PENDAHULUAN
Untuk mencapai falah yang maksimum , tidak seluruh aktivitas ekonomi yang di
serahkan kepada mekanisme pasar. Adakalanya mekanisme pasar gagal menyediakan
barang dan jasa yang di butuhkan oleh masyarakat ataupun mekanisme pasar tidak bekerja
secara secara fair dan adil; fair dalam arti berprinsipkan saling ridho dan adil dalam arti
tidak bertindak zalim kepada pihak lain. Dalam hal ini, pemerintah atau masyarakat perlu
mengambil alih peran mekanisme pasar dalam penyediaan barang / jasa tersebut.
Permasalahan selanjutnya yang muncul adalah barang / jasa apakah yang perlu
disediakan oleh pemerintah atau masyarakat, dari mana sumber dana yang digunakan
untuk penyediaan barang / jasa tersebut, bagaimana alokasi dan distribusi barang / jasa
yang disediakan oleh pemerintah atau masyarakat tersebut, apakah kriteria yang digunakan
untuk memutuskan barang / jasa tertentu layak disediakan oleh pemerintah atau
masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam tahap awal perlu dikaji bagaimana
keuangan publik ini dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, prinsip-
prinsip apakah yang bias disarikan dari sunah Rasul Saw. dan sahabat, dan bagaimana
implementasi keuangan publik islam yang terbangun sejak awal, seperti zakat, wakaf, dan
infaq akan dibahas secara lebih mendalam.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Sumber Utama Keuangan Negara.
3
Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar hanya
sekali dalam setahun dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200
dirham. Rasulullah berinisiatif mempercepat peningkatan perdagangan, walaupun
menjadi beban pendapatan Negara. Ia menghapuskan semua bea masuk dan dalam
banyak perjanjian dengan berbagai suku menjelaskan hal tersebut. Barang-barang milik
utusan dibebaskan dari bea impor di wilayah Muslim, bila sebelumnya terjadi tukar
menukar barang.
Zakat dan ushr merupakan pendapatan yang paling utama bagi negara pada masa
Rasulullah. Zakat dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar
Islam. Pengeluaran untuk keduanya telah diatur dalam alquran (At-Taubah : 60)
sehingga pengeluaran untuk zakat tidak dapat dibelanjakan untuk pengeluaran umum
Negara. Pada masa Rasulullah, zakat dikenakan pada hal-hal sebagai berikut :
1) Benda logam yang terbuat dari emas, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam
bentuk lainnya.
2) Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornament atau
dalam bentuk lainnya.
7) Barang temuan.
Pencatatan seluruh penerimaan Negara pada masa Rasulullah tidak ada. Dalam
kebanyakan pencatatan diserahkan pada pengumpul zakat, setiap orang pada
umumnya terlatih dalam masalah pengumpulan zakat.
b. Sumber Sekunder Keuangan Negara.
4
2) Pinjaman-pinjaman (setelah penaklukan kota Makkah) untuk pembayaran uang
pembebasan kaum Muslimin dari Judhaima atau sebelum pertempuran Hawazin
30.000 dirham (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabiah dan
meminjam beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sofwan bin
Umaiyah (sampai waktu itu tidak ada perubahan).
3) Khumuz atau rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam.
4) Awmal fadhla (berasal dari harta benda kaum Muslimin yang meninggal tanpa waris,
atau berasal dari barang-barang seorang Muslim yang meninggalkan negerinya.
5) Wakaf, harta benda yang didedikasikan kepada umat islam yang disebabkan karena
Allah dan pendapatannya akan didepositokan di baitul maal.
6) Nawaib, yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar dibebankan pada kaum Muslimin
yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran Negara selama masa darurat dan ini
pernah terjadi pada masa perang Tabuk.
7) Zakat fitrah.
Abu Bakar Siddiq terpilih sebagai khalifah dalam kondisi miskin, sebagai
pedagang dengan hasil yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Sejak menjadi
khalifah, kebutuhan keluarga Abu Bakar diurus oleh kekayaan dariBaitul Maal ini.
Menurut beberapa keterangan, beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau tiga
perempat dirhamsetiap harinya dari Baitul Maal dengan tambahan makanan berupa
daging domba dan pakaian biasa. Setelah berjalan beberapa waktu tersebut kurang
mencukupi sehingga ditetapkan 2.000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan lain
6.000 dirham per tahun.
Selama sekitar 27 bulan di masa kepemimpinannya, Abu Bakar Siddiq telah
banyak menangani masalah murtad, cukai, dan orang-orang yang menolak membayar
zakat kepada Negara. Abu Bakar Siddiq sangat memerhatikan keakuratan penghitungan
zakat. Zakat selalu didistribusikan setiap periode dengan tanpa sisa. System
5
pendistribusian ini tetap dilanjutkan, bahkan hingga beliau wafat hanya satu dirham
yang tersisa dalam pembendaharaan keuangan. Sumber pendanaan Negara yang
semakin menipis, menjelang mendekati wafatnya menyebabkan kekayaan pribadinya
dipergunakan untuk pembiayaan Negara.
Ada beberapa hal penting yang perlu dicatat berkaitan dengan masalah kebijakan
keuangan Negara pada masa khalifah Umar, diantaranya adalah masalah ;
1. Baitul Maal
Pada tahun 16 H, Umar mengumpulkan dana kharaj senilai 500.000 dirham, hasil
dari Abu Hurairah, untuk disimpan sebagai cadangan darurat, membiayai angkatan
perang, dan kebutuhan lain untuk umat. Untuk menyimpan dana tersebut, maka Bailtul
Mall regular dan permanen didirikan untuk pertama kalinya di ibukota provinsi. Setelah
menaklukkan Syria, Sawad, dan Mesir, penghasilan Bailtul Mall meningkat (kharaj dari
sawad mencapai seratus juta dinar dan dari Mesir dua juta dinar).
1) Kepemilikan Tanah
Pada masa Umar, Gubernur Taif melaporkan bahwa pemilik sarang-sarang tawon tidak
membayar ushr, tetapi menginginkan sarang-sarang tawon tersebut dilindungi secara
resmi. Umar katakana bahwa bila mereka mau membayar ushr, maka sarang tawon
mereka akan dilindungi. Apabila tidak, tidak akan mendapat perlindungan. Menurut
laporan Abu Ubayd, Umar membedakan madu yang diperoleh dari lading. Zakat yang
ditetapkan adalah seperduapuluh untuk madu yang pertama dan sepersepuluh untuk
madu jenis kedua.
3) Pembayaran Sedekah oleh non-Muslim
Tidak ahli kitab yang membayar sedekah atas ternaknya kecuali orang Kristen Banu
Taghlib yang keseluruhan kekayaannya terdiri dari ternak. Mereka membayar dua kali
6
lipat dari yang dibayar kaum Muslim. Banu Taghlib adalah suku Arab Kristen yang
menderita akibat peperangan. Umar mengenakan jizyah kepada mereka, tetapi mereka
terlalu gengsi sehingga menolak membaya jizyah dan malah membayar sedekah.
4) Mata Uang
Pada masa Nabi dan sepanjang masa Khulafaurrasyidin mata uang asing dengan
berbagai bobot sudah dikenal di Arabia, seperti dinar, sebuah koin emas dan dirham
sebuah koin perak. Bobot dinar adalah sama dengan satu mistqal atau sama dengan dua
puluh qirat atau seratus grain barley.
5. Klasifikasi Pendapatan Negara
Pada periode awal Islam, para khalifah mendistribusikan semua pendapatan yang
diterima. Kebijakan tersebut berubah pada masa Umar. Pendapatan yang diterima
di Baitul Maal terbagi dalam empat jenis, yaitu ;
(a) Zakat dan Ushr
(c) Kharaj, fay, jizyah, ushr dan sewa tetap tahunan tanah
(d) Berbagai macam pendapatan yang diterima dari semua macam anak-anak
terlantar, dan dana social lainnya.
5) Pengeluaran
Usman bin Affan adalah khalifah ketiga. Pada enam tahun pertama
kepemimpinannya, Balkh, Kabul, Ghazni, Kerman, dan Sistan ditaklukkan. Untuk
menata pendapatan baru, kebijakan Umar diikuti. Tidak lama setelah Negara-negara
tersebut ditaklukkan, kemudian tindakan efektif diterapkan dalam rangka
pengembangan sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon buah-
buahan ditanam dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembentukan
organisasi kepolisian tetap.
Khalifah Usman tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, dia
meringankan beban pemerintah dalam hal yang serius. Dia bahkan menyimpan uangnya
di bendahara Negara. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman antara Khalifah dan
Abdullah bin Arqam, salah seorang sahabat Nabi yang terkemuka, yang berwenang
melaksanakan kegiatan Baitul Maal pusat. Beliau juga berusaha meningkatkan
7
pengeluaran pertahanan dan kelautan, meningkatkan dana pensiun dan pembangunan
wilayah taklukan baru, Khalifah membuat beberapa perubahan administrasi dan
meningkatkan kharaj dan jizyah dari mesir.
Setelah meninggalnya Usman, Ali terpilih sebagai khalifah dengan suara bulat.
Ali menjadi khalifah selama lima tahun. Kehidupan Ali sangat sederhana dan dia sangat
ketat dalam menjalankan keuangan Negara. Gubernur Ray dijebloskan ke penjara oleh
khalifah dengan tuduhan penggelapan uang Negara.
Berbeda dengan khalifah Umar, Khalifah Ali mendistribusikan seluruh
pendapatan di Baitul Maal ke provinsi yang ada di Baitul Maal Madinah, Busra dan
Kufa.sistem distribusi setiap pecan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis
adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu semua penghitungan
diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai penghitungan baru.
Zakat merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang Islam setelah
memenuhi kriteria tertentu. Dalam Alquran terdapat 32 kata zakat, 82 kali diulang
dengan menggunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu kata
sedekah dan infaq. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat
mempunyai kedudukan, fungsi, dan peranan yang sangat penting dalam Islam. Dari 32
ayat dalam Alquran yang memuat ketentuan zakat tersebut, 29 ayat diantaranya
menghubungkan ketentuan zakat dengan shalat.
Nash Alquran tentang zakat diturunkan dalam periode, yaitu periode Makkah
sebanyak delapan ayat (Al-Muzzammil [73]: 20; Al-Bayyinah [98]: 5) dan periode
Madinah sebanyak 24 ayat (misalnya Al-Baqarah [2]:43 ; Al-Maidah [5]: 12). Perintah
zakat yang diturunkan pada periode Makkah, sebagaimana terdapat dalam kedua ayat
tersebut di atas, baru merupakan anjuran untuk berbuat baik kepada fakir miskin dan
orang-orang yang membutuhkan bantuan. Sedangakan yang di turunkan pada periode
Madinah, merupakan perintah yang telah menjadi kewajiban mutlak (Ilzami).
8
2. Prinsip Penerimaan Publik
Dari tinjauan sejarah mengenai penerimaan publik umat islam dapat ditunjukkan
bervariasinya bentuk-bentuk sumber pendanaan publik, baik yang sudah ditentukan
ketentuannya oleh al-quran, yaitu zakat dan ghanimah, maupun yang ditentukan oleh
pemerintah saat itu seperti kharaj, khums, jizya, dan sebagainya. Dari berbagai bentuk
instrumen penerimaan publik diatas, dapat dianalisis secara ekonomi prinsip dasar
pemungutan dana publik pada awal islam tersebut.
Tabel
Prinsip Pokok Sumber Keuangan Publik Islam Klasik
Sumber Karakteristik Utama
Penerimaan
Zakat Merupakan kewajiban langsung dari Allah (Al-quran)
9
o Tarif yang dipungut oleh partner dagang
o Besarnya jasa yang diberikan pemerintah (tariff dzimmi lebih besar karena
butuh jaminan keamanan lebih tinggi
10
yang dikenakan atas harta temuan (rikaz)
Fa’i Merupakan harta yang diperoleh dari non-Muslim secara damai atau
non-perang
Dimiliki oleh pemilik asal meninggal atau masuk ke islam, dan menjadi
milik Negara jika pemilik asal meninggal atau tetap non-Muslim
Amwal Merupakan harta yang diperoleh karena tidak ada yang memiliki baik
fadhila karena ditinggalkan pemiliknya ataupun tanpa ahli waris
11
prinsip utama dalam pengalokasian dana publik adalah peningkatan maslahat tertinggi.
Khalifah Umar telah berani melakukan perubahan distribusi/alokasi pendapatan yang
diperoleh, dimana alokasi dana disesuaikan dengan jenis dan yang masuk.
Berbagai instrumen yang bisa digunakan sebagai sumber pembiayaan negara pada
dasarnya dapat dikembangkan karena pada hakikatnya hal ini merupakan aspek
muamalah, kecuali dalam hal zakat. Artinya selama dalam proses penggalian sumber daya
tidak terdapat pelanggaran syariah islam, maka selama itu pula diperkenankan menurut
12
islam. Oleh karena itu, terdapat beberapa instrumen pembiayaan publik, yaitu sebagai
berikut:
1. Zakat
13
Kharaj atau bisa disebut dengan pajak tanah. Dalam pelaksanaannya, kharaj
dibedakan menjadi dua, yaitu proporsional dan tetap. Secara proporsional artinya
dikenakan sebagai bagian total dari hasil produksi pertanian, misalnya seperempat,
seperlima, dan sebagainya. Secara tetap artinya pajak tetap atas tanah. Dengan kata
lain,kharaj proporsional adalah tidak tetap tergantung pada hasil dan harga setiap jenis
hasil pertanian. Sedangkan kharaj tetap dikenakan pada setahun sekali.
Kharaj diperkenalkan pertama kali setelah perang Khaibar, ketika Rasulullah Saw.
membolehkan orang-orang Yahudi Khaibar kembali ke tanah milik mereka dengan syarat
mau membayar separuh dari hasil panennya kepada pemerintah islam, yang
disebut kharaj.
4. Jizyah
Salah satu ciri khas masyarakat Muslim adalah menjaga saudaranya Muslim dan
non-Muslim dari rasa aman. Oleh karena itu, pada sa Rasulullah, orang-orang Kristen dan
Yahudi, dikecualikan dari kewajiban menjadi militer di Negara islam. Mereka
memperoleh konsesi bahwa Negara islam akan menjamin keamanan pribadi dan hak milik
mereka. Sebagai gantinya maka orang-orang non-Muslim diwajibkan mengganti dengan
pembayaran jizyah. Dijelaskan dalam firman-Nya: Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak (pula) keada Hari Kemudian dan mereka tidak
mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh allah dan rasul-Nya dan tidak beragama
yang benar agama Allah, (yaitu orang-orang) yang diberi Al-kitab kepada mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk.
(Q.S Al-Taubah [9]: 29).
Meskipun jizyah merupakan hak wajib, namun dalam ajaran islam ada ketentuan,
yaitu bahwa jizyah dikenakan kepada seluruh non-muslim dewasa, laki-laki, yang mampu
membayarnya. Sedang bagi perempuan, anak-anak, orang tua dan pendeta dikecualikan
sebagai kelompok yang tidak wajib ikut bertempur dan tidak diharapkan mampu ikut
bertempur. Orang-orang miskin, pengangguran, pengemis, tidak dikenakan pajak.
Jumlah jizyah yang harus dibayar, sangat bervariasi antara 12 dan 48 dirham setahun,
sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Jika seseorang memeluk agama islam, kewajiban
membayar jizyah itu ikut gugur. Hasil pengumpulan dana dari jizyah, digunakan untuk
membiayai kesejahteraan umum.
14
5. Wakaf
Dalam hukum islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama
(zatnya) kepada seseorang ataunadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun
lembaga, dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat islam. Harta
yang telah di wakafkan keluar dari hak milik yang diwakafkan (wakif), dan bukan pula
hak milik nadzir/lembaga pengelola wakaf, tetapi menjadi hak milik Allah yang harus
dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Filsafat yang terkandung dalam amalan
wakaf menghendaki agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang
dapat dinikmati oleh mawquf-alaih (pihak yang berhak menerima hasil wakaf). Makin
banyak harta hasil wakaf yang dapat dinikmati oleh yang berhak, makin besar pula pahala
yang akan mengalir kepada wakif.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa keuangan publik
meliputi setiap sumber keuangan yang dikelola untuk kepentingan masyarakat baik
dikelola secara individual, kolekstif atau pun oleh pemerintah.
Pajak adalah berbeda dengan dharibah. Dharibah merupakan pungutan yang
merupakan menutup devisit negara pungutan yang dibebankan secara sepihak kepada
warga tidak dapat di jadikan sebagai sumber peerimaan jangka panjang sehingga hal ini
akan berperngaruhi dalam perhitungan surplus atau defisit anggaran.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Azwan Karim, Sejarah Pemikran Ekonomi Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2008, edisi ke-3.
Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Nurul Huda, dkk., Keuangan Publik Islam: Pendekatan Teoritis dan Sejarah, Jakarta,
Kencana, 2012.
17