Anda di halaman 1dari 7

Nama : SILVI HAIDIR FAUZIAH

NPM : 191002077

Kelas : B

Review Materi tentang “ Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Zaman

Rasulullah SAW dan Masa Khulafa Rasyidin”

A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada zaman Rasulullah SAW


1. Awal Pemerintahan Islam
Kehidupan Rasulullah SAW. dan masyarakat Muslim di masa beliau adalah
teladan yang paling baik implementasi Islam, termasuk dalam bidang ekonomi.
Pada periode Makkah masyarakat Muslim belum sempat membangun
perekonomian, sebab masa itu penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan
diri dari intimidasi orang-orang Quraisy. Barulah pada periode Madinah
Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah sehingga menjadi
masyarakat sejahtera dan beradab.
Meskipun perekonomian pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi
beliau telah menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi pengelolaan
ekonomi1 Karakter umum pada perekonomian pada masa ini adalah komitmennya
yang tinggi terhadap etika dan norma, serta perhatiannya yang besar terhadap
keadilan dan etis dalam bingkai syariah Islam, sementara sumber daya ekonomi
tidak boleh menumpuk pada segelintir orang melainkan harus beredar bagi
kesejahteraan pada seluruh umat. Pasar menduduki peranan penting sebagai
mekanisme ekonomi, tetapi pemerintah dan masyarakat juga bertindak aktif dalam
mewujudkan kesejahteraan dan menegakkan keadilan. Rasulullah SAW
membuang sebagian besar tradisi dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran
Islam dari seluruh aspek kehidupan masyarakat Muslim. Kondisi negara baru
yang dibentuk ini, tidak diwarisi sumber keuangan sedikitpun sehingga sulit
dimobilisasi dalama waktu dekat. Karenanya. Rasulullah SAW segera meletakkan
dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, yaitu:
a. Membangun masjid sebagai Islamic Centre.

Fauzi Iskandar, et al., Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam ( Masa Rasulullah sampai masa Kontemporer)
1

Yogyakarta: K-Media, 2019. Hal.3


b. Menjalin ukhuwwah islamiyyah antara kaum Muhajirin dengan kaum
Anshar
c. Menjalin kedamaian dalam negara
d. Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya.
e. Membuat konstitusi negara.
f. Meletakkan dasar-dasar keuangan negara

Setelah menyelesaikan masalah politik dan konstitusional, Rasulullah SAW


mengubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan ketentuan Al
Qur‟an. Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan Al Qur‟an adalah
sebagai berikut :

a. Allah SWT adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut


seluruh alam semesta.
b. Manusia hanyalah khalifah Allah SWT di muka bumi, bukan pemilik
yang sebenarnya.
c. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah
SWT. Oleh karena itu, manusia yang kurang beruntung mempunyai
hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki manusia lain yang lebih
beruntung.
d. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun
2. Pemikiran Ekonomi Islam Masa Pemerintahan Islam
Dalam hal perekonomian Rasulullah mengajarkan transaksi-transaksi
perdagangan secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh
ataupun kecewa. Beliau sering menepati janji dan mengantarkan barang
dagangannya dengan standar dan kualitas sesuai permintaan pelanggan. Selain itu,
ada beberapa larangan yang diberlakukan Rasulullah SAW untuk menjaga agar
seseorang dapat berbuat adil dan jujur, yaitu2 :
a. Larangan Najsy
Najsy adalah sebuah praktik dagang dimana seorang penjual menyuruh
orang lain untuk memuji barang dagangannya ataumenawar dengan harga
yang tinggi calon pembeli yang lain tertarik untuk membeli barang
dagangannya.
b. Larangan Bay’ Ba’dh ‘Ala Ba’dh
2
Chamid, Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2017, hal. 27
Adalah melakukan lompatan atau penurunan harga oleh seorang dimana
kedua belah pihak yang terlibat tawar menawar masih dalamtahap
negosiasi.
c. Larangan Tallaqi Al-Rukban
Adalah mencegat orang-orang yang membawa barang dari desa dan
membeli barang tersebut sebelum tiba di pasar.
d. Larangan Ihtinaz dan Ihtikar
Ihtinaz adalah praktik penimbunan harta seperti emas, perak dan
sebagainya. Sedangkan Ihtikar adalah penimbunan barang-barang seperti
makanan dan kebutuhan sehari-hari.
3. Perkembangan Perekonomian Islam Pada Masa Rasulullah
a. Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulullah
Kebijakan Fiskal beliau sebagai pemimpin di Madinah yaitu dengan meletakkan
dasar-dasar ekonomi. Diantara kebijakan tersebut adalah:
a. Memfungsikan Baitul Maal
Pada zaman Rasulullah SAW. dan para shahabat, Baitul Maal adalah
lembaga pengelolaan keuangan Negara, sehingga terdapat kebijakan fiskal
seperti yang kita kenal saat ini. Kebijakan fiskal di Baitul Mal memberikan
dampak positif terhadap tingkat investasi, penawaran agregat, dan secara
tidak langsung memberikan dampak pada pengendalian inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Baitul maal sengaja dibentuk oleh Rasulullah s.a.w
sebagai tempat pengumpulan dana atau pusat pengumpulan kekayaan
negara Islam yang digunakan untuk pengeluaran tertentu. Karena pada
awal pemerintahan Islam sumber utama pendapatannya adalah Khums,
zakat, kharaj, dan jizya (bagian ini akan dijelaskan secara mendetail pada
bagian komponen-komponen penerimaan negara Islam).
b. Pendapatan Nasional dan Partisipasi Kerja
Salah satu kebijakan Rasulullah s.a.w dalam pengaturan perekonomian
yaitu peningkatan pendaptan dan kesempatan kerja dengan
mempekerjakan kaum Muhajirin dan Anshor.
c. Kebijakan Pajak.
Kebijakan pajak ini adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah muslim
berdasarkan atas jenis dan jumlahnya (pajak proposional).
d. Kebijakan Fiskal Berimbang
Untuk kasus ini pada masa pemerintahan Rasulullah s.a.w dengan
metode hanya mengalami sekali defisit neraca Anggaran Belanja yaitu
setelah terjadinya “Fathul Makkah”, namun kemudian kembali membaik
(surplus) setelah perang Hunain.
e. Kebijakan Fiskal Khusus
Kebijakan ini dikenakan dari sektor voulentair (sukarela) dengan cara
meminta bantuan Muslim kaya. Jalan yang ditempuh yaitu dengan
memberikan pijaman kepada orang-orang tertentu yang baru masuk Islam
serta menerapkan kebijakan insentif.
b. Sumber-Sumber Pendapatan Negara
1. Sumber Pendapatan Primer di Masa Rasulallah Saw. 3
Pendapatan utama bagi negara di masa Rasulallah Saw. adalah zakat
dan ushr. Keduanya berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti
pajak. Zakat dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah
satu pilar Islam. Pengeluaran untuk zakat tidak dapat dibelanjakan untuk
pengeluaran umum negara. Lebih jauh lagi zakat secara fundamental
adalah pajak lokal. Menurut Bukhari, Rasulallah Saw. berkata kepada
Mu'adz, ketika ia mengirimnya ke Yaman sebagai pengumpul dan pemberi
zakat. Dengan demikian pemerintah pusat berhak menerima keuntungan
hanya bila terjadi surplus yang tidak dapat didistribusikan lagi kepada
orang-orang yang berhak, dan ditambah kekayaan yang dikumpulkan di
Madinah, ibukota negara.
2. Sumber Pendapatan Sekunder di Masa Rasulullah SAW
Di antara sumber-sumber pendapatan sekunder yang memberikan hasil
adalah:4
1. Uang tebusan untuk para tawanan perang, hanya dalam kasus
perang Badar pada perang lain tidak disebutkan jumlah uang
tebusan tawanan perang.
2. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukan kota Mekah untuk
pembayaran uang pembebasan kaum muslimin dari Judhayma atau
sebelum pertempuran Hawazin 30.000 dirham (20.000 dirham

3
Winarno, “ Pemikian Ekonomi Islam Pada zaman Rasulullah SAW” Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan
Islam, Vol. 2, No.1, Juni 2017 hal. 35
4
Ibid. Hal. 37
menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan meminjam beberapa
pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umaiyah.
3. Khumus fadhla, berasal dari harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli warits atau berasal dari barang-barang
seorang muslim yang meninggalkan negerinya.
4. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang
disebabkan Allah Swt. dan pendapatannya didepositokan di Baitul
Mal.
B. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada zaman Khulafa Rasyidin
1. Abu Bakar Siddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak menghadapi persoalan dalam negeri yang
berasal dari kelompok yang murtad, nabi palsu, dan pembangkang zakat. Pada
akhirnya perang terhadap kemurtadan ini berakhir dan kemenangan berada di
tangan Khalifah Abu Bakar. Pemikiran ekonomi yang paling penting dari
peristiwa perang melawan kemurtadan ini adalah bahwa Abu Bakar telah mampu
membuat prinsip penting dalam perpajakan Islam, yakni menegakkan zakat
sebagai sumber pendapatan Negara.5 Dalam pendistribusian harta Baitul Mal,
prinsip yang diterapkan Abu Bakar adalah kesamarataan, yakni memberikan
jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulllah SAW dan tidak membeda-
bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu memeluk Islam dengan sahabat yang
kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan antara pria dengan wanita.
Selama masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, harta Baitul Mal tidak
pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena harta Baitul Mal
langsung didistribusikan kepada seluruh kaum Muslim, bahkan ketika Abu Bakar
wafat, dalam perbendaharaan Negara hanya ditemukan satu dirham.
2. Umar bin Khattab
Dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi Negara, setelah melakukan musyawarah
dengan para pemuka sahabat, Khalifah Umar bin Khattab memutuskan untuk
tidak menghabiskan seluruh harta Baitul Mal sekaligus, tetapi dikeluarkan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan yang ada, bahkan disediakan dana cadangan.
Baitul Mal secara tidak langsung berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal

5
Yadi Janwari, Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Rasulullah Hingga Masa Kontemporer, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016, hal. 47-48
Negara Islam, dan Khalifah merupakan pihak yang berkuasa penuh terhadap harta
Baitul Mal.
Prinsip yang diterapkan Khalifah Umar bin Khattab dalam mendistribusikan
harta Baitul Mal adalah prinsip keutamaan. Ia berpendapat bahwa kesulitan yang
dihadapi umat Islam hendaknya diperhitungkan dalam menentukan bagian
seseorang dari harta Negara dan karenanya keadilan menghendaki usaha
seseorang serta tenaga yang telah dicurahkan dalam memperjuangkan Islam harus
dipertahankan dan dibalas dengan sebaik-baiknya.
3. Utsman bin Affan
Selama kepemimpinannya, Utsman bin Affan tidak melakukan inovasi dalam
bidang ekonomi, kebijakan perekonomomian yang diterapkannya hanya
meneruskan dari kebijakan-kebijakan dari Khalifah pendahulunya. Dalam
pendistribusian harta Baitul Mal, Khalifah Utsman bin Affan menerapkan prinsip
keutamaan seperti halnya Umar bin Khatab. Ia juga menerapkan kebijakan berupa
membagi-bagikan tanah Negara kepada individu untuk reklamasi dan kontribusi
kepada Baitul Mal. Dari kebijakannya ini, Negara memperoleh pendapatan
sebesar 50 juta dirham atau naik 41 juta dirham jika dibandingkan pada masa
Umar bin Khatab yang tidak membagi-bagikan tanah tersebut.
4. Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib mengambil langkah penting pada masa
pemerintahannya yaitu pencetakan mata uang koin atas nama Negara Islam. Hal
ini menunjukan bahwa pada masa pemerintahan tersebut, kaum Muslimin telah
menguasai teknologi peleburan besi dan pencetakan koin. Namun, uang yang
dicetak oleh kaum Muslimin itu tidak dapat beredar dengan luas karena
pemerintahan Ali bin Abi Thalib berjalan sangat singkat seiring dengan
terbunuhnya sang Khilafah pada tahun keenam pemerintahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi Iskandar, et al. 2019. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam ( Masa Rasulullah sampai
masa Kontemporer) Yogyakarta: K-Media

Chamid, Nur. 2017. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka
Belajar

Winarno, (2017). “Pemikiran Ekonomi Islam Pada zaman Rasulullah SAW” Jurnal Ilmu
Syari’ah dan Perbankan Islam, 2(1), 35

Yadi Janwari. 2016. Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Rasulullah Hingga Masa
Kontemporer,.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai