Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AYAT DAN HADITS EKONOMI

AYAT DAN HADITS TENTANG MENCARI NAFKAH


DOSEN PENGAMPU : A. MAFTUH, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FEBRIYAN NIM : 11825100
MIFTAHURAHMAN NIM : 11825074
ANANG MA’RUF NIM : 11825040

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PONTIANAK


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke Hadirat Ilahi Robbi yang telah
memberikankita nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungankita semua Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah menujuzamanyang terang benderang.Al Quran dan hadits adalah sumber pokok
agama Islam. Sebagai seorang muslim makasegala perilakunya harus didasarkan kepada dua
sumber tersebut. Oleh karena itu pemahaman terhadap keduanya menjadi cukup penting.
Maka dari itu saya menyusun makalah ini dalamrangka meningkatkan pemahaman terhadap
Al Quran dan hadits terutama dalam bidang ekonomi. Tentu saja masih banyak
kekurangannya, namun mudah-mudahan ada manfaatnya.

Pontianak, 16 November 2020

Penulis

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian nafkah 2

B. Dasar hukum nafkah 2

C. Macam – macam nafkah 6

D. Kadar nafkah 6

E. Syarat – Syarat wajib nafkah 7

F. Gugurnya hak nafkah 8

BAB III

PENUTUP 9

KESIMPULAN 9

DAFTAR PUSTAKA 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Perbincangan mengenai hak ataupun kewajiban yang bersifat materi, seperti nafkah dibahas
dalam fiqh sebagai bagian dari kajian fiqh keluarga (al-ahwal al-syakhshiyah) Al-Qur’an yang tidak
memberikan ketentuan yang jelas dan pasti mengenai berapa besarnya ukuran nafkah seorang suami
kepada isteri baik berupa batas maksimal maupun batas minimal. Tidak adanya ketentuan yang
menjelaskan berapa ukuran nafkah secara pasti, justru menunjukkan betapa fleksibelnya Islam dalam
menetapkan aturan nafkah.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertia dari nafkah ?
- Berapakah macam- macam nafkah ?
- Sebab gugurnya nafkah ?
C. Tujuan masalah
Agar kita mengetahui apa itu NAFKAH serta mengetahui macam- macam nafkah tersebut,dan apa-
apa saja penyebab gugurnya nafkah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetian Nafkah
Secara etimologi, nafkah berasal dari bahasa Arab yakni dari suku kata anfaqa – yunfiqu-
infaqan (‫ انفاقا‬-‫ ينفق‬-‫)انفق‬. Dalam kamus Arab-Indonesia, secara etimologi kata nafkah diartikan dengan “
pembelanjaan dalam tata bahasa Indonesia kata nafkah secara resmi sudah dipakai dengan arti
pengeluaran. Berdasarakn pengertian ini maka seorang perempuan yang sudah dinikahi secara sah oleh
seorang laki-laki berhak untuk mendapatkan nafkah dari suaminya itu. Hal itu karena memang nafkah
adalah kewajiban suami terhadap istri yang wajib ditunaikan dan jika dialnggar akan mendapatkan
balasan dosa dari Allah SWT.
Dalam kitab-kitab fiqh pembahasan nafkah selalu dikaitkan dengan pembahasan nikah, karena
nafkah merupakan konsekuensi terjadinya suatu aqad antara seorang pria dengan seorang wanita.
(tanggung jawab seorang suami dalam rumah tangga/keluarga), sebagaimana yang diungkapkan oleh
al- Syarkawi : “Ukuran makanan tertentu yang diberikan (menjadi tanggungan) oleh suami terhadap
isterinya, pembantunya, orang tua, anak budak dan binatang ternak sesuai dengan kebutuhannya” .
Defenisi yang dikemukakan oleh al-Syarkawi di atas belum mencakup semua bentuk nafkah yang
dijelaskan dalam ayat dan sunnah Rasul. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan pengertian nafkah sebagai
berikut :
“Nafkah Yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya berupa makanan, pakaian
dan tempat tinggal”. Mencermati beberapa definisi serta batasan tersebut di atas dapat dipahami,
bahwa nafkah itu adalah pengeluaran yang biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk orang yang
menjadi tanggungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik berupa pangan, sandang ataupun
papan dan lainnya dengan sesuatu yang baik.

B. Dasar Hukum Nafkah


Adapun dasar hukum tentang eksistensi dan kewajiban nafkah terdapat dalam beberapa ayat Al-
Qur’an, hadis Rasulullah, kesepakatan para imam madzhab maupun UU yang ada di Indonesia,
diantaranya adalah:
1. Surat Ath-Thalaq ayat 6-7
‫إ ِ ْن‬L َ‫ ْعنَ َح ْملَه َُّن ف‬L ‫ض‬ ِ ‫يِّقُوا َعلَ ْي ِه َّن َوإِ ْن ُك َّن أُواَل‬L ‫ض‬
َ َ‫أ َ ْنفِقُوا َعلَ ْي ِه َّن َحتَّى ي‬LLَ‫ ٍل ف‬L‫ت َح ْم‬ ُ ‫ ِكنُوه َُّن ِم ْن َحي‬L ‫أَ ْس‬
َ ُ‫ ِد ُك ْم َواَل ت‬L ْ‫ َك ْنتُ ْم ِم ْن ُوج‬L ‫ْث َس‬
َ ُ‫ارُّ وه َُّن لِت‬L ‫ض‬

2
‫ ِه‬Lْ‫ ِد َر َعلَي‬Lُ‫ َعتِ ِه َو َم ْن ق‬L‫ َع ٍة ِم ْن َس‬L‫ ْق ُذو َس‬Lِ‫) لِيُ ْنف‬6( ‫ َرى‬L‫هُ أُ ْخ‬Lَ‫ ُع ل‬L‫ض‬ ِ ْ‫ُوف َوإِ ْن تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬ ٍ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَآَتُوه َُّن أُجُو َره َُّن َو ْأتَ ِمرُوا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْعر‬
َ ْ‫أَر‬
)7( ‫ْر يُ ْسرًا‬ ٍ ‫د ُعس‬Lَ ‫ِر ْزقُهُ فَ ْليُ ْنفِ ْق ِم َّما آَتَاهُ هَّللا ُ اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا إِاَّل َما آَتَاهَا َسيَجْ َع ُل هَّللا ُ بَ ْع‬

“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan
janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka karena ingin utuk
menyempitkan mereka. Jika mereka hamil berikan mereka belanja sampai lahir kandungan mereka.
Jika mereka menyusukan untukmu (anakmu) berilah upah (imbalannya). Bermusyawarahlah kamu
dengan sebaik-baiknya.Tetapi jika kamu kepayahan hendaklah (carilah) perempuan lain yang akan
menyusukannnya”(6) “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan (kekurangan) rezkinya hendaklah memberi nafkah sesuai dengan apa yang
dikaruniakan Allah kepadanya, Allah tidak memberikan beban kepada seseorang kecuali sesuai dengan
apa yang diberikan Allah. Semoga Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan”(7)

Ayat lain yg juga menerangkan tentang mencari nafkah/bekerja


 Surat An-Naba’ Ayat 11
َ َ‫َو َج َع ْلنَا النَّه‬
‫ار َم َعا ًشا‬
“dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,”
 Surat Al-A’raf Ayat 10
َ ِ‫ض َو َج َع ْلنَا لَ ُك ْم فِيهَا َم َعاي‬
َ‫ش ۗ قَلِياًل َما تَ ْش ُكرُون‬ ِ ْ‫َولَقَ ْد َم َّكنَّا ُك ْم فِي اأْل َر‬
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di
muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
 Surat Al-Jumu’ah Ayat 10
َ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي اأْل َر‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإ ِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
 Surat Al-Mulk Ayat 15
َ ْ‫هُ َو الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم اأْل َر‬
‫ض َذلُواًل فَا ْم ُشوا فِي َمنَا ِكبِهَا َو ُكلُوا ِم ْن ِر ْزقِ ِه ۖ َوإِلَ ْي ِه النُّ ُشو ُر‬
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.”

3
Dalam ayat dapat kita pahami bahwa:
a. Suami wajib memberikan istri tempat berteduh dan nafkah lainnya.
b. Istri harus mengikuti suami dan bertempat tinggal di tempat suami. Besarnya

kewajiaban nafkah tergantung pada keleluasaan suami. Jadi pemberian nafkah berdasarkan atas
kesanggupan suami bukan permintaan istri Al-Qurthubi berpendapat bahwa firman Allah (‫)لينفق‬
maksudnya adalah; hendaklah suami memberi nafkah kepada isterinya, atau anaknya yang masih kecil
menurut ukuran kemampuan baik yang mempunyai kelapangan atau menurut ukuran miskin andaikata
dia adalah orang yang tidak berkecukupan. Jadi ukuran nafkah ditentukan menurut keadaan orang yang
memberi nafkah, sedangkan kebutuhan orang yang diberi nafkah ditentukan menurut kebiasaan
setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan ‫ لينفق ذو سعة من سعته‬adalah bahwa perintah untuk memberi
nafkah tersebut ditujukan kepada suami bukan terhadap isteri. Adapun maksud ayat‫ال يكلف هللا نفسا اال مأ تا‬
‫ها‬ adalah bahwa orang fakir tidak dibebani untuk memberi nafkah layaknya orang kaya dalam
memberi nafkah.

2. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah R.A

‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ إِ َّن أَبَا ُس ْفيَانَ َر ُج ٌل َش ِحي ٌح‬


ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَال‬ ِ ‫ت ُع ْتبَةَ ا ْم َرأَةُ أَبِي ُس ْفيَانَ َعلَى َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ُ ‫ت ِه ْن ٌد بِ ْن‬
ْ َ‫ع َْن عَائِ َشةَ قَالَت َد َخل‬
‫ ِه‬L‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬L ‫ص‬
َ ِ ‫و ُل هَّللا‬L ‫ا َل َر ُس‬LLَ‫َاح فَق‬
ٍ ‫ك ِم ْن ُجن‬ َ ِ‫ي فِي َذل‬ َّ َ‫ت ِم ْن َمالِ ِه بِ َغيْر ِع ْل ِم ِه فَهَلْ َعل‬
ُ ‫ي إِاَّل َما أَخ َْذ‬
َّ ِ‫ْطينِي ِم ْن النَّفَقَ ِة َما يَ ْكفِينِي َويَ ْكفِي بَن‬
ِ ‫اَل يُع‬
‫يك َويَ ْكفِي بَنِيك‬ ِ ‫َو َسلَّ َم ُخ ِذي ِم ْن َمالِ ِه بِ ْال َم ْعر‬
ِ ِ‫ُوف َما يَ ْكف‬

“Dari Aisyah beliau berkata:” Hindun putri ‘Utbah isteri Abu Sufyan masuk menghadap Rasulullah
SAW seraya berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang lelaki yang kikir. Dia
tidak memberikan saya nafkah yang cukup untuk saya dan anak-anakku selain apa yang saya ambil
dari sebagian hartanya tanpa setahunya. Apakah saya berdosa karena perbuatanku itu ? Lalu Rasul
Saw. bersabda: “Ambillah olehmu sebagian dari hartanya dengan cara yang baik secukupnya untukmu
dan anak-anakmu.” (HR.Muslim)

Hadis tersebut jelas menyatakan bahwa ukuran nafkah itu relatif, jika kewajiban nafkah
mempunyai batasan dan ukuran tertentu Rasulullah SAW. akan memerintahkan Hindun untuk
mengambil ukuran nafkah yang dimaksud, tetapi pada saat itu Rasulullah hanya memerintahkan

4
Hindun untuk mengambil sebagian harta suaminya dengan cara baik dan secukupnya. Ibnu Rusyd
dalam kitabnya Bidayah Al-Mujtahid mengemukakan pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah tentang
ukuran nafkah ini bahwa besarnya nafkah tidak ditentukan oleh syara’, akan tetapi berdasarkan
keadaan masing-masing suami-isteri dan hal ini akan berbeda–beda berdasarkan perbedaan tempat,
waktu dan keadaan.

Di dalam hadits ada juga yg menerangkan tentang mencari nafkah

"Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli). Barang
siapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di
jalan Allah 'Azza wajalla." (HR. Ahmad)

"Seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas
dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah
dirinya maka itu lebih baik dari seorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang
diberi dan kadang ditolak." (Mutafaq'alaih)

Abdullah bin Mas'ud RA mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa membaca Surah Al-
Waqi'ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kefakiran selamanya." Ia menambahkan,
"Sungguh aku memerintahkan anak-anak perempuanku agar membaca Surah Al-Waqi’ah setiap
malam." (dikeluarkan oleh Abu Ubaid dalam Fadha'il Al-Qur'an bab Fadhl Surah Al-Waqi'ah)

Sayyidah Fatimah radhiallahu 'anha (putri Rasulullah) berkata bahwa saat Rasulullah SAW melihatnya
masih terlentang di tempat tidurnya di pagi hari, Beliau SAW mengatakan kepadanya, "Putriku,
bangunlah dan saksikanlah kemurahan-hati Tuhanmu, dan janganlah menjadi seperti kebanyakan
orang. Allah membagikan rezeki setiap harinya pada waktu antara mulainya Subuh sampai terbitnya
matahari." (HR. Al-Baihaqi)

3. Kesepakatan Imam Madzhab


“Para Imam yang empat sepakat menetapkan wajibnya suami memberikan nafkah bagi anggota
keluarga yang dikepalainya, seperti orang tua, istri dan anak yang masih kecil”

5
dalam kitab Mizanul Kubra Juz II halaman 138. mencontohkan bahwa anggota keluarga tidak sekedar
istri, melainkan juga anak yang masih kecil (belum mampu mencarinafkah sendiri) dan orang tua
(yang sudah tidak mampu mencari nafkahlagi). Hal ini lebih menegaskan bahwa semua orang yang ada
di dalamkekuasaan suami, termasuk pembantu ataupun buadk, adalah anggota yang nafkahnya menjadi
tanggungan suami.
Sebagai kewajiban, maka setiap suami muslim harus mencukupi nafkah keluarga itu sesuai dengan
kemampuannya. Jika dia menjalankannya dengan baik, maka Allah akan memberikan pahala. Dan jika
dia meninggalkan atau melalaikannya maka dia berdosa dan akan mendapat siksa dari Allah .
4. Undang-undang yang ada di Indonesia
Mengenai nafkah sudah tercantum dalam Undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 Bab VI
mengenai Hak dan Kewajiban Suami Istri Pasal 34 ayat 1 sampai 3 yang berbunyi:
a. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala keperluan hidup berumah tangga sesuai
dengan kemampuannya.
b. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
c. Jika suami atau istri melalaikan kewajiban masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada
pengadilan.
C. Macam-macam Nafkah
Menurut jenisnya nafkah dibagi menjadi dua yaitu Pertama, nafkah lahir yang bersifat materi
seperti sandang,pangan, papan dan biaya hidup lainnya termasuk biaya pendidikan anak. Kedua nafkah
batin yang bersifat non-materi seperti hubungan intim, kasih sayang,perhatian dan lain-lain
Menurut objeknya, Nafkah ada dua macam yaitu:
Ø Nafkah untuk diri sendiri. Agama Islam mengajarkan agar nafkah untuk diri sendiri didahulukan
daripada nafkah untuk orang lain. Diri sendiri tidak dibenarkan menderita, karena mengutamakan
orang lain.
Ø Nafkah untuk orang lain karena hubungan perkawinan dan hubungan kekerabatan. Setelah akad
nikah, maka suami wajib memberi nafkah kepada istrinya paling tidak kebutuhan pokok sehari-hari
seperti sandang, pangan dan papan
D. Kadar Nafkah
Kadar Nafkah yang paling ideal diberikan oleh para suami kepada segenap keluarganya adalah
cukup, Tetapi, ketentuan cukup ini sangat bervariasi dan relatif apalagi jika dilihat dari selera pihak
yang diberi yang notabene manusia itu sendiri memilliki sifat dasar tidak pernah merasa cukup.

6
Kaitannya dengan kadar nafkah keluarga, Islam tidak mengajarkan untukmemberatkan para suami dan
juga tidak mengajarkan kepada anggota keluarga untuk gemar menuntut. Sehungga kadar cukup itu
bukan ditentukan dari pihak keluarga yang diberi, melainkan dari pihak suami yang memberi.
Kecukupan disesuikan dengan kemampuan suami, tidak berlebihan dan tidak terlalu kikir.
E. Syarat-syarat Wajib Nafkah
Perkawinan yang telah memenuhi rukun dan syarat menyebabkan timbulnya hak dan
kewajiban. Artinya istri berhak mendapatkan nafkah sesuai dengan ketentuan ayat dan hadis
sebagaimana telah penulis kemukakan sebelumnya. Para ulama sepakat bahwa setelah terjadinya akad
nikah istri berhak mendapatkan nafkah. Hanya saja ulama berbeda pendapat ketika membahas apakah
hak nafkah itu diperoleh ketika terjadi akad atau ketika istri telah pindah ke tempat kediaman suami.
Sedangkan Syafi’i dalam qaul jadid, Malikiyah dan Hanabilah mengungkapkan bahwa istri
belum mendapatkan hak nafkahnya melainkan setelah tamkin, seperti istri telah menyerahkan diri
kepada suaminya. Sementara itu sebagian ulama muta’akhirin menyatakan bahwa istri baru berhak
mendapatkan hak nafkah ketika istri telah pindah ke rumah suaminya.
Menurut jumhur ulama suami wajib memberikan nafkah istrinya apabila: Istri menyerahkan diri
kepada suaminya sekalipun belum melakukan senggama; Istri tersebut orang yang telah dewasa dalam
arti telah layak melakukan hubungan senggama, perkawinan suami istri itu telah memenuhi syarat dan
rukun dalam perkawinan; Tidak hilang hak suami untuk menahan istri disebabkan kesibukan istri yang
dibolehkan agama.
Maliki membedakan syarat wajib nafkah istri setelah dan belum disenggamai. Syarat nafkah
sebelum disenggamai adalah : Mempunyai kemungkinan untuk disenggamai. Apabila suami mengajak
istrinya melakukan hubungan suami isteri namun istri menolak, makA
a. istri tidak layak untuk menerima nafkah.
b. Istri layak untuk disenggamai. Apabila istri belum layak disenggamai seperti masih kecil maka
ia berhak menerima nafkah.
c. Suami itu seorang laki-laki yang telah baligh. Jika suami belum baligh sehinggga belum mampu
melakukan hubungan suami istri secara sempurna maka ia tidak wajib membayar nafkah.
d. Salah seorang suami atau istri tidak dalam keadaan sakratul maut ketika akan diajak
bersenggama.

Selanjutnya syarat wajib nafkah bagi istri yang telah disenggamai adalah pertama : Suami itu

7
mampu. Apabila suami tidak mampu maka selama ia tidak mampu maka ia tidak wajib membayar
nafkah istrinya. Kedua : Istri tidak menghilangkan hak suami untuk menahan istri dengan alasan
kesibukan istri yang dibolehkan agama.
F. Gugurnya Hak Nafkah
Konsekuensi akad perkawinan yang sah suami berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya.
Hak mendapatkan nafkah isteri hanya didapat apabila syarat-syarat untuk mendapatkan hak seperti
diuraikan diatas telah terpenuhi, serta isteri terhindar dari hal-hal yang menyebabkan gugurnya hak
nafkah tersebut.Berkaitan dengan gugurnya hak nafkah berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang
menyebabkan gugurnya hak nafkah isteri. Adapun penyebab gugur hak nafkah tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Nusyuz
Kata nusyuz merupakan bentuk jamak ( plural ) dari nusyz yang secara etimologi berarti
dataran tanah yang lebih tinggi atau tanah bukit, sesuai dengan pengertian ini, maka wanita yang
nusyuz menurut pengertian bahasa berarti wanita yang merasa lebih tinggi dari suaminya, sehingga
tidak mau terikat dengan kewajiban patuh terhadap suami. Dari pengertian ini pula selanjutnya
dipahami pengertian nusyuz secara umum yaitu sikap angkuh, tidak patuh seseorang dengan tidak
bersedia menunjukkan loyalitas kepada pihak yang wajib dipatuhinya Kata nusyuz secara resmi telah
dipakai dalam tata bahasa Indonesia yang secara terminologi berarti : perbuatan tidak taat dan
membangkang seorang istri terhadap suaminya (tanpa alasan) yang dibenarkan hukum (Islam).
b. Wafat salah seorang suami istri
Nafkah isteri gugur sejak terjadi kematian suami, kalau suami meninggal sebelum memberikan
nafkah maka istri tidak dapat mengambil nafkah dari harta suaminya. Dan jika istri yang meninggal
dunia terlebih dahulu, maka ahli warisnya tidak dapat mengambil nafkah dari harta suaminya
c. Murtad
Apabila seorang istri murtad maka gugur hak nafkahnya karena dengan keluarnya istri dari
Islam mengakibatkan terhalangnya suami melakukan senggama dengan istri tersebut. Jika suami yang
murtad, maka hak nafkah istri tidak gugur karena halangan hukum untuk melakukan persenggamaan
timbul dari pihak suami padahal kalau ia mau menghilangkan halangan hukum tersebut dengan masuk
kembali ke dalam Islam, dia bisa melakukannya.
d. Talak
Berkaitan dengan talak, para ulama sepakat bahwa hak nafkah bagi isteri hanyalah selama isteri

8
masih dalam masa iddah. Adapun setelah habis masa iddah tidak satu pun dalil yang mengungkapkan
bahwa suami masih tetap berkewajiban memberi nafkah bekas istrinya. Hal ini bisa dipahami kenapa
setelah habisnya masa iddah isteri tidak berhak lagi untuk menerima nafkah dari suami.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nafkah adalah pengeluaran yang biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk orang yang
menjadi tanggungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik berupa pangan, sandang ataupun
papan dan lainnya dengan sesuatu yang baik dan halal. Adapun dasar hukum tentang eksistensi dan
kewajiban nafkah terdapat dalam Al-Qur’an salah satunya Surat Ath-Thalaq ayat 6-7; Hadits yang
diriwayatkan oleh Aisyah dan dibukukan di Shahih Muslim ; kesepakatan para imam madzhab dalam
kitab Rahmatul Ummah Fikhtilafil A’immah Juz II halaman 91 dan dalam kitab Mizanul Kubra Juz II
halaman 138; maupun UU yang ada di Indonesia yaitu Undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 Bab VI
mengenai Hak dan Kewajiban Suami Istri Pasal 34 ayat 1 sampai 3.Macam-macam nafkah dibedakan
berdasarkan bentuk dan objeknya. Kadar dari nafkah yang diberikan adalah cukup yaitu sesuai
kemampuan suami, tidak berlebihan dan tiadak kikir.
Terjadinya perbedaan pendapat ulama dalam hal kapankah seorang istri berhak atas nafkah dari
suaminya dikarenakan ayat dan hadis tidak menjelaskan secara khusus syarat-syarat wajib nafkah istri.
Oleh karena itu tidak ada ketentuan secara khusus dari nabi SAW mengenai hal tersebut sehingga di
kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat dalam menetapkan syarat-syarat wajibnya seseorang istri
mendapatkan nafkah.Hal-hal yang bisa menggugurkan hak nafkah antara lain: Nusyuz, Salah satu dari
suami atau istri wafat, Murtad dan Talak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al- Munjid fi Al – Lughat wa Al-i`lam , (Beirut:al-Maktabah al – Syirkiyah , 1986)


Hakim, Rahmat. Hukum Pernikahan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000)
Munawir, Ahmad Warson. Kamus Al Munawwir, (Yogyakarta:Pondok Pesantren al –
Munawwir, 1984)
RI, Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya ,

10

Anda mungkin juga menyukai