Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

ETIKA BISNIS

Contoh Kasus Etika Bisnis pada PT. PLN

Disusun oleh:

Aldy Fariansyah
(143103400071)

Dosen Pengajar : Gemala Paramita, S.E., M.M.

Jurusan Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi

Universitas Ibnu Chaldun

Jakarta, 2016
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Daftar Isi 1

Artikel . 2

Resume dan Pokok Permasalahan. 3

Teori Etika Bisnis.. 4

Analisis Masalah 7

Kesimpulan 8

Daftar Pustaka 9

1
Artikel
RRI, Surabaya : Meningkatnya kebutuhan listrik masyarakat setiap tahunnya mengalami
peningkatan antara 5-6 persen, namun kondisi tersebut mengakibatkan stok listrik kian terbatas.
Sudah maksimalnya beban penggunaan sejumlah Gardu Induk (GI) di wilayah Jawa Timur dan
terkendalanya pembangunan GI menyebabkan kondisi kelistrikan di wilayah membaut Jatim
terancam terjadi pemadaman bergilir.
Sedikitnya, ada 9 kabupaten yang terancam terjadinya pemadaman bergilir hingga dua
tahun kedepan diantaranya Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, Sumenep dan Pamekasan.
Dikatakan Rido Hantoro Wakil Kepala Pusat Studi Energi ITS krisis listrik tidak saja terjadi di
Jatim dan Surabaya namun hampir keseluruhan pulau Jawa juga mengalami krisis listrik.
"Hal ini dipicu terus menurunnya pasokan listrik yang bisa disuplai kepada konsumen.
Program peningkatan daya sebesar 35.000 Megawatt jika terealisasi dengan cepat, kemungkinan
terjadinya krisis bisa dihindari," terangnya kepada RRI, Rabu (12/11/2014).
Selain kasus diatas yang terjadi di Sidoarjo adapun kasus krisis listrik terjadi disejumlah
kabupaten diseluruh daerah, kasus ini memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)
memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan
sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional
kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib
menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN
berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya
gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di
pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan
terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU
Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.
Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat
sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah
yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara
sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi
masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

Sumber :

http://www.rri.co.id/surabaya/post/berita/118603/info_publik/jatim_krisis_listrik_9_daerah_tera
ncam_pemadaman_bergilir.html

2
Resume dan Pokok Permasalahan
PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang diberikan mandat untuk menyediakan kebutuhan listrik di Indonesia. Seharusnya
sudah menjadi kewajiban bagi PT. PLN untuk memenuhi itu semua, namun pada kenyataannya
masih banyak kasus dimana mereka merugikan masyarakat. PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pengadaan listrik nasional.
Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus
pendistribusinya.

Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi
masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata. Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis
monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal,
produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk
menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki. Kasus ini menjadi menarik karena disatu
sisi kegiatan monopoli mereka dimaksudkan untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33, namun disisi lain tindakan PT.
PLN justru belum atau bahkan tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam pemenuhan
kebutuhan listrik masyarakat.

3
Teori Etika Bisnis

A. Pengertian Etika
Kata Etika berasal dari dari kata Yunani yaitu Ethos, yang artinya adat istiadat. Etika
bisa dibilang sebagai kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika itu punya kaitan sama nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang
baik, dan termasuk juga semua kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang
lain, atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
O.P. Simorangkir menyatakan bahwa etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik, sedangkan menurut Sidi Gajalba etika adalah
teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang
dapat ditentukan oleh akal.

Prinsip-prinsip Etika
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku
bisnis. Prinsip dimaksud adalah :
1) Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral
atas keputusan yang diambil.
2) Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujura
3) karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam
pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan
lain-lain).
4) Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang
sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
5) Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan,
demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
6) Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku
bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar
tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

4
B. Pengertian Bisnis
Bisnis menurut kamus besar bahasa Indonesia bisnis adalah usaha dagang,usaha
komersial dalam dunia perdagangan. Dapat disimulkan bahwa bisnis istilah umum yang
menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan
sehari-hari dan bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang
(organisasi) yang menciptakan nilai (create value) melalui penciptaan barang dan jasa (create of
good and service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui
transaksi.

C. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Menciptakan Etika Bisnis :


1) Pengendalian Diri; (Tdk menerima apapun)
2) Pengembangan tanggungjawab sosial;
3) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi;
4) Menciptakan persaingan yang sehat;
5) Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan;
6) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi);
7) Mampu menyatakan yang benar itu benar;
8) Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah;
9) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama;
10) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati;
11) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan;

D. Dalam dunia bisnis berbagai masalah etika bisnis yang terjadi, diantaranya sebagai berikut:
1) Suap (Bribery),
2) Paksaan (Coercion),
3) Penipuan (Deception),
4) Pencurian (Theft),
5) dan diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination).

5
Adapun Faktor Penyebab Perusahaan Tidak Menerapkan Etika Didalam Bisnisnya.
Berbagai penyebab atau permasalahan etika bisnis di perusahaan dapat muncul dalam berbagai
macam alas an dan berbagai macam bentuk. Identifikasi terhadap berbagai faktor yang umum
ditemui sebagai penyebab munculnya penyebab atau permasalahan etika di perusahaan,
merupakan suatu langkah penting untuk meminimalkan pengaruh penyebab atau masalah etika
bisnis terhadap kinerja perusahaan. Sedikitnya ada empat faktor yang pada umumnya menjadi
penyebab timbulnya masalah etika bisnis di perusahaan, yaitu Mengejar Keuntungan dan
Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish Interest), Tekanan Persaingan Terhadap Laba
Perusahaan (Competitive Pressure on Profits), Pertentangan antara Tujuan Perusahaan dengan
Perorangan (Business Goals versus Personal Values) yang berikut akan diurai pengertian dari
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah etika didalam bisnis pada sebuah perusahaan :
a. Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish Interest).
Sikap serakah dapat mengakibatkan masalah etika bisnis. Perusahaan kadang-kadang
mempekerjakan karyawan yang memiliki nilai-nilai pribadi tidak layak. Para pekerja ini akan
menempatkan kepentingannya untuk memperoleh kekayaan melebihi kepentingan lainnya meski
pun dalam melakukan akumulasi kekayaan tersebut dia merugikan pekerja lainnya, perusahaan,
dan masyarakat.
b. Tekanan Persaingan terhadap Laba Perusahaan (Competitive Pressure on profits)
Ketika perusahaan berada dalam situasi persaingan yang sangat keras, perusahaan sering
kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak etis untuk melindungi tingkat proftabilitas
mereka. Berbagai perusahaan makanan dan minuman di Indonesia di tengarai menggunakan
bahan pewarna makanan dan minuman yang tidak aman untuk di konsumsi manusia tetapi
harganya murah, agar mereka dapat menekan biaya produksi dan mendapatkan harga jual produk
yang rendah. Bahkan industri makanan berani menggunakan formalin yang merupakan bahan
pengawet mayat sebagai pengawet makanan.
c. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals versus
Personal Values)
Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan hendak mencapai tujuan-tujuan
tertentu atau menggunakan metode-metode baru yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.

6
Analisis Masalah

Pada dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara melainkan perlu adanya perilaku etis
yang diterapkan oleh semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh sebuah perusahaan bukanlah
salah satu penghambat perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan para pesaingnya melainkan
untuk dipandang oleh masyarakat bahwa perusahaan yang menerapkan etika didalam perusahaan
bisnis adalah sebagai perusahaan yang memiliki perilaku etis dan bermoral.
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian pada
masyarakat. Tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Untuk
memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, sebaiknya Pemerintah
membuka kesempatan bagi investor untuk mengembangkan usaha di bidang listrik. Akan tetapi
Pemerintah harus tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi investor tersebut, sehingga
tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat serta Pemerintah dapat memperbaiki
kinerja PT. PLN saat ini, sehingga menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33.

Selain daripada itu bukan hanya pihak pemerintahan yang harus berpartisipati kita
sebagai masyarakat yang cerdas sudah seharusnya berpikir terbuka dan cerdas untuk masa depan,
gunakanlah sumber daya alam yang terdapat di negeri ini secukupnya agar sumber daya alam
kita tetap terjaga sehingga penerus bangsa nanti bisa merasakan sumber daya alam yang
sama. Jangan memandang karena kita mampu membayar kita bisa menggunakan sumber daya
alam secara berlebihan. Hal tersebut tidak etis dan tidak menunjukkan sikap masyarakat yang
cerdas.

7
Kesimpulan
PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang
pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka
kehendaki. Kasus ini menjadi menarik karena disatu sisi kegiatan monopoli mereka dimaksudkan
untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD
1945 Pasal 33, namun disisi lain tindakan PT. PLN justru belum atau bahkan tidak menunjukkan
kinerja yang baik dalam pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat.

Pada dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara melainkan perlu adanya perilaku etis
yang diterapkan oleh semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh sebuah perusahaan bukanlah
salah satu penghambat perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan para pesaingnya melainkan
untuk dipandang oleh masyarakat bahwa perusahaan yang menerapkan etika didalam perusahaan
bisnis adalah sebagai perusahaan yang memiliki perilaku etis dan bermoral.

Selain daripada itu bukan hanya pihak pemerintahan yang harus berpartisipati kita
sebagai masyarakat yang cerdas sudah seharusnya berpikir terbuka dan cerdas untuk masa depan,
gunakanlah sumber daya alam yang terdapat di negeri ini secukupnya agar sumber daya alam
kita tetap terjaga sehingga penerus bangsa nanti bisa merasakan sumber daya alam yang
sama. Jangan memandang karena kita mampu membayar kita bisa menggunakan sumber daya
alam secara berlebihan. Hal tersebut tidak etis dan tidak menunjukkan sikap masyarakat yang
cerdas.

8
Daftar Pustaka :

Baron, (2003, 34) Etika Bisnis. Balai pustaka Jakarta


http://yofie12ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2013/05/06/pelanggaran-etika-bisnis-dan-norma-
hukum/
https://lppcommunity.wordpress.com/2009/01/08/etika-bisnis-monopoli-kasus-pt-perusahaan-
listrik-negara/
http://www.rri.co.id/surabaya/post/berita/118603/info_publik/jatim_krisis_listrik_9_daerah_tera
ncam_pemadaman_bergilir.html

http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-etika-bisnis.html
http://www.quickstart-indonesia.com/etika-bisnis/

Anda mungkin juga menyukai