Anda di halaman 1dari 12

RELEVANSI ETIKA DALAM BISNIS

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Tanggung Jawab

Sosial dengan dosen Affandi ISS, SE., MM.

Di susun oleh :

DIMAS ILHAM JAFAR 10090314015

MANAJEMEN A

2016

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang "Relevansi Etika dalam Bisnis" ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Namun berkat
bantuan dan dorongan serta bimbingan dari dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Tanggung
Jawab Sosial serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Saya berharap dengan penyusunan makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan bagi para pembaca umumnya.
Dalam kesempatan ini kami dengan ikhlas menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Affandi ISS, SE.,
MM. selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial yang telah
membimbing penyusun dengan penuh tanggung jawab sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Bandung, 14 Oktober 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pada zaman modern ini, apa yang membuat kehidupan manusia dan

masyarakat menjadi lebih baik ?. Kita mempunyai alasan apa untuk memuji satu

orang atau kelompok orang dari sudut kualitas etisnya, sedangkan orang atau

kelompok lain kita cela. Jika kita mencari dasar lebih mendalam bagi perlakuan yang

berbeda – beda itu, kita memasuki wilayah teori etika. Secara kongkret teori etika ini

sering terfokuskan pada perbuatan. Jika kita berbicara tentang perbuatan baik, yang

kita maksudkan adalah baik dari sudut moral, bukan dari sudut teknis atau sebagainya.

Bisa saja dari sudut teknis suatu perbuatan adalah baik sekali, walaupun dari segi

moral perbuatan itu justru buruk. Bisa dikatakan juga bahwa teori etika membantu

kita untuk menilai keputusan etis. Teori etika menyediakan kerangka yang

memungkinkan kita memastikan benar tidaknya keputusan moral kita. Diharapkan

dengan memahami beberapa teori etika ini dapat menjadi dasar pertimbangan di balik

keputusan dan tindakan khususnya dalam etika bisnis.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka kami merumuskan tiga masalah pokok

sebagai berikut :

a. Apakah pengertian Etika Terapan?

b. Apa itu Etika Profesi?

c. Bagaimana Bisnis menjadi profesi yang luhur ?


C. Tujuan Pembuatan Makalah
Berdasarkan pada beberapa perumusan masalah yang telah disusun, maka

tujuannya sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengertian dan tujuan Etika Terapan dan Etika Profesi

2. Dapat mengetahui Bisnis sebagai profesi yang luhur


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penjelasan Etika Terapan


Secara umum etika dibagi menjadi dua yaitu etika umum dan etika khusus.

a. Etika umum mengenai norma dan nilai moral, kondisi dasar manusia untuk

bertindak etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, dan lain

sebagainya. Sedangkan etika khusus adalah penrapan prinsip – prinsip atau

norma – norma moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Dalam hal ini,

etika tidak lagi sekedar meneropong perilaku dan kehidupan manusia sebagai

manusia begitu saja, melainkan meneropong perilaku dan kehidupan manusia

dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus tertentu. Maka di satu pihak etika

khusus memberikan pedoman bagi setiap orang dalam kehidupan dan kegiatan

khusus tertentu yang sebagai refleksi kritis atas kehidupan dan kegiatan tertentu

yang mempersoalkan praktek, kebiasaan, dan perilaku tertentu dalam kehidupan

dan kegiatan khusus tertentu sesuai dengan norma umum tertentu di satu pihak

dan begitu pula sebaliknya. Jadi, perilaku dan kehidupan moral manusia di sini

dotelaah berdasarkan kekhususan situasi dan problematika kehidupan dan

kegiatan khusus tadi dengan tetap berlandaskan pada norma dan nilai umum

tertentu.

b. Etika khusus di bagi menjadi tiga, yaitu etika individual, etika sosial, dan etika

lingkungan hidup.
1. Etika individual lebih menyangkut kewajiban kewajiban dan sikap

manusia terhadap dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang secara khusus

relevan dalam etika individual ini adalah prinsip integrasi pribadi, yang

berbicara mengenai prilaku individual tertentu dalam rangka menjaga

dan mempertahankan nama baiknya sebagai pribadi moral. Etika sosial

mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola prilaku manusia sebagai

makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya.

2. Etika sosial mempunyai lingkup yang sangat luas. Menyangkut

hubungan individual antara orang yang satu dengan orang yang lain,

serta menyangkut interaksi sosial secara bersama, dalam bentuk

kelembagaan dan pola prilaku dalam kegiatan masing – masing.

3. Etika lingkungan hidup merupakan cabang etika khusus yang

membahas mengenai hubungan manusia baik individu maupun sebagai

kelompok dengan lingkungan alam yang luas sebagai totalitasnya.

Maupun hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

lainnya yang berdampak langsung atau tidak langsung secara

keseluruhan.

2.2. Etika Profesi

2.21. Pengertian Profesi


Profesi dapat dirumuskan senagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup

dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan melibatkan

komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan demikian orang profesional

adalah oatang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta

komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjanya itu.

Tiga hal yang membedakan pekerjaan seorang profesional sebagai profesi dan

pekerjaan sebagai sebuah hobi. Pertama, pekerjaan sebagai hobi dijalankan

terutama demi kepuasan dan kepentingan pribadi. Kedua, pekerjaan sebagai hobi

tidak mempunyai dampak dan kaitn serius dengan kehidupan dan kepentingan

orang lain. Ketiga, pekerjaan sumber utama mencari nafkah. Maka bisa dipastikan

bahwa tidak ada keseriusan, ketekuan dan disiplin kerja. Sebaliknya, profesi

menuntut ketekunan, keuletan dan disiplin kerja.

Dari pemikiran tersebut terlihat jelas bahwa orang yang profesional adalah

orang yang memang diandalkan dan diperaya oleh masyarakat. Di satu pihak

masyarakat tidak bisa melayani dirinya sendiri, di pihak lain karena orang

profesional mempunyai keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Dengan demikian profesi memang sebuah pekerjaan, tetapi sekaligus

tidak begitu saja dengan pekerjaan lain pada umumnya. Profesi mempunyai

tuntutan yang tinggi, bukan saja dari luar melainkan dari diri sendiri sepeti

komitmen moral untuk bertanggung jawab, keseriusan, dan integritas pribadi.

2.2.2. Ciri – ciri profesi


 Pertama, adanya keahlian dan keterampilan khusus. Kaum profesional

lebih ahli dan terampil dalam bidang profesinya dari pada orang lain.

Biasanya dimiliki berkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang

diperoleh secara bertahun – tahun. Karena itu banyak masyarakat yang

mempercayai persoalannya kepada orang profesional.

 Kedua, adanya komitmen moral yang tinggi. Merupakan aturan dalam

mengemban profesi tersebut atau disebut kode etik. Ada dua sasaran
pokok dari kode etik. Pertama, kode etik melindungi masyarakat dari

kemungkinan dirugikan oleh kelalaian. Kode etik menjamin masyarakat

yang profesional tidak dirugikan oleh orang profesional. Kedua, kode etik

juga bertujuan untuk melindungi keluhuran dari profesi tersebt dari

perilaku – perilaku orang yang mengaku profesional. Dengan kode etik

dapat dipantau sejauh mana seseorang tersebut profesional dibidangnya.

 Ketiga, biasanya orang yang profesional hidup dari profesinya. Seluruh

hidupnya demi profesi, profesi membentuk identitas orang tersebut.

 Keempat, pengabdian kepada masyarakat. Adanya komitmen moral yang

tertuang dalam kode etik profesi atau sumpah jabatan menyiratkan orang

yang mengemban profesi tertentu lebih mendahulukan dan mengutamakan

kepentingan masyarakat. Dengan demikian orang profesional mempunyai

komitmen moral untuk memecahkan persoalan yang dihadapi kliennya

sampai tuntas.

 Kelima, profesi luhur biasanya ada izin khusus untuk menjalankan profesi

tersebut. Izin merupakan bentuk perlindungan awal atas kepentingan

masyarakat. Izin mencegah agar kepentingan masyarakat tidak di rugikan

oleh profesi tertentu.

 Keenam, kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi

profesi. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tujuan profesi maupun

standar keahlian dan keterampilan yang dituntut secara minimal oleh

profesi tersebut.
2.2.3. Prinsip – prinsip etika profesi

A. Prinsip tanggung jawab. Pertama, bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pekerjaannya dan terhadap hasilnya. Kedua, bertanggung

jawab atas dampak profesinya terhdap kehidupan dan kepentingan

orang lain.

B. Prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut agar menjalankan profesinya

tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu. Tidak boleh

membeda –bedakan pelayanannya dan juga kadar serta mutu

pelayanan.

C. Prinsip otonomi. Kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesi.

Dengan kata lain, kaum profesional otonom dan bebas dalam

menjalankan tugas profesinya asalkan tidak merugikan hak dan

kepentingan tertentu.

D. Prinsip integritas moral. Mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga

keluhuran profesinya, nama baik, dan kepentinga masyarakat. Dengan

demikian prinsip integritas moral menunjukan bahwa orang tersebut

mempunyai pendirian yang teguh dalam menjalankan nilai yang dianut

profesinya.

2.3. Menuju Bisnis sebagai Profesi luhur


a. Pandangan praktis – realistis

Pandangan ini melihat bisnis sebagai suatu kegiatan diantara manusia yang

menyangkut memproduksi, menjual, dan membeli barang dan jasa untuk

memperoleh keuntungan.
Dalam pandangan ini ditegaskan secara jelas bahwa tujuan utama bisnis

adalah mencari keuntungan. Artinya jika semua orang masuk dalam dunia

bisnis dengan motivasi dasar mencari keuntungan.

b. Pandangan ideal

Meurut pandangan ini, bisnis merupakan suatu kegiatan diantara manusia yang

menyangkut memproduksi, menjual, dan membeli barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Pandangan ini tidak menolak bahwa

keuntungan adalah tujuan utama bisnis. Namun keuntungan hanya dilihat

sebagai konsekuensi logis dari kegitan bisnis. Dengan memenuhi kebutuhan

masyarakat secara baik, keuntungan akan datang dengan sendirinya.

Masyarakat akan merasa terikat membeli barang dan jasa yang ditawarkan

oleh perusahaan yang memenuhi kebutuhan mereka dengan mutu dan harga

yang baik itu.

Dasar pemikirannya adalah pertukaran timbal balik secara fair diantara pihak –

pihak yang terlibat. Atas dasar ini, persoalan yang dihadapi adalah bagaimana

mengusahakan agar keuntungan yang diperoleh itu wajar, halal, dan fair. Salah

satu upaya untuk membangun bisnis sebagai profesi yang luhur adalah

membentuk, mendukung, dan memperkuat organisasi profesi. Jika cara ini

ditempuh dengan kontrol yang ketat dari organisasi profesi maka dapat

terwujud bisnis yang lebih baik.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hanya dalam sistem politik ekonomi yang mengenal aturan yang jelas dan fair,

disertai dengan kepastian keberlakuan aturan tersebut, bisnis dapat berkembang

secara optimal menjadi sebuah profesi yang etis. Ini berarti, yang dibutuhkan untuk

menegakkan bisnis sebagai sebuah profesi etis adalah prinsip – prinsip etis untuk

berbisnis yang baik, tetapi juga sebuah kerangka legal-politis yang kondusif untuk

bisnis yang baik dan etis itu.


Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. ETIKA BISNIS DAN PROFESI. Jakarta:

Salemba Empat

Brooks, Leonard J dan Paul Dunn.2008.Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta. Salemba

Empat

Keraf, A. Sonny. 2005. Etika Bisnis. Kanisius. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai