Anda di halaman 1dari 13

HUKUM PERBANKAN

SYARIAH
Oleh kelompok 1 :

Mir’atus Sholehah (05040221120)


Moh. Nasiquddin (05040221122)
Raisa Nabilatul Milla (05040221131)
Silmi Khairunnisa (05040221141)
Apa Itu Hukum Perbankan Syariah?

Perbankan pada umumnya perbankan ialah kegiatan-kegiatan yang


menjual-belikan mata uang, surat efek dan instrumen-instrumen yang
dapat diperdagangkan. Bank syariah adalah bank yang dimana
pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam yang berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw. Sedangkan Prinsip
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Asas Asas Hukum Perbankan Syariah
a. Asas kebebasan berkontrak (mabda’ hurriyah al-ta’aqud)
kebebasan berakad yaitu prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap
orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama
yang telah ditentukan undang-undang syariah dan memasukkan klausul apa
saja ke dalam akad yang dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya sejauh
tidak berakibat makan harta sesama dengan jalan batil.
b. Asas Kerelaaan/ Konsensualisme (al-Rida)
Dalam hukum Islam, secara umum, perjanjian ini bersifat sukarela. Prinsip
ini menyatakan bahwa semua jenis transaksi harus berdasarkan persetujuan
semua pihak. Kehendak para pihak dalam kontrak adalah jantung dari semua
kontrak Islam dan dianggap sebagai syarat untuk pelaksanaan semua
transaksi.
Asas Asas Hukum Perbankan Syariah

c. Asas Persamaan Hukum/ Kesetaraan (Al-Musawah)


Asas ini memberikan dasar bagi status yang setara atau setara dari kedua
belah pihak dalam kontrak. Oleh karena itu, dalam menentukan hak dan
kewajiban setiap orang didasarkan pada asas persamaan. Prinsip ini tidak
menutup kemungkinan bahwa suatu pihak (seperti pihak bank syariah) lebih
proaktif dalam menyusun atau merumuskan hal-hal yang disepakati dalam
akad, namun pembentukan akad tidak boleh menjadi penetapan akhir yang
tidak dapat dirundingkan
d. Asas keadilan (Al-‘Adalah)
Pengertian asas keadilan adalah asas yang menempatkan segala hak dan
kewajiban di atas asas kebenaran hukum Islam, sehingga melalui keadilan,
seseorang tidak berbuat zalim terhadap orang lain.
d. Asas kejujuran dan kebenaran (asl-sidq)
Kejujuran merupakan prinsip dasar kehidupan manusia, termasuk dalam
pembuatan akad syariah dalam bisnis. Jika tidak jujur ​dalam penyusunan akad,
maka akan merugikan kebahagiaan, dan selain itu ketidakjujuran dalam
penyusunan akad dapat menimbulkan perselisihan di antara para pihak yang
membuat akad (perjanjian).
e. Asas Tertulis (al-Kitabah)
Asas tertulis dalam kontrak syariah adalah, dimana dalam suatu perjanjian
hendaknya dilakukan secara tertulis agar dapat dijadikan sebagai alat bukti
apabila di kemudian hari terjadi persengketaan.
Asas hukum al-kitabah juga termaktub dalam Undang Undang No 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Di dalam Pasal 1 Ayat 13: Akad adalah kesepakatan
tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak
dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah
f. Asas janji itu mengikat
Asas ini dapat diringkas dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yang berbunyi:
“Perjanjian yang dibuat secara sah harus diatur menurut undang-undang. Suatu
perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan persetujuan bersama atau
karena alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang.
Fungsi Hukum Perbankan Syariah

Fungsi perbankan Syari’ah adalah Pengembangan perbankan syariah didasarkan pada prinsip
tidak membiarkan urusan sekuler (dunia) dan agama dipisahkan. Prinsip ini menuntut
ketaatan pada hukum Syariah sebagai dasar bagi semua aspek kehidupan.
Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Manajemen investasi Bank syariah dapat melakukan fungsi ini di bawah kontrak
mudharabah atau atas nama kontrak. Menurut akad mudharabah, bank (dalam kapasitas
mudharib yaitu pihak yang menginvestasikan dana dari pihak lain) hanya menerima
persentase tertentu dari keuntungan jika menghasilkan keuntungan. Apabila terjadi
kerugian, risiko sepenuhnya ditanggung oleh pemberi dana (shahibul maal) dan tidak
ditanggung oleh bank.
Fungsi Hukum Perbankan Syariah

2. Berinvestasi di Bank Syariah menggunakan kendaraan investasi yang sesuai dengan


Syariah untuk menginvestasikan dana di sektor komersial (dana modal dan dana akun
investasi). Contohnya termasuk kontrak al murabahah, al mudharabah, al musyarakah, bai’ as
salam, bai’ al ishtisna, al ijarah, dll.

3. Layanan Keuangan Bank syariah juga dapat menyediakan berbagai layanan keuangan
lainnya dengan biaya tertentu melalui kontrak keagenan atau sewa. Layanan Sosial Konsep
perbankan syariah mewajibkan bank syariah untuk memberikan layanan sosial melalui qardh
(pinjaman amal), zakat atau dana sosial sesuai dengan ajaran Syariah. Selain itu, konsep
perbankan syariah menuntut bank syariah untuk berperan dalam pengembangan sumber daya
manusia dan menyumbangkan dana untuk pemeliharaan dan pengembangan lingkungan.
Tujuan Hukum Perbankan Syariah
Untuk menjaga kestabilan Memfasilitasi masyarakat dengan
01 ekonomi moneter, dengan
tidak mempergunakan sistem
02 beberapa layanan dan produk syariah,
dengan demikian terhindar dari riba
bunga pada bank atau beberapa hal yang dilarang oleh
syariat islam.

Menekan laju inflasi serta Upaya meminimalisir kesenjangan


03 mencegah negative spread
tanpa adanya bunga bank
04 oleh pihak yang membutuhkan
modal dengan sang pemilik modal
dalam konsep keadilan dalam sektor
ekonomi
Legalitas Hukum Perbankan Syariah

Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah dimulai sejak pengesahan Paket


kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88). Namun secara kelembagaan dimulai dengan
terbentuknya BMI (Bank Muamalah Indonesia) tahun 1991. Pada saat masa krisis
ekonomi di Indonesia BMI merupakan salah satu bank yang dapat menunjukkan kinerja
yang relatif lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional.
Pemerintah mensahkan UU No. 21 Tahun 2008 yang khusus mengatur
perbankan syariah. Istilah “bank berdasarkan prinsip syariah” diubah
dengan istilah “bank syariah”. Dua bentuk bank syariah disebut dengan
Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) merupakan bank-bank syariah yang melaksanakan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah. Setelah dikeluarkannya Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 perbankan syariah semakin berkembang
pesat. UU No 7 tahun 1992 memuat tentang perbankan secara implisit
diperbolehkan untuk menjalankan usahanya dengan berdasarkan
prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil Kemudian dipertegas pada
Peraturan Pemerintahan Nomor 72 tahun 1992.
Seiring berjalannya waktu keluarnya
Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang
perubahan UU no 7 tahun 1992. Bank
berdasarkan operasional usahanya
dibedakan pada pasal 1 ayat (3) dan (4)
menjadi bank berprinsip syariah dengan
bank konvensional, meliputi bank umum
dan bank pengkreditan rakyat. Ketentuan
yang ada di dalam Undang-Undang No 10
tahun 1998 merupakan mulainya era sistem
perbankan ganda yang diharapkan
mempercepat perkembangan perbankan
syariah di Indonesia
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai