Dosen pembina :
Disusun oleh :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Hadist tentang Distribusi" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Hadist Ahkam Muamalah Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran hadist ahkam
muamalah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................................2
A. PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1. Latar Belakang Masalah...................................................................................................................4
B. PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
2. Pengertian dan Prinsif......................................................................................................................4
3. nilai-nilai manusiawi yang sangat mendasar...................................................................................6
4. Sektor-Sektor Distribusi...................................................................................................................7
C. PENUTUP.................................................................................................................................................9
D. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................10
1
A. PENDAHULUAN
Pandangan tentang kegiatan ekonomi dalam Islam yaitu Distribusi tersirat dari bahasan ekonomi
sejarah islam mencatat bagaimana perkembangan peran kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi
Islam mulai zaman awal Islam sampai kepada puncak kejayaan Islam pada jaman pertengahan,
seiring dengan kemunduran-kemunduran dalam pemerintahan Islam yang ada waktu itu maka
kebijakan fiskal islam tersebut sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan digantikan dengan kebijakan
fiskal lainnya dari sistem ekonomi yang sekarang kita kenal dengan sitem ekonomi konvensional.
Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa, untuk memenimalkan kesenjangan dan
ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapkan atas kekayaan seseorang untuk membantu yang
miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan salah satu prinsip pokok islam
(zakat). Dengan demikian, tidak ada ruang bagi muslim untuk melakukan tindak kekerasan dalam
upaya melancarkan proses distribusi pendapatan.
Untuk mengupas masalah Distribusi, penulis membuat makalah ini sengaja sedikit menggambarkan
tentang Distribusi dalam persepektif Islam dalam makalah berjudul Distribusi.
B. PEMBAHASAN.
Titik berat dalam pemecahan permasalahan ekonomi adalah bagaimana menciptakan mekanisme
distribusi ekonomi yang adil di tengah masyarakat. Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai
makna yang lebih luas mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi,dan sumber-
sumber kekayaan. Dalam ekonomi Islam diatur kaidah distribusi pendapatan, baik antara unsur-
unsur produksi maupun distribusi dalam sistem jaminan sosial.
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS. Al-Hasyr (59) : 7
Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk
kota-kota. (Al-Hasyr: 7)
Yaitu kota-kota yang telah ditaklukkan, maka hukumnya sama dengan harta benda orang-orang
Bani Nadir. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
{ِين َ ول َولِذِي ا ْلقُ ْر َبى َوا ْل َي َتا َمى َوا ْل َم
ِ ساك ِ س َّ } َفلِلَّ ِه َول
ُ ِلر
maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-
orang yang dalam perjalanan. (Al-Hasyr: 7), hingga akhir ayat. juga akhir ayat yang sesudahnya,
itulah pengalokasian dana harta fai.
Dari ayat diatas menunjukkan bahwa islam mengatur distribusi harta kekayaan termasuk
pendapatan kepada semua masyarakat dan tidak menjadi komoditas di antara golongan orang kaya
saja. Selain itu untuk mencapai pemerataan pendapatan kepada masyarakat secara obyektif, islam
menekankan perlunya membagi kekayaan kepada masyarakat melalui kewajiban membayar zakat,
mengeluarkan infak, serta adanya hokum waris dan wasiat serta hibah. Aturan ini diberlakukan agar
tidak terjadi konsentrasi harta pada sebagian kecil golongan saja. Hal ini berarti pula agar tidak
terjadi monopoli dan mendukung distribusi kekayaan serta memberikan latihan moral tentang
pembelanjaan harta secara benar.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr dan Ma’mar, dari Az-
Zuhri, dari Malik ibnu Aus ibnul Hadsan, dari Umar r.a. yang mengatakan bahwa dahulu harta Bani
Nadir termasuk harta fai yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, yaitu harta yang dihasilkan
oleh kaum muslim tanpa mengerahkan seekor kuda pun dan juga tanpa mengerahkan seekor unta
pun untuk menghasilkannya.
Maka harta fai itu secara bulat untuk Rasulullah Saw., dan tersebutlah bahwa beliau Saw.
membelanjakan sebagian darinya untuk nafkah per tahun keluarganya. Dan pada kesempatan yang
lain Umar r.a. mengatakan untuk keperluan hidup per tahun keluarganya. Sedangkan sisanya beliau
Saw. belanjakan untuk keperluan peralatan dan senjata di jalan Allah Swt.
Keadilan.
Keadilan dalam Islam merupakan pondasi yang kokoh meliputi semua ajaran dan hukum Islam.
Persoalan yang menjadi perhatian Islam dalam keadilan adalah pelarangan berbuat kezaliman.
Ketidak seimbangan distribusi kekayaan adalah sumber dari semua konflik individu dan sosial.
Untuk itu, agar kesejahteraan sosial dapat diwujudkan, penerapan prinsip moral keadilan ekonomi
merupakan suatu keharusan. Keadaan itu akan sulit dicapai bila tidak ada keyakinan dan prinsip
moral tersebut.
Kebebasan.
Nilai utama dalam bidang distribusi kekayaan adalah kebebasan. Nilai kebebasan dalam Islam
memberi implikasi terhadap adanya pengakuan akan kepemilikan individu. Setiap hasil usaha
seorang Muslim dapat menjadi miliknya menjadi motivasi yang kuat bagi dirinya untuk melakukan
aktivitas ekonomi. Dalam Islam, legitimasi hak milik sangat terkait erat dengan pesan moral untuk
menjamin keseimbangan. Hak milik pribadi diakui, dan hak kepemilikan itu harus berfungsi sebagai
nafkah bagi diri dan keluarga, berproduksi dan berinvestasi, mewujudkan kepedulian sosial dan
jihad fisabilillah. Ini berarti pengakuan hak kepemilikan dapat berperan sebagai pembebas manusia
dari sikap matrealistis. Dengan demikian dapat dipahami bahwa konsep kepemilikan dalam
perspektif Islam menjadikan nilai-nilai moral sebagai faktor endogen, dan menjadikan nilai nilai itu
bersentuhan dengan hukum-hukum Allah.
4. Sektor-Sektor Distribusi
Dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersedia, pemerintah (negara) harus mampu
mendistribusikan secara baik atas pemanfaatan sumber daya alamnya. Kebijakan distribusi
menganut kesamaan dalam kesempatan kerja, pemanfaatan lahan-lahan yang menjadi sektor
publik, pembelaan kepentingan ekonomi untuk kelompok miskin. Ajaran Islam memberikan otoritas
kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan untuk kepentingan negara dan
publik (hak hima ) distribusi tanah (hak Iqta’) kepada sektor swasta, penarikan pajak, subsidi.
Semua keistimewaan tersebut harus diarahkan untuk memenuhi kepentingan publik dan
pembebasan kemiskinan.
Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar tidak mampu menciptakan
distribusi secara adil dan ada faktor penghambat untuk terciptanya mekanisme pasar yang efisien.
Pemerintah memiliki otoritas untuk menghilangkan hambatan tersebut karena ketidakmampuan atau
kurang sadarnya masyarakat. Seperti halnya masalah penimbunan yang marak dilakukan
pengusaha, monopoli dan oligopoli pengusaha besar pada komoditas tertentu, asimetris informasi,
terputusnya jalur distribusi dengan menghalangi barang yang akan masuk ke pasar, maupun cara-
cara lain yang dapat menghambat mekanisme pasar.
Dalam kacamata ekonomi pasar Islam, mekanisme pasar menekan seminimal mungkin peranan
pemerintah. Pembenaran atas dibolehkannya pemerintah masuk sebagai pelaku pasar (intervensi)
hanyalah jika pasar tidak dalam keadaan sempurna, dalam arti ada kondisi-kondisi yang
menghalangi kompetisi yang fair terjadi atau distribusi yang tidak normal seperti biaya transaksi,
kepastian hukum serta masalah dalam distribusi. kepentingan negara (pemerintah) dalam
mendistribusikan pendapatan di pasar adalah bagaimana pemerintah dapat ‘menjamin’ pendapatan
(barang dan jasa) seluruh bangsanya. Tidak hanya beredar pada kalangan tertentu (orang kaya)
tetapi keadilan bagi seluruh rakyat.
ْ
{األغنِيَاءِ ِم ْن ُك ْم َ} َك ْي اَل َي ُكونَ دُولَ ًة َبيْن
supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. (Al-Hasyr:
7)
C. PENUTUP
Kebijakan distribusi yang ditawarkan ekonomi Islam dengan tidak berpihak hanya pada salah satu
agen ekonomi, dan diperkuat dengan prinsip-prinsip yang jelas memberikan arahan bahwa keadilan
ekonomi harus ditegakkan. Namun menciptakan keadilan ekonomi akan sulit terwujud jika tidak
melibatkan peran institusi yang ada seperti halnya pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu,
peran kedua instrumen tersebut sangat dibutuhkan, karena kebijakan distribusi akan teraplikasikan
dengan baik ketika kedua institusi yang ada berkerja.
Langkah awal yang dapat dilakukan ialah memberikan pemahaman yang sejelasjelasnya kepada
pemerintah dan masyarakat selaku institusi ekonomi bahwa terciptanya keadilan ekonomi
merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab salah satu institusi yang ada,
melainkan tanggung jawab bersama selaku agen ekonomi dan institusi konomi. Ketika institusi
tersebut bekerja, keadilan diharapkan akan tercipta untuk memberi dampak pada tersebarnya harta
secara adil di masyarakat yang akan menggerakkan ekonomi rakyat.
7
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,( Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf, 1997)
Ash Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam. Jakarta: Zahra, 2008)
Mustafa Edwin Nasution, et al.,eds., Pengenalan Ekonomi Islam, (Jakarta, Kencana, 2006)
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perespektif Islam.(Yogyakarta: BPFE,2004.
Heri sudarsono, Konsep Ekonomi islam : suatu pengantar, (Yogyakarta, Ekonisia 2004)
8