PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran etika bisnis ?
2. Apa saja macam pelanggaran etika bisnis ?
3. Dampak negative dari pelanggaran etika bisnis ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas Etika dan Komunikasi Bisnis, selain itu bertujuan untuk :
1. Mengetahui definisi dari pelanggaran etika bisnis
2. Mengetahui macam-macam pelanggaran etika bisnis
3. Mengetahui dampak negative dari pelanggaran etika bisnis
2
BAB II
ISI
A. Pelanggaran Etika Bisnis
3
Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang
sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia.
Praktek bisnis yang terjadi selama ini dinilai masih cenderung mengabaikan etika,
rasa keadilan dan kerapkali diwarnai praktek-praktek tidak terpuji atau moral
hazard.
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan kedalam lima kategori
yaitu : suap(bribery), paksaan (coercion), penipuan (deception), pencurian (theft),
diskriminasi tidak jelas (unfair discrimination), yang masing-masing dijelaskan
sebagai berikut :
1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan , member,
menerima,atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan
mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban
public. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli
pengaruh. ‘Pembelian’ itu dapat dilakukan dengan baik dengan
membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun ‘pembayaran kembali’
setelah transaksi terlaksana. Supan kadangkala tidak mudah dikenali.
Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah
dimasukkan sebagai caa suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu
dapat disebut dengan suap, tergantung dari maksud dan respons yang
diharapkan oleh pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dangan paksa atau
dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa
ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan
insustri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang
sengaja dengan mengucapakn atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang
buakn hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa
persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau
konseptual.
4
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak
adi atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh
ras, jenis kelamin, kewarganegaraan , atau agama. Suatu kegagalan untuk
memperlakukan semua orang deangan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara mereka yang ‘disukai’ dan tidak.
5
itu mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena menurut
pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur,
sehingga segala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola
bukan pengurus. Pihak Pengelola sendriri tidak memberikan surat
edaran resmi mengenai kebijan tersebut. Karena sikapnya itu, A
akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu
dapat dikatkan melanggar prinsip akuntabilitas karena taidak ada
kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara
Pengelola dan Pengurus Rumah Sakit.
4. Pelanggaran etika bisnis terhadap perinsip pertanggungjawaban
Sebuah perusahaab PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk
tenaga baby sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan
bahwa perusahaan berjanji akan mengirimkan calon TKI setelah 2
bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke Negara-negara
tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya
yang dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi
berangkat kenegara tujuan. B yang tertarik dengan tawaran tersebut
langsung mendaftr dan mengeluarkan biaya senbanyak Rp 7 juta untuk
ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2
bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hinggga satu
tahun tidak ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu
selalu berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat
disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut sudah melanggar
prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai
calon TKI yang seharusnya diberangkatkan ke Negara tujuan untuk
bekerja.
5. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak
memberikan surat ijin membangun rumah dari developer kepada dua
orang konsuennya dikawasan kavling perumahan milik perusahaan
tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya
6
membayar harga tanah sesuai kespakatan dan biaya administrasi
lainnya. Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban
membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar pihak
developer selalu menolak dengan alas an belum ada ijin dari pusat
perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah kwasan kavling itu
hanya dua ornag ini yang belum mengantongi izin membangun rumah,
sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka
sudah dibangun semuanya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu
adalah ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena
dua orang itu telah memprovokasi konsumen lainya untuk melakukan
penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini
perusahaan property tersebut telah melanggar prinsip kewajaran
(fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen)
dengan alas an yang tidak masuk akal
6. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
Sebuah perusahaan di Sleman membuat kesepakatan dengan
sebuah perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan.
Sesuai dengan kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi
bangunan kepada kontraktor. Namun dalam pelaksanannya,
perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasi
bnagunan tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang
beberapa bulan kondisi bangunan mengalami kerusakan serius. Dalam
kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat dikatakan telah melanggar
prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi banguanan yang
telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang.
7. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
Seorang nasabah, sebut saja x, dari perusahaan pembiayaan
terlambat membayar angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena
anaknya sakit parah. X sudah memberitahukan kepada pihak
perusahaan tentang keterlambatannya membayar angsuran, namun
tidak mendapatkan respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelah
7
jatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi x untuk menagih
angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang masih diangsur
itu. Pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan dan
melakukan tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini kita
dapat mengategorikan pihak perusahaan telah melakukan pelanggaran
prinsip empati pada nasabah karena sebenarnya pihak perusahaan
dapat memberikan peringatan kepada nasabah itu dengan cara yang
bijak dan tepat.
8
Pada kasus ini perusahaan telah jelas-jelas melakukan diskriminasi
dan melanggar konsep deontology yang menganut kebenaran mutlak.
Indikasi lain dari terjadinya diskriminasi adalah timbulnya demo
karyawan pada 29 Oktober 1997 yang menuntut keadilan jenjang karir.
Pada kasus pemecatan karyawan yang mengungkapkan penyimpangan
di IPTN juga terjadi pembalikan dan manipulasi konsep kebenaran.
Pada kasus tersebut tampak bahwa orang menjadi salah karena
mengungkapkan suatu kebenaran. Kasus yang melibatkan pelanggaran
konsep etika paling banyak adalah kasusPemutusan Hubungan Kerja
(PHK) karyawan secara besar besaran(Nugroho,2012).
2. Kasus Enron
Enron mengumumkan kebangkrutan pada akhir tahun 2001. Tentu
saja kebangkrutan ini menimbulkan kehebohan yang luar biasa.
Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah
kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional,
yang melibatkan politisi dan pemimpin terkeuka Amerika Serikat
(Hartman,2002). Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup
mencengangkan seperti :
Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001
sebelum kebangkrutannya masih membukukan pendapatan US$ 100
miliar, ternyata tiba-tiba melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas
pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan
mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar modal
kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi
amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar.
Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 38. Padahal
sebelumnya pada Agustus 2000 masih berharga US$ 80 per lembar.
Oleh karenanya banyak pihak yang mengatakan kebangkrutan Enron
ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis di Amerika
Serikat dan menjadi bahan pembicaraan dan ulasan di berbagai media
9
bisnis dan ekonomi terkemuka seperti Majalah Time, Fortune, dan
Business Week.
10
B. Kepailitan Perusahaan Dan Pesangon
11
lebih didahulukan pembayarannya jika perusahaan dipailitkan. Karena itu,
para pemohon meminta tafsir agar pelunasannya mendahului semua jenis
kreditor.
Irianto menjelaskan terkait penerapan Pasal 95 ayat (4) UU
Ketenagakerjaan, peraturan perundang-undangan lain telah memberikan
perlindungan maksimal terhadap pekerja. Jika praktiknya belum sempurna,
dirasa merugikan buruh, itu lebih merupakan persoalan implementasi norma.
Seperti, Pasal 39 ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dimana upah terutang
dianggap sebagai utang harta pailit. Artinya, upah buruh tidak hanya sekedar
kreditor preferen (istimewa) yang punya hak didahulukan dari kreditor lain
yang konkuren (bersaing). Akan tetapi, pelunasan upah buruh diambil dari
boedel pailit (utang harta pailit) mendahului kreditor separatis (kreditor
pemegang hak kebendaan), hak terpisah yang dapat mengeksekusi haknya
seolah tidak terjadi pailit.
Jadi, lanjut Irianto, khusus hak upah buruh mendapatkan posisi yang lebih
tinggi daripada kreditor konkuren dan separatis, kecuali atas hak kebendaan
berupa hak gadai dan hipotik, kreditor separatis didahulukan pelunasannya
daripada kreditor preferen. Hal itu dijamin Pasal 1134 ayat (2) KUHP.
“Tetapi dalam praktik, jika perusahaan pailit, perhitungan hak-hak buruh
sesuai UU Ketenagakerjaan, setelah itu Ketua Pengadilan Niaga akan
menentukan urutan pembayaran utang para kreditor,” katanya.
Permohonan lain
Sementara perkara No. 69/PUU-XI/2013 yang dimohonkan
pengurus FSPMI Pasuruan, Jazuli atas uji materi Pasal 160 ayat (3) dan (7)
serta Pasal 162 ayat (1) dan (2) UU Ketenagakerjaan, pemerintah menilai
ketentuan itu sudah cukup seimbang dan adil. Menurut pemerintah ada
wajar jika buruh yang ditahan karena melakukan tindak pidana melebihi 6
bulan, pengusaha berhak mem-PHK-nya seperti diatur Pasal 160 ayat (3),
(7) UU Ketenagakerjaan.
12
Soalnya, penahanan yang relatif lama (6 bulan), pengusaha telah
dibebani kewajiban memberikan bantuan kepada keluarganya dan tidak
berhak memberi pesangon kepada buruh jika di-PHK. Sementara buruh
yang ditahan tak dapat bekerja sebagai kontra prestasi. Hal ini
pengecualian dari prinsip no work no pay, walau nilai bantuannya terbatas
dan hanya 6 bulan.
“Pasal itu telah memberikan perlindungan dan keseimbangan
terhadap buruh yang tersangkut perkara pidana,” lanjut Irianto.
Sedangkan Pasal 162 ayat (1), (2) UU Ketenagakerjaan sudah
pernah dimohonkan pengujian dengan No. 61/PUU-XI/2010. Putusannya,
menolak permohonan pemohon, sehingga tuntutan pemohon agar buruh
yang mengundurkan diri diberikan hak pesangon tidak dikabulkan.
”Karenanya, sepanjang pengujian Pasal 162 ayat (1), (2) nebis in
idem. Pasal 160 ayat (3), (7), Pasal 162 ayat (1), (2) UU Ketenagakerjaan
tidak bertentangan dengan UUD 1945,” tegasnya.
Dalam permohonan, Jazuli meminta MK agar Pasal 160 ayat (7)
dinyatakan inkonstitusional bersyarat sepanjang dimaknai mewajibkan
pengusaha untuk membayar satu kali uang pesangon, penghargaan masa
kerja, dan penggantian hak kepada pekerja yang di-PHK dengan alasan
kesalahan berat (pidana).
Sedangkan dalam Pasal 162 ayat (1) dinyatakan inkonstitusional
bersyarat sepanjang dimaknai mewajibkan pengusaha untuk membayar
uang pesangon dua kali ketentuan Pasal 156 dan uang penghargaan masa
kerja dan penggantian hak kepada buruh yang mengundurkan diri.
13
C. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Sepihak
14
upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu
perjanjian kerja.
15
a. Pengunduran diri secara baik-baik atas kemauan sendiri
Bagi pekerja yang mengundurkan diri secara baik-baik tidak
berhak mendapat uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2.
Yang bersangkutan juga tidak berhak mendapatkan uang penghargaan
masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 tetapi berhak
mendapatkan uang penggantian hak mendapatkan 1 kali ketentuan
pasal 156 ayat 4.
Apabila pekerja tersebut mengundurkan diri secara mendadak
tanpa mengikuti prosedur sesuai ketentuan yang berlaku (diajukan 30
hari sebelum tanggal pengunduran diri) maka pekerja tersebut hanya
mendapatkan uang penggantian hak. Tetapi kalau mengikuti prosedur
maka pekerja tersebut mendapatkan uang pisah yang besar nilainya
berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dan pekerja yang tertuang
dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau peraturan perusahaan.
16
Contoh :
Seseorang pekerja dikatakan pensiun apabila sudah mencapai usia
55. Apabila seorang pekerja sudah mencapai usia 55 tahun maka
secara otomatis dikategorikan pensiun walaupun masa kerjanya belum
mencapai 25 tahun. Tetapi sebaliknya walaupun usianya belum
mencapai 55 tahun tetapi lama masa kerja sudah mencapai 25 tahun
berturut-turut di perusahaan yang sama maka pekerja tersebut
dikategorikan pensiun. Apa pun kategori pensiunnya, pekerja tersebut
berhak mendapat uang pesangon 2 kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan
uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4 tetapi
tidak berhak mendapat uang pisah
17
8) Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau
perusahaan dalam keadaan bahaya ditempat kerja.
9) Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang
seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara.
10) Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang
diancam hukuman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
18
Syaratnya adalah harus membuktikan kerugian tersebut dengan
laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh
akuntan publik. Dan perusahaan wajib memberikan uang pesangon 1
(satu) kali ketentuan dan uang pengganti hak.
19
i. Pekerja melakukan pelanggaran
Di dalam hubungan kerja ada suatu ikatan antara pekerja dengan
perusahaan yang berupa perjanjian kerja , peraturan perusahaan,dan
Perjanjian Kerja Bersama yang dibuat oleh perusahaan atau secara
bersama-sama antara pekerja/serikat pekerja dengan perusahaan, yang
isinya minimal hak dan kewajiban masing-msing pihak dan syarat-
syarat kerja, dengan perjanjian yang telah disetujui oleh masing-
masing pihak diharapkan didalam implementasinya tidak dilanggar
oleh salah satu pihak.
Pelanggaran terhadap perjanjian yang ada tentunya ada sangsi yang
berupa teguran lisan atau surat tertulis, sampai ada juga yang berupa
surat peringatan. Sedang untuk surat peringatan tertulis dapat dibuat
surat peringatan ke I, ke II, sampai ke III. masing-masing berlakunya
surat peringatan selam 6 bulan sehingga apabila pekerja sudah diberi
peringatan sampai 3 kali berturut-turut dalam 6 bulan terhadap
pelanggaran yang sama maka berdasarkan peraturan yang ada kecuali
ditentukan lain yang ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan ,Perjanjian kerja Bersama, maka perusahaan dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja. Perusahaan Berkewajiban
memberikan uang pesangon 1 dari ketentuan, uang penghargaan masa
kerja 1 kali ketentuan dan uang pengganti hak yang besarnya
ditentukan dalam peraturan yang ada.
20
ketentuan pasal 156 ayat 4 dan tidak berhak mendapatkan uang
pisah.
2) Perusahaan tidak bersedia menerima pekerja di perusahaannya
maka bagi pekerja tersebut berhak atas uang pesangon 2 kali
ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja
pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
pasal 156 ayat 4 dan tidak berhak mendapat uang pisah.
k. Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan Efisiensi
Bagi pekerja yang mengakhiri hubungan kerjanya karena efisiensi
maka pekerja tersebut berhak atas uang pesangon 2 kali ketentuan
pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156
ayat 3 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156
ayat 4 tetapi tidak berhak mendapatkan uang pisah.
21
g. Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat
pekerja, pekerja melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja,
atau di dalam jam kerja atas kesepakatan perusahaan, atau berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama
h. Pekerja yang mengadukan perusahaan kepada yang berwajib mengenai
perbuatan perusahaan yang melakukan tindak pidana kejahatan
i. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit,
golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan
j. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau
sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter
yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.
22
mengundurkan diri, semua itu diatur sendiri oleh perusahaan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Pekerja yang berhenti karena kemauan sendiri tidak mendapat uang
pesangon ataupun uang penghargaan, beda halnya dengan pekerja yang
diPHK. Pekerja mungkin mendapatkan uang kompensasi lebih bila diatur
lain lewat perjanjian kerja.
23
i. masa kerja 8 tahun atau lebih = 9 bulan upah
10. Apa saja uang penggantian hak yang seharusnya diterima oleh
pekerja apabila terjadi PHK?
Uang penggantian hak yang seharusnya diterima berdasarkan pasal
156 UU No.13/2003 :
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke
tempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan
15% dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja bagi
yang memenuhi syarat
24
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusanaan atau perjanjian kerja bersama
25
12. Berapa banyak uang pesangon, uang penghargaan, uang penggantian
hak dan uang pisah yang diterima untuk berbagai jenis alasan PHK?
Untuk memudahkan, berikut adalah tabel banyaknya uang
pesangon, uang penghargaan, uang penggantian hak dan uang pisah yang
diterima untuk berbagai jenis alasan PHK :
Pengunduran - - 1X -
diri secara
baik-baik
Pengunduran - - 1X 1X
diri
mengikuti
prosedur 30
hari sebelum
tanggal
pengunduran
diri
Berakhirnya - - 1X -
kontrak kerja
waktu
tertentu untuk
pertama kali
Pekerja 2X 1X 1X -
Mencapai
Usia Pensiun
26
Normal
Pekerja 2X 1X 1X -
Meninggal
Dunia
Pekerja - - 1X 1X
Melakukan
Kesalahan
Berat
Pekerja 1X 1X 1X -
Melakukan
Pelanggaran
Ringan
Perubahan 1X 1X 1X -
Status,
Penggabunga
n, Peleburan
& Pekerja
Tidak
Bersedia
Perubahan 2X 1X 1X -
Status,
Penggabunga
n, Peleburan
& Pengusaha
Tidak
Bersedia
Perusahaan 1X 1X 1X -
27
Tutup Karena
Merugi
Perusahaan 2X 1X 1X -
melakukan
efisiensi
Perusahaan 1X 1X 1X -
Pailit
Pekerja - - 1X 1X
Mangkir
Terus-
Menerus
Pekerja Sakit 2X 2X 1X -
Berkepanjang
an dan cacat
akibat
kecelakaan
kerja
Pekerja - 1X 1X -
ditahan oleh
pihak
berwajib
28
termasuk Bp. Sarwono. Gaji terakhir yang diterima Bp. Sarwono adalah
Rp. 4.300.000,- dengan perincian sbb
a. Gaji pokok : Rp. 2.400.000
b. Tunjangan Tetap :
1) Tunjangan masa kerja : Rp. 400.000
2) Tunjangan jabatan : Rp. 400.000
c. Tunjangan Tidak Tetap :
1) Tunjangan makan : Rp. 550.000
2) Tunjangan kehadiran : Rp. 550.000
Bp. Sarwono juga masih memiliki sisa cuti tahunan berbayar yang
belum diambil yaitu sebanyak 7 hari. Menurut informasi tersebut, berapa
uang pesangon, penghargaan, dan penggantian hak yang harus diterima
Bp. Sarwono?
Alasan PHK Bp. Sarwono adalah dikarenakan perusahaan
melakukan efisiensi. Seperti yang dijelaskan pada bagan tabel
sebelumnya, maka Bp. Sarwono berhak atas uang pesangon sebanyak 2
kali upah/bulan, uang penghargaan masa kerja 1 kali upah/bulan dan uang
penggantian hak.
Total uang pesangon yang diterima Bp. Sarwono untuk masa kerja
14 tahun adalah :
29
Jadi, uang pesangon 18 bulan = 18 x Rp. 3.200.000 =
Rp.57.600.000
Maka total uang yang diterima oleh Bp. Sarwono adalah sebesar :
Syarat pengunduran diri pekerja ini juga dapat dilihat dalam Pasal
26 ayat (2) Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 78/2001 tentang
Perubahan Kepmenaker No. 150/2000 tentang PHK, Pesangon, dan
lainnya yang berbunyi:
30
a. pekerja/buruh mengajukan permohonan pengunduran diri secara
tertulis dengan disertai alasannya selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
31
baru dan/atau melakukan transfer of knowledge bagi karyawan baru
(pengganti);
b. Tidak ada sangkutan “ikatan dinas”;
c. Harus tetap bekerja sampai hari yang ditentukan (maksimal 30 hari).
32
D. PJTKI Dengan Calon Tenaga Kerja
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban
33
ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan
training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak ada
kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada
penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa
Perusahaan PJTKI tersebut telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan
mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang seharusnya diberangnka ke
negara tujuan untuk bekerja.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Meskipun sudah banyak aturan dan kode etik yang disusun, tetapi masih
banyak juga kasus pelanggaran yang terjadi yang dilakukan oleh para perusahaan
terkait dengan kode etik tersebut. Memang saat ini belum ada perusahaan yang
diberikan sangsi berupa pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan
34
akibat melanggar kode etik dan standar profesi perusahaan, tetapi bukan
berarti seorang dapat bekerja sekehendaknya. Setiap orang yang memegang gelar,
wajib menaati kode etik dan standar perusahaan, utamanya para publik yang
sering bersentuhan dengan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Etika yang
dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari
skandal.
Oleh karena itu, setiap perusahaan sewajibnya memegang teguh prinsip
– prinsip dalam kode etik profesi . Kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak
pada para pelakunya masing - masing, yaitu di dalam hati nuraninya.
Jika setiap pekerja mempunyai integritas tinggi, dengan sendirinya dia akan
menjalankan prinsip kode etik dan standar perusahaan dalam setiap tugas dan
pekerjaan yang dilakukannya.
Demikianlah salah satu hal yang membedakan suatu profesi perusahaan adalah
penerimaan tanggungjawab dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh
karena itu tanggung jawab perusahaan profesional bukan semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan klien atau pemberi kerja, tetapi bertindak untuk kepentingan
publik yang harus menaati dan menerapkan aturan etika dari kode etik.
Berbagai kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap
pekerja mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan
nilai – nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan
profesionalnya. Oleh karena itu terjadinya berbagai kasus sebagaimana disebutkan
di atas, seharusnya memberi kesadaran kepada setiap akuntan untuk lebih
memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi.
B. SARAN
35
menjalankan profesinya, demikian sanksi – sanksi yang telah dibuat agar benar –
benar dijalankan tanpa pandang bulu.
Diharapkan juga kepada setiap akuntan pendidik agar dapat mengajar dan
mendidik para mahasiswa agar kelak dapat melahirkan pekerja - ekerja muda yang
berkualitas dan profesional dalam menjalankan profesi sebagai engginer.
Dan sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa kekuatan dalam kode etik
profesi itu sendiri terletak pada para pelakunya masing - masing, yaitu di dalam
hati nuraninya. Jadi, ajaran dan didikan dari dosen sangatlah tidak berarti tanpa
disertai kesadaran dari para mahasiswa sendiri untuk belajar dari setiap kasus
yang ada dan mempersiapkan diri menjadi seorang akuntan yang profesional dan
tentunya taat pada kode etik profesi akuntansi yang telah ditetapkan.
36