Disusun Oleh:
Arruji Yurma
Dosen Pengampu :
Yasmansyah, M. Pd
JURUSAN TARBIYAH
PARIANGAN BATUSANGKAR
Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayat-Nya yang telah memberi jalan dan pemikiran sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Budaya Adat Minangkabau dengan judul “Nagari
Sebagai Masyarakat Hukum Adat Genealogis Matrilineal Teritorial” dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membimbing dan mengarahkan umatnya ke jalan kehidupan yang penuh
dengan rahmat ini.
Penulis
Arruji Yurma
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................... 10
B. Kritik dan Saran.................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana nagari pada zaman penjajahan Belanda?
2. Bagaimana nagari sebelum Indonesia merdeka sampai keluarnya UU no 5
tahun 1979?
3. Bagaimana nagari sejak tahun 1979 sampai tahun 1999?
4. Bagaimana nagari setelah tahun 1999 sampai sekarang?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui nagari pada zaman penjajahan Belanda.
2. Untuk mengetahui nagari sebelum Indonesia merdeka sampai keluarnya
UU no 5 tahun 1979.
3. Untuk mengetahui nagari sejak tahun 1979 sampai tahun 1999.
4. Untuk mengetahui nagari setelah tahun 1999 sampai sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
1 Asnan G., Pemerintah Daerah Sumatera Barat Dari VOC Hingga Reformasi,
(Yogyakarta: Citrapustaka, 2006), h. 56
6
seperti yang dirumuskan dalam Pasal 18B UUD 1945, yakni negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan
istimewa dan selain itu negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI.
5 Nuraini Budi Astuti, Transformasi Dari Desa Ke Nagari, (Bogor: Pascasarjana IPB, 2009),
h. 33
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nagari tidak otonomi lagi, sudah struktur bawah dari Ass. Residen, kapalo
nagari dipilih, struktur lengkapnya (Residen Sumatera, Ass. Reseiden, Nagari
Hoofd, Kapalo Jorong, Penghulu kaum, Rakyat), perangkat nagari (juru tulis,
peradilan, bandaro, paga nagari, pembangunan, pendidikan) Kepala nagari
dipilih Kerapatan Nagari /penghulu digaji, dan penghulu memiliki SK
Nagari sistem militer, tidak otonom, Kepala Nagari ditunjuk oleh Jepang,
Kerapatan Nagari dibiarkan begitu saja (tidak dihormati dan tidak bisa
dilindungi), Sandi adat tidak dihormati, dan Kepala Nagari dipilih oleh
masyarakat atas pengangkatan Jepang.
12
13
Artinya dari amanat sejarah, wilayah nagari yang luas, persekutuan hukum
dan kesatuan tata susun masyarakatnya masih kuat tidak boleh dipecah dan
dibagi menjadi banyak nagari seperti pengertian pemekaran nagari kini yang
memasuki wilayah pro kontra anak Minang. Yang boleh dimekarkan,
adalah mengupayakan kampung yang jaraknya memanjang, akses jalan
berbelit, tidak kuat lagi pertalian asal usulnya, tak satu monografinya karena
puyangnya mencari lahan jauh dari nagari induk dan prosesnya jadi nagari
dulu mungkin terbengkalai.
G., Asnan. 2006. Pemerintah Daerah Sumatera Barat Dari VOC Hingga
Reformasi. Yogyakarta: Citrapustaka.
14