Custom dan Kultur Organisasi Perusahaan
1. Komunitas di sekitar
2. Cara Berbisnis
4. Segi Lingkungan
Memenuhi kebutuhan energi dunia dan melindungi lingkungan memerlukan teknologi baru,
kemitraan, dan cara-cara beroperasi.
6. Mencegah Kebocoran
Sejalan dengan perusahaan-perusahaan Shell lainnya di seluruh dunia, Shell Indonesia juga
menerapkan prinsip yang mendeskripsikan perilaku yang diharapkan dari setiap karyawan
dan setiap orang yang berbisnis dengan Shell. Prinsip ini didasarkan pada nilai:
Royal Dutch Shell merupakan salah satu 4 besar perusahaan swasta minyak dunia
bermarkaskan di Den Haag, Belanda dengan markas besar legal di London, Inggris. Shell
merupakan perusahaan yang berkecimpung dalam bidang Industri dan jasa minyak, gas alam,
dan petrokimia, diidirikan pada tahun 1907.
Shell memiliki prinsip bisnis yang kuat dan hebat yang dijadikan landasan perilaku
dan budaya organisasi mereka yaitu : Prinsip yang didasarkan pada nilai kejujuran, integritas,
dan rasa hormat pada orang lain, kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan.
Prinsip inilah yang akhirnya membuat mereka menjadi sukses.
Salah satu faktor penting adalah adanya budaya perusahaan di PT Pertamina (Persero).
Budaya perusahaan adalah pola sikap, keyakinan, asumsi, dan harapan, yang dimiliki
bersama dan dipegang secara mendalam untuk membentuk cara bagaimana
karyawan/karyawati bertindak dan berinteraksi agar sasaran perusahaan tercapai.
Sejalan dengan apa yang ingin dicapai, Pertamina menggunakan landasan kokoh yang
tertuang dalam Visi dan Misi Pertamina. Visi Pertamina adalah “menjadi perusahaan energi
nasional kelas dunia” untuk mewujudkan Visi Pertamina sebagai perusahaan kelas dunia,
maka Pertamina sebagai badan usaha milik negara turut melaksanakan dan menjunjung
kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, terutama
pada bidang usaha energi, yaitu energi baru dan terbarukan baik didalam maupun di luar
negeri. Dengan optimalisasi diberbagai bidang Pertamina ingin mewujudkan visinya sebagai
perusahaaan kelas dunia.
1. Competitive (kompetitif)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN,
dan membangun kebanggaan bangsa
1. Commercial (komersial)
1. Capable (berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesioanl dan memiliki talenta dan penguasaan
teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
. Kebiasaan Organisasi
Kami menyorot kebiasaan organisasi yang tercermin dalam pelayanan eksternal sektor hilir,
yaitu SPBU, antara lain;
Selain itu ada Code of Conduct merupakan salah satu wujud komitmen dan penjabaran tata
nilai PT Pertamina (persero) 6C yaitu Clean, Competitive, Confident, Customer, Focused,
Commercial dan Capable kedalam interpretasi perilaku yang terkait dengan etika usaha dan
tata perilaku. Etika Usaha dan tata perilaku (code of conduct) ini disusun untuk menjadi
acuan perilaku bagi komisaris, direksi dan pekerja sebagai insan Pertamina dalam mengelola
perusahaan guna mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Penerapan Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini dimaksudkan untuk:
1. Mengidentifikasi nilai-nilai dan standar etika selaras dengan Visi dan Misi
perusahaan
2. Menjabarkan Tatat Nilai Perusahaan 6C sebagai landasan etika yang harus diikuti
oleh insan Pertamina dalam melaksanakan tugas
3. Menjadi acuan perilaku insan Pertamina dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders perusahaan
4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar insan Pertamina dapat menilai bentuk
kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan pertimbangan jika menemui
keragu-raguan dalam bertindak.
Kekuatan :
Kelemahan :
1. Prestasi binusian masih bertujuan untuk kenaikan gaji dan memperoleh imbalan.
2. Ikatan peer group (kubu-kubu) yang sangat kuat pada mahasiswa dapat menghambat
kolaborasi yang lebih luas walaupun untuk tujuan belajar dan berprestasi.
3. Beban kerja administratif yang cukup tinggi.
4. Mendukung team work tapi sistem imbalan sangat individualistik.
5. Ukuran-ukuran keberhasilan masih berdasarkan number-oriented dan number-
driven, masih minim penilaian keberhasilan pada hal-hal yang intangible / soft area.
6. Budaya disiplin yang belum mengakar – bila tidak ditingkatkan akan menghambat
peningkatan kualitas SDM dan organisasi.
7. Dominan ritual dan seremonial formal.
8. Jumlah dan kompetensi sumber daya manusia yang tidak sejalan dengan pertumbuhan
bisnis dan jumlah mahasiswa.