DISUSUN OLEH
ATIKAH
EKONOMI ISLAM 8
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2016/2017
Kata Pengantar
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................
DAFTAR ISI .............................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................
A. Latar Belakang .........................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................
C. Tujuan .......................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................
A. Kesimpulan .............................................................
B. Saran .......................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Makalah ini membahas tentang Pengembangan Ekonomi
Kerakyatan Di Indonesia Di Tinjau dari Presfektif Ekonomi Islam. Dalam hal
masalah ekonomi adalah masalah sehari-hari yang dihadapi semua orang
(masyarakat), baik sebagai individu, kelompok, pemerintah atau
pengusaha swasta maupun pejabat publik.
Ekonomi kerakyatan merupakan terminologi ekonomi yang
digunakan Mohammad Hatta pasca kolonialisme Hindia Belanda. Dengan
memperhatikan situasi kondisi sosial ekonomi peninggalan pemerintah
Hindia Belanda yang pada saat itu menempatkan kaum pribumi dalam
kelas strata sosial paling bawah. Ekonomi kerakyatan diciptakan sebagai
cara untuk menjadikan bangsa pribumi sebagai tuan di negeri sendiri.
Konsep ekonomi kerakyatan kemudian dinyatakan dalam konstitusi
Republik Indonesia Pasal 33 UUD 1945, yang menjelaskan secara
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan equity (keadilan)?
2. Apakah yang dimaksud dengan efisiensi (perilaku atau tindakan
ekonomi)?
3. Bagaimana keadilan dan efisiensi dalam perekonomian.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Gagasan
ekonomi
kerakyatan
dikembangkan
sebagai
upaya
kesenjangan
sosial
ekonomi
semakin
melebar.
Dari
yang
berorientasi
kerakyatan
dan
berbagai
1.
Tiap-tiap
warga
negara
berhak
atas
pekerjaan
dan
3.
faktor produksi nasional. Modal dalam hal ini tidak hanya terbatas dalam
bentuk modal material (material capital), tetapi mencakup pula modal
intelektual (intelectual capital) dan modal institusional (institusional
capital). Sebagai konsekuensi logis dari unsur ekonomi kerakyatan yang
ketiga itu, negara wajib untuk secara terus menerus mengupayakan
terjadinya peningkatkan kepemilikan ketiga jenis modal tersebut secara
relatif merata di tengah-tengah masyarakat.Tujuan dan Sasaran Sistem
Ekonomi Kerakyatan
Bertolak dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa tujuan utama
penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui
peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya
roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan
lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis
besarnya meliputi lima hal berikut:
1.
2.
3.
Terdistribusikannya
kepemilikan
modal
material
secara
relatif
5.
Terjaminnya
kemerdekaan
setiap
anggota
masyarakat
untuk
3.
Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, negara memainkan peranan yang sangat
penting dalam sistem ekonomi kerakyatan. Peranan negara tidak hanya
terbatas sebagai pengatur jalannya roda perekonomian. Melalui pendirian
Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu untuk menyelenggarakan
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak, negara dapat terlibat secara langsung dalam
penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut. Tujuannya adalah
untuk
menjamin
agar
kemakmuran
masyarakat
senantiasa
lebih
Efisiensi
keberlanjutan.
ekonomi
Tidak
berdasar
benar
jika
atas
keadilan,
dikatakan
bahwa
partisipasi,
sistem
dan
ekonomi
lapisan
anggota
mendemokratisasikan
masyarakat.
penguasaan
Proses
faktor-faktor
sistematis
untuk
produksi
atau
pada
dihilangkannya
pemilahan
buruh-majikan,
yaitu
Indonesia
Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia
yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila,
dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat.
Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi nasional yang berkeadilan
sosial adalah berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi, dan
berkepribadian di bidang budaya. Untuk mencapai pembangunan yang
berkeadilan sosial mencakup perlu adanya penyegaran nasionalisme
ekonomi melawan segala bentuk ketidakadilan sistem dan kebijakan
ekonomi,
adanya
pendekatan
pembangunan
berkelanjutan
yang
eksistensi
Koperasi
itu
sendiri
telah
meredup
seiring
dengan
perkembangan di era Pasar berbas saat ini. Seperti yang kita ketahui
bahwa Pakar-pakar ekonomi Indonesia yang memperoleh pendidikan ilmu
ekonomi Mazhab Amerika, pulang ke negerinya dengan penguasaan
peralatan teori ekonomi yang abstrak, dan serta merta merumuskan dan
menerapkan kebijakan ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan, yang
menurut mereka juga akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan
bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Keangkuhan dari pakar-pakar ekonomi
dan komitmen mereka pada kebijakan ekonomi gaya Amerika merupakan
kemewahan yang tak lagi dapat ditoleransi Indonesia. Praktek-praktek
perilaku yang diajarkan paham ekonomi yang demikian, dan upaya
mempertahankannya berdasarkan pemahaman yang tidak lengkap dari
perekonomian, hukum, dan sejarah bangsa Amerika, mengakibatkan
terjadinya praktek-praktek yang keliru secara intelektual yang harus
dibayar mahal oleh Indonesia.
Pola pembangunan yang hanya mengutamakan pertumbuhan sudah
harus dibuang, bagaimana tidak? jika terbukti menyengsarakan rakyat
dan menimbulkan ekses ketidakadilan. Sekarang kita harus beralih pada
strategi pembangunan yang dapat dinikmati seluruh rakyat secara adil
dan merata. Strategi yang berbasis pemerataan yang diikuti pertumbuhan
lebih menjamin keberlanjutan pembangunan, dimana dalam strategi
tersebut sangat dibutuhkan adanya keberpihakan pada rakyat artinya
pembangunan harus ditujukan langsung kepada yang memerlukan dan
program yang dirancang harus menyentuh masyarakat serta mengatasi
masalah serta sesuai kebutuhan rakyat, harus mengikutsertakan dan
dilaksanakan sendiri oleh rakyat sehingga bukan lagi kebijaksanaan
pembangunan ekonomi dari atas ke bawah ( top dowm) seperti pada
masa Orba malainkan pembangunan alternatif yang bersifat dari bawah
ke atas (buttom up), menciptakan sistem kemitraan yang saling
anggaran
yang
lebih
besar
dan
memadai
bagi
pengembangan usaha kecil dan menengah ini. Inilah peran yang harus
dimainkan pemerintah dalam megentaskan rakyat dari kemiskinan
menghadapi krisis ekonomi. Adanya kemauan politik pemerintah untuk
membangkitkan kembali ekonomi kerakyatan merupakan modal utama
bagi bangsa untuk bangkit kembali menata perekonomian bangsa yang
sedang terpuruk ini. Dalam pelaksnaannya pemerintahan harus diisi oleh
orang-orang yang memiliki komitmen kerakyatan yang kuat karena
mereka akan berjuang mengangkat kembali kehidupan rakyat yang miskin
menuju sejahteraan karena kesalahan dalam memilih orang pada posisiposisi penting ekonomi akan memperpanjang daftar penderitaan rakyat,
jika mereka tidak memiliki simpati yang ditingkatkan menjadi empati
terhadap denyut nadi kehidupan rakyat dengan menyederhanakan
birokrasi dalam berbagai perizinan, menghapus berbagai pungutan dan
retribusi yang mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, menciptakan rasa
aman dan sebagainya yang akan menghasilkan suasana kondusif bagi
dunia usaha untuk meningkatkan kinerjanya.
Disisi lain rakyat sendiri harus mampu mengubah mentalnya dari
keinginan menjadi pegawai menjadi mental usahawan yang mandiri,
untuk itu peningkatan sumberdaya manusia melalui berbagai pendidikan
dan pelatihan menjadi penting karena dalam meningkatkan ekonomi
rakyat diperlukan adanya mental wiraswasta yang tangguh dan mampu
bersaing dalam dunia bisnis di era pasar bebas. Sehingga rakyat harus
bisa menciptakan lapangan kerja, bukan mencari kerja. Makin besar dan
arus
pasar
bebas
jangan
hanya
bisa
saat
ini
bergantung
dengan
semangat
sepenuhnya
pada
menyebabkan usaha kecil-menengah dan koperasi yang selama ini tidak berdaya untuk
bersaing dalam suatu mekanisme pasar, menjadi sangat tergantung pada aksi dimaksud.
Sebenarnya yang harus ada pada tangan obyek affirmative actiona dalah kesempatan untuk
berkembang dalam suatu mekanisme pasar yang sehat, bukancash money/cash material.
Jika pemahaman ini tidak dibangun sejak awal, maka saya khawatir cerita keberpihakan
yang salah selama mas aorde baru kembali akan terulang. Tidak terjadi proses pendewasaan
(maturity) dalam ragaan bisnis usaha kecil-menengah dan koperasi yang menjadi
target affirmative actionpolicy. Bahkan sangat mungkin terjadi suatu proses yang
bersifat counter-productive, karenaasumsiawal yang dianut adalah usaha kecil-menengah dan
koperasi yang merupakan cirri ekonomi kerakyatan Indonesia tumbuh secara natural karena
adanya sejumlah potensi ekonomi di sekelilingnya. Mulanya mereka tumbuh tanpa adanya
insentif artificial apapun, atau dengan kata lain hanya mengandalkan naluri usaha dan
kelimpahan sumber daya alam, sumber daya manusia, serta peluang pasar. Modal dasar yang
dimiliki inilah yang seharusnya ditumbuh kembangkan dalam suatu mekanisme pasar yang
sehat. Bukan sebaliknya ditiadakan dengan menciptakan ketergantungan model barupa pada
kebijakan keberpihakan dimaksud.
Selanjutnya, pemerintah harus mempunyai ancangan yang pasti tentang kapan
seharusnya pemerintah mengurangi bentuk campur tangan dalam affirmative action
policynya, untuk mendorong ekonomi kerakyatan berkembang secara sehat. Oleh karena itu,
diperlukan adanya kajian ekonomi yang akurat tentang timing dan process di mana
pemerintah harus mengurangi bentuk keberpihakannya pada usaha kecil-menengah dan
koperasi dalam pembangunan ekonomi rakyat. Isu ini perlu mendapat perhatian tersendiri,
karena sampai saat ini masih banyak pihak (di luar UKM dan Koperasi) yang memanfaatkan
momen keberpihakan pemerintah ini sebagai free-rider. Justru kelompok ini yang enggan
mendorong adanya proses phasing-out untuk mengkerasi mekanisme pasar yang sehat dalam
rangka mendorong keberhasilan program ekonomi kerakyatan.
UKM dan koperasi sesuai dengan tuntutan TAP MPR. Tapi kita lupa bahwa ada tahapan
lainnya yang pentingdalam program keberpihakan dimaksud, yaitu phasing-out process yang
harus pula dipersiapkan sejakawal. Kalau idak, maka sekali lagi kita akan mengulangi
kegagalan yang sama seperti apa yang terjadi selama masa pemerintahan orde baru.
1.
Peran Pemerintah
1.
b.
Peran Rakyat/Masyarakat
: :
) (
: :
) (
:
) (
Makanan yang terbaik yang dimakan seseorang adalah dari hasil karya
tangannya sendiri dan sesungguhnya Nabi Dawud AS. Pun makan dari
hasil kerjanya sendiri. (HR. Bukhary nomor 1966)
( :
)
( , :
)
:
) (
Mencari nafkah yang halal itu wajib bagi setiap muslim. (HR. Ath Thabrani
dalam kitab Al Ausath).
Namun demikian, usaha mencari nafkah yang halal itu, diharus ditempuh
dengan cara yang halal dan tidak mendzalimi manusia. Dan bila sikap
demikian dilaksanakan secara konsisten, Rasulullah menjamin mereka
dengan Surga:
: :
) (
BAB III
PENUTUP
Ekonomi
kerakyatan
merupakan
langkah
yang
diambil
oleh