Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


HUKUM EKONOMI SYARI'AH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah hukum ekonomi syari'ah

OLEH : DINDA GAZALI ( 0720051 )


DOSEN PENGAMPU : AMRU SYAHPUTRA , M.HI
JURUSAN AHWAL SYAKHSIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL ISHLAHIYAH
BINJAI
2020/2021

2
111

Kata pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


Allah SWT, Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sejarah dan perkembangan hukum ekonomi
syari’ah” dengan tepat waktu.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah HUKUM EKONOMI
SYAR’IAH yang dibimbing oleh dosen yang
sangat saya hormati bapak AMRU SYAHPUTRA,
M.HI . Semoga makalah ini dapat menambah ilmu
dan wawasan kita semua.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan, Apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan didalam penulisan makalah penulis
berharap dosen serta teman-teman memaafkan dan
membantu saya memperbaikinya, demikan saya
ucapkan terimakasih, Selamat membaca.

Binjai, Oktober 2021

3
Dinda gazali

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………… ii

KATA PENGANTAR …………………….…… iii

DAFTAR ISI ……………………...…………… iv

BAB I PENDAHULUAN ……………………… v

A. Latar Belakang ………………………………...…….….. 1


B. Rumusan masalah……………………………………….. 2
C. Tujuan penulisan………………..………………......…… 3

BAB II PEMBAHASAN …………………………. 4

A. Sejarah dan Perkembangan hukum ekonomi syari’ah


diindonesia……………………………........……… 4
B. Metode...…………………………..………………. 5
C. Hasil dan pembahasan………………....……...……6
D. Contoh masalah dan cara penyelesaian………………..
…….............…………7
BAB III PENUTUP ………………………………....…… 9

A. Simpulan ……………………………… …….………… 9


B. Saran …………………………………………………… 10

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan social yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam.
Ekonomi
syariah berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan
(Welfare State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi
oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan
kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan tuntutan
kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia demikian cepat, khususnya
perbankan, asuransi dan pasar modal. Jika pada tahun 1990-an jumlah kantor
layanan perbankan syariah masih belasan, maka tahun 2000an, jumlah kantor
pelayanan lembaga keuangan syariah itu melebihi enam ratusan yang tersebar
di seluruh Indonesia. Lembaga asuransi syariah pada tahun 1994 hanya dua
buah yakni Asuransi Takaful Keluarga dan Takaful Umum, kini telah
berjumlah 34 asuransi syariah (Data AASI 2006). Demikian pula obligasi
syariah
tumbuh pesat mengimbangi asuransi dan perbankan syariah.
Para praktisi ekonomi syari’ah, masyarakat dan pemerintah (regulator)
membutuhkan fatwa-fatwa syariah dari lembaga ulama (MUI) berkaitan
dengan
praktek dan produk di lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut.
Perkembangan lembaga keuangan syariah yang demikian cepat harus
diimbangi
dengan fatwa-fatwa hukum syari’ah yang valid dan akurat, agar seluruh
produknya memiliki landasan yang kuat secara syari’ah.
Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dilahirkan pada tahun 1999
sebagai bagian dari Majlis Ulama Indonesia. Masalah ekonomi syaria
merupakan Wewenang Peradilan agama yang diatur dalam UU No 7/1989
yang baru-baru ini telah diamandemen oleh DPR.¹

2. RUMUSAN MASALAH
 BAGAIMANA SEJARAH LAHIRNYA HUKUM EKONOMI DI
INDONESIA
 SEJARAH EKONOMI SYARI’AH
 PERKEMBANGAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

3. TUJUAN PENULISAN

5
 Menjelaskan sejarah lahirnya hukum ekonomi syari’ah
keindonesia
 Menjabarkan awal mula sejarah ekonomi syari’ah
 Membahas dan Memahami perkembangan hukum
ekonomi syari’ah
BAB II
PEMBAHASAN

A.Sejarah dan Perkembangan hukum ekonomi syari’ah


diindonesia
Ekonomi berdasarkan syariah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan lahir dan
berkembangnya agama Islam di dunia ini. Ketika Rasulullah SAW berada di Mekkah,
kegiatan ekonomi belum sempat dilaksanakan sebab perjuangan Rasulullah SAW lebih
dipusatkan kepada ketauhidan. Beliau lebih dikenal sebagai penganjur agama baru yang
mendapat tantangan yang luar biasa dari kaum Ouraisy dan penduduk Mekkah lainnya.
Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah dan beliau diangkat sebagai pemimpin bangsa
Madinah, dalam tempo yang sangat singkat beliau mampu melaksanakan pemerintahan
dengan baik, membentuk institusi negara yang diperlukan, mengatur politik dalam dan luar
negeri dengan prinsip kebersamaan dan persaudaraan, membangun konstitusi negara
Madinah dan meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.
Ketika negara Madinah diproklamirkan, tidak ada dana yang dapat digunakan sebagai
sumber keuangan negara. Negara yang dibentuk itu sama sekali tidak mewariskan harta dan
keuangan sama sekali, aparat negara yang bekerja atas dasar sukarela, demikian juga dengan
prajurit yang bertempur dalam peperangan sama sekali tidak digaji, kecuali mendapat
ganimah sebagaimana yang ditetapkan oleh Rasulullah.
Di saat sulit inilah, Rasulullah SAW mulai menggali sumber keuangan negara untuk
mengatasi segala hambatan dan rintangan yang dapat digunakan untuk pembiayaan negara.
Dalam Al-Ouran sudah diberi petunjuk oleh Allah SWT yang tentunya dapat diambil sebagai
pedoman untuk semua urusan manusia, termasuk dalam menjalankan prinsip-prinsip ekonomi
berdasarkan syariah. Apabila prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya dapat
dilaksanakan dengan baik, maka akan mendatangkan kemakmuran bagi umat manusia.
Kemakmuran di dunia merupakan pemberian Allah SWT dan manusia akan dapat mencapai
keselamatannya jika ia dapat menggunakan kemakmuran ini dengan baik dan dapat
memberikan keuntungan bagi orang lain. Kegiatan ekonomi dalam pandangan syariat Islam
merupakan tuntutan kehidupan dan anjuran yang memiliki dimensi ibadah kepada Allah
SWT. Motif ekonomi menurut pandangan Islam dapat dilihat dalam surat al-Oashash (28)
ayat 77, yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) Bumi. Sesungguhnya, Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Islam memberi pedoman dalam
kehidupan agar menganut prinsip keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara spiritual
dan materialisme, individu dan sosial, dan duniawi dan ukhrawi. Dalam bidang ekonomi,
Islam mengatur hal-hal yang pokok saja. Hal ini Dimaksudkan untuk memberi peluang

6
kepada para pakar hukum ekonomi Islam untuk melaksanakan ijtihad sesuai dengan
perkembangan kegiatan ekonomi yang tidak terbatas pada ruang dan waktu.
Islam mengakui kepemilikan pribadi. Mencari nafkah sesuai dengan hukum yang berlaku dan
dengan cara yang adil merupakan suatu kewajiban yang sesuai dengan kewajiban dasar dalam
Islam. Kewajiban ini tidak membatasi jumlah kepemilikan swasta, produksi barang dagang
atau suatu perdagangan, tetapi hanya melarang pencarian kekayaan melalui cara-cara yang
ilegal atau tidak bermoral. Islam juga tidak menyukai perbuatan menimbun kekayaan atau
mengambil keuntungan atas kesulitan orang lain. Dalam peraturan hukum yang berlaku,
usaha-usaha selisih keuntungan, skala gaji, pembayaran upah, keuntungan investasi selalu
lebih rendah. Oleh karena itu, tidak memungkinkan bagi seseorang untuk menjadi kaya dalam
waktu yang sangat singkat. Sementara di sisi lain, melakukan perbuatan berjudi, menimbun
kekayaan, penyelundupan, pasar gelap, spekulasi, korupsi, bunga, riba dan sejenisnya bukan
tidak sesuai dengan hukum dan dilarang, tetapi juga akan mendapat balasan hukuman di
akhirat kelak. ¹

Dari uraian tersebut aktivitas ekonomi dalam pandangan syariat Islam mempunyai
tujuan antara lain:1.memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana,2.memenuhi
kebutuhan keluarga baik yang dharuri,dhanni,maupun yang taksinis,3.memenuhi kebutuhan
jangka panjang,4.kebutuhan keluarga yang ditinggalkan,5.memberi bantuan sosial dan
sumbangan bagi yang memerlukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah
SWT,6.menerapkan ilmu ekonomi dalam praktik sehari-hari bagi individu,keluarga,
kelompok masyarakat dan pengusaha dalam rangka mengorganisasi faktor produksi,
distribusi, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan syariat Islam. 1
Masuknya unsur Islam (ekonomi syariah) dalam cita hukum ekonomi Indonesia, bukan
berarti mengarahkan ekonomi nasional ke arah idiologi ekonomi Agama tertentu, tetapi
dikarenakan ekonomi syari’ah sudah lama hidup dan Berkembang tidak hanya di Indonesia,
tetapi juga di dunia. Sistem ekonomi syari’ah Adalah salah satu dari sistem-sistem ekonomi
lainnya seperti kapitalisme dan Sosialisme. Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam perspektif
konstitusi ekonomi, kita Tidak perlu terjebak dalam diskusi mengenai idiologi ekonomi.
Ekonomi Syariah Keberadaannya mempunyai landasan yang kuat baik secara formal syar’i
maupun Formal konstitiusi. Secara formal syar’i, keberadaan ekonomi Syariah mempunyai
Landasan dalil yang kuat. Dalam konteks negara, ekonomi Syariah mempunyai Landasan
konstitusioanal.
Perkembangan ekonomi Islam atau yang lazim dikenal dengan ekonomi Syariah di
Indonesia berlangsung dengan begitu pesat. Hal ini juga didukung oleh Sektor hukum, yakni
dilandasi dengan keluarnya peraturan perundang- undangan di Bidang ekonomi syariah,
antara lain adalah keluarnya Undang- undang Nomor 3 Tahun 2006 yang memberikan
kewenangan bagi Pengadilan Agama untuk Menangani perkara sengketa ekonomi syariah.
Selain itu keluarnya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara dan Undangundang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah semakin
Memperkokoh landasan hukum ekonomi syariah di Indonesia. Pada tataran praktis,
keberadaan lembaga-lembaga keuangan syariah Sekarang ini menunjukkan adanya
perkembangan yang semakin pesat. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran
sebagian besar umat Islam untuk melaksanakan Islam secara kaffah. Perkembangan ini tentu
memberikan harapan baru bagi para pelaku usaha untuk menjalankan bisnis yang tidak

1
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Ekonomi Islam, International Institute of Islamic Thought Indonesia (IIIT),
Jakarta, 2001, hlm. 23. NM 25

7
hanyaberorientasi pada keuntungan materiil semata, tetapi juga sesuai dengan spirit hukum
syariah yang menjanjikan pemenuhan kebutuhan batiniyah . 2
Menurut pandangan Islam bahwa istilah hukum dan syariah merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan, karena setiap kali mengkaji hukum sejatinya adalah syariah itu
sendiri. Pengertian syariah menurut bahasa memiliki beberapa makna, diantaranya berarti
jalan yang harus diikuti. Istilah syariah mempunyai akar yang kuat di dalam Al-Quran .³
Perkembangan perbankan syariah diawali dengan munculnya Bank Indonesia sekitar
tahun 1992 didasarkan pada Undang-undang No. 7 Tahun 1992 sebagai landasan hukum
bank kemudian disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam undang-undang
tersebut diatur Dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan
Dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang- undang tersebut juga Memberikan
arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah Atau bahkan
mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Antusiasme masyarakat terhadap pertumbuhan praktek ekonomi syariah Sangat
tinggi, terlebih dengan menjamurnya pendirian lembaga keuangan syariah (LKS) baik dalam
bentuk Bait at Tamwil, BPRS atau perbankan syariah. Perbankan Syari‟ah menjadi wadah
terpercaya bagi masyarakat yang ingin melakukan Investasi dengan sistem bagi hasil secara
adil sesuai prinsip syari‟ah. Memenuhi rasa Keadilan bagi semua pihak dan memberikan
maslahat bagi masyarakat luas adalah Merupakan prinsip utama bagi bank syari‟ah. Oleh
karena itu bank syari‟ah Menerapkan ketentuan dengan menjauhkan diri dari unsur riba Dan
menjalankan prinsip bagi hasil dan sistem jual beli. ⁴
Berdasarkan petunjuk QS. Al- Baqarah (2):275 dan QS. Al-Nisa (4):29 yang Intinya
Allah swt.Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba serta Suruhan untuk
menempuh jalan perniagaan dengan suka sama suka, maka setiap Transaksi kelembagaan
ekonomi syari‟ah harus selalu dilandasi atas dasar sistem Bagi hasil dan perdagangan atau
yang transaksinya didasari oleh adanya petukaran Antara uang dengan barang/jasa.
Masuknya unsur Islam (ekonomi syariah) dalam cita hukum ekonomi Indonesia,
bukan berarti mengarahkan ekonomi nasional ke arah idiologi ekonomi Agama tertentu,
tetapi dikarenakan ekonomi syari’ah sudah lama hidup dan Berkembang tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga di dunia. Sistem ekonomi Syari’ah adalah salah satu dari sistem- sistem
ekonomi lainnya seperti kapitalisme Dan sosialisme. Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam
perspektif konstitusi Ekonomi, kita tidak perlu terjebak dalam diskusi mengenai idiologi
ekonomi. Ekonomi Syariah keberadaannya mempunyai landasan yang kuat baik secara
formal Syar’i maupun formal konstitiusi. Secara formal syar’i, keberadaan ekonomi Syariah
Mempunyai landasan dalil yang kuat. Dalam konteks negara, ekonomi Syariah Mempunyai
landasan konstitusional. Dari uraian singkat diatas penulis akan Membahas sebuah tema yang
terkait dengan perekonomian syariah khususnya di Indonesia dan akan membahas khususnya
mengenai bagaimanakah perkembangan Dan keberadaan hukum ekonomi syariah di
Indonesia.

2
Burhanuddin S, 2010, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 2.
³ ibid hal 4
⁴ Karnaen Perwataatmaja, et al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm 17-18

8
B.METODE

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan Konseptual


(conceptual approach) yaitu mencari asas-asas, doktrin-doktrin dan Sumber hukum dalam arti
filosofis yuridis. Alasan peneliti menggunakan penelitian Hukum normatif karena untuk
menghasilkan argumentasi, teori atau konsep Baru sebagai praktisi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Kemudian Dengan bahan penelitian ini akan dilakukan dengan studi
pustaka yang mengkaji Bahan hukum Bahan hukum sebagai bahan penelitian diambil dari
bahan Kapustakaan yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan Hukum
tersier dan bahan non hukum sebagai pelengkap pembahasan hasil penelitian Ini. Bahan
hukum dan bahan non hukum yang diperoleh dalam penelitian ini akan Dianalisis secara
preskriptif dengan menggunakan metode deduktif yaitu data umum Tentang konsepsi hukum
baik berupa asas-asas hukum, postulat serta ajaran-ajaran (doktrin) dan pendapat para ahli
yang dirangkai secara sistematis sebagai susunan fakta-fakta hukum.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hukum Islam memiliki akar yang kuat di Indonesia. Hukum Islam ada Sejak Islam datang ke
Indonesia abad ke-7 M. Ia tumbuh di tengah masyarakat Indonesia berdampingan dengan
hukum adat,6 bahkan antara keduanya saling Memengaruhi.⁵ Selain itu juga hukum Islam
kontemporer banyak menyerap konsep yang berasal dari Barat.⁶ Sebelum kekuasaan Hukum
Islam dapat menjadi Sumber hukum nasional bersama sumber-sumber lainnya yang sudah
lama hidup Sebagai kesadaran hukum masyarakat Indonesia Hukum Islam dalam bidang
Keperdataan, terutama menyangkut hukum keluarga, tetap berlaku bagi umat Islam.
Sebagaimana telah dijadikan politik hukum oleh pemerintah kolonial Belanda Sejak tahun
1848 sejauh pemeluk Islam memberlakukan bagi diri mereka. Ini Berarti bahwa keberlakuan
itu disebabkan oleh kesadaran umat Islam sendiri untuk Melaksanakannya, bukan diwajibkan
oleh negara.⁷
Di Indonesia, hukum Islam adalah hukum yang hidup (living law). Ia Berjalan di
tengah-tengah masyarakat. Soerjono Soekanto12 menyatakan bahwa Hukum merupakan
konkretisasi dari sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat Dan suatu keadaan yang dicita-
citakan adalah adanya kesesuaian antara hukum Dengan sistem nilai tersebut.
Dengan demikian, hukum Islam merupakan hukum Yang tidak bisa dipisahkan dari
masyarakat Indonesia. Ini berbeda dengan hukum Positif. Hukum positif lahir karena
dilahirkan oleh kekuatan politik yang berkuasa.Bahwa hukum Islam menjadi sumber hukum
nasional bersama hukum Barat dan hukum adat, bukan berarti ia harus menjadi hukum formal
dengan Bentuk sendiri yang ekslusif, kecuali sifatnya untuk melayani (bukan
Memberlakukan dengan imperatif) terhadap yang sudah berlaku sebagai kesadaran Dalam
kehidupan sehari-hari. Di sini sumber hukum harus diartikan sebagai sumber Hukum material
dalam arti menjadi bahan isi untuk sumber hukum formal. ⁸
3

3
⁴ Karnaen Perwataatmaja, et al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm 17-18

⁵ Muhyar Fanani, Membumikan Hukum Langit Nasionalisasi Hukum Islam dan Islamisasi Hukum Nasional Pasca
Reformasi, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2008), hal. 113

⁶ Salah satu bukti pengaruh Islam di Indonesia adalah pengalihan sistem penanggalan tahun Saka yang berdasarkan solar sistem, kepada
lunar sistem (penanggalan Hijriah) yang dilakukan oleh Sultan Agung. Adapun Adat yang Memengaruhi hukum Islam, tergambar dengan
adanya kaidah al-‘adat al-muhkamah (adat istiadat Berkekuatan hukum). Jazuni, Legislasi Hukum Islam Di Indonesia, (Bandung, PT. Citra
Daditya Bakti, 2005), hal.

9
D. CONTOH MASALAH DAN CARA PENYELESAIAN

Ekonomi syariah dapat di selesaikan dengan jalur hukum (pengadilan) atau jalur non hukum
(arbitrase). Perkara ekonomi syariah yang mempunyai kewenangan bukan lagi peradilan
umum melainkan Pengadilan Agama. Dalam gugatan perkara ekonomi syariah tersebut
terdapat 2 mekanisme gugatan, yakni gugatan sederhana dan gugatan acara biasa.
Penanganan perkara dengan gugatan sederhana mengacu pada Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana, tolok ukur gugatan sederhana
adalah nilai gugatannya tidak lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sedangkan untuk penanganan perkara ekonomi syariah dengan nilai gugatan lebih dari Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) adalah dengan acara dengan mengacu pada hukum
acara perdata. Pada penanganan perkara ekonomi syariah perbedaan pada Hakim yang
menangani, harus sudah lulus dalam sertifikasi Hakim ekonomi syariah. Sesuai ketentuan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2016 tentang Sertifikasi Hakim Ekonomi
Syariah.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keberadaan ekonomi syariah di Indoinesia, sesungguhnya sudah mengakar Sekalipun


keberlakuannya masih bersifat normatif sosiologis. Krisis ekonomi yang Terjadi di Indonesia
tahun 1997, menjadikan pemerintah mulai melirik pada sistem Yang berangkat dari sistem
ekonomi Syari’ah. Beberapa perangkat hukum untuk Memayungi penerapan ekonomi syariah
Indonesia sudah relatif banyak, sekalipun Belum maksimal. Ke depan perlu upaya yang lebih
maksimal dan meyeluruh dalam Rangka melengkapi aturan atau regulasi terkait dengan
ekonomi syariah, sehingga Keberadaan ekonomi syariah menjadi kuat tidak hanya secara
normatif sosiologis Tetapi juga yuridis formil. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan
pembaruan Hukum yang merupakan salah satu dimensi dari pembangunan hukum nasional,
Selain dimensi pemeliharaan dan penciptaan. Yang dimaksud dengan dimensi Pembaruan
adalah usaha untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan Pembangunan hukum nasional
yaitu dengan selain pembentukan peraturan Perundang-undangan yang baru, juga
penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang ada sesuai dengan kebutuhan baru di
bidang-bidang yang Bersangkutan, dalam hal ini bidang ekonomi syariah.

B.SARAN

1.Semoga makalah yang dibuat oleh penyusun ada manfaatnya bagi pembacaKhususnya bagi
penulis.

240-241.

⁷ Moh. Mahfud, MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, (Jakarta:LP3ES, 2007), hal. 240
⁸ Ibid

10
2. syariah islam telah terbukti dalam membangun ekonomi nasional Jadi pemerintah harus
segera mempergunakan system ekonomi islam untuk Mencapai keadilan dan kemakmuran
bagi rakyat.

3.Pemerintah jangan menghilangkan system ekonomi islam pada era sekarang Ini melainkan
harus terus menjaga ekonomi syariah islam.

11

Anda mungkin juga menyukai