Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EKONOMI PEMBANGUNAN

Tentang:

PEMBANGUNA EKONOMI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MENURUT IBNU KHALDUN

Di susun oleh:

1. Bunga hilda maharani


2. Nur imamah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBIS)

KAMPUS INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMADIYAH BIMA

TAHUN AJARA 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan kemudahan, kelancaran serta
Kesehatan bagi kita khususnya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ekonomi
pembangunan yang membahas tentang “pembangunan ekonomi dalam perspektif islam menurut ibnu
khaldun” Semoga dengan adanya makalah ini dapat mempermudah proses pembelajaran bagi teman-
teman dan khususnya bagi kami para penulis yang sedang belajar atau mendalami materi ini,

Pembangunan ekonomi dalam perspektif islam berbeda dengan konsep pembangunan ekonomi
yang dikemukakan oleh pemikiran barat.dalam perspektif islam, pembangunan ekonomi bersifat
material dan spiritual, dan mencangkup pula pembangunan sumber daya manusia (SDM), sosial,
kebudayaan dan lainya. Dalam perkataan lain dampak pembangunan dalam islam adalah menyeluruh
sebagaimana konsepsi islam sebagai agama yang menyeluruh. Bukan hanya ekonomi yang bersifat
material tetapi juga pembangunan nonmaterial yang bersifat spiritual, akhlak,sosial dan
kebudayaanya.
Ada lima kebijakan utama pembangunan dalam islam, yaitu; Pertama, konsep pembangunan
berlandaskan tauhid, khlifah dan tazkiyah; Kedua, aspek pembangunan meliputi fisik dan moral
spiritual; Ketiga, fokus utama pembangunan adalah manusia sebagai subjek dan objek pembangunan
guna mencapai kesejahteraan; Keempat, fungsi dan peran negara, dan; Kelima, skala waktu
pembanguna meliputi dunia dan akhirat.
Pembangunan yang di laksanakan oleh suatu negara dalam pandangan ekonomi islam harus
memiliki tujuan yang jauh, yakni berupa peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia di
dunia dan akhiratnya. Pembanguna tidak boleh hanya berkait dengan maslahah dunia saja, tetapi
juga harus di hubungkan dengan yang lebih abadi(transedental). oleh karenanya, pembangunan
harus merujuk atau didasarkan pada ketentuan syari’ah, baik dalam bentuk firman tuhan, sabda
Rasul, ijma, qiyas, maupun ijtihad para ulama fakih.
Penulis mengucapkan terimakasi kepada dosen yang bersangkutan karena atas bimbingan,
arahan, kritikan, dan kepercayaan beliau kami bisa mendapatkan banyak dorongan dan pengalaman
untuk membuat makalah ini. Mohon dimaklumi jika dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
dalam penulisannya. Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Untuk itu penulis mengharapkan
saran yang membangun demi penyempurnaan isi makalah ini, baik dalam tata letak maupun isinya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penulis/manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menjelaskan teori dan model pembangunan dalam Islam yang sudah dikembangkan oleh
ilmuwan-ilmuwan Islam terdahulu.
B. Menurunkan orientasi, tujuan, dan ruang lingkup ekonomi pembangunan Islam
berdasarkan Islamic worldview, prinsip dasar ekonomi Islam, dan teori serta model ekonomi
pembangunan Islam yang telah dikemukakan oleh ilmuwan Islam sebelumnya.
C. Menjelaskan elemen, dimensi, dan struktur organisasi dalam ekonomi
pembangunan Islam.

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi perspektif Islam adalah pembangunan manusia secara utuh
bukan sekedar kebutuhan jasmani, tetapi lebih dari itu adalah pembangunan mental spritual.
Pandangan Islam terhadap pembangunan ekonomi difokuskan pada (a) kemaslahatan umat
manusia dari kepunahan; (b) sumber daya manusia (SDM yang baik, mencerminkan Sumber
Pendapatan yang Halal (SPH); (c) menjaga dan memelihara ekosistem alam dari kerusakan;
(d) pemanfaatan lahan secara maksimal dan membayar pajak kepada negara. Hasil
interprestasi menunjukkan, bahwa pesan al-Qur’an tentang pembangunan ekonomi perspektif
Islam belum banyak mendapat perhatian terutama pada negara-negara Islam. Salah satu
indikator pembangunan yang dijelaskan adalah tingkat ketimpangan dan kemiskinan yang
melanda berbagai Negara Sedang Berkembang.
Pembangunan ekonomi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam pandangan
ekonomi Islam, modal utama pembangunan ekonomi adalah sumber daya manusia yang
berkarya dengan akhlak mulia, jujur, cerdas, kerja keras dan inovatif. Dalam konsep al-
Qur’an, katakanlah kinerja yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim a.s telah meletakkan dasar-
dasar pembangunan yang berimpilikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia berlangsung
tanpa saling mendahului, itulah makna tawaf “mengelilingi ka’bah” dan ini yang menjadi
model dari pembangunan ekonomi dunia ketika semua negara-negara maju dan negara-negara
sedang berkembang lainnya, belum bisa merubah kinerja perekonomian yang
mengedepankan kemaslahatan bersama ( rahmatan li al-‘ālamîn).

B. RUMUSAN MAKALAH
1. Menjelaskan teori dan model pembangunan dalam Islam yang sudah dikembangkan oleh
ilmuwan-ilmuwan Islam terdahulu.
2. Menurunkan orientasi, tujuan, dan ruang lingkup ekonomi pembangunan Islam
berdasarkan Islamic worldview, prinsip dasar ekonomi Islam, dan teori serta model
ekonomi pembangunan Islam yang telah dikemukakan oleh ilmuwan Islam sebelumnya.
3. Menjelaskan elemen, dimensi, dan struktur organisasi dalam ekonomi
pembangunan Islam.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.TEORI DAN PEMBANGUNAN DALAM ISLAM
Pembangunan menurut KBBI merupakan usaha untuk mengubah keadaan masyarakat
tertentu menjadi keadaan masyarakat yang lebih baik dan yang di cita2kan. Artinya, isi dari RJPJ
maupun RPJM baik di tingkat nasional,provinsi, kabupaten/kota, hingga ke desa adalah utuk
mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik secara lebih terarah. 1 Sedangkan dalam
pembahasan ibnu Khaldun mengenai pembangunan ekonomi termaksud tema yang penting dalam
karya ini. Istilah pembangunan dalam karyanya mengacu pada istilah “ umran al-alam” atau
memamuran dunia. Istilah “umran al-alam” di bentuk dari tiga komponen yaitu: sejarah (Tarikh),
kerja sama masyarakat (al ijtima’ al insani) dan alam semesta (al kwan) (tohir,2014). Berikut delapan
nasehat ibnu Khaldun : 1) pemerintah yang kuat tidak aan terwujud kecuali melalui pelaksanaan
syariah,2) syariah tidak dapat diwujudkan kecuali melalui pemerintah (al-mulk), 3) kerajaan tidak
akan meningkatkan kekuatanya kecuali melalui masyarakat(al mulk), 4) masyarakat tidak akan
bertahan kecuali dengan kekayaan (al mal), 5) kekayaan tidak dapat diperoleh kecuali dengan
pembangunan (al-imarah), 6) pembangunan tidak dapat ticapai kecuali dengan keadilan (al-adl), 7)
keadilan adalah kriteria (al-mizan) yang mana digunakan oleh tuhan untuk menilai manusia , dan 8)
pemerintahan di bebankan tanggung jawab untuk merealisasikan keadilan. 2
berdasarkan delapan
nasehat ibnu Khaldun semuanya dapat memberikan elaborasi agar dapat di pahami. Sehingga
pemikiran ini dikenal dengan multidisiplin dan memiliki karater yang dinamis serta mengandung
nilai-nilai religiulitas
Secara garis besar, model pembangunan dalam Islam yang berkembang saat ini dapat
diklasifikasikan ke dalam dua pendekatan. Pendekatan tersebut diambil berdasarkan tokoh yang
mencetuskannya, yakni: model pembangunan Ibnu Khaldun dan model pembangunan As-Syatibi.
Kedua model ini memiliki fokus kajian yang berbeda, model yang pertama lebih menekankan
hubungan dari elemen pembangunan (ekonomi) dalam mencapai tujuan pembangunan. Sementara
model yang kedua lebih menonjolkan model pembangunan berdasarkan komposisi tujuan
pembangunan yang harusnya dicapai. Model Pembangunan Ibnu Khaldun Ibnu Khaldun sering
disebut sebagai bapak ekonomi Islam karena sumbangsih pemikirannya yang sangat besar terhadap

1
Tim Penyusunan Dedi Sastradi, The Power Of Ideas(Kekuatan Ide),2016
2
Tim Penyusun Endah Susanti,Konsep Empowerment Sebagai Instrument Pembangunan Ekonomi Islam Dalam
Menghadapi Pandemic Covid-19 Di Indonesia(Telaah Kritis Pemikiran Ibnu Khaldun),2021,Hal,8-9
fondasi ekonomi Islam. Secara keilmuan, Ibnu Khaldun tidak hanya menguasai satu basis ilmu,
tetapi juga memiliki kekayaan intelektual di berbagai bidang lainnya. Hal ini juga lah yang membuat
pemikirannya sangat komprehensif dan masyarakat. Oleh karena itu konsep-konsep yang
dikemukakan Ibnu Khladun masih sangat kontekstual.universal, termasuk pemikiran pada bidang
ekonomi pembangunan. Basis keilmuan Ibnu Khaldun tidak hanya terbentuk dari aspek teoretis
seorang intelektual melainkan juga dari pengalaman nya yang bersentuhan langsung dengan
kehidupan

1. Model Pembangunan yang Dinamis dan Lintas Disiplin


Model yang dibangun oleh Ibnu Khaldun berusaha untuk menjelaskan bagaimana sebuah
pembangunan, ekonomi dan peradaban dapat mengalami pasang surut sekaligus menjawab beberapa
pertanyaan krusial mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dalam sistem kehidupan sosial. Model
ini dijelaskan menggunakan beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan dimana antar faktor
ini bersifat interdependen. Secara umum model Ibnu Khaldun ini tertuang dalam “eight wise
principles” atau yang juga dikenal dengan kalimat hikammiyah. Kalimat hikammiyah ini dapat
dimodelkan sebagai berikut:

Model Pembangunan Ibnu Khaldun


Secara matematis model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
G = f (S,N,W,j dan g)
G : Negara (the state)
S : Institusi (institutions)
N : Sumber daya insani (Human Beings)
W : Kekayaan (Wealth)
j : Keadilan (justice)
g : Pembangunan (development)
Model matematis ini hanyalah salah satu model matematis yang dapat dibentuk dari hasil
pemikiran Ibnu Khaldun. Model ini sangat dinamis sebagaimana tergambar dalam gambar diatas dan
kalimat hikammiyah. Analisis pembangunan berdasarkan faktor-faktor ini dapat dimulai dari aspek
manapun dengan sifat yang saling mempengaruhi (interdependen). Selain itu model yang
dikonstruksikan oleh Ibnu Khaldun mengakomodir faktor-faktor dari berbagai macam disiplin ilmu,
yaitu moral, psikologi, politik, sosial, ekonomi, dan demografi yang interdependen satu sama lain
dalam menentukan kemunduran atau kemajuan suatu peradaban.
2. Determinan pembangunan berdasarkan model ibnu Khaldun
Secara detail bagaimana pengaruh suatu factor dan hubungan dengan faktor-faktor lain akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Negara (The State)
Dalam ajaran Islam, tugas pokok negara dalam bidang ekonomi adalah menghapus kesulitan
ekonomi yang dialami rakyat, memberikan kemudahan pada akses pengembangan ekonomi kepada
seluruh lapisan rakyat dan menciptakan kemakmuran. Ibnu Khaldun menekankan bahwa orang yang
memegang kedaulatan harus memiliki semua sifat kebaikan yang dituntut oleh agama dan politik. Ia
harus toleran, moderat, dan adil, serta harus menghindari kelicikan, kecurangan, dan kepalsuan. Ia
juga dituntut harus memenuhi semua kewajibannya, kontrak-kontrak, dan perjanjian-perjanjian,
mudah ditemui rakyat, menyimak keluhan mereka, menghapus kesulitan mereka, memenuhi
kebutuhan pokok mereka terutama terhadap golongan miskin, serta menghapuskan ketidakadilan dan
penindasan.
Di dalam Islam, keterlibatan pemerintah dalam perekonomian cukup besar. Hal ini dapat kita
ketahui dari sejarah pemerintahan Rasulullah dan juga era khalifah. Pada masa itu pemerintah terlibat
dalam semua ruang lingkup kehidupan termasuk perekonomian. Konsep negara yang digagas oleh
Ibnu Khaldun adalah sebuah negara yang menjamin berlakunya syariah dan berfungsi sebagai
instrumen bagi pembangunan manusia dan kesejahteraannya.
Menurut Umer Chapra (2001), kekuasaan negara dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:
 Kekuasaan alamiah atau normal (tabi’i), yakni yang membolehkan setiap orang memuaskan
kepentingan pribadinya dan kesenangan hawa nafsu atau disebut juga dengan laissez faire.
 Kekuasaan politik rasional (siyasah aqliyah) yang membolehkan setiap orang untuk
memenuhi kepentingan pribadi/duniawi untuk mencegah kejahatan
sesuai dengan prinsip-prinsip rasional atau disebut juga dengan welfare stat sekuler.
 Kekuasaan berdasarkan moral (siyasah diniyyah atau khalifah), yaitu yang memungkinkan
setiap orang untuk mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat sesuai dengan syariah
disebut juga dengan welfare state islami atau khilafah.
b. Institusi (Institutions)
Institusi atau yang disebut juga syariah membantu masyarakat menanamkan kualitas
kebaikan seperti ketaatan, kejujuran, integritas, kesederhanaan, dan perasaan kebersamaan
yang dapat memberikan kontribusi terhadap proses pembangunan, keadilan, saling
pengertian, kerja sama, kedamaian, dan keharmonisan sosial serta mengontrol tingkah laku
yang dapat membahayakan masyarakat. Syariah dapat menggunakan pengaruh moderatnya
terhadap penggunaan sumber daya sehingga dengan demikian syariah dapat memberikan
kontribusi terhadap keseimbangan sumber daya. Syariah mengacu pada nilai-nilai dan
lembaga atau aturan perilaku yang membuat masyarakat bersedia untuk memenuhi kewajiban
mereka terhadap sesama dan mencegah perilaku sosial yang menyimpang. Aturan ini bisa
berbentuk formal maupun informal, tertulis atau tidak tertulis.
c. Sumber daya insani (Human Beings)
Maju dan mundurnya suatu peradaban sangat ditentukan oleh kesejahteraan maupun
kesengsaraan masyarakat. Oleh karena itu, dalam analisisnya Ibnu Khaldun sangat
menitikberatkan pada peran manusia. Sejalan dengan hal itu, kesejahteraan dan kesengsaraan
masyarakat tidak hanya bergantung pada variabel-variabel ekonomi, tetapi juga dipengaruhi
beberapa faktor lain yang melalui proses sebab akibat dalam waktu yang panjang. Manusia
memiliki peranan penting dalam diamika peradaban. Manusia adalah tujuan dan alat
pembangunan. Sebagai tujuan pembangunan, kesejahteraan ditujukan bagi manusia. Ketika
kesejahteraan telah terpenuhi maka manusia akan dapat bekerja secara efektif dan kreatif.
Sedangkan sebagai alat pembangunan, manusia merupakan subjeknya yang bekerja untuk
membangun. Manusia adalah input, manusia membentuk pemerintahan, keluarga, dan
masyarakat. Besar kecilnya potensi pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi
oleh kuantitas maupun kualitas sumber daya manusianya. Dengan demikian pembangunan
sumber daya insani haruslah mendapatkan perhatian, karena pembangunan manusia
berpengaruh secara signifikan terhadap pengurangan tingkat kemiskinan. Selain itu
pengeluaran sosial juga memberikan manfaat bagi pengurangan tingkat kemiskinan.
Pengaruh sumber daya manusia terhadap tingkat kemiskinan tampak lebih besar daripada
pengaruh pengeluaran sosial terhadap tingkat kemiskinan.
d. Kekayaan (Wealth)
Ibnu Khaldun menekankan peran investasi seraya menyatakan “Dan ketahuilah bahwa
kekayaan tidak tumbuh manakala ditimbun dan disimpan. Ia akan tumbuh dan berkembang
manakala dibelanjakan untuk kepentingan masyarakat, untuk diberikan kepada yang berhak,
dan menghapuskan kesulitan. Faktor-faktor yang menjadi katalisator adalah laju pajak yang
rendah, keamanan kehidupan dan hak milik, serta lingkungan fisik yang sehat. Peningkatan
dalam pendapatan akan memberikan kontribusi pada peningkatan dalam penerimaan pajak
dan memungkinkan pemerintah membelanjakan lebih besar untuk kepentingan kesejahteraan
rakyat. Hal ini akan memberikan peluangpeluang ekonomi dan pembangunan semakin
berkembang. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menimbulkan kemerosotan di dalam
penerimaan pajak, dan tidak dapat lagi mencukupi belanja pemerintah. Negara akan
cenderung memaksakan pajak yang lebih tinggi dan juga akan mencoba mendapatkan kontrol
yang lebih besar terhadap sumber-sumber kekayaan. Ketika pendapatan merosot maka
penerimaan pajak juga merosot. Negara tidak akan mampu menghidupi usaha-usaha
pembangunan dan kesejahteraan. Kemudian pembangunan akan merosot semakin dalam
dengan kekuatan-kekuatan menghancurkan yang bergerak cepat hingga akhirnya
meruntuhkan dinasti yang berkuasa.
e. Pembangunan (Development) dan Keadilan (Justice)
Jika manusia menjadi pusat analisis, maka pembangunan dan keadilan menjadi dua
pengait penting dalam mata rantai sebab akibat. Pembangunan sangat penting karena
kecenderungan normal dalam masyarakat tidak ingin mandek. Mereka harus terus maju atau
mereka akan mengalami kemunduran. Pembangunan di dalam model Ibnu Khaldun tidak
hanya mengacu kepada pertumbuhan ekonomi saja. Pembangunan meliputi semua aspek
pembangunan manusia sehingga masing-masing variabel memperkaya variabel lain dan pada
akhirnya akan memberikan kontribusi pada kesejahteraan atau kebahagiaan hakiki manusia.
Pembangunan tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa unsur keadilan. Keadilan yang
dimaksud adalah tidak dipandang dalam arti ekonomi yang sempit, tetapi dalam arti yang
lebih komprehensif. Keadilan dalam semua sector kehidupan manusia. Selanjutnya keadilan
yang holistik komprehensif ini tidak akan dapat dicapai tanpa masyarakat yang peduli.
Keadilan melalui persaudaraan dan persamaan sosial, menjamin keamanan kehidupan, hak-
hak milik dan penghormatan kepada martabat orang lain, pemenuhan secara jujur kewajiban
politik dan sosio ekonomi, upah yang adil bagi siapa saja yang telah bekerja serta pencegahan
kezaliman kepada siapapun dalam bentuk apapun.
A. ORIENTASI, TUJUAN & RUANG LINGKUP PEMBANGUNAN
Orientasi Pembangunan Dalam Islam
Arah pembangunan dalam Islam terbagi menjadi 3 tujuan, yaitu: 1) People Oriented, 2)
Maslahah Oriented, dan 3) Falah Oriented. Masing-masing arah tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. People-oriented (people-centred)
Orientasi pertama dari ekonomi pembangunan Islam adalah pembangunan yang
berbasiskan pada kepentingan manusia (people-centered). Berdasarkan model pembangunan
Ibnu Khaldun, jelas ditekankan bahwa manusia merupakan pusat analis pembangunan.
Kemajuan dan kemunduran sebuah peradaban sangat ditentukan oleh kualitas dari sumber
daya manusia. Determinan-determinan lain yang disebutkan dalam model Ibnu Khaldun
seperti institusi, negara, dan terciptanya keadilan, secara langsung dipengaruhi oleh kualitas
sumber daya manusia. Hal ini juga dapat dilihat dari bagaimana hubungan interdependensi
antar faktor yang ada pada model dinamis Ibnu Khaldun. Tidak berbeda dengan model
pembangunan berdasarkan maqashid syariah, secara jelas mengindikasikan bahwa tujuan
dari syariah sekaligus juga tujuan pembangunan dalam Islam berpusat pada manusia. Jika
berkaca pada keseluruhandimensi dari maqashid, maka dapat dilihat bahwa secara
keseluruhan dimensi-dimensi ini mewakili secara utuh konsep yang dikenal dengan human
well-being.
2.Maslahah- Oriented
Kedua pembangunan yang berorientasi maslahat adalah pembangunan yang berlandaskan
pada kebaikan dan kepentingan bersama. Lebih lanjut, pembangunan yang dimaksudkan
dalam
Islam adalah pembangunan yang tidak hanya mengayomi segelintir orang, tetapi haruslah
memenuhi kepentingan masyarakat secara umum. Hal ini sejalan dengan salah satu
determinan dalam model Ibnu Khaldun, yaitu keadilan. Ditambah lagi jika berbicara tentang
konsep maslahah dalam ekonomi islam, maka tidak dapat dipisahkan dengan konsep berkah,
dimana kemaslahatan itu juga harus bersifat ziyadatul khair yaitu memberikan kebaikan yang
berlapis-lapis atau berkelanjutan.Sehingga orientasi dari ekonomi pembangunan islam adalah
kebaikan bersama yang juga melahirkan kebaikan-kebaikan setelahnya. Orientasi ini jugalah
yang mengarahkan ekonomi pembangunan Islam untuk mencegah terjadinya ketimpangan
dan kemiskinan. Walaupun secara agregate terjadi peningkatan kualitas hidup
(pendapatan/PDB), tetapi di sisi lain juga meningkatkan ketimpangan antar manusia bukanlah
proses pembangunan
yang sesuai dengan orientasi pembangunan Islam. Dalam model pembangunan Islam,
keadilan memiliki peranan penting. Keadilan akan mencegah terjadinya konflik dan
perbedaan kepentingan antara masyarakat dan pemerintah. Orientasi ini juga yang
mendorong sistem ekonomi pembangunan Islam memprioritaskan pengentasan kemiskinan
terlebih dahulu sebelum melakukan pembangunan di aspek lainnya.
3. Falah-oriented
selanjutnya dari ekonomi pembangunan Islam adalah falah. Secara bahasa falah dapat
diartikan kemenangan. Kemenangan dalam konteks ini adalah kemenangan hakiki, yaitu
kemenangan dunia dan juga kemenangan akhirat. Berdasarkan prinsip ini maka orientasi
pembangunan dalam Islam tidak hanya mempertimbangkan aspek dunia tetapi juga sangat
mempertimbangkan aspek akhirat atau keridaan Allah Swt. Orientasi pembangunan tidak
boleh sekadar kebermanfaatan buat manusia melainkan harus sesuai dengan kaidah syariat.
Tujuan Pembangunan Dalam Islam
Setelah kita dapat memahami orientasi ekonomi pembangunan Islam maka selanjutnya
kita akan menyintesis tujuan dari pembangunan ekonomi menurut Islam. Landasan
pengklasifikasian ini adalah model pembangunan menurut maqashid al syariah dan orientasi
dari ekonomi pembangunan Islam yang sudah diutarakan sebelumnya. Ada 4 tujuan utama
ekonomi pembangunan Islam.

1. Menjamin kebutuhan dasar manusia


Sama halnya dengan objektif pembangunan secara umum, tujuan pembangunan ekonomi
Islam yang pertama juga untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Ini sesuai dengan
salah satu nilai utama pembangunan (core values of development) yang dibahas di bab 1, yaitu
sustenance. Sebagaimana diketahui, semuamanusia memiliki kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.
Tanpa kebutuhan ini sangat tidak mungkin untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Kebutuhan
ini sering juga dikenal dengan kebutuhan primer/pokok. Kebutuhan ini sering dipresentasikan dari
adanya akses terhadap pangan, sandang, dan papan.
Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembangunan di dalam Islam harus ditujukan untuk
menjamin ketersediaan kebutuhan ini bagi seluruh kalangan masyarakat. Jika mengacu kepada model
pembangunan berdasarkan maqashid syariah, pemenuhan kebutuhan dasar ini merupakan
representasi dari perlindungan terhadap harta. Namun perlu dipahami bahwa tujuan ini bukan tujuan
yang independen, tetapi interdependen dengan tujuan maqashid syariah yang lainnya. Hubungan ini
juga tergambar dalam model satu kesatuan dimensi yang dikemukakan Chapra. Lebih lanjut hal ini
juga mengindikasikan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar merupakan necessary condition bagi
pembangunan dalam Islam, tetapi bukan sufficient condition. Paradigma seperti ini juga sudah mulai
berkembang dalam model pembangunan kontemporer. Saat ini pembangunan acapkali memposisikan
tujuan materialnya semakin dipadukan dengan human well-beingfaktor yang lain.

2.Meningkatkan kapabilitas dan martabat manusia


Sesuai dengan orientasi pembangunan Islam yang menitikberatkan pembangunan pada
peningkatan kualitas manusia, maka tujuan kedua dari ekonomi Islam adalah meningkatkan
kapabilitas dan martabat manusia. Jika tujuan pertama adalah pemenuhan kebutuhan dasar maka
dalam konteks ini tujuan ekonomi pembangunan Islam adalah meningkatkan kapabilitas dan
martabat manusia. Setelah terpenuhinya kebutuhan dasar maka yang harus dipenuhi adalah
kebutuhan penunjang dan
penyempurna. Namun bukan berarti bahwa tujuan pemenuhan kebutuhan dasar adalah segalanya
untuk diusahakan sebanyak mungkin. Dalam paradigma ekonomi Islam pemenuhan kebutuhan dasar
tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Ada poin ideal dalam mencapainya, sehingga prinsip ini
juga mengindikasikan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar harus dilakukan secara simultan dengan
pemenuhan kebutuhan yang meningkatkan kapabilitas dan martabat manusia. Apalagi dalam model
pembangunan ekonomi Islam jelas bahwa antar dimensi maqashid syariah adasatu kesatuan yang
saling menyokong.

3. Menjamin keberlangsungan kehidupan manusia dalam jangka Panjang


Di dalam Islam juga diajarkan bahwa tujuan pembangunan tidak hanya berfokus pada
pemenuhan kebutuhan jangka pendek, tetapi juga kebutuhan jangka menengah dan jangka panjang.
Dalam prinsip ekonomi pembangunan Islam, pembangunan tidak hanya berfokus pada bagaimana
meningkatkan nilai ekonomi (output) untuk satu periode tertentu saja. Pembangunan juga harus
memastikan agar output di kemudian hari tetap terjaga. Tujuan ekonomi pembangunan Islam dalam
konteks ini sejalan dengan paradigma pembangunan kontemporer, yaitu pembangunan yang
berkelanjutan. Selain itu tujuan pembangunan ekonomi Islam yang ketiga ini juga sesuai dengan
tujuan maqashid syariah yang melindungi keturunan.

4. Menumbuhkan dan menjamin spiritualitas


Mengingat salah satu orientasi ekonomi pembangunan islam adalah dimensi dunia akhirat
sekaligus, maka salah satu tujuan pembangunan ekonomi dalam Islam adalah menumbuhkan dan
menjamin terjaganya spiritualitas masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan maqashid
syariah yaitu melindungi agama. Agama tidak hanya berperan sebagai pedoman tetapi juga sekaligus
menjadi objek pembangunan. Melindungi agama pada dasarnya juga melindungi kepentingan
manusia. Pemenuhan kebutuhan untuk menjalankan sebuah agama merupakan bagian dari hak asasi.
Selain itu tujuan ini juga merupakan salah satu dari subjective well-being. Dalam ilmu perilaku
dikenal sebuah istilah yang disebut sebagai sacred values, yaitu ketika tindakan yang dilakukan
seseorang bersumber dari nilai agama. Nilai tersebut menjadi sumber kebahagiaan atau ukuran
keberhasilan suatu
tindakan. Dilihat dari konsep ini, pemenuhan sharia compliance dalam kehidupan merupakan salah
satu sumber kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Tujuan pembangunan dalam konteks ini
merupakan bagian dalam menciptakan kebebasan dan menumbuhkan kebahagiaan pada diri manusia.
Fokus utama pembangunan dalam Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri, salah
satunya adalah kebutuhan spiritual.
Ruang Lingkup Pembangunan Dalam Islam
ruang lingkup pembangunan dalam islam terbagi atas 3 aspek utama yang dapat dijadikan
sebagai tolak ukur

Manusia dan seluruh ciptaan


Objek
Allah
Ilmu yang mendasari Multidisiplin
Manusia dan seluruh ciptaan
Objek
Allah
Material dan Non-Material
Indikator
(Spiritual)

Objek pembangunan menurut Islam bukan hanya manusia. Walaupun manusia tetap sebagai pusat
pembangunan tetapi dalam proses pembangunannya juga harus memperhatikan objek lain yaitu
makhluk hidup lain dan lingkungan. Hal ini telah diungkapkan oleh Umar Chapra dalam model
pembangunan berdasarkan maqashid syariah yang bersifat rahmatan lil’alamin. Posisi manusia di
dalam Islam adalah sebagai khalifah yang berarti memegang peran sentral dalam mempengaruhi
kepentingan makhluk lain atau objek lain yang ada di dunia. Sehingga ruang lingkup ekonomi Islam
berdasarkan objek pembangunan adalah manusia dan seluruh makhluk yang ada di muka bumi.

Tujuan, dan Ruang Lingkup Ekonomi Pembangunan Islam


Terhadap Arah Perkembangan Paradigma Pembangunan Terkini Jika dilihat dari orientasi, tujuan
dan ruang lingkup dari ekonomi pembangunan Islam yang diturunkan di atas dapat ditemukan
sebuah pattern bahwa, baik orientasi, tujuan, dan ruang lingkup ekonomi pembangunan lebih luas
dibandingkan pendekatan model (paradigma) pembangunan yang berkembang saat ini. Tren
pergerakan dari paradigma pembangunan yang berkembang saat ini juga terindikasi semakin dekat
dengan poin yang dikemukakan oleh ekonomi pembangunan Islam. Sementara itu dari aspek tujuan
pembangunan, jika dikomparasikan dengan Human Development Indeks (HDI) yang sekarang masih
banyak digunakan sebagai alat ukur pembangunan, pada dasarnya tujuan ekonomi pembangunan
Islam merupakan ekstensi dari ukuran umum pembangunan. Tujuan pertama dan kedua (menjamin
kebutuhan dasar manusia, meningkatkan kualitas dan martabat manusia) secara umum selaras
dengan indikator yang dipakai pada HDI. Sementara itu, tujuan ke-3 (menjamin keberlangsungan
hidup dalam jangka panjang) selaras dengan tujuan sustainable development. Dapat terlihat bahwa
ekonomi pembangunan Islam secara tujuan ternyata sejalan dengan konsep/tujuan pembangunan
kontemporer saat ini. Bahkan lebih komprehensif dengan adanya tujuan keempat yang belum
menjadi fokus dan konsiderasi utama HDI maupun SDGs. Begitupun dengan aspek ruang lingkup
ekonomi pembangunan Islam yang lebih luas cakupannya. Objeknya meliputi manusia dan seluruh
alam, suatu hal yang sebenarnya sesuai dengan isu pembangunan ramah lingkungan. Dari ruang
lingkup ilmu pengetahuan yang mendasari, ekonomi pembangunan Islam sudah dari awal
menyatakan bahwa ekonomi pembangunan harus bersifat multidisiplin. Sementara isu pembangunan
kontemporer baru belakangan ini mengonsiderasi disiplin lain seperti aspek geografi, piskologi,
kebudayaan dalam menganalisis pembangunan. Beberapa argumentasi tersebut menjelaskan bahwa
paradigma pembangunan semakin bergeser ke arah paradigma ekonomi pembangunan islam. Terkait
hal ini para ilmuwan sudah banyak yang mengkajinya. Penelitian yang paling banyak diteliti adalah
yang berkaitan dengan ukuran pembangunan. Maqashid syariah merupakan ukuran pembangunan
yang paling banyak dikaji dan dipercaya sebagai ukuran paling komprehensif dibandingkan ukuran
pembangunan lain. Sebagaimana yang dikemukakan oleh para cendekiawan yaitu Askari,
Mohammadkhan, Mydin (2017) berikut:

“The rules derived from the Qur’an and the practice of the Prophet Mohammad are
compatible with the most progressive views in conventional political economy and
the recommended institutions that include those envisaged by Adam Smith in his
two-volume treatise (Wealth of Nations and Theory of Moral Sentiments) and roughly
outlined by Douglass North (2005)” (Askari, Mohammadkhan, Mydin, 2017).

D. ELEMEN, DIMENSI, DAN STRUKTUR INSTITUSI EKONOMI PEMBANGUNAN


ISLAM

Elemen dan Dimensi

Menurut Mirakhor dan Askari (2010), elemen dan dimensi dari ekonomi
pembangunan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 4.2. Elemen dan Dimensi Ekonomi Pembangunan Islam


Elemen Dimensi
Individual self- development Self-development
The pisycal development ( eart and natural Physical-material development
resources)
The development of human collectivity The development society

Berdasarkan pandangan ini, elemen dari pembangunan akan menjadi sistem kepatuhan
berdasarkan aturan tertentu yang memastikan agar progress dari dimensi pembangunan tetap
berjalan. Dalam bahasa lain antara elemen dan dimensi pada ekonomi pembangunan Islam saling
terkait. Tiga elemen dan dimensi pembangunan menurut Mirakhor dan Askari berkaitan dengan self-
development, physical development dan social development. Jika dikaitkan dengan maqashid
syariah, pada dasarnya klasifikasi ini menawarkan kerangka yang berbeda, tetapi secara esensi tetap
sama. Berbicara masalah
individual development tentu sangat berkaitan dengan perlindungan jiwa dan akal. Sedangkan
physical development dalam konteks maqashid syariah secara langsung direpresentasikan oleh
perlindungan terhadap harta. Sementara dimensi dari development of society sangat berkaitan erat
dengan aspek pemeliharaan agama dan keturunan.

Struktur Institusi

Mengacu kepada teori pembangunan Ibnu Khaldun, ada 3 institusi utama pemerintah,
masyarakat, dan ulama. secara garis besar, ketiga institusi ini harus saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan pembangunan. Dalam pengambilan keputusan dan mengintegrasikan institusi dan
kepentingan, Islam menganjurkan untuk mengikuti shuratic process sehingga tercipta keselarasan
tujuan pembangunan. Pemerintah berfungsi sebagai garda terdepan pembangunan yang
berdampingan dengan peran vital masyarakat. Sedangkan ulama sebagai pihak yang didengarkan dan
pemberi masukan, memiliki peran memastikan proses pelaksanaan pembangunan berjalan sesuai
dengan rencana dan tidak melanggar kaidah hukum juga syariat yang berlaku.3
STUDI KASUS
Program “Building Back Better” PBB

Istilah build back better pada dasarnya dapat mengacu kepada beberapa hal, seperti misalnya slogan
kampanye salah satu kandidat presiden Amerika tahun 2020, atau program kemanusiaan presiden
Amerika Bill Clinton di Haiti, slogan sebuah kota di Filipina, Slogan pemilu 2020 di Singapura, dan
3
Penyusun A.Jajang W. Mahri,Cupian,M. Nur Rianto Al Arif,Tika Arundina,Tika Widiastuti,Faizul Mubarok,Muhamad
Fajri,Azizon,Aas Nurasyiah,Ekonomi Pembangunan Islam,2021,Hal 118-140
salah satu program PBB. Dalam hal ini kita akan lebih menitikberatkan pada kasus terakhir, yaitu
sebagai salah satu program PBB. Istilah yang dipakai oleh program di bawah PBB ini adalah
Building Back Better (BBB). BBB adalah pendekatan pemulihan pasca-bencana yang mengurangi
kerentanan terhadap bencana di masa mendatang
dan membangun ketahanan masyarakat untuk mengatasi kerentanan guncangan fisik, sosial,
lingkungan, dan ekonomi. Dalam kerangka BBB, masyarakat terdampak memiliki kesempatan untuk
mengurangi risiko, tidak hanya dari bahaya langsung, tetapi juga dari bahaya yang mengancam (di
luar ancaman bencana). Dalam BBB bukan hanya sekadar fokus pada pembangunan fisik setelah
bencana. BBB sedikit berbeda dengan konsep pembangunan mainstream yang hanya fokus pada
pembangunan infrastruktur pasca bencana. BBB lebih berfokus untuk memastikan bahwa hasil
pemulihan memberikan dampak kesejahteraan (keselamatan) yang berkelanjutan dengan harapan
menciptakan masyarakat yang lebih tangguh (baik) dari sebelumnya. Pertama kali konsep Building
Back Better ini diperkenalkan oleh Perdana Menteri Jepang. Dalam konsep pembangunan kembali
pasca bencana, terdapat beberapa aspek yang menjadi fokus, yaitu rekonstruksi infrastruktur,
peningkatan mata pencaharian, dan penanganan isu-isu lintas sektor. BBB berlaku untuk semua
aspek dan sektor pemulihan pascabencana. Pada rekonstruksi infrastruktur, BBB bersama-sama
mendukung komunikasi, pendidikan, energi, kesehatan, perumahan, transportasi, serta air dan
sanitasi. Pada pemulihan mata pencaharian, BBB meluas ke sektorsektor seperti pertanian,
perdagangan, pekerjaan, industri, dan layanan publik. BBB juga berlaku untuk isu-isu lintas sektor
seperti lingkungan, gender, dan pemerintahan. Pada aspek rekonstruksi infrastruktur, BBB
menawarkan kesempatan untuk membangun kembali infrastruktur dan sistem yang lebih kuat, lebih
aman, dan lebih tahan bencana. BBB membangun ketahanan di sektor ketenagakerjaan
dan mata pencaharian dengan menggunakan fase pemulihan bencana sebagai peluang untuk
mempromosikan mata pencaharian tahan bencana yang berkelanjutan. BBB juga merupakan bagian
yang terintegrasi dengan isuisu lintas sektoral seperti lingkungan, gender dan pemerintahan.
Ada 10 preposisi utama (key preposition) dari BBB yang disadur dari
pemulihan bencana di samudera hindia:

1. Pemerintah, donor, dan lembaga bantuan harus menyadari bahwa keluarga dan komunitas
mendorong pemulihan mereka sendiri.
2. Pemulihan harus mempromosikan keadilan dan kesetaraan.
3. Pemerintah harus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di masa depan.
4. Pemerintah daerah harus diberdayakan untuk mengelola upaya pemulihan, dan donor harus
mencurahkan sumber daya yang lebih besar untuk memperkuat lembaga pemulihan
pemerintah, terutama di tingkat daerah.
5. Perencanaan pemulihan yang baik dan koordinasi yang efektif bergantung pada informasi
yang baik.
6. PBB, Bank Dunia, dan badan multilateral lainnya harus memperjelas peran dan
hubungannya, terutama dalam menangani tahap awal proses pemulihan.
7. Peran LSM yang semakin meluas dan Gerakan Palang Merah/ Bulan Sabit Merah memikul
tanggung jawab yang lebih besar untuk kualitas dalam upaya pemulihan.
8. Sejak awal operasi pemulihan, pemerintah, dan lembaga bantuan harus menciptakan kondisi
bagi wirausahawan untuk berkembang.
9. Penerima manfaat berhak atas jenis kemitraan agen yang melampaui persaingan dan
persaingan tidak sehat.
10. Pemulihan yang baik harus membuat masyarakat lebih aman dengan mengurangi risiko dan
membangun ketahanan
BAB 3
KESIMPULAN

Beberapa aspek penting dari ekonomi pembangunan Islam seperti orientasi, tujuan, ruang lingkup,
elemen, dimensi, dan struktur organisasi memperlihatkan bahwa pembangunan dalam perspektif
Islam memiliki prinsip dasar yang berbeda dengan pembangunan dalam perspektif konvensional.
Aspek pembanguna dari ekonomi pembangunan Islam lebih luas, komprehensif, menyeluruh dan
berkesinambungan dibandingkan dengan ekonomi pembangunan konvensional. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan paradigma yang mendasarinya. Secara scope paradigma ekonomi pembangunan
Islam mengakomodir aspek-aspek (poinpoin) yang tidak terdapat dalam ekonomi konvensional
misalnya penekanan pada dimensi spiritual selain material, dimensi akhirat selain dunia, harmonisasi
antara self interest dengan social interest serta posisi nilai yang sangat krusial.
Aspek-aspek yang diturunkan dalam makalah ini akan menjadi panduan dasar dalam
mengembangkan materi setelahnya. Aspek-aspek pembangunan berdasarkan perspektif Islam ini
juga akan menjadi pedoman utama dalam merancang perencanaan dan strategi pembangunan. Selain
itu hal ini juga akan menjadi dasar untuk membentuk sebuah model baru ekonomi pembangunan
Islam. Model baru ini dibentuk sebagai penyempurnaan dari model-model pembangunan terdahulu
yang dikemukakan pada bagian awal makalah ini.
Berdasarkan pembelajaran pada makalah ini ada beberapa hal yang bisa kita rangkum atau
simpulkan di antaramya:

1. Model yang dibangun oleh Ibnu Khaldun berusaha untuk menjelaskan bagaimana
sebuah pembangunan, ekonomi, dan peradaban dapat mengalami pasang surut
sekaligus menjawab beberapa pertanyaan krusial mengenai fenomena-fenomena yang
terjadi dalam sistem kehidupan sosial.
2. Ada 3 orientasi ekonomi pembangunan Islam, yaitu People oriented, Maslahah
Oriented, dan Falah Oriented.
3. Tujuan pembangunan dalam Islam adalah: i) Menjamin kebutuhan dasar manusia; ii)
Meningkatkan kapabilitas dan martabat manusia; iii Menjamin keberlangsungan
kehidupan manusia dalam jangka panjang; iv Menumbuhkan dan menjamin
spiritualitas.
4. Ruang lingkup ekonomi pembangunan dapat dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu:
berdasarkan objek, yaitu manusia dan seluruh makhluk ciptaan Allah; ilmu yang
mendasari, yaitu multidisiplin; dan indikator, yaitu material dan non-material
(spiritual).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai