Marsila
Muhammad Wildan Arifin
Uswatun hasanah
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya lah, kami dapat mengerjakan makalah ini dengan lancar
hingga akhir.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar makalah ini dapat digunakan
sebagai bahan referensi bagi pembaca yang ingin membuat makalah serta sebagai
bahan pemenuhan tugas mata kuliah Ekonomi Mikro Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami selalu terbuka atas segala masukan, baik itu kritik, saran serta pesan
yang membangun.
Akhir kata, penyusun sangat mengharapkan agar makalah ini berguna bagi
para pembaca. Kami juga mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan
penulisan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun
i
ABSTRAK
Oleh:
Kelompok Satu.
ii
DAFTAR ISI
Tujuan ....................................................................................................... 2
B. Saran ....................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebelum mempelajari Ekonomi Mikro Islam, diperlukan Mengetahui
Rancang bangun ekonomi Mikro Islam. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
landasan pada ekonomi mikro Islam. Setiap landasan pada Ekonomi Mikro
Islam berpegang atas prinsip-prinsip Utama Syariah. Oleh karena itu, setiap
tindakan yang menyimpang dari syariat itu dilarang, karena dapat
memudharatkan bagi umat manusia.
Dengan Mengetahui rancang bangun ekonomi islam dan asumsi
ekonomi islam diharapkan dapat memperoleh gambaran menyeluruh secara
singkat tentang ekonomi islam. 1
Selanjutnya yaitu rasionalitas ekonomi islam, Pemahaman tentang
rasionalitas ekonomi sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari sistem
ekonomi yang mendasarinya. Konsep rasionalitas menuntut pelaku ekonom
untuk selalu tahu informasi. 2
Rumusan Masalah
a. Bagaimana Proses Rancang Bangun Ekonomi Islam ?
b. Bagaimana perbedaan Sudut pandang tentang ekonomi Islam ?
c. Bagaimana Prinsip-prinsip umum ekonomi islam ?
d. Apa itu Asumsi Rasionalitas Ekonomi Islam ?
e. Apa saja aksioma-aksioma pilihan rasional ?
f. Apa asumsi-asumsi lainnya tentang prevensi ?
g. Bagaimana Perspektif Islam Tentang Asumsi Rasionalitas ?
1
Subagyo, Rohmat. Jurnal “rancang bangun ekonomi Islam” dalam Repo.iain-tulungagung.ac.id
2016. Hal 1& 2
2
Muhamad ngasifudin. Jurnal ekonomi syariah Indonesia : “Rasionalitas dalam ekonomi islam”
2017. Halaman 1 & 2
1
Tujuan
a. Untuk mengetahui proses rancang bangun ekonomi Islam
b. Untuk mengetahui perbedaan sudut pandang tentang ekonomi Islam
c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Umum Ekonomi Islam
d. Untuk mengetahui Asumsi Rasionalitas Ekonomi Islam
e. Untuk mengetahui apa saja aksioma-aksioma pilihan rasional
f. Untuk mengetahui tentang asumsi-asumsi lainnya tentang prevensi
g. Untuk mengetahui Perspektif Islam Tentang Asumsi Rasionalitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 28 &
29
3
a. Mazhab Baqir as-sadr4
Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan
dengan islam. Ekonomi tetap ekonomi dan islam tetap tetap Islam. Keduanya
tidak akan dapat pernah dapat dipersetujuan karena keduanya berasal dari
filosofi yang saling kontradiktif. Menurutnya, istilah ekonomi islam adalah
yang bukan hanya tidak sesuai dana masalah, tetapi juga menyesatkan dan
kontradiktif, karena itu penggunaa istilah ekonomi islam harus dihentikan.
Sebagai bantunya, ditawarkan istilah baru yang berasalah dari filosofi islam,
yak ni iqtishad. Sejalan dengan itu, maka semua materi yang dikembangakan
oleh ilmu ekonomi konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya
mazhab ini berusaha untuk menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang
langsung digali dan diesukasi dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Mazhab Mainstream5
Mazhab ini berpandangan bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber
daya yang terbatas yang dihadapkan dengan keinginan manusia yang tak
terbatas. Pandangan ini tidak jauh berbeda dengan pandangan konvensional,
perbedaannya hanya pada cara penyelesaiannya. Dalam konvensional
ditentukan oleh pilihan skala prioritas berdasarkan selera pribadi masing-
masin. Ekonomi Islam dipandu oleh Allah lewat Al-Qur’aan dan Sunnah.
c. Mazhab Alternatif-Kritis6
4
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 31
5
Msiuuii.wordpress.com “Perbedaan sudut pandang dalam ekonomi islm” pada tanggal 14
september 2019 pukul 13.22
6
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 33
4
C. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam7
Secara umum prinsip ekonomi dibagi menjadi tiga bagian. Prinsip-prinsip
ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal yang dimana kelima nilai
ini memiliki seperti pondasi, yaitu menentukan kuat atau tidaknya suatu
bangunan. Diantaranya yaitu : Tauhid (keesaan Allah), memiliki arti bahwa
semua yang kita lakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan kepada Allah
di akhirat kelak sekalipun itu aktivitas ekonomi maupun bisnis. ‘Adl
(Keadilan), Memiliki arti bahwa Allah telah memerintahkan manusia untuk
berbuat adil dan tidak menzalimi pihak lain demi memperoleh keuntungan
pribadi. Nubuwwah (kenabian), menjadikan sifat dan sikap nabi sebagai
teladan dalam melakukan segala aktifitas di dunia.
Denga demikian, kegiatan ekonomi dan bisnis manusia harus mengacu
pada prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh nabi dan rasul. Khilafah
(Pemerintahan), peran pemerintah sangat penting dalam perekonomian.
Peran utamanya yaitu menjamin perekonomian agar berjalan sesuai dengan
syariah dan memastikan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak
manusia. Ma’ad (Hasil), dalam Islam hasil (laba) yang diperoleh di dunia juga
menjadi laba di akhirat.
Kelima nilai universal diatas dapat menurunkan tiga prinsip derivative
yang menjadi ciri-ciri sistem ekonomi islam. Bagian kedua ini memiliki fungsi
sebagai tiang. Multitype Ownership (Kepemilikian Multijenis), merupakan
turunan dari nilai tauhid dan ‘adl. Islam mengakui kepemilikan pribadi, Negara
maupun kepemilikan campuran, namun pemilik primer tetap Allah SWT.
Freedom to act (kebebasan bertindak atau berusaha) merupakan turunan
dari nilai nubuwwah, ‘adl dan khilafah. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap
manusia memiliki kebebasan untuk bermuamalah. Dalam bermuamalah,
manusia diwajikan untuk meneladai sifat rasul (siddiq, amanah, fathanah,
tabligh). Selain itu tetap harus menjunjung tinggi nilai keadilan dan taat
terhadap aturan yang berlaku dalam pemerintahan agar tidak terjadi distorsi
7
Kompasiana.com “prinsip-prinsip umum ekonomi islam” pada tanggal 14 september 2019 pukul
14.00
5
dalam perekonomian. Social Justice (keadilan sosial), merupakan turunan
dari nilai khilafah dan ma’ad. Nilai ini memiliki arti bahwa pemerintah
bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan pokok dan terciptanya
keseimbangan sosial sehingga tidak terjadi ketimpangan antara kaya dan
miskin.
Seperti fungsi atap dalam sebuah bangunan, nilai yang berfungsi untuk
melindungi bangunan dari ancaman dari luar adalah akhlak. Akhlak
merupakan sikap manusia dalam bertingkah laku yang diharapkan sesuai
dengan teori dan system ekonomi islam. 8
Asumsi Rasionalitas
Kata asumsi dalam KBBI jilid ke 3 yang dimaksud dengan asumsi adalah
dugaan yang diterima sebagai dasar, landasan berpikir karena dianggap benar
sedangkan pengertian dari kata rasional berasal dari kata rasio yaitu pemikiran
menurut akal sehat, akalbudi, nalar, sehingga dapat diartikan asumsi rasional
dari pengertian diatas yaitu bahwa manusia tidak akan salah dalam
menentukan atau memilih sesuatu dikarenakan dalam memilih sesuatu
manusia cenderung menggunakan akal sehatnya, rasio dan nalarnya.9
Dua jenis Asumsi Rasionalitas diantaranya yaitu :
8
Kompasiana.com “prinsip-prinsip umum ekonomi islam” pada tanggal 14 september 2019 pukul
14.00
9
Wordpress.com “asumsi rasionalitas dalam ekonomi islam” pada tanggal 16 september 2019
pukul 10.35
10
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 51
& 52
6
berhubungan dengan prestise, persahabatan, kekuasaan, menolong sesama, dan
banyak lagi. Kita juga dapat mempertimbangkan self interst yang tercerahkan,
dimana individu-individudalam rangka untuk mencapai sesuatu yang
menjadikan mereka lebih baik, pada saat yang sama membuat orang-orang di
sekeklilingnya menjadi lebih baik pula.
b. Present-aim Rasionality11
Teori utilitas modern yang aksiomatis tidak berasumsi bahwa manusia
bersikap mementingkan kepentingan pribadinya (Self interest). Teori ini hanya
berasumsi bahwa manusia menyesuaikan asumsi dengan sejumlah prefensi,
namun prefensi-prefensi tersebut harus konsisten. Individu menyesuaikan diri
dengan aksioma tanpa harus menjadi self interst.
a. Kelengkapan (Completeness)
Prinsip ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan
keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan. Bila A dan B
merupakan dua keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menemukan
secara tepat satu diantara kemungkinan berikut,
A lebih disukai dari pada B
B lebih disukai daripada A
A dan B sama-sama disukai
A dan B sama-sama tidak disukai
b. Transtivitas (Transtivity)
Prinsip ini menerangkan mengenai konsistensi seseorang dalam
menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh beberapa
alternative pilihan produk. Dimana jika seseoarang individu mengatakan bahwa
“produk A lebih disukai daripada produk B”, dan “produk B lebih disukai
11
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 52
7
daripada produk C”, maka ia pasti akan mengatakan bahwa “produk A lebih
disukai produk C”. prindip ini sebenarnya untuk memastikan adanya konsisten
internal didalam diri individu dalm hal pengambilan keputusan. Hal ini
menunjukan bahwa setiap alternative pilihan seorang individu akan selalu
konsisten dalam memutuskan preferensinya atas suatu produk dibandingkan
dengan produk lain.
c. Kesinambungan (Continuity)
Prinsip ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “produk
A lebih disukai daripada produk B”, maka setiap keadaan yang mendekati
produk A pasti juga akan lebih disukai dari pada produk B. sebagai contoh
dimana seorang individu lebih menyukai mobil dengan merek Honda daripada
merek Suzuki, maka setiap tipe model dari mobil merek Honda apapun akan
jauh lebih disukai dari pada tipe model dari model merek Suzuki.
b. Local Nonsatiation
Asumsi ini menyatakan bahwa seseorang dapat selalu berbuat baik, sekecil
apapun, bahkan bila ia hanya menikmati sedikit perubahan saja dalam
“keranjang konsumsinya”. Maksud lain dari pengertian local nonsatiation
adalah seseorang bisa berbagi walaupun penghasilannya hanya sedikit.
12
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 53
8
ekonomis yang kecil. Strict Convexity merupakan generalisasi dari asumsi
nonklasik tentang “diminishing marginal rates of substitution”.
13
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 53
& 57
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Empat mazhab ekonomi elternatif yaitu Grant Economics, Humanistic
Economics, Social Economics, dan Institutional Economics. Keempat mazhab
ini juga tidak dapat diadobsi oleh ekonom Muslim, karena mazhab ini
menghadapi problem perbedaan standar nilai. Karena itu, ekonomi Muslim
perlu mengembangkan suatu ilmu ekonomi yang khas, yang dilandasi oleh-oleh
nilai-nilai iman dan Islam yang dihayati dan diamalkannya. Sebut saja ilmu ini:
Ilmu Ekonomi Menurut Perspektif Islam, atau singkatnya Ekonomi Islam.
b. Sampai saat ini, ekonom-ekonom Muslim kontemporer dapat mengklafikasikan
3 mazhab, diantaranya yaitu : Mazhab Baqir as-sadr, Mazhab mainstream, dan
Mazhab Alternatif-kritis.
c. Prinsip-prinsip ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal yang dimana
kelima nilai ini memiliki seperti pondasi, yaitu menentukan kuat atau tidaknya
suatu bangunan. Diantaranya yaitu : Tauhid (keesaan Allah), ‘Adl (Keadilan),
Nubuwwah (Kenabian), Khilafah (Pemerintahan), Ma’ad (hasil). Kelima nilai
universal ini dapat menurunkan tiga prinsip derivative yang menjadi ciri-ciri
sistem ekonomi islam, diantaranya yaitu Multitype Ownership (Kepemilikan
Multijenis), Freedom to act (Kebebasan bertindak/berusaha), Social Juistice
(Keadilan Sosial).
d. Dua jenis Asumsi Rasionalitas diantaranya yaitu, Self interest rationality
(Rasionalitas kepentingan Pribadi), Present-aim rationality.
e. Menurut ilmu ekonomi konvensional, ada prinsip-prinsip yang biasa digunakan
dalam rasionalitas ekonomi, yaitu : Kelengkapan, Transitivitas dan
Kesinambungan.
f. Adapun asumsi-asumsi lain tentang preferensi, yaitu : Kemonotonan yang kuat,
Local Nonsatiation, dan Konveksitas ketat.
g. Perspektif Islam tentang asumsi rasionalitas mencakup perluasan konsep
rasionalitas dan juga perluasan spektrum utilitas.
10
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut, pembaca nantinya dapat melengkapi isi
makalah ini dengan menambahkan pokok bahasa lain seperti etika dan perilaku
bisnis dalam sistem ekonomi islam atau pokok bahasa lainnya demi menunjang
pengembangan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
12