Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Al-Ghazali
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad at Thusi
Al- Ghazali yang dilahirkan pada 450 H/ 1058 M. Beliau dilahirkan di kota di Khurasan,
Persia yang ketika itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia Islam. Ayahnya
adalah seorang pemintal wol yang buta dan miskin, namun sangat memperhatikan masalah
pendidikan anaknya.
Sejak kecil Imam Ghazali dikenal sebagai anak yang cinta ilmu pengetahuan dan
penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa berbagai cobaan dan
rintangan. Latar belakang pendidikannya dimulai dengan belajar Al-Qur’an pada ayahnya
sendiri dan belajar ilmu agama pada seorang ustadz setempat, Ahmad bin Muhammad
Razkafi.[1]

Beliau menamatkan studi dasarnya di Thus dan Jurjan, lalu melanjutkan pendidikan di
Naisabur (Nisappur), berguru pada seorang pemuka agama yang terkenal dengan sebutan
Imamul Haramain, yakni al- Juwaini. Kepadanya al-Ghazali belajar ilmu kalam, ilmu ushul,
mazhab fiqh, retorika, logika, tasawuf, dan filsafat.
Ketika al- Juwaini wafat, al- Ghazali merasakan kepedihan yang amat mendalam.
Beliau pun meninggalkan Naisabur menuju Mu’askar. Disana Imam Ghazali mulai dikenal
mula-mula oleh Perdana Menteri Saljuk, dan kemudian menjadi tersohor dan diperlakukan
penuh kehormatan oleh setiap orang di Mu’askar, karena beliau sangat unggul dan tak
terpatahkan argumentasinya dalam bidang keilmuan.
Pada tahun 484 H/ 1091 M, beliau diangkat menjadi dosen di Universitas
Nidhamiyah, Baghdad. Atas prestasinya yang kian meningkat, pada usianya yang ke-34
beliau diangkat menjadi rektor.
Setelah 4 tahun menjabat sebagai rektor, beliau meninggalkan pekerjaannya sebagai
pengajar dan memulai hidup jauh dari lingkungan manusia. Ini dikarenakan krisis rohani
yang melandanya, krisis keraguan yang meliputi akidah dan semua jenis ma’rifat. Selama dua
tahun beliau berzuhud, menghabiskan waktunya dengan berkhalwat, ibadah dan i’tikaf di
sebuah mesjid di Damaskus. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan taqarrubnya ke Baitul
Maqdis. Dari sini, tergerak hatinya untuk mengerjakan ibadah haji.
Selama 10 tahun melanglang buana antara Syam, Baitul Maqdis dan Hijaz, akhirnya
pada tahun 499 H/ 1106 M Imam Ghazali kembali mengajar di Universitas Nidhamiyah atas
desakan Fakhrul Muluk. Buku Pertama yang disusunnya setelah kembali ke universitas
adalah Al-Murqidz min Al- Dhalal.
Tidak lama setelah Fakhrul Muluk mati terbunuh pada tahun 500 H/ 1107 M, Imam
Ghazali kembali ke kampung halamannya, Thus. Beliau menghabiskan hari-harinya untuk
membaca Al-Qur’an dan Hadits serta mengajar. Beliau berpulang ke Hadhirat Allah pada
tanggal 18 Desember 1111 M.[2]
Al-Ghazali adalah pemikir ulung Islam yang menyandang gelar “Pembela Islam”
(Hujjatul Islam), “Hiasan Agama” (Zainuddin), “Samudra yang Menghanyutkan” (Bahrun
Mughriq), dan lain-lain. Beliau merupakan sosok intelektual multidimensi dengan
penguasaan ilmu multidisiplin. Abdurrahman Badawi menyebutkan karya Al-Ghazali
mencapai 457 judul buku yang meliputi berbagai ilmu pengetahuan. Diantaranya dalam
bidang fiqh dan ushul fiqh: Al-Wajiz fi al-Furu’, Al-Mankhul fi ‘ilm al-Ushul; bidang
tafsir: Jawahir Al-Qur’an, Yaqut al-Ta’wil fi Tasir al-Tanzil; bidang akidah: al-Iqtishad fi al-
‘Itiqad; bidang tasawuf: Ihya ‘Ulumuddin, dan masih banyak lagi karya lainnya. [3]

B. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Islam


1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan
Busyairi Madjidi mengungkapkan pendidikan menurut Al-Ghazali adalah menghilangkan
akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik. Dengan demikian pendidikan
merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk melahirkan
perubahan perubahan yangprogressive pada tingkah laku manusia.
Al-ghazali menitikberatkan pendidikan pada perilaku manusia yang sesuai dengan ajaran
Islam sehingga di dalam melakukan suatu proses diperlukan sesuatu yang dapat dijadikan
mata pelajaran. Hal ini didasarkan pada batin manusia yang memiliki unsur yang harus
diperbaiki secara keseluruhan, yakni: kekuatan ilmu, kekuatan ghadhab (kemarahan),
kekuatan syahwat (keinginan), dan kekuatan keadilan. Dengan terintegrasiya keempat unsur
tersebut dalam diri manusia, maka diharapkan dapat melahirkan keindahan watak
manusia. [4]
Abidin Ibnu Rusn merumuskan pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali adalah proses
memanusiakan manusia sejak masa kejadiaannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai
ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana
proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan
diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna.[5]
Menurut Al-Ghazali, pendekatan diri kepada Allah merupakan tujuan pendidikan. Orang
dapat mendekatkan diri kepada Allah hanya setelah memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan itu sendiri tidak akan dapat diperoleh manusia kecuali melalui pengajaran.
Menurut al-Ghazali tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi dua: tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek.
1. Tujuan jangka panjang

Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan
dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan
diri kepada Tuhan Pencipta alam. Disamping harus melaksanakan ibadah wajib dan sunnah,
manusia juga harus mengkaji ilmu-ilmu farlu ‘ain.[6]
Tujuan dalam pendidikan Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-
nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdsarkan ajaran Islam
secara bertahap. Maka tujuan jangka panjang pendidikan Islam sebagai idealitas yang harus
diwujudkan, menurut al-Ghazali adalah membentuk setiap individu peserta didik untuk
menjadi insan kamil dan berakhlak mulia agar setiap individu tersebut mampu mengenal
kapasitas dirinya sebagai makhluk, sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Al-Ghazali sangat menghargai kehidupan akhirat dan dunia sekaligus. Ruang lingkup
pendidikan yang diharapkan menurut al-Ghazali tidak sempit dan tidak terbatas bagi
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat semata-mata. Akan tetapi mencakup kebahagian
dunia dan akhirat.[7]
2. Tujuan jangka pendek
Menurut al-Ghazali, tujuan jangka pendek adalah diraihnya profesi manusia sesuai
dengan bakat dan kemampuannya.[8] Tujuan jangka pendek yang dimaksudkan adalah
mempersiapkan peserta didik supaya mampu melaksanakan tugas-tugas mulia di dunia
sehingga mampu mengenyam kebahagiaan dalam kehidupannya di dunia. Al-Ghazali
menempatkan tujuan ini sebagai tujuan sekunder yang harus direalisasikan. Karena, beliau
berpendapat bahwa apapun yang ada di dunia inibersifat sementara. Tujuan yang lebih tinggi
yaitu mencapai kebahagiaan di akhirat.[9]
Jadi, tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali dapat dirumuskan, yaitu:
1) Mendekatkan diri kepada Allah, dengan melaksanakan ibadah wajib dan sunnah.
2) Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
3) Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-
baiknya.
4) Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat
tercela.
5) Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang
manusiawi.[10]
Tujuan pendidikan merupakan target yang ingin dicapai suatu proses pendidikan. Secara
eksplisit Al-Ghazali menempatkan dua hal penting sebagai orientasi pendidikan, pertama
mencapai kesempurnaan manusia untuk secara kualitatif mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Kedua mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Kebahagian akhirat merupakan sesuatu yang esensi bagi manusia, karena memiliki
nilai unversal, abadi dan dan lebih hakiki.[11]
Menurut pandangan Al-Ghazali, ilmu adalah amal yang paling utama, baik yang
bersifat fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah. Pentingnya menuntut ilmu yang bersifat fardhu
kifayah karena memiliki keistimewaan dan kebaikan serta berkaitan dengan perkembangan
zaman dan tuntutan masyarakat tertentu. Namun Al-Ghazali lebih menekankan pada ilmu
yang bersifat fardhu ‘ain karena merupakan jalan untuk mencapai kebahagian di akhirat yang
abadi. Dengan kata lain, pangkal kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah ilmu.
2. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
suatu lembaga pendidikan.[12]
Kurikulum yang disusun oleh al-Ghazali sesuai dengan pendapatnya mengenai tujuan
pendidikan, yakni: mendekatkan diri kepada Allah. Menurut al-Ghazali, mendekatkan diri
kepada Allah merupakan tolak ukur kesempurnaan manusia, dan untuk kesana ada jembatan
yang disebut ilmu pengetahuan.[13] Dari segi kekhususannya al-Ghazali membagi ilmu
pengetahuan menjadi ilmu syar’iyyah dan ilmu ghair syar’iyyah. Lebih lanjut belaiu
menjelaskan sebagai berikut:
Ilmu syr’iyyah dibagi menjadi empat macam:
1. Ilmu Ushul (ilmu pokok) diantaranya kitabullah, sunnah, ijma dan atsar sahabat.
2. Ilmu Furu’ (diantaranya ilmu fiqh, ilmu hal ihwal hati dan akhlak.

3. Ilmu Muqaddimah (ilmu pengantar) yaitu ilmu yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu-
ilmu ushul, seperti ilmu lughah (bahasa) dan ilmu nahwu(gramatikal).

4. Ilmu-ilmu Pelengkap, seperti yang berkaitan dengan Al-Qur’an, misalnya ilmu


makharijul huruf wa alfazh dan qira’at al-Qur’an.

Ilmu ghair syar’iyyah dibagi menjadi:


a. Ilmu-ilmu terpuji (mahmudah), yaitu ilmu yang dibutuhkan dalam hidup dan kehidupan dan
pergaulan umat manusia yang meliputi: pertanian, perternakan, pembangunan, tata
pemerintahan, pertukangan besi dan lain sebagainya.

b. Ilmu yang diperbolehkan (mubahat) yaitu ilmu kebudayaan, seperti: sejarah, puisi-puisi yang
tidak mengandung unsur yang berarti dan tidak merugikan.

c. Ilmu-ilmu tercela (mazmumah), yaitu ilmu pengetahuan yang merugikan pemilik maupun
orang lain, seperti ilmu hitam/sihir.[14]

Menurut Al-Ghazali kurikulum pendidikan harus disusun sesuai dengan pertumbuhan dan
dan perkembangan psikis murid. Ini dikarenakan tingkat pemahaman, daya tangkap, dan daya
ingat terhadap ilmu pengetahuan, kemampuan menjalankan tugas hidupnya, berbeda antara
orang yang satu dengan yang lain. Pelajaran harus disampaikan secara bertahap, dengan
memperhatikan teori, hukum dan periodesasi perkembangan anak.[15]
Pentahapan dalam kurikulum yang dirumuskan Al-Ghazali ini sesuai dengan proses
pendidikan anak yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
Jika dijabarkan, perkembangan usia anak berdasarkan didaktis Rasulullah adalah sebagai
berikut:
1) Usia 00 – 06 tahun, adalah masa asuhan orang tua. Pendidikan pada usia ini bersifat
informal, anak dibiasakan agar melakukan amalan- amalan yang baik dengan memberikan
contoh atau teladan. Dengan kata lain, masa ini adalah masa pendidikan secara dressur
(pembiasaan).
2) Usia 06 – 09 tahun, adalah masa dimulainya pendidikan anak secara formal. Pada masa ini
anak telah mampu menerima pengertian dari apa yang telah dibiasakan, anak juga mampu
menerima ganjaran dan hukuman.
3) Usia 09 – 13 tahun, adalah masa pendidikan kesusilaan dan latihan kemandirian. Sebagai
kelanjutan dari pembiasaan terhadap yang baik dan pemberian pengertian tentang apa yang
dibiasakan, anak pada usia ini telah mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk,
antara yang manfaat dan yang sia-sia, mana yang pantas dikerjakan dan mana yang perlu
dihindari. Pada tahap selanjutnya anak melaksanakan amalan-amalan baik tidak karena
terpaksa, tetapi karena ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu bermanfa’at bagi
dirinya atau sebaliknya.
4) Usia 13 – 16 tahun, adalah masa evaluasi terhadap pendidikan yang telah berjalan. Selama
tiga tahun diadakan evaluasi dan jika ditemukan kekurangan dalam pribadi anak maka anak
perlu diberi sangsi. Secara psikis, usia ini adalah masa remaja pertama. Inilah masa transisi
dari kanak- kanak memasuki masa remaja. Kegoncangan jiwa akan muncul karena terjadi
pertumbuhan cepat di segala bagian tubuh. Dengan memberikan konsep Al-Ghazali di atas,
kita akan menenangkan jiwa anak.
5) Usia anak 16 tahun dan seterusnya, adalah pendidikan kedewasaan. Menurut Islam, anak
usia ini telah dianggap dewasa dan segala yang dilakukan sudah mempunyai nilai tersendiri
di hadapan Allah. Pendidikan pada periode kelima ini, karena anak telah mengalami
kedewasaan nafsu seksnya, yang banyak membutuhkan penjagaan agar tidak terjadi ekses-
ekses seksual yang merugikan, maka orang tua wajib menikahkannya. Perhatian orang tua
terhadap anak dalam usia selanjutnya adalah tugas kemanusiaan dan bukan tugas kebutuhan.
Artinya, kalau anak tidak shalih, orang tua sudah tidak lagi dituntut dihadapan Allah.[16]
Adapun periodesasi berdasarkan psikologis dalam kaitannya dengan kurikulum
pendidikan yang dikemukakan Al-Ghazali adalah materi keilmuaan yang disampaikan
kepada murid secara berurutan, mulai dari hafalan dengan baik, mengerti, meyakini dan
membenarkan terhadap apa yang diterimanya sebagai pengetahua tanpa memerlukan dalil.
3. Metode Pengajaran
Pentahapan pada kurikulum pendidikan diatas melahirkan metodik khusus pendidikan
menurut Al-Ghazali, dan tampak bahwa ia menekankan kepada pendidikan akhlak.
1) Metodik khusus pendidikan agama
Dasar kurikulum pendidikan agama menurut Al-Ghazali adalah Al-Qur’an. Pada prinsipnya
metode ini dimulai dengan hafalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan
dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterangan yang menunjang penguatan
akidah. Pendidikan agama pada kenyataannya lebih sulit dibanding dengan pendidikan
lainnya, karena pendidikan agama menyangkut masalah perasaan dan lebih menitikberatkan
pada pembentukan keribadian murid.
2) Metodik khusus pendidikan akhlak
Akhlak menurut Al-Ghazali adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang kemudian
lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pemikiran dan
pertimbangan. Pendidikan apapun, menurut Al-Ghazali harus mengarah kepada pembentukan
akhlak yang mulia. Guru harus memiih metode pendidikan yang sesuai dengan usia dan
tabia’t anak, daya tangkap, dan daya tolaknya, sejalan dengan situasi kepribadian. Untuk
mengadakan perubahan akhlak anak yang tercela adalah dengan menyuruhnya melakukan
perbuatan sebaliknya.[17]
4. Pendidik dan Anak Didik
Al-Ghazali mempergunakan istilah pendidikan dengan berbagai kataAl-
Mu’allim (guru), al-Mudarris (pengajar) dan al-Walid (orang tua). Menurut al-Ghazali, guru
(pendidik) adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan
menyucikan hati sehingga menjadi dekat dengan khaliknya. Tugas ini didasarkan pada
pandangan bahwa manusia merupakan makhluk yang mulia. Kesempurnaan manusia terletak
pada kesucian hatinya.[18]
Menurut Al-Ghazali, pendidik (guru) dalam pengertian akademik ialah seorang yang
menyampaikan sesuatu kepada orang lain atau seseorang yang menyertai sesuatu
institusi untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para pelajarnya.[19]
Berkaitan mengenai tugas dan tanggung jawab guru profesional, Al-Ghazali
menyebutkan beberapa hal berikut:
a) Guru ialah orang tua kedua di depan murid
b) Guru sebagai pewaris ilmu nabi
c) Guru sebagai penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan murid
d) Guru sebagai motivator bagi murid
e) Guru sebagai seorang yang memahami tingkat perkembangan intelektual murid
f) Guru sebagai teladan bagi murid
Al-Ghazali terhadap peserta didik (murid) mempergunakan istilah, seperti al-
Shoby (kanak-kanak), al-Mu’allim (pelajar), dan Thalabul al-‘Ilm(penuntut ilmu
pengetahuan). Dengan demikian, yang dimaksud dengan peserta didik adalah manusia yang
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani.[20]
Lebih lanjut al-Ghazali menjelaskan bahwa peserta didik adalah makhluk yang telah
dibekali dengan potensi atau fitrah untuk beriman kepada Allah SWT. Fitrah itu sengaja
disiapkan oleh Allah SWT sesuai dengan kejadian manusia yang tabi’at dasarnya adalah
cenderung kepada agama tauhid (islam). Untuk itu, seorang pendidik betugas mengarahkan
fitrah tersebut agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan penciptaannya
sebagai manusia.
Dalam pandangan al-Ghazali, murid memiliki etika dan tugas yang sangat banyak,
yang dapat disusun dalam tujuh bagian, yaitu:
1. Mendahulukan kesucian jiwa daripada kejelekan akhlak.
2. Mengurangi hubungan keluarga dan menjauhi kampung halamannya sehingga hatinya hanya
terikat pada ilmu.
3. Tidak bersikap sombong terhadap ilmu dan menjauhi tindakan tidak terpuji kepada guru,
bahkan ia harus menyerahkan urusannya kepadanya.
4. Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan diantara manusia.
5. Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga ia dapat mengetahui hakikatnya.
6. Mencurahkan perhatian terhadap ilmu yang terpenting, yaitu ilmu akhirat.
7. Hendaklah tujuan murid itu ialah untuk mnghiasi batinnya dengan sesuatu yang akan
mengantarkannya kepada Allah SWT.[21]

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: RajaGrafindo


Persada, cet.III, 2003.
Khan, Shafique Ali, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Hermawan, A. Heris, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2012.
Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Sholeh, Asrorun Ni’am, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: ELSAS Jakarta,
cet.VI, 2008..
Zainuddin, M. dkk (ed.), Pendidikan Islam, Malang: UIN, 2009.
http://dinmuridin.blogspot.com/2013/01/pemikiran-alghazali-dalam-pendidikan.html

[1] M.Zainuddin dkk (ed.), Pendidikan Islam, Malang: UIN, 2009. Hal: 162
[2] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Hal:
9-13.
[3] Asrorun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: ELSAS Jakarta, cet.VI, 2008. Hal: 43.
[4] M.Zainuddin dkk (ed.), Pendidikan Islam. Hal: 166.
[5] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Hal: 89
[6] Ibid., Hal.37.
[7] Hermawan, A. Heris, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Kementrian Agama, 2012. Hal. 350.
[8]Ibid., Hal. 59.
[9] Hermawan, A. Heris, Filsafat Pendidikan Islam, Hal. 349.
[10] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Hal: 60.
[11] Asrorun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam. Hal: 79.
[12] M.Zainuddin dkk (ed.), Pendidikan Islam. Hal: 168.
[13] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Hal. 89.
[14] Hermawan, A. Heris, Filsafat Pendidikan Islam, Hal. 354.
[15] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Hal: 90.
[16] Ibid, Hal: 91-96
[17] Ibid, Hal: 99-103.
[18] Hermawan, A. Heris, Filsafat Pendidikan Islam, Hal. 351.
[19] M.Zainuddin dkk (ed.), Pendidikan Islam. Hal:176.
[20] Hermawan, A. Heris, Filsafat Pendidikan Islam, Hal. 352.
[21] http://dinmuridin.blogspot.com/2013/01/pemikiran-alghazali-dalam-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Ke NU An Kelas 5
    Ke NU An Kelas 5
    Dokumen2 halaman
    Ke NU An Kelas 5
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    100% (1)
  • Dika PKL
    Dika PKL
    Dokumen17 halaman
    Dika PKL
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Data Peserta Lomba Porseni
    Data Peserta Lomba Porseni
    Dokumen12 halaman
    Data Peserta Lomba Porseni
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Dai
    Dai
    Dokumen4 halaman
    Dai
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Data Sementara Pelaksanaan Ujian PTS
    Data Sementara Pelaksanaan Ujian PTS
    Dokumen2 halaman
    Data Sementara Pelaksanaan Ujian PTS
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Ski Kelas 4
    Ski Kelas 4
    Dokumen2 halaman
    Ski Kelas 4
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Ke Nu An 4
    Ke Nu An 4
    Dokumen2 halaman
    Ke Nu An 4
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    100% (1)
  • Tema 1
    Tema 1
    Dokumen3 halaman
    Tema 1
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Dai
    Dai
    Dokumen4 halaman
    Dai
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Dai
    Dai
    Dokumen4 halaman
    Dai
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • FIQIH
    FIQIH
    Dokumen3 halaman
    FIQIH
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Masuk Islam
    Surat Pernyataan Masuk Islam
    Dokumen2 halaman
    Surat Pernyataan Masuk Islam
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Cerpen Liakuu
    Cerpen Liakuu
    Dokumen11 halaman
    Cerpen Liakuu
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Soal Madrasah Diniyah
    Soal Madrasah Diniyah
    Dokumen19 halaman
    Soal Madrasah Diniyah
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Cerpen Liakuu
    Cerpen Liakuu
    Dokumen11 halaman
    Cerpen Liakuu
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Piagam Lomba Baca
    Piagam Lomba Baca
    Dokumen1 halaman
    Piagam Lomba Baca
    Purnama
    Belum ada peringkat
  • RPP Pai 8.10
    RPP Pai 8.10
    Dokumen8 halaman
    RPP Pai 8.10
    Galuh Indah Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Kartu Infaq
    Kartu Infaq
    Dokumen2 halaman
    Kartu Infaq
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Resum BAB II Buku Edward Sallis
    Resum BAB II Buku Edward Sallis
    Dokumen3 halaman
    Resum BAB II Buku Edward Sallis
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Contoh Raport Diniyah
    Contoh Raport Diniyah
    Dokumen8 halaman
    Contoh Raport Diniyah
    Sneijdera D' Iniesta
    100% (1)
  • Formulir PPDB (S1)
    Formulir PPDB (S1)
    Dokumen2 halaman
    Formulir PPDB (S1)
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Puji Anto Dan Tri Anita-77-85
    Puji Anto Dan Tri Anita-77-85
    Dokumen9 halaman
    Puji Anto Dan Tri Anita-77-85
    Puji Anto
    Belum ada peringkat
  • Hana
    Hana
    Dokumen2 halaman
    Hana
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • BANGKU
    BANGKU
    Dokumen4 halaman
    BANGKU
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Cov Proker
    Cov Proker
    Dokumen7 halaman
    Cov Proker
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Sampul Panduan UN
    Sampul Panduan UN
    Dokumen1 halaman
    Sampul Panduan UN
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kel 3 Stpi Al Ghozali
    Makalah Kel 3 Stpi Al Ghozali
    Dokumen9 halaman
    Makalah Kel 3 Stpi Al Ghozali
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • RPP Makanan Dan Minuman Halal
    RPP Makanan Dan Minuman Halal
    Dokumen16 halaman
    RPP Makanan Dan Minuman Halal
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat
  • Undangan Dodi
    Undangan Dodi
    Dokumen1 halaman
    Undangan Dodi
    MuhammadRooneiyilyasAlwiAssegaf
    Belum ada peringkat