Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH EKONOMI & PERBANKAN SYARIAH


KARAKTERISTIK SISTEM EKONOMI ISLAM

OLEH KELOMPOK 1 :

NURHALIZA ERDHI

RINA SUNDARI

JURUSAN :

MANAJEMEN 4 B

DOSEN PEMBIMBING:

MUSTAFA KAMAL, SE.Sy., MSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat,Inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.Makalah ini penulis akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena
itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang kota,Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II KARAKTERISTIK EKONOMI ISLAM ................................................................ 3
2.1 Pengertian Ekonomi Islam ........................................................................................... 3
2.2 Tujuan Ekonomi Islam ........................................................................................... 4
2.3 Moral Sebagai Pilar Ekonomi Islam .......................................................................... 11
2.4 Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam ......................................................................... 12
2.5 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam ................................................................................. 15
2.6 Basis Kebijakan Ekonomi Islam ................................................................................ 17
2.7 Paradigma Ekonomi Islam .................................................................................. 19
BAB III P ENUTUP ........................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 21
3.2 Saran .......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ekonomi memiliki karakter tertentu yang di bedakan dengan paham
lainnya. Suatu paham termasuk ekonomi ,di bangun oleh suatu tujuan, prinsip,
nilai,dan paradigma. Sebagai misal, paham liberaslisme di bangun atas tujuan
terwujudnya kebebasan setiap individu untuk mengembang kan dirinya.
Kebebasan ini akan terwujud jika setiap individu memiliki kesempatan yang
sama untuk berkembang. Oleh karena itu,kesamaan kesempatan merupakan
prinsip yang akan di pegang yang pada akhirnya akan melahirkan suatu
paradigma persaingan bebas.

Ekonomi Syariah (Islam) di bangun untuk tujuan suci di tuntun oleh


ajaran islam dan di capai dengan cara cara yang di tuntunkan pula oleh ajaran
islam.Oleh karena itu, ke semua hal tersebut saling terkait dan terstruktur secara
hierarkis,dalam arti bahwa spirit ekonomi islam tercermin dari tujuannya,dan di
topang oleh pilarnya,Tujuan untuk mencapai falah hanya bisa (Islamic
values),dan pilar operasional,yang tercermin dalam prinsip-prinsip
ekonomi (Islam principles).Dari sinilah akan tampak suatu bangunan ekonomi
islam dalam suatu paradigma,baik paradigma dalam berpikir dan berperilaku
maupun bentuk perekonomiannya. Pilar ekonomi islam adalah moral. Hanya
dengan moral islam inilah bangunan ekonomi islam dapat tegak dan hanya
dengan ekonomi islam lah falh dapat dicapai. Moralitas islam berdiri di atas
suatu postulat keimanan dan postulat ibadah. Esensi dan moral islam adalh
tauhid. Implikasi dari tauhid, bahwa ekonomi islam memiliki sifat
transcendental ( bukan sekuler), di mana peranan Allah dalam seluruh aspek
ekonomi menjadi mutlak.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas, permasalahan yang kami uraikan dalam tulisan ini
kami rumuskan sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Ekonomi Islam ?


2. Bagaimana Tujuan Ekonomi Islam ?
3. Bagaimana Moral Sebagai Pilar Ekonomi Islam ?
4. Apa Saja Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam ?
5. Bagaimana Prinsip-prinsip Ekonomi Islam ?
6. Bagaimana Basis Kebijakan Ekonomi Islam ?
7. Bagaimana Paradigma Ekonomi Islam ?

1.3 Tujuan
a. Melengkapi tugas mata kuliah ekonomi & perbankan syariah.
b. Mengembangkan pola pikir karakteristik sistem ekonomi islam.
c. Memberikan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai ekonomi &
perbankan syariah.

2
BAB II

KARAKTERISTIK EKONOMI ISLAM

2.1 Pengertian Ekonomi Islam

a. Pengertian Ekonomi Islam menurut Muhammad Abdul Manan adalah


cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi masyarakat yang diangkat dari nilai-nilai islam. Beliau
mengatakan bahwa ekonomi islam merupakan bagian dari suatu tata
kehidupan lengkap yang didasarkan pada empat bagian nyata dari
pengetahuan, yaitu Alquran, sunnah, ijma dan qiyas.
b. Menurut M.M. Matewally, Pengertian Ekonomi Islam ialah ilmu yang
mempelajari perilaku muslim dalam suatu masyarakat islam yang
mengikuti Alquran, Sunnah, Qiyas dan Ijma. Beliau memberikan alasan
bahwa dalam ajaran islam tersebut, perilaku seseorang dan masyarakat
dikendalikan ke arah bagaimana memenuhi kebutuhan dan menggunakan
sumber daya yang ada.
c. Hasanuz Zaman mengungkapkan Pengertian Ekonomi Islam yaitu
pengetahuan, aplikasi dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan
dalam permintaan dan pembuangan sumber daya material untuk
memberikan kepuasan kepada manusia dan memungkinkan mereka untuk
melakukan kewajiban mereka kepada Allah dan masyarakat.
d. Pengertian Ekonomi Islam menurut Monzer Kahf adalah bagian dari ilmu
ekonomi yang memiliki sifat interdisipliner dalam arti kajian ekonomi
islam tidak dapat berdiri sendiri tetapi perlu penguasaan yang baik dan
mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu pendukungnya, yang lintas
keilmuan termasuk di dalamnya terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi
sebagai tool of analysis; seperti matematika, statistik, logika, ushul fiqh.

3
e. Menurut M. N. Siddiqi, Pengertian Ekonomi Islam ialah “pemikir
muslim” respon terhadap tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya
ini mereka dibantu oleh Alquran dan sunnah serta dengan alasan dan
pengalaman
f. Dawam Rahardjo mengatakan Pengertian Ekonomi Islam dapat dibagi
kedalam tiga arti.Pertama, yang dimaksud ekonomi islam adalah ilmu
ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran islam. Kedua, yang dimaksud
ekonomi islam ialah sebagai suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan
yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara
berdasarkan suatu cara atau metode tertentu. Ketiga, ekonomi islam dalam
pengertian perekonomian umat islam. Ketiga wilayah tersebut, yaitu teori,
kegiatan dan sistem ekonomi umat islam merupakan tiga pilar yang harus
membentuk sebuah sinergi.

2.2 Tujuan Ekonomi Islam


Tujuan akhir Ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari syariat
Islam itu sendiri (maqashid asy-syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan
terhormat (hayyah thayyibah). Inilah kebahagiaan hakiki yang diinginkan
oleh setiap manusia, bukan kebahagiaan semu yang sering kali padaa
akhirnya justeru melahirkan penderitaan dan kesengsaraan.

Tujuan ekonomi Islam adalah maslahah (kemaslahatan) bagi umat


manusia, yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-
hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan
mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat merealisasikan
kemaslahatan itu sendiri. Aktivitas lain demi menggapai kemaslahatan
adalah dengan menghindarkan diri dari segala hal yang membawa mafsadah
(kerusakan) bagi manusia.
Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah :

4
“Menolak mafsadah didahulukan daripada meraih kemaslahatan”.

Menurut Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Abu Yasid,


mengungkapkan bahwa tolok ukur maslahah dan mafsadah tidak dapat
dikembalikan pada penilaian manusia karena amat rentan akan pengaruh
dorongan nafsu insaniyah. Sebaliknya ukuran maslahah dan mafsadah harus
dikembalikan pada kehendak syara’ (maqashid asy-syari’ah) yang pada
intinya terangkum pada dasar perlindungan hak asasi yang lima (al-mabadi’
al-khamsah), yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, akal pikiran,
keturunan dan harta benda. Segala hal yang mengandung unsur perlindungan
terhadap yang lima diatas disebut maslahah, sebaliknya semua yang dapat
menafikannya bisa disebut mafsadah.
Secara lengkap, tujuan utama ekonomi Islam dapat kami simpulkan sebagai
berikut:

a. Pencapaian falah; Tujuan paling utama Islam adalah falah atau


kebahagiaan umat manusia di dunia ini maupun di akhirat. Konsep Islam
tentang falah sangatlah komperehensif. Istilah tersebut merujuk pada
kebahagiaan spiritual, moral dan sosial-ekonomi di dunia dan kesuksesan
di akhirat. Hal tercermin dari doa kita yang termaktub dalam Q.S. al-
Baqarah : 201.
Dalam konsep mikro, Falah merujuk kepada sebuah situasi yang di
dalamnya seseorang individu dicukupi kebutuhan dasarnya dengan baik,
serta menikmati kebebasan dan waktu luang yang diperlukan untuk
meningkatkan mutu spiritual dan moralnya. Sedangkan dalam konsep
makro, istilah falah mengandung arti tegaknya masyarakat egalitarian
dan bahagia dengan lingkungan yang bersih, terbebas dari keinginan

5
serta dengan kesempatan bagi warganya untuk memajukan diri dalam
bidang sosio-politik maupun agama.
Dalam lapangan ekonomi semata, konsep falah merujuk kepada
kesejahteraan materiil semua warga negara Islam, oleh karena itu
ekonomi Islam bertujuan mencapai kesejahteraan ekonomi dan kebaikan
masyarakat melalui distribusi sumber-sumber materiil yang merata dan
melalui penegaka sosial. Tujuan ini telah digariskan dalam al-Qur’an
Surat al-Qashash : 77.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain)sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

b. Distribusi yang adil dan merata; Tujuan ekonomi Islam yang kedua
adalah membuat distribusi sumber-sumber ekonomi, kekayaan dan
pendapatan berlangsung secara adil dan merata. Islam mencegah
konsentrasi kekayaan di tangan sedikit orang dan menghendaki agar ia
berputar dan beredar diantara seluruh lapisan masyarakat. (Q.S. al-
Hasyr: 7)

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu

6
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

c. Tersedianya kebutuhan dasar; Tujuan penting lainnya dalam sistem


ekonomi Islam adalah tersedianya kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian dan tempat tinggal, bagi seluruh warga muslim. Mendapatkan
kebutuhan hidup dasar minimal merupakan salah satu hak mendasar
setiap manusia. Merupakan kewajiban negara Islam untuk menyediakan
kebutuhan dasar tersebut bagi mereka yang tidak dapat memperolehnya
karena ketidakmampuan, pengangguran ataupun sebab lain.
Tuhanmenjamin tercukupinya kebutuhan dasar setiap makhluk seperti
yang termaktub dalam Q.S. Huud : 6.

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh).”

d. Tegaknya keadilan sosial; Allah telah menempatkan makanan dan


karunia diatas bumi bagi semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Namun karena satu hal, distribusi menjadi tidak selalu adil
diantara sesama umat manusia. Islam menjawab tantangan berupa
ketidakmerataan pembagian kekayaan dengan sistem zakat dan sedekah.
Disamping itu, pembatasan pun dibuat pula untuk menghalangi orang
memperoleh kekayaan dengan cara tidak jujur, ilegal dan tidak adil.
Selain itu negara Islam juga dapat memungut pajak. Jika seluruh ajaran
ekonomi dalam Islam dilaksanakan, maka distribusi pendapatan dan

7
kekayaan yang didasarkan pada prinsip keadilan sosial-ekonomi akan
tercapai dengan sendirinya. Hal ini termaktub dalam Q.S. Fushilat : 10,
dan Q.S. Ali Imron : 92

“Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di


atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.” (Q.S. Fushilat : 10)

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),


sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya” (Q.S. Ali Imron : 92)
e. Mengutamakan persaudaraan dan persatuan; Sistem Ekonomi Islam,
melalui zakat, infak, sedekah dan cara-cara lain untuk membantu
sesama, dapat menciptakan harmoni sosial serta memajukan
persaudaraan antara bagian-bagian di dalam masyarakat. Perintah
berkaitan dengan zakat, infak dan ibadah sosial lainnya tercermin dalam
Q.S. Al-Baqarah : 177 dan 215.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada

8
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa(117) . Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang
mereka nafkah-kan. Jawablah, ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan,
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’
Dan kebaikan apa saja yang kamu buat, maka sesungguh-nya Allah
Maha Mengetahuinya (215).”

f. Pengembangan moral dan material; Sistem ekonomi Islam


diarahkan kepada pembangunan materiil maupun moral masyarakat
Muslim, ia mencapai tujuan tersebut melalui sistem pajak dan fiskalnya,
terutama zakat. Zakat mencegah penimbunan harta kekayaan dan
mendorong perdaran atau sirkulasinya.Zakat dan sistem sedekah
sukarela dapat pula menopang pengembangan moral dan spiritual kaum
muslimin. Membayar zakat tidak saja membersihkan harta melainkan
membersihakn jiwa manusia. Hal ini tercermin dari Q.S. Al-Baqarah :
265.

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena


mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan

9
lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”

g. Adanya sirkulasi harta; Dalam Q.S. at-Taubah : 34-35, disebutkan


bahwa Al-Qur’an melarang orang menimbun harta dan juga mengancam
pelakunya dengan akibat yang menyakitkan akibat kejatan mereka.
Sistem Ekonomi Islam mencapai tujuan tersebut adalah dengan sistem
zakat. Tujuan sirkulasi harta juga dapat dicapai dengan melalui sedekah
baik yang wajib maupun yang sunah, melalui pewarisan dan wasiat.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari


orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan mereka menghalang-
halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih; pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan punggung
mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka, Inilah harta benda kalian yang
kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu.”

h. Terhapusnya eksploitasi; cara yang digunakan adalah dengan cara


menghapus dan melarang bunga (Q.S. al-Baqarah: 278-279),
menghapuskan perbudakan, melarang eksploitasi terhadap anak-anak
dan wanita.

10
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan tinggalkan sisa
riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
melaksanakan (apa yang diperintahkan ini) maka ketahuilah, bahwa akan
terjadi perang dahsyat dari Allah dan RosulNya dan jika kamu bertaubat
maka bagi kamu pokok harta kamu, kamu tidak dianiaya dan tidak (pula)
dianiaya”

2.3 Moral Sebagai Pilar Ekonomi Islam

Moral menempati posisi penting dalam ajaran Islam, sebab


terbentuknya pribadi yang memiliki moral baik (akhlak karimah) merupakan
tujuan punca dari seluruh ajaran Islam. Moralitas Islam dibangun atas
postulat keimanan (Rukun Iman) dan postulat ibadah (Rukun Islam), artinya
moral ini lahir sebagai konsekuensi dari rukun Iman dan rukun Islam.

Untuk menyederhanakan, moral ekonomi Islam dapat diuraikan


menjadi dua komponen, meskipun dalam praktiknya, kedua hal ini saling
berisian, yaitu:

a. Nilai Ekonomi Islam. Nilai (value) merupakan kualitas atau kandungan


instrinsik yang diharapkan dari suatu perilaku atau keadaan. Dalam
aspek ibadah shalat misalnya, nilai shalat diukur dari kekhusyukan
sebelum, saat dan sesudah shalat dilakukan. Nilai ini juga mencerminkan
pesan-pesan moral yang dibawa dari suatu kegiatan seperti kejujuran,
keadilan, kesantunan dan sebagainya.

b. Prinsip Ekonomi Islam. Prinsip merupakan suatu mekanisme atau


elemen pokok yang menjadi struktur atau kelengkapan suatu kegiatan

11
atau keadaan. Contoh dalam shalat, prinsip tercermin dari rukun dan
syarat sahnya shalat yang membuat kegiatan bisa disebut dengan shalat.

2.4 Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam


Inti dari ajaran Islam adalah tauhid, yaitu bahwa segala aktivitas
manusia, termasuk ekonomi, hanya dalam rangka untuk ditujukan mengikuti
satu kaidah hukum yaitu hukum Allah.

Dalam pelaksanaannya, nilai tauhid ini diterjemah dalam banyak


nilai, dan terdapat tiga nilai dasar yang menjadi pembeda ekonomi Islam
dengan lainnya, yaitu:

a. Adil. Keadilan merupakan nilai paling asasi dalam ajaran Islam.


Menegakkan keadilan dan memberantas kedzaliman adalah tujuan utama
risalah para RasulNya.

(Q.S. 57:25) Keadilan seringkali diletakkan sederajat dengan kebajikan


dan ketakwaan. (Q.S. 5:8). Para Ulama menempatkan keadilan sebagai
unsur penting dalam maqashid asy-Syari’ah.

Terminologi adil dalam al-Qur’an disebutkan dalam berlabagai istilah,


antara lain : ‘adl, qisth, mizan, hiss, qasd atau variasi ekspresi tidak
langsung. Sementara untuk terminologi ketidakadilan adalah zulm, istm,
dhalal, dan lainnya. Dengan berbagai muatan makna “adil” tersebut,
secara garis besar keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana terdapat kesamaan perlakuan di mata hukum, kesamaan hak
kompensasi, hak hidup secara layak, hak menikmati pembangunan dan
tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya keseimbangan dalam
setiap aspek kehidupan.

Tabel 1

12
Terminologi dan Makna Adil dalam
Al-Qur’an

Istilah dalam al-Qur’an Pengertian Menurut Islam


‘Adl - Persamaan balasan (kuantitatif)
- Persamaan kemanusiaan (kualitatif)
-Persamaan di hadapan hukum dan undang-undang
- Kebenaran, kejujuran, proporsional
- Tebusan dan penyucian
Qist - Distribusi yang adil
-Berbuat dan bersikap adil dan proporsional
Qashd - Kejujuran dan Kelurusan
- Kesederhanaan
- Hemat
- Keberanian
Qawwam, Istiqomah - Kelurusan
- Kejujuran
Hiss - Distribusi yang adil
- Kejelasan, terang
Mizan - Keseimbangan
- Persamaan balasan
Wasath - Moderat
- Tengah-tengah
- Terbaik, terpilih, terpuji

berdasarkan muatan makna adil yang ada dalam al-Qur’an


sebagaimanadisebut diatas, maka bisa diturunkan beragai nilai turunan
yang berasal darinya sebagai berikut; 1).Persamaan kompensasi,
2).Persamaan Hukum, 3).Moderat, dan 4).Proporsional.

Seluruh makna adil tersebut akan terwujud jika setiap orang menjunjung
tinggi nilai kebenaran, kejujuran, keberanian, kelurusan dan kejelasan.

13
b. Khilafah. Nilai khilafah secara umum berarti bertanggungjawab sebagai
pengganti atau utusan Allah dialam semesta. Manusia diciptakan Allah
untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu menjadi wakil Allah untuk
memakmurkan bumi dan alam semesta. Pada prinsipnya, manusia
mampu melaksanakan tugas sebagai khalifah. Ada beberapa alasan yang
mendukung, diantaranya dijelaskan bahwa Allah tidak akan
membebankan menusia sesuatu diluar batas kesanggupannya.

Konsep Khalifah dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi beberapa


pengertian sebagai berikut:
1) Tanggungjawab berperilaku ekonomi dengan cara yang benar,
2) Tanggungjawab untuk mewujudkan kemaslahatan maksimum,
3) Tanggungjawab perbaikan kesejahteraan setiap individu.

c. Takaful; Islam mengajarkan bahwa seluruh manusia adalah bersaudara.


Sesama muslim adalah saudara, dan tidak sempurna iman seseorang
sebelum ia mencintai saudaranya melebihi cintanya pada diri sendiri. Hal
inilah yang mendorong manusia untuk mewujudkan hubungan baik
diantara individu dan masyarakat melalui konsep penjaminan oleh
masyarakat atau disebut takaful. Jaminan masyarakat (social insurance)
ini merupakan bantuan yang diberikan masyarakat kepada anggotanya
yang terkena musibah atau masyarakat yang tidak mampu.
Konsep takaful ini dapat dijabarkan menjadi sebagai berikut:

1) Jaminan terhadap kepemilikan dan pengelolaan sumber daya oleh


individu,
2) Jaminan setiap individu untuk menikmati hasil pembangunan atau
output,
3) Jaminan setiap individu untuk membangun keluarga sakinah,
4) Jaminan untuk amar makruf nahi munkar.

14
2.5 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

Syaikh Yusuf al-Qardlawi menyatakan bahwa Prinsip-prinsip yang


membagun ekonomi Islam adalah sebagai berikut:

a. Ekonomi Islam menghargai nilai harta benda dan kedudukannya dalam


kehidupan,
b. Ekonomi Islam mempunyai keyakinan bahwa harta sebenarnya milik
Allah, sedangkan manusia hanya memegang Amanah atau pinjaman
dari-Nya. (Q.S. Al-Hadid : 7),
c. Ekonomi Islam memerintahkan manusia untuk berkreasi dan bekerja
dengan baik, (Q.S. Al-Mulk : 15)
d. Ekonomi Islam mengharamkan pendapatan dari pekerjaan yang kotor,
e. Ekonomi Islam mengakui hak kepemilikian pribadi dan memeliharanya,
f. Ekonomi Islam melarang pribadi untuk menguasai atau memonopoli
barang-barang yang diperlukan masyarakat,
g. Ekonomi Islam mencegah kepemilikan dari sesuatu yang membahayakan
orang lain,
h. Ekonomi Islam menganjurkan untuk mengembangkan harta dengan
sesuatu yang tidak membahayakan akhlak dan kepentingan umum.
Pemiliki uang tidak diperbolehkan menimbun atau menahannya dari
peredaran ketika umat dalam keadaan membutuhkan, (Q.S. At-Taubah :
24-25),
i. Ekonomi Islam menganjurkan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi
bagi umat, (Q.S. Al-Baqarah: 143)
j. Ekonomi Islam menganjurkan adil dalam berinfak atau menjaga
keseimbangan dalam belanja,
k. Ekonomi Islam mewajibkan takaful (saling menanggung) diantara
anggota masyarakat,
l. Ekonomi Islam memperdekat jarak perbedaan antara strata (tingkat) di
tengah masyarakat, untuk mempersempit kesenjangan sosial.

15
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, dapat disimpulkan beberapa
kaidah pokok yang membangun struktur atau kerangka ekonomi Islam,
yaitu:

1) Kerja (resource utilization); Islam memerintahkan setiap manusia untuk


bekerja sepanjang hidupnya, untuk mencari rizki, karena rizki yang
paling utama adalah rizki yang diperoleh dari hasil kerja sendiri.
2) Kompensasi (compensation); kompensasi merupakan konsekuensi dari
implementasi prinsip kerja. Setiap kerja berhak mendapatkan
kompensasi, dan Islam mengajarkan bahwa setiap
pengelolaan/pemanfaatan sumber daya berhak mendapatkan imbalan.
3) Efisiensi (efficiency); adalah perbandingan terbaik antara suatu kegiatan
(pengelolaan sumber daya manusia) dengan hasilnya. Efisiensi diartikan
sebagai kegiatan yang menghasilkan output yang memberikan
kemaslahatan paling tinggi.
4) Profesionalisme (professionalism); merupakan implikasi dari efisiensi.
Profesionalisme artinya menyerahkan suatu urusan kepada ahlinya,
sehingga diperoleh output secara efisien.
5) Kecukupan (sufficiency); merupakan jaminan terhadap taraf hidup yang
layak. Kecukupan juga didefinisikan sebagai terpenuhinya kebutuhan
sepanjang masa dalam hal sandang, pangan, papan, pengetahuan, akses
pemanfaatan sumberdaya, berkerja, membangun keluarga sakinah,
kesempatan untuk kaya bagi individu tanpa berlebihan, sebagai
konsekuensinya maka setiap individu harus mendapatkan kesempatan
menguasai dan mengelola sumberdaya dan tindakan yang merusak harus
dihindari agar kecukupan antar generasi dapat terjamin.
6) Pemerataan Kesempatan (equal opportunity); setiap individu mempunyai
kesempatan yang sama untuk memiliki, mengelola sumber daya dan
menikmatinya sesuai dengan kemampuannya. Semua diperlakukan sama

16
dalam memperoleh kesempatan, tidak ada perbedaan invidu dalam
amsyarakat.
7) Kebebasan (freedom); dalam pandangan Islam setiap individu memiliki
kebebasan untu mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk
memperoleh kemaslahatan yang tertinggi dari sumber daya yang ada
pada kekuasaannya.
8) Kerjasama (cooperation); untuk mencapai kesejahteraan (falah),
diperlukan kerjasama dengan cara tolong menolong dalam kebaikan dan
ketaqwaan.
9) Persaingan (competition); Islam mendorong manusia untuk berlomba-
lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan, begitu juga dalam hal muamalah,
manusia didorong untuk saling berlomba dan bersaing, namun tidak
saling merugikan. Islam menawarkan kesempatan kepada penjual dan
pembeli untuk saling tawar-menawar untuk mendapatkan saling kerelaan
(‘an taradhin) serta melarang dilakukannya bentuk perdagangan
monopili yang berpotensi merugikan pihak lain.
10) Keseimbangan (equilibrium); keseimbangan dimaknai dengan tidak
adanya kesenjangan dalam pemenuhan kebutuhan, tidak ada pihak yang
merasa dirugikan.
11) Solidaritas (Solidarity); mengandung arti persaudaraan atau tolong
menolong. Persaudaraan merupakan dasar untuk memupuk hubungan
baik sesama anggota masayarakat.
12) Informasi Simetri (Symmetric information); kejelasa informasi
merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi agar setiap pihak tidak
dirugikan.

2.6 Basis Kebijakan Ekonomi Islam


Basis Kebijakan Ekonomi Islam yang mutlak harus diusahakan, antara lain:

a. Penghapusan Riba; Islam telah melarang segala bentuk riba, karenanya


ia harus dihapuskan dalam ekonomi Islam. Diantara maksud pelarangan
riba antara lain :

17
1) Uang tidak boleh menjadi komoditas yang diperjualbelikan sehingga
uang tidak melahirkan uang, tetapi uang sesuai fungsinya menjadi
alat tukar dalam sirkulasi barang dan jasa,
2) Karena dalam qiba qardh keuntungan muncul tanpa adanya resiko,
hasil usaha muncul tanpa adanya biaya. Biaya dan hasil usaha
muncul hanya berdasarkan waktu,
3) Riba jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah “kullu
qardhin jarra manfa’atan fahua riba” (setiap penjaman yang
memberikan manfaat kepada kreditor adalah riba,
4) Mencegah para rentenir berbuat zalim kepada penerima pinjaman
karena praktik riba.
b. Pelembagaan Zakat; zakat merupakan sebuah sistem yang akan
menjaga keseimbangan dan harmoni sosial diantara kelompok kaya
(muzakki) dan kelompok miskin (mustahiq). Dalam awal Islam, zakat
dikelola oleh sebuah komite tetap dari pemerintah dan menjadi bagian
integral dari keuangan negara, karenanya kebijakan pengumpulan zakat
maupun penyalurannya senantiasa terkait dengan kebijakan
pembangunan negara secara keseluruhan. Pelembagaan zakat pada masa
sekarang, seyogianya mengacu pada strategi pelembagaan zakat seperti
masa awal Islam, namun jika kondisi tidak memungkinkan, maka
pelembagaan zakat ini harus dipahami sebagai upara profesionalisasi
pengelolaan zakat sebagai sebuah sistem distribusi kekayaan dan
pendapatan yang nyata. Pelembagaan zakat merupakan wujud
nyata dari upaya keadilan sosial dan zakat merupakan komitmen sosial
dari ekonomi Islam.
c. Pelarangan Gharar; ajaran Islam melarang segala aktivitas ekonomi
yang mengandung gharar. Gharar diartikan sebagai resiko atau
ketidakpastian. Yang dimaksud dengan unsur Gharar dalam akad adalah
suatu akad yang akibatnya tersembunyi atau akibatnya dua
kemungkinan, dimana yang sering terjadi adalah yang paling ditakuti.
Unsur Gharar adalah sifat yang dalam muamalah yang menyebabkan

18
sebagian rukunnya tidak pasti (mastur al’aqibah). Gharar juga bisa
diartikan kedua belah pihak dalam transaksi tidak memiliki kepastian
terhadap barang yang menjadi objek transaksi baik terkait kualitas,
kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang sehingga pihak kedua
dirugikan. Gharar terjadi karena seseorang sama sekali tidak mengetahui
kemungkinan kejadian sesuatu sehingga bersifat spekulatif. Gharar
merupakan transaksi dengan hasil tidak dapat diketahui atau diprediksi.
d. Pelarangan Yang Haram; Dalam Islam, segala seuatu yang dilakukan
dan dihasilkan harus halalan thoyyiban, yaitu benar secara hukum dan
baik dari perspektif nilai dan moralitas Islam. Pelarangan yang haram
dari mulai mengkonsumsi, memproduksi, mendistribusi dan seluruh
matarantainya, dikarenakan tiga hal, yaitu : Pertama, perbuatan atau
transaksi mengandung unsur atau potensi ketidakadilan (mendzalimi atau
didzalimi). Kedua, transaksi yang melanggar prinsip saling ridha, seperti
tadlis (penyembunyian informasi yang relevan kepada pihak lawan
transaksi), dan Ketiga, perbuatan yang merusak harkat dan martabat
mausia atau alam semesta.

2.7 Paradigma Ekonomi Islam


Paradigma merupakan serangkaian pandangan yang
menghubungkan suatu yang idealisme yang abstrak dengan yang gambaran
praktik yang tampak. Dalam hal ini paradigma ekonomi Islam mencermikan
suatu pandangan dan perilaku yang mencerminkan pencapaian falah.
Paradigma ekonomi Islam bisa dilihat dari dua sudut pandang, iatu
paradigma berpikir dan berperilaku (behavior paradigm) dan paradigma
umum (grand pattern).

Paradigma pertama merupakan spirit dan peroman masyarakat


dalam berperilaku, yaitu nilai-nilai ekonomi Islam. Kedua, gambaran yang
mencerminkan keadaan suatu masyarakat yang berpegang teguh pada
paradigma perilaku, yang memunculkan grand pattern dari setiap aktivitas.
Sebagai gambaran, paradigma yang terbentuk dari kapitalisme adalah

19
individual materialisme dalam berpikir, dan paradigma mekanisme pasar
dalam berperilaku.

Dari gambaran diatas, maka muncul suatu gambaran mengenai


situasi perekonomian yang dibentuk oleh nilai-nilai Islam, yaitu
perekonomian yang adil dan harmonis. Keadaan ini dicerminkan dengan
adanya kesempatan pada setiap individu untuk mendapatkan hak-haknya
secara penuh dan proporsional dan adanya iklim yang sinergis antar anggota
masyarakat untuk saling mendukung (harmonis) mewujudkan kesejahteraan
(falah) secara bersama-sama.

20
BAB III

P ENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas, dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan utama dari ekonomi Islam adalah untuk mencapai kebahagiaan di


dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan
terhormat (hayyatanm thoyyibah). Dalam konteks ekonomi, tujuan falah
dijabarkan ke dalam beberapa tujuan antara, yaitu : (a) mewujudkan
kemaslahatan umat, (2) mewujudkan keadilan dan pemerataan
pendapatan, (3) membangun peradaban yang luhur, dan (4) menciptakan
kehidupan yang seimbang dan harmonis.
2. Moral adalah Pilar ekonomi Islam. Hanya dengan moral Islam inilah
bangunan ekonomi Islam dapat tegak dan hanya dengan moral Islamlah
falah dapat dicapai. Moralitas Islam terdiri atas postulat keimanan (rukun
iman) dan postulat ibadah (rukun Islam). Esensi dari moral Islam adalah
Tauhid. Implikasi dari Tauhid, yaitu bahwa ekonomi Islam memiliki
sifat transendental (bukan sekuler), dimana peranan Allah dalam seluruh
aspek ekonomi menjadi mutlak
3. Moral Islam sebagai pilar ekonomi Islam dapat dijabarkan lebih lanjut
menjadi sebuah aksioma atau yang kemudian dapat berlaku sebagai
suatu titik mula pembuat kesimpulan logis mengenai kaidah-kaidah
sosial dan perilaku ekonomi yang secara Islami absah. Nilai-nilai
tersebut adalah ‘Adl, Khilafah dan Takaful.
4. Moralitas dapat membawa pada perwujudan falah hanya jika terdapat
basis kebijakan yang mendukung, yaitu : (1) penghapusan riba, (2)

21
pelembagaan zakat, (3) pelarangan yang haram, dan (4) pelarangan
gharar.

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun sedemikian rupa, agar lebih
membuka cakrawala pemahaman tentang apa dan bagaimana tentang
karakteristik dan rancang bangun ekonomi Islam secara lengkap. Kami sadar
apa yang kami sampaikan masih banyak kekurangan dalam berbagai hal,
untuk itu saran dan kritik kami mohon kepada pembaca demi menuju
kesempurnaan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Yasid, Abu.2014 . Islam Moderat .Jakarta: Erlangga.


Mujahidin, Akhmad, dkk. 2014. Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen,
Negara dan Pasar.Jakarta: Rajawali Pers
Nurohman, Dede. 2011. Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Yogyakarta :
Teras
Hidayat, Enang . 2015. Fiqih Jual beli .Bandung: Remaja Rosdakarya
Djamil, Fathurrahman. 2015. Hukum Ekonomi Islam; Sejarah, Teori dan
Konsep.Jakarta:Sinar Grafika.
Hakim, Lukman. 2012.Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta:Erlangga.
Raharjo, M.D. 2015. Arsitektur Ekonomi Islam; Menuju Kesejahteraan Sosial.
Bandung: Mizan.
Chaudry, M.S . 2014. Sistem Ekonomi Islam; Prinsip Dasar, (Fundamental of
Islamic System) terj. Suherman Rosyidi . Jakarta : PrenadaMedia Group.
http://islampeace.indonesianforum.net/t13-pengertian-tujuan-prinsip-prinsip-
ekonomi-islam di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://www.kompasiana.com/fathonaagustin/5a0d81ad9f91ce7dca429322/meng
atasi-masalah-ekonomi-sehingga-dapat-mencapai-falah-yang-diukur-dengan-
maslahah di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/ecc/article/download/1143/1099 di
akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://www.academia.edu/11219890/Karateristik_Perekonomian_Islam di
akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://www.academia.edu/34085122/Makalah_Prinsip_Ekonomi_Dalam_Islam
di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://www.academia.edu/34781197/MAKALAH_EKONOMI_ISLAM.docx di
akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://kumpulanmakalahdotblog.wordpress.com/2017/08/04/karakteristik-
ekonomi-syariah-islam/ di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://agussalimrasman.blogspot.com/2017/03/karakteristik-ekonomi-islam-
dan.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
http://bonavenblog.blogspot.com/2017/07/7-tujuan-ekonomi-islam-yang-
mendasar.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://marx83.wordpress.com/2008/10/23/tujuan-ekonomi-islam/ di akses pada
tanggal ( 2 maret 2019)
http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-dan-tujuan-ekonomi-
islam.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/tujuan-ekonomi-islam di akses
pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2016/09/sistem-tujuan-dan-prinsip-ekonomi-
islam-menurut-para-ahli.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://wiwiedandrianiblog.wordpress.com/2017/06/12/tujuan-dan-prinsip-
ekonomi-islam/ di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
http://fhufah.blogspot.com/2012/07/tujuan-ekonomi-islam.html di akses pada
tanggal ( 2 maret 2019)
http://tugasleoespadamenejemen13unsri.blogspot.com/2016/04/ekonomi-islam-
pengertian-tujuan-prinsip.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://marx83.wordpress.com/2008/10/23/tujuan-ekonomi-islam/ di akses pada
tanggal ( 2 maret 2019)
http://tugasleoespadamenejemen13unsri.blogspot.co.id/2016/04/ekonomi-islam-
pengertian-tujuan-prinsip.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
http://wahanabelajarekonomiislam.blogspot.co.id/2012/11/prinsip-prinsip-
ekonomi-islam.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)
https://www.academia.edu/11122494/Ekonomi_Islam di akses pada tanggal ( 2
maret 2019)
https://kaizenawensome500.blogspot.com/2016/08/moral-akhlak-sebagai-pilar-
ekonomi-islam.html di akses pada tanggal ( 2 maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai