Anda di halaman 1dari 5

Perilaku dan Budaya Organisasi (Royal Dutch Shell)

Custom dan Kultur Organisasi Perusahaan

Di bidang keorganisasiannya Shell mempertajam fokus dalam cara membatasi dampak


lingkungan operasi yang memadukan antara perilaku (custom) dan budaya (kultur) disekitar
dan didalam perusahaan itu sendiri, di antara hal-hal tersebut adalah:

1. Komunitas di sekitar

Menjalin hubungan yang baik dengan komunitas dimana Shell beroperasi dan bekerja sama


dengan masyarakat di sekitar untuk menangani masalah mereka dan membantu mereka
meraih manfaat dari aktivitas Shell.

2. Cara Berbisnis

Prinsip bisnis Shell meliputi dukungan terhadap HAM yang fundamental. Membayar pajak


dan royalti kepada pemerintah negara tempat beroperasi.

3. Hak asasi manusia

Menghormati hak asasi manusia karyawan dan mendukung hak asasi manusia.

4. Segi Lingkungan

Memenuhi kebutuhan energi dunia dan melindungi lingkungan memerlukan teknologi baru,
kemitraan, dan cara-cara beroperasi.

5. Mengelola Dampak Lingkungan

Melindungi keanekaragaman hayati dan bermitra dengan kelompok konservasi terkemuka,


termasuk Wetlands International dan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

6. Mencegah Kebocoran

Shell telah mengurangi jumlah kebocoran dalam operasi untuk alasan yang dapat terkontrol


seperti korosi atau kegagalan operasional.

7. Udara yang lebih bersih

Shell telah berupaya untuk mengurangi emisi polutan lokal dari operasi


bisnis dengan memasang peralatan pembakar yang lebih bersih dan teknologi penangkapan
sulfur dioksida.

Sejalan dengan perusahaan-perusahaan Shell lainnya di seluruh dunia, Shell Indonesia juga
menerapkan prinsip yang mendeskripsikan perilaku yang diharapkan dari setiap karyawan
dan setiap orang yang berbisnis dengan Shell. Prinsip ini didasarkan pada nilai:

1.  Kejujuran, integritas, dan rasa hormat pada orang lain.


2.      Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (HSSE, Health, Safety, Security
and Environment) dengan menetapkan target untuk perbaikan, dan mengukur, menilai, serta
melaporkan kinerja. Aktivitas HSSE meliputi pelatihan cara berkendara yang aman untuk
semua karyawan dan wiraniaga Shell Indonesia serta melakukan pengkajian terhadap risiko
kesehatan secara teratur.

3.       Pengembangan Sumber Daya Manusia, menginvestasikan segala kemampuan untuk


memberikan program-progam pembelajaran yang berkesinambungan guna membangun dan
meningkatkan kemampuan profesional, teknis, dan manajemen di semua bidang.

Royal Dutch Shell merupakan salah satu 4 besar perusahaan swasta minyak dunia
bermarkaskan di Den Haag, Belanda dengan markas besar legal di London, Inggris. Shell
merupakan perusahaan yang berkecimpung dalam bidang Industri dan jasa minyak, gas alam,
dan petrokimia, diidirikan pada tahun 1907.

Shell memiliki prinsip bisnis yang kuat dan hebat yang dijadikan landasan perilaku
dan budaya organisasi mereka yaitu : Prinsip yang didasarkan pada nilai kejujuran, integritas,
dan rasa hormat pada orang lain, kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan.
Prinsip inilah yang akhirnya membuat mereka menjadi sukses.

Perilaku dan Budaya Organisasi PT Pertamina

Salah satu faktor penting adalah adanya budaya perusahaan di PT Pertamina (Persero).
Budaya perusahaan adalah pola sikap, keyakinan, asumsi, dan harapan, yang dimiliki
bersama dan dipegang secara mendalam untuk membentuk cara bagaimana
karyawan/karyawati bertindak dan berinteraksi agar sasaran perusahaan tercapai.

Sejalan dengan apa yang ingin dicapai, Pertamina menggunakan landasan  kokoh yang
tertuang dalam  Visi dan Misi Pertamina. Visi  Pertamina adalah “menjadi perusahaan energi
nasional kelas dunia”   untuk mewujudkan Visi Pertamina sebagai perusahaan kelas dunia,
maka Pertamina sebagai badan usaha milik negara turut melaksanakan dan menjunjung
kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, terutama
pada bidang usaha energi, yaitu energi baru dan terbarukan baik didalam maupun di luar
negeri. Dengan optimalisasi diberbagai bidang Pertamina ingin mewujudkan visinya sebagai
perusahaaan kelas dunia.

Analisis Budaya Organisasi PERTAMINA

Wirawan (2007:10) mendefinisikan budaya organisasi sebagainorma, nilai-nilai, asumsi,


kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya yang dikembangkan dalam waktu
yang lama oleh  pendiri, pemimpin dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan
diajarkan kepada anggota baru serta diimplementasikan dalam aktivitas organisasi sehingga
mempengaruhi polapikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk,
melayani konsumen dan mencapai tujuan organisasi.

A. Norma dan Nilai-nilai

Pertamina terumuskan dalam enam tata nilai perusahaan:


1. Clean (Bersih)

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap,


menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola
korporasi yang baik.

1. Competitive (kompetitif)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan


melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.

1. Confident (percaya diri)

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN,
dan membangun kebanggaan bangsa

1. Customer focus (fokus pada pelanggan)

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan


yang terbaik kepada pelanggan

1. Commercial (komersial)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan


prinsip-prinsip bisnis yang sehat

1. Capable (berkemampuan)

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesioanl dan memiliki talenta dan penguasaan
teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.

. Kebiasaan Organisasi

Kami menyorot kebiasaan organisasi yang tercermin dalam pelayanan eksternal sektor hilir,
yaitu SPBU, antara lain;

–         Pengingat perhitungan untuk isi mulai dari 0

–         Pertanyaan perlu nota tidak


–         Penyediaan nitrogen gratis

–         Pelayanan meski pembelian kecil dengan tagline “pasti pas”

Selain itu ada Code of Conduct merupakan salah satu wujud komitmen dan penjabaran tata
nilai PT Pertamina (persero)  6C yaitu Clean, Competitive, Confident, Customer, Focused,
Commercial dan Capable kedalam interpretasi perilaku yang terkait dengan etika usaha dan
tata perilaku. Etika Usaha dan tata perilaku (code of conduct) ini disusun untuk menjadi
acuan perilaku bagi komisaris, direksi dan pekerja sebagai insan Pertamina dalam mengelola
perusahaan guna mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Penerapan Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini dimaksudkan untuk:
1. Mengidentifikasi nilai-nilai dan standar etika selaras dengan Visi  dan Misi
perusahaan
2. Menjabarkan Tatat Nilai Perusahaan 6C sebagai landasan etika yang harus diikuti
oleh insan Pertamina dalam melaksanakan tugas
3. Menjadi acuan perilaku insan Pertamina dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders perusahaan
4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar insan Pertamina dapat menilai bentuk
kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan pertimbangan jika menemui
keragu-raguan dalam bertindak.

Kekuatan :

1. Teknologi informasi dan komunikasi yang sangat baik.


2. Pengelolaan organisasi yang terstruktur dan tersistem dengan baik.
3. Memiliki “hero” dan “penjaga budaya
4. Budaya operasional yang sangat prosedural dan mendetil sangat kuat.
5. Sangat berorientasi hasil dan target — target dan sasaran sangat jelas dan terukur.
6. Orang-orang didorong untuk selalu mencapai target, berprestasi dan solutif.
7. Suasana kerja dan berinteraksi yang nyaman.
8. Kekeluargaan, hampir tidak ada jarak dan status yang menghalangi untuk berinteraksi
dan berkomunikasi.
9. Menjunjung tinggi integritas, kejujuran, etika, dedikasi dan loyalitas.
10. Komunikasi yang terbuka.
11. Aturan dan pelaksanaan yang sejalan.
12. Semangat enterpreneurship pada mahasiswa cukup  kuat.

Kelemahan :

1. Prestasi binusian masih bertujuan untuk kenaikan gaji dan memperoleh imbalan.
2. Ikatan peer group (kubu-kubu) yang sangat kuat pada mahasiswa dapat menghambat
kolaborasi yang lebih luas walaupun untuk tujuan belajar dan berprestasi.
3. Beban kerja administratif yang cukup tinggi.
4. Mendukung team work  tapi sistem imbalan sangat individualistik.
5. Ukuran-ukuran keberhasilan masih berdasarkan number-oriented dan number-
driven, masih minim penilaian keberhasilan pada hal-hal yang intangible / soft area.
6. Budaya disiplin yang belum mengakar – bila tidak ditingkatkan akan menghambat
peningkatan kualitas SDM dan organisasi.
7. Dominan ritual dan seremonial formal.
8. Jumlah dan kompetensi sumber daya manusia yang tidak sejalan dengan pertumbuhan
bisnis dan jumlah mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai