PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Definisi Maqashid as-syariah?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Maqashid as-syariah?
3. Apakah Urgensi Maqashid As-syariah?
4. Bagaimana Pembagian Maqashid as-syariah dan aplikasinya?
5. Apa Peranan Maqashid As-Syariah Dalam Pengembangan Islam?
6. Apa Peranan Maqashid as-syariah dalam pengembangan Hukum?
C. TUJUAN PENULISAN
Melalui pembahasan pada makalah ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang definisi dan
pengertian dari maqashid as-syariah kemudian bagaimana perkembangan
sejarah dari maqashid as-syariah dan mengetahui Urgensi dari maqashid as-
syariah dalam kehidupan sehari-hari serta mampu memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa tentang pembagian dari maqashid as-
syariah dan pengaplikasiannya, dan peranan untuk pengembangan islam
dan Hukum sehingga dalam pembelajaran ini mampu memberikan sedikit
pengetahuan tentang mata kuliah Ushul Fiqih.
Maqashid As-Syariah | 1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas (Yogyakarta : Lkis Yogyakarta , 2010) Hlm. 182-184
Maqashid As-Syariah | 2
Maqashid al-syariah dikalangan ulama ushul fiqh disebut juga asrar al-
syariah yaitu rahasia-rahasia yang terdapat dibalik hukum yang ditetapkan
oleh syara berupa kemaslahatan bagi umat manusia, baik didunia maupun
diakhirat. Misalnya syari memberikan berbagai macam syariat atau
aturan agama kepada manusia yang dibalik semua aturan itu terdapat
rahasia-rahasia yang secara mendasar bertujuan untuk menciptakan
kemaslahatan bagi kehidupan manusia itu sendiri. Disyariatkan hukum
zina adalah untuk memelihara kehormatan dan keturunan, disyariatkan
hukuman pencuri untuk memelihara harta seseorang, disyariatkan
hukuman meminum minuman keras untuk memelihara akal dan
disyariatkan hukuman qishas untuk memelihara jiwa seseorang.2
2
Pujiono, Hukum Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2012). Hlm.61-62.
Maqashid As-Syariah | 3
dari tahun 478 H sampai dengan tahun 771 H; (3) era perkembangaan
(Tathawwur al fikr al maqashidi) mulai tahun 771 H samapi dengan tahun
790 H.
Era Pertumbuhan dimulai dari Turmudzi al Hakim, al Qaffal al
Sahshi (w. 365/975), Abu Bakr al Abhari (w. 375/985), Abu Bakr bin al
Tahyyib al Baqilani (w. 375/985), Imam al Haramayn al Juwayni (w.
478/1012) dan Imam Abu Hamid al Ghzali (w. 505/1111). Era
Kemunculan dimulai dari Fakhr al Din al Razi (w. 606/1029), Sayf al Din
al Amidi (631/1233) Izz al din bin abd al salim (660/1221), Shihab al Din
al Qarafi (684/1285) dan Najm al Din al Thufi (716/1316). Sementara itu ,
Era Perkembangan dimulai oleh Taqiyy al Din Ibn Taymiyyah (728/1327),
Ibn Qoyyim al Jawziyah (w. 751/1350), Taj al din al subkhi (771/1329)
dan Al Syaithibi (w. 790 / 1388). Masa Ibn Asyur (w. 1379/1973) yang
meneruskan karya al Syaithibi disebut masa peralihan maqashid menjadi
kajian yang mandiri. 3
Pasca Ibn Asyrur hingga saat ini, maqashid as-syariah menapaki
jalan menuju puncka kejayaan, dengan indikator utama dijadikannya
maqashid as-syariah sebagai rujukan dalil pokok dlaam menjawab
sebagian besar persoalan kontemporer, terutama tentang hubungan Islam
dengan Modernitas, Persoalan politi, sosial, dan ekonomi global. Akhir
abad ke 20 dan awal abad ke 21 banyak meningkatnya ulama dan
cendekiawan muslim terhadap maqashid as-syariah.
3
Ahmad Imam Mawardi, Ibid,.Hlm. 198-199
Maqashid As-Syariah | 4
Dalam kaitannya dengan hal ini, asy-syathibi menyatakan bahwa
derajat ijtihad bisa dicapai apabila seseorang memiliki dua kriteria yaitu:
pertama, dapat memahami maqashid asy-syariah secara sempurna. Apabila
seseorang mampu memahami maqashid asy-syariah dalam segala persoalan
dengan rinciannya, berarti ia telah sampai pada tingkat pemahaman
khalifah-khalifah Nabi dalam mengajar, berfatwa dan menetapkan hukum
sesuai dengan hukum yang diturunkan Allah SWT. Kedua, kemampuan
menarik kandungan hukum atas dasar pengetahuan dan pemahaman
maqashid asy-syariah itu adlah dengan bantuan bahasa Arab, al-Quran dan
Sunnah.4
Dalam perkembangan sekarang terjadi reduksi muatan arti syariat.
Aqidah, misalnya tidak masuk dalam pengertian syariat. Syekh al-Azhar,
Mahmoud Syaltout, misalnya memberikan pengertian bahwa syariah
adalah aturan-aturan yang diciptakan oleh Allah untuk dipedomani manusia
dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, dengan manusia baik sesama
muslim atau non muslim, alam dan seluruh kehidupan. Ali al-Sayis
mengatakan bahwa syariah adalah hukum-hukum yang diberikan oleh
Allah untuk hamba-hambaNya agar mereka percaya dan mengamalkannya
demi kepentingan mereka di dunia dan di akhirat.5
1. Maqashid al-Dharuriyyat
Maqashid al-Dharuriyyat adalah sesuatu yang harus ada demi
keberlangsungan hidup dan kehidupan manusia (primer), bila hal ini
4
Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaruan Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).
Hlm.68-69.
5
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1996). Hlm.62-63.
Maqashid As-Syariah | 5
tidak terpenuhi maka akan berakibat kelabilan bagi kehidupan seorang
manusia. Maqashid al-Dharuriyyat meliputi kelima indikator pokok
(hizhfu al-din, hizhfu al-nafs, hizhfu al-nusl, hizhfu al-maal, hizhfu al-
aqli ) sebagai syarat terciptanya kemaslahatan hidup dan kehidupan
seseorang manusia. Model operasional Maqashid al-Dharuriyyat
diaplikasikan ke dalam kehidupan manusia secara tertib sesuai dengan
stratafikasi urutannya.
Terdapat dua metode guna menjaga keberlangsungan Maqashid
al-Dharuriyyat, yaitu: (1) Perspektif adanya (min naniyyati al-wujud),
yaitu dengan cara menjaga serta memelihara berbagai hal guna dapat
melestarikan keberadaanya. (2) Perspektif tidak adanya (min naniyyati
al-adam), yaitu dengan cara mencegah berbagai hal yang menyebabkan
ketiadaannya.
2. Maqashid al-Hajiyyat
Maqashid al-Hajiyyat adalah upaya-upaya lanjutan dari Maqashid
al-Dharuriyyat dengan menjadikannya lebih baik lagi (sekunder), intinya
adalah guna menghilangkan kesulitan pasca terpenuhinya Maqashid al-
Dharuriyyat. Ketiadaan Maqashid al-Hajiyyat tidak akan mengancam
eksistensi lima indikator pokok Maqashid al-Syariah, namun saja akan
berpotensi menimbulkan kesukaran dan kerepotan di dalam kehidupan
manusia. Dalam hal ini dapat mengangkat term rukhshah, contohnya
adalah menjamak dan mengqashar shalat bagi musafir.6
3. Maqashid al-Tahsiniyyat
Maqashid al-Tahsiniyyat bertujuan demi kesempurnaan
pemeliharaan lima unsur pokok Maqashid al-Syariah. Manifestasinya
adalah berupa kebutuhan penunjang peningkatan martabat seseorang
sesuai dengan derajatnya baik dalam kehidupan masyarakat maupun di
hadapan Allah SWT. ariah Menur ut Imam Al-Syathibi.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas bagaimana opersional
tentang teori maqashid al-syariah, dibawah ini akan dijelaskan kelima
6
Abd.al-Wahab Khalafaf. Ilmu Ushul Fiqh (Kairo: dar al-Kuwaitiyyah,(1968) hal 32.
Maqashid As-Syariah | 6
pokok kemaslahatan sesuai dengan peringkatnya masing-masing. Uraian
ini bertitik tolak dari kelima pokok kemaslahatan yaitu agama, jiwa, akal,
keturunan.7
7
Kutbuddin Aibak, Ibid,. Hlm. 67
8
Satria Effendi, M.Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005). Hlm.237-238.
Maqashid As-Syariah | 7
ketentuan itu diterapkan akan berbenturan dengan ketentuan atau
kepentingan lain yang lebih umum dan lebih layak menurut syara untuk
dipertahankan, maka ketentuan itu dapat ditinggalkan, khusus dalam kondisi
tersebut. Ijtihad seperti itu dikenal dengan istihsan. Metode penetapan
hukum melalui maqashid syariah dalam praktik-praktik istinbat tersebut,
yaitu praktik qiyas, istihsan, sadd al-zariah, dan urf (adat kebiasaan),
disamping disebut sebagai metode penetapan hukum melalui maqashid
syariah, juga oleh sebagian besar ulama Ushul Fiqh disebut sebagai dalil-
dalil pendukung, seperti telah diuraikan secara singkat pada pembahasan
dalil-dalil hukum diatas.
9
Satria Effendi, M.Zein, Ibid,. Hlm. 239
Maqashid As-Syariah | 8
BAB III
PENUTUP
1.1 SIMPULAN
Maqhasid adalah bentuk jamak dari maqhasid yang berarti
kesengajaan atau tujuan. Sedangkan syariah secara bahasa berarti jalan
menuju sumber air. Air adalah pokok kehidupan. Dengan demikian, bejalan
menuju sumber air ini dapat dimaknai jalan menuju ke arah sumber pokok
kehidupan.
Dalam ilmu ushul fiqh, bahasan maqashid al-syariah bertujuan
untuk mengetahui tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh perumusnya
dalam mensyariatkan hukum.
Pengetahuan tentang Maqhasid syariah, seperti ditegaskan oleh Abd
al-Wahhab Khallaf, adalah hal sangat penting yang dijadikan alat bantu
untuk memahami redaksi Al-Quran dan Sunnah, menyelesaikan dalil-dalil
yang bertentangan dan yang sangat penting lagi adalah untuk menetapkan
hukum terhadap kasus yang tertampung oleh Al-Quran dan Sunnah secara
kajian kebahasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Maqashid As-Syariah | 9
Ahmad Mawardi, 2010. Fiqh Minoritas. Yogyakarta : Lkis Yogyakarta
Al-Wahab, Abd. Khalafaf . Ilmu Ushul Fiqh Kairo : Dar al-Kuwaitiyyah
Imam.
Jaya, Asafri Bakri, 1996. Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kutbuddin Aibak, 2008. Metodologi Pembaruan Hukum Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Pujiono, 2012. Hukum Islam,.Yogyakarta: Mitra Pustaka
Satria Effendi, M.Zein, 2005. Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media,
Maqashid As-Syariah | 10