OLEH KELOMPOK 1 :
NURHALIZA ERDHI
RINA SUNDARI
JURUSAN :
MANAJEMEN 4 B
DOSEN PEMBIMBING:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat,Inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.Makalah ini penulis akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena
itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, permasalahan yang kami uraikan dalam tulisan ini
kami rumuskan sebagai berikut :
1.3 Tujuan
a. Melengkapi tugas mata kuliah ekonomi & perbankan syariah.
b. Mengembangkan pola pikir karakteristik sistem ekonomi islam.
c. Memberikan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai ekonomi &
perbankan syariah.
2
BAB II
3
e. Menurut M. N. Siddiqi, Pengertian Ekonomi Islam ialah “pemikir
muslim” respon terhadap tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya
ini mereka dibantu oleh Alquran dan sunnah serta dengan alasan dan
pengalaman
f. Dawam Rahardjo mengatakan Pengertian Ekonomi Islam dapat dibagi
kedalam tiga arti.Pertama, yang dimaksud ekonomi islam adalah ilmu
ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran islam. Kedua, yang dimaksud
ekonomi islam ialah sebagai suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan
yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara
berdasarkan suatu cara atau metode tertentu. Ketiga, ekonomi islam dalam
pengertian perekonomian umat islam. Ketiga wilayah tersebut, yaitu teori,
kegiatan dan sistem ekonomi umat islam merupakan tiga pilar yang harus
membentuk sebuah sinergi.
4
“Menolak mafsadah didahulukan daripada meraih kemaslahatan”.
5
serta dengan kesempatan bagi warganya untuk memajukan diri dalam
bidang sosio-politik maupun agama.
Dalam lapangan ekonomi semata, konsep falah merujuk kepada
kesejahteraan materiil semua warga negara Islam, oleh karena itu
ekonomi Islam bertujuan mencapai kesejahteraan ekonomi dan kebaikan
masyarakat melalui distribusi sumber-sumber materiil yang merata dan
melalui penegaka sosial. Tujuan ini telah digariskan dalam al-Qur’an
Surat al-Qashash : 77.
b. Distribusi yang adil dan merata; Tujuan ekonomi Islam yang kedua
adalah membuat distribusi sumber-sumber ekonomi, kekayaan dan
pendapatan berlangsung secara adil dan merata. Islam mencegah
konsentrasi kekayaan di tangan sedikit orang dan menghendaki agar ia
berputar dan beredar diantara seluruh lapisan masyarakat. (Q.S. al-
Hasyr: 7)
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
6
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh).”
7
kekayaan yang didasarkan pada prinsip keadilan sosial-ekonomi akan
tercapai dengan sendirinya. Hal ini termaktub dalam Q.S. Fushilat : 10,
dan Q.S. Ali Imron : 92
8
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa(117) . Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang
mereka nafkah-kan. Jawablah, ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan,
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’
Dan kebaikan apa saja yang kamu buat, maka sesungguh-nya Allah
Maha Mengetahuinya (215).”
9
lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”
10
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan tinggalkan sisa
riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
melaksanakan (apa yang diperintahkan ini) maka ketahuilah, bahwa akan
terjadi perang dahsyat dari Allah dan RosulNya dan jika kamu bertaubat
maka bagi kamu pokok harta kamu, kamu tidak dianiaya dan tidak (pula)
dianiaya”
11
atau keadaan. Contoh dalam shalat, prinsip tercermin dari rukun dan
syarat sahnya shalat yang membuat kegiatan bisa disebut dengan shalat.
Tabel 1
12
Terminologi dan Makna Adil dalam
Al-Qur’an
Seluruh makna adil tersebut akan terwujud jika setiap orang menjunjung
tinggi nilai kebenaran, kejujuran, keberanian, kelurusan dan kejelasan.
13
b. Khilafah. Nilai khilafah secara umum berarti bertanggungjawab sebagai
pengganti atau utusan Allah dialam semesta. Manusia diciptakan Allah
untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu menjadi wakil Allah untuk
memakmurkan bumi dan alam semesta. Pada prinsipnya, manusia
mampu melaksanakan tugas sebagai khalifah. Ada beberapa alasan yang
mendukung, diantaranya dijelaskan bahwa Allah tidak akan
membebankan menusia sesuatu diluar batas kesanggupannya.
14
2.5 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
15
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, dapat disimpulkan beberapa
kaidah pokok yang membangun struktur atau kerangka ekonomi Islam,
yaitu:
16
dalam memperoleh kesempatan, tidak ada perbedaan invidu dalam
amsyarakat.
7) Kebebasan (freedom); dalam pandangan Islam setiap individu memiliki
kebebasan untu mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk
memperoleh kemaslahatan yang tertinggi dari sumber daya yang ada
pada kekuasaannya.
8) Kerjasama (cooperation); untuk mencapai kesejahteraan (falah),
diperlukan kerjasama dengan cara tolong menolong dalam kebaikan dan
ketaqwaan.
9) Persaingan (competition); Islam mendorong manusia untuk berlomba-
lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan, begitu juga dalam hal muamalah,
manusia didorong untuk saling berlomba dan bersaing, namun tidak
saling merugikan. Islam menawarkan kesempatan kepada penjual dan
pembeli untuk saling tawar-menawar untuk mendapatkan saling kerelaan
(‘an taradhin) serta melarang dilakukannya bentuk perdagangan
monopili yang berpotensi merugikan pihak lain.
10) Keseimbangan (equilibrium); keseimbangan dimaknai dengan tidak
adanya kesenjangan dalam pemenuhan kebutuhan, tidak ada pihak yang
merasa dirugikan.
11) Solidaritas (Solidarity); mengandung arti persaudaraan atau tolong
menolong. Persaudaraan merupakan dasar untuk memupuk hubungan
baik sesama anggota masayarakat.
12) Informasi Simetri (Symmetric information); kejelasa informasi
merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi agar setiap pihak tidak
dirugikan.
17
1) Uang tidak boleh menjadi komoditas yang diperjualbelikan sehingga
uang tidak melahirkan uang, tetapi uang sesuai fungsinya menjadi
alat tukar dalam sirkulasi barang dan jasa,
2) Karena dalam qiba qardh keuntungan muncul tanpa adanya resiko,
hasil usaha muncul tanpa adanya biaya. Biaya dan hasil usaha
muncul hanya berdasarkan waktu,
3) Riba jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah “kullu
qardhin jarra manfa’atan fahua riba” (setiap penjaman yang
memberikan manfaat kepada kreditor adalah riba,
4) Mencegah para rentenir berbuat zalim kepada penerima pinjaman
karena praktik riba.
b. Pelembagaan Zakat; zakat merupakan sebuah sistem yang akan
menjaga keseimbangan dan harmoni sosial diantara kelompok kaya
(muzakki) dan kelompok miskin (mustahiq). Dalam awal Islam, zakat
dikelola oleh sebuah komite tetap dari pemerintah dan menjadi bagian
integral dari keuangan negara, karenanya kebijakan pengumpulan zakat
maupun penyalurannya senantiasa terkait dengan kebijakan
pembangunan negara secara keseluruhan. Pelembagaan zakat pada masa
sekarang, seyogianya mengacu pada strategi pelembagaan zakat seperti
masa awal Islam, namun jika kondisi tidak memungkinkan, maka
pelembagaan zakat ini harus dipahami sebagai upara profesionalisasi
pengelolaan zakat sebagai sebuah sistem distribusi kekayaan dan
pendapatan yang nyata. Pelembagaan zakat merupakan wujud
nyata dari upaya keadilan sosial dan zakat merupakan komitmen sosial
dari ekonomi Islam.
c. Pelarangan Gharar; ajaran Islam melarang segala aktivitas ekonomi
yang mengandung gharar. Gharar diartikan sebagai resiko atau
ketidakpastian. Yang dimaksud dengan unsur Gharar dalam akad adalah
suatu akad yang akibatnya tersembunyi atau akibatnya dua
kemungkinan, dimana yang sering terjadi adalah yang paling ditakuti.
Unsur Gharar adalah sifat yang dalam muamalah yang menyebabkan
18
sebagian rukunnya tidak pasti (mastur al’aqibah). Gharar juga bisa
diartikan kedua belah pihak dalam transaksi tidak memiliki kepastian
terhadap barang yang menjadi objek transaksi baik terkait kualitas,
kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang sehingga pihak kedua
dirugikan. Gharar terjadi karena seseorang sama sekali tidak mengetahui
kemungkinan kejadian sesuatu sehingga bersifat spekulatif. Gharar
merupakan transaksi dengan hasil tidak dapat diketahui atau diprediksi.
d. Pelarangan Yang Haram; Dalam Islam, segala seuatu yang dilakukan
dan dihasilkan harus halalan thoyyiban, yaitu benar secara hukum dan
baik dari perspektif nilai dan moralitas Islam. Pelarangan yang haram
dari mulai mengkonsumsi, memproduksi, mendistribusi dan seluruh
matarantainya, dikarenakan tiga hal, yaitu : Pertama, perbuatan atau
transaksi mengandung unsur atau potensi ketidakadilan (mendzalimi atau
didzalimi). Kedua, transaksi yang melanggar prinsip saling ridha, seperti
tadlis (penyembunyian informasi yang relevan kepada pihak lawan
transaksi), dan Ketiga, perbuatan yang merusak harkat dan martabat
mausia atau alam semesta.
19
individual materialisme dalam berpikir, dan paradigma mekanisme pasar
dalam berperilaku.
20
BAB III
P ENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas, dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut :
21
pelembagaan zakat, (3) pelarangan yang haram, dan (4) pelarangan
gharar.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun sedemikian rupa, agar lebih
membuka cakrawala pemahaman tentang apa dan bagaimana tentang
karakteristik dan rancang bangun ekonomi Islam secara lengkap. Kami sadar
apa yang kami sampaikan masih banyak kekurangan dalam berbagai hal,
untuk itu saran dan kritik kami mohon kepada pembaca demi menuju
kesempurnaan makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA