham :
1. Saham yang di cap (assented shares), penyetempelan saham dapat terjadi dalam hal
perseroan mengalami kerugian besar, yang tidak dapat dihapuskan dari cadangan
perseroan. Jika terjadi hal demikian perseroan, dengan menurunkan nilai nominal dari
sahamnya menjadi sama dengan kekayan (equity) dan nilai nominal sahamnya
diturunkan secara proporsional
2. Saham Tukar, yaitu jenis saham yang dapat ditukar oleh pemiliknya dengan jenis
saham lain, biasanya saham preferen dengan saham biasa
3. Saham Tanpa Suara, yaitu jenis saham yang pemiliknya tidak diberi hak suara pada
RUPS (non voting stock)
4. Saham Tanpa Pari, yaitu saham yang tidak memiliki nilai nominal atau pari, tetapi hak
pemiliknya dapat diketahui dengan cara menjumlahkan seluruhn kekayaan (equity)
dan kemudian di bagi dengan jumlah saham yang dikeluarkan( no par stock)
5. Saham Preferen Unggul, yaitu saham preferen yang hak prioritasnya lebih besar dari
preferen lain (prior preferenf stock)
6. Saham Preferen Tukar, yaitu saham preferen yang dapat ditukar oleh pemiliknya
dengan saham biasa (convertible preferend stock)
7. Saham Preferen Partisipasi, yaitu saham yang disamping hak prioritasnya masih dapat
turut serta dalam pembagian dividen selanjutnya (participating preferend stock)
8. Saham Preferen Kumulatif, yaitu saham preferen yang memberikan hak untuk
mendapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara
kumulatif (cumulative preferred stock)
9. Saham Pendiri, yaitu jasa yang diberikan oleh para pendiri perusahaan, baik berupa
penyertaan modal yang bersumberkan dari penarikan beberapa peserta lainnya atau
dari relasi penting lain
10. Saham Pegawai, yaitu kesempatan yang diberikan oleh perseroan kepada para
pegawainya untuk memiliki saham perusahaan.
11. Saham Bonus, pada saat perbandingan antara cadangan dan modal saham yang tidak
berimbang pada suatu perseroan dapat di hilangkan dengan jalan memberikan saham
bonus kepada para pemegang saham dengan cuma-cuma.8

2.7 Kendala dan Saran terhadap Perkembangan Saham Syariah di Indonesia

Kendala-kendala perkembangan saham syariah terletak pada kurangnya:


1. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah;
2. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah;
3. Penggunaan dana hasil emisi yang hasus sesuai juga dengan prinsip syariah;
4. Minat pemodal atas efek syariah yang diterbitkan;
5. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah;
6. Tingkat kemampuan penjamin emisi efek tentang pasar modal syariah;
7. Pola pengawasan yang sesuai syariah oleh lembaga terkait

Adapun saran pergembangan saham syariah yaitu:

1. Melaksanakan kerjasama internasional dalam mensosialisasikan saham syari’ah


seperti yang dilakukan Bursa Malaysia terhadap FTSE London sepertinya patut
dijadikan pertimbangan dalam saham syariah di Indonesia.

2. Bursa Efek senantiasa memperbaiki dan merevisi kriteria skriningnya untuk


disesuaikan dengan target market serta kondisi masyarakat
3. Masih adanya perilaku investor kita masih ber ada pada kategori investor rasional,
belum menjadi loyalis syariah. Sehingga pemerintah sebagai pengambil kebijakan
harus memberikan keterbukaan informasi mengenai keberadaan JII yang semakin
hari sahamnya mengalami peningkatan dan dapat memberikan investasi yang cukup
menjanjikan di masa yang akan datang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saham (stock) merupakan surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan


seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham syariah merupakan saham-saham
perusahaan publik yang operasionalnya memenuhi perinsip-prinsip syari’ah. Saham
syariah diatur dalam POJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan
Efek Syariah Berupa Saham oleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik Syariah untuk
meregulasi instrumen saham syariah di pasar modal dan kriterianya telah diatur dalam
Fatwa DSN No: 40/DSN-MUI/X/2003 Pasal 3 tentang Kriteria Emiten atau Perusahaan
Publik, dan Fatwa DSN No: 20/DSN-MUI/IX/2000 Pasal 10 tentang Kondisi Emiten yang
Tidak Layak.

Perkembangan perdagangan saham syari’ah ditunjukkan oleh nilai ISSI, ISSI


dibutuhkan untuk menggambarkan kinerja seluruh saham syari’ah yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI), sedangkan dalam JII hanya diwakili oleh 30 emiten yang
penentuannya melibatkan Dewan Pengawas PT. Danareksa Investment Management. Saat
ini terdapat 361 saham yang tercatat dalam ISSI dan 30 saham yang tercatat didalamnya
terdaftar dalam JII.

Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh: 1. Emiten yang secara jelas menyatakan kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah; 2. Emiten yang tidak menyatakan dalam
anggaran dasarnya, namun memenuhi kriteria: a. Tidak melakukan kegiatan usaha:
Perjudian, Perdagangan tanpa penyerahan barang/jasa, perdagangan dengan penawaran
palsu, bunga, gharar, maisir,dan lain-lain, b. Rasio total hutang berbasis bunga
dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 45 %, c. Rasio total pendapatan bunga dan tidak
halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih
dari 10%.

Karena keberadaannya yang masih tergolong baru, maka ada berbagai macam
kendala dalam melakukan pengembangan sehingga diperlukan solusi dan strategi yang
lebih baik dalam melakukan generalisasi saham syariah di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dalam buku:

Billah,Mohd Ma`sum, 2010, Penerapan Pasar Modal Islam.Terj, (Jakarta: PT Ina


Publikatama)

Hin,Thian.L, 2008, Panduan Berinvestasi Saham, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo)

Huda, Nurul,Mustafa Edwin, 2007, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,cet.1, (Jakarta:
Kencana)

Soemitra,Andri, 2017, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,cet.7, (Jakarta: Prenada Media
Grup)

Sumber dari Jurnal:

Rosyida,Gama Ajeng, Imron Mawardi, April 2015, ”Perbandingan Tingkat Pengembalian


(Return), Risiko dan Koefisien Variasi pada Saham Syariah dan Saham Non Syariah di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013”, JESTT, Jurnal Ekonomi Syariah Teori
dan Terapan, Volume 2, Surabaya:2015, https://e-
journal.unair.ac.id/JESTT/article/viewFile/572/375 , 21 April 2018

Firmansyah,Egi Arvian, Juni 2017, “Seleksi Saham Syariah : Perbandingan antara Bursa Efek
Indonesia dan Malaysia”, JIBM, Jurnal Inspirasi Bisnis dan Managemen, Volume 1, No.
1, Cirebon:2017,
https://www.researchgate.net/publication/317426691_Seleksi_Saham_Syariah_Perbandi
ngan_antara_Bursa_Efek_Indonesia_dan_Malaysia , 21 April 2018

Hanif, Januari 2012, “Perkembangan Perdagangan Saham Syariah di Indonesia”,ASAS, Jurnal


Hukum dan Ekonomi Islam, Volume 4, No. 1, Lampung: 2012,
https://media.neliti.com/media/publications/177901-ID-perkembangan-perdagangan-
saham-syariah-d.pdf , 21 April 2018

Anda mungkin juga menyukai