Anda di halaman 1dari 27

RASIO KEUANGAN

A. Rasio Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang dan juga kewajiban
jangka pendeknya. Utang jangka pendek tersebut dapat berupa pajak, utang usaha, dividen,
dan lain-lain. Tingkat likuiditas perusahaan umumnya ditunjukkan dengan angka tertentu,
dan angka tersebut umumnya disebut dengan rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas.
1. Current Ratio
Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2016).
Current Ratio (rasio lancar) adalah rasio yang mengukur kemampuan likuiditas
perusahaan jangka pendek dengan membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban
lancar. Current ratio sebagai salah satu jenis rasio likuiditas yang berpengaruh
terhadap harga saham karena digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan
perusahaan dalam melunasi utang menggunakan kas.

Umumnya, analisis current ratio digunakan oleh kreditur, investor, dan trader.
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesanggupan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya serta melihat seberapa layak perusahaan dapat dipilih
sebagai aset investasi. Perhitungan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yakni dengan
aktiva perusahaan likuid pada saat ini atau current asset (aktiva lancar). Aktiva lancar
merupakan aktiva yang nantinya dapat ditukar dengan kas pada jangka waktu dua belas
bulan.

Rasio lancar dihitung dengan membagi jumlah utang lancar dengan jumlah aktiva
lancar. Sehingga rasio lancar dapat menunjukkan margin of safety atau tingkat
keamanan dari kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan dalam membayar
utang tersebut.
Pengaruh current ratio terhadap profitabilitas mempunyai korelasi yang lemah, namun
likuiditas yang buruk dapat menandakan penurunan pada performa perusahaan
sehingga bisa menurunkan keuntungan. Karena harga saham sangat sensitif pada
berbagai rasio fundamental, harganya bisa berubah tergantung besaran rasio lancar.

1) Kelebihan Current Ratio


• Dapat digunakan sebagai alat untuk membandingkan semua aset yang
dimiliki oleh perusahaan saat ini dengan liabilitas yang dimiliki.
• Kerap disebut dengan working capital, sehingga dapat membantu para
investor dalam menganalisis kemampuan dari suatu perusahaan dalam
membayarkan utang jangka pendek serta aset yang mereka miliki.

• Tersaji dalam ikhtisar statistik atau angka-angka yang mudah ditafsirkan


dan dibaca.

• Dapat digunakan sebagai pengganti laporan keuangan yang terbilang rumit


dan sulit dipahami.

• Dapat melihat bagaimana posisi sebuah perusahaan di tengah perusahaan


atau industri lainnya.

• Dapat lebih mudah membandingkan perusahaan satu dengan perusahaan


lainnya guna melihat bagaimana perkembangan perusahaan secara time
series atau periodik.

2) Kelemahan Current Ratio


• Penyamarataan yang berlebihan terkait dengan liabilitas atau utang yang
wajib dilunasi berupa uang ataupun pelayanan yang harus dilakukan
kepada pihak lain, serta penyamarataan berlebihan terkait dengan saldo
aset.
• Sulitnya membandingkan ukuran pada semua kelompok industri.

• Sedikitnya informasi terkait tren perusahaan.

• Sulitnya mendapatkan hasil apabila data-data yang tersedia tidak sinkron


satu sama lain.

• Adanya keterbatasan teknik.


3) Rasio Lancar Umumnya Digunakan Oleh Siapa Saja?
• Kreditur atau creditor, yang mana merupakan pihak baik perorangan,
perusahaan, organisasi, maupun pemerintah, yang memiliki tagihan ke
pihak kedua atau pihak lain atas layanan jasa ataupun properti yang
diberikannya.
• Investor, yang merupakan perorangan atau pihak lain seperti reksa dana
atau perusahaan, yang memberikan modal dengan harapan bisa
mendapatkan timbal balik.
• Trader, yang merupakan investor pasar modal atau pialang saham yang
umumnya melakukan transaksi jual beli saham. Berbeda dengan seorang
investor yang menempatkan modal untuk selanjutnya digunakan untuk
meraup kentungan jangka panjang, trader umumnya berusaha untuk dapat
menghasilkan keuntungan jangka pendek.

4) Rumus Current Ratio

𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)


𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

5) Menilai Keadaan Perusahaan dengan Nilai Rasio


Current ratio yang baik umumnya berkisar antara angka 1.5 dan 3. Meskipun
begitu, rentang nilai rasio lancar yang ideal bergantung pada jenis industrinya.
Setiap industri mempunyai kisaran ideal masing-masing sehingga setiap
perusahaan harus dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor yang sama.

a. Posisi Nilai Ideal


Angka ideal untuk rasio lancar sebuah perusahaan adalah 2 karena dinilai
sebagai posisi aman dengan keadaan keuangan yang baik. Angka tersebut
berarti perusahaan memiliki modal yang cukup untuk tetap beroperasi
serta mampu membayar utang-utangnya.
b. Posisi Nilai Rendah
Nilai rasio lancar yang rendah dengan nilai dibawah satu kali, pada kondisi
menunjukkan bahwa kemungkinan perusahaan berada dalam kesulitan
posisi keuangan untuk memenuhi utang lancarnya. Akan tetapi, investor
maupun kreditor tetap memperhatikan arus kas yang digunakan untuk
operasional. Sehingga bertujuan untuk memahami tingkat likuiditas
perusahaan.

c. Posisi Nilai Terlalu Tinggi


Untuk nilai rasio lancar jika terlalu tinggi akan memiliki nilai diatas dua
kali, sebab rasio lancar terlalu tinggi akan terjadi kemungkinan perusahaan
kurang mempergunakan aktiva lancarnya ataupun utang lancarnya dengan
efesien sehingga menyebabkan adanya suatu masalah dalam mengelola
modal kerja. Namun, dari sudut pandang kreditur rasio lancar dengan nilai
yang tinggi, perusahaan akan lebih bisa memenuhi utang lancarnya yang
akan jatuh tempo paling lambat dua belas bulan atau satu periode.

6) Penerapan Current Ratio


Berikut ini merupakan data aset lancar dan utang lancar yang diambil dari
laporan keuangan perusahaan Ace Hardware Indonesia Tbk periode triwulan II
per 30 Juni 2022.

Nomor Surat 416/IR-FINC/ACE/07/22


Nama Emiten Ace Hardware Indonesia Tbk
Kode Emiten ACES
Perihal Penyampaian Laporan Keuangan Interim Yang Tidak
Diaudit

[1210000] Statement of financial position presented using current and


non-current - General Industry

Laporan Posisi Keuangan


30 Juni 2022
Aset
Aset lancar
Kas dan setara kas 2.475.946.926.498
Aset keuangan lancar
Aset keuangan lancar lainnya 5.255.493.984

Piutang usaha
Piutang usaha pihak ketiga 16.144.248.787

Piutang usaha pihak berelasi 60.539.200.491

Persediaan lancar
Persediaan lancar lainnya 2.507.959.583.955

Biaya dibayar dimuka lancar 11.910.517.681

Uang muka lancar


Uang muka lancar lainnya 316.615.363.072

Pajak dibayar dimuka lancar 64.862.714.043

Jumlah aset lancar 5.459.234.048.511

Liabilitas
Liabilitas jangka pendek
Utang usaha
Utang usaha pihak ketiga 136.324.587.364

Utang usaha pihak berelasi 36.558.536.934

Utang lainnya
Utang lainnya pihak berelasi 216.546.834.367

Uang muka pelanggan jangka pendek

Uang muka pelanggan jangka 48.385.999.309


pendek pihak ketiga

Liabilitas keuangan jangka pendek 166.337.457.720


lainnya
Beban akrual jangka pendek 60.469.597.188

Liabilitas imbalan pasca kerja jangka 297.743.172


pendek

Utang pajak 40.707.599.813


Pendapatan ditangguhkan jangka 65.755.389.462
pendek

Liabilitas jangka panjang yang


jatuh tempo dalam satu tahun

Liabilitas jangka panjang yang jatuh 147.757.260.555


tempo dalam satu tahun atas
liabilitas sewa pembiayaan

Jumlah liabilitas jangka pendek 919.141.005.884

Berdasarkan informasi di atas, kita dapatkan data yang diperlukan untuk


menghitung rasio lancar.
Aset lancar : Rp5.459.234.048.511
Utang lancar (jangka pendek) : Rp 919.141.005.884
5.459.234.048.511
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐴𝑐𝑒 𝐻𝑎𝑟𝑑𝑤𝑎𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎 𝑇𝑏𝑘 =
919.141.005.884
= 5,93949569605
≈ 5,94%
Jadi, rasio lancar dari perusahaan Ace Hardware Indonesia Tbk periode triwulan
II per 30 Juni 2022 adalah sebesar 5,94%. Nilai rasio ini tergolong tinggi.
Namun, rentang nilai rasio lancar bergantung pada jenis industrinya. Setiap
industri mempunyai kisaran ideal masing-masing sehingga setiap perusahaan
harus dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor yang sama.
2. Quick Ratio
Quick ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya nilai
persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar (Kasmir,
2016).

Quick ratio atau rasio cepat adalah suatu parameter keuangan yang dapat digunakan
untuk mengukur likuiditas perusahaan, pusat investasi, dan proyek. Quick ratio
memiliki ciri unik di banding rasio likuiditas lainnya yakni hanya menghitung item
setara kas dan kas untuk interpretasi dan perhitungannya.

1) Kelebihan Quick Ratio


• Stakeholder terbantu dalam memberikan nilai likuiditas
• Aset likuid diketahui lebih cepat
• Menjadi ukuran Key Performance Indicator*
• Mudah dipahami

2) Kekurangan Quick Ratio


• Mengambil data masa lalu untuk memprediksi masa yang akan datang
• Quick ratio adalah indikator keuangan
• Rasio tinggi tidak selalu bagus

3) Rumus Quick Ratio

(𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛)


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

*
Key Performance Indicator (KPI) adalah ukuran berskala dan kuantitatif yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja organisasi dalam tujuan mencapai target organisasi. KPI juga digunakan
untuk menentukan objektif yang terukur, melihat tren, dan mendukung pengambilan keputusan
(Banerjee dan Bouti, 2012).
4) Arti Nilai dari Penghitungan Quick Ratio

Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1,0 kali, hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan perusahaan baik dalam memenuhi kewajibannya. Namun,
jika rasio nilainya di atas 3,0 kali maka bukan berarti keadaan likuiditas
perusahaan sedang baik. Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar karena tidak
dialokasikan kemana pun sehingga tidak produktif. Sebab lain adalah karena
tingginya piutang perusahaan tersebut. Quick ratio dapat dijadikan acuan yang
lebih baik karena berfokus pada aktiva lancar yang mudah diubah menjadi kas.

5) Penerapan Quick Ratio


Masih menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan Ace Hardware
Indonesia Tbk periode triwulan II per 30 Juni 2022 di atas, didapatkan informasi
berikut ini.
Aset lancar : Rp5.459.234.048.511
Persediaan : Rp2.507.959.583.955
Utang lancar (jangka pendek) : Rp 919.141.005.884

𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐴𝑐𝑒 𝐻𝑎𝑟𝑑𝑤𝑎𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎 𝑇𝑏𝑘


5.459.234.048.511 − 2.507.959.583.955
=
919.141.005.884
= 3,210905014
≈ 3,21%
Nilai quick ratio yang dimiliki perusahaan Ace Hardware Indonesia Tbk periode
triwulan II per 30 Juni 2022 adalah 3,21%.
3. Cash Ratio
Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayar utang. Ketersedian uang kas dapat ditunjukkan dari
tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan
di bank (yang dapat ditarik setiap saat) (Kasmir, 2016).

Rasio ini berfokus secara eksklusif pada kewajiban jangka pendek, contohnya seperti
uutang dan gaji karyawan tetap. Jika sebuah perusahaan mengalami kebangkrutan,
perhitungan cash ratio mungkin merupakan metode yang paling realistis dari
tiga rasio likuiditas lainnya.

1) Manfaat Cash Ratio


Bagi investor atau kreditur, mengetahui nilai rasio ini akan membantu mereka
mengerti tingkat keamanan berinvestasi atau meminjamkan uang kepada sebuah
perusahaan.

Adapun manfaat menghitung rasio kas bagi sebuah perusahaan adalah agar
perusahaan tersebut tahu apakah mereka dapat membayar kebutuhan jangka
pendek yang mereka miliki dan mendefinisikan kebijakan untuk mengatasi
masalah jika ternyata uang tunai yang mereka punya tidak mampu menutupi
utang jangka pendek mereka.

2) Faktor yang Memengaruhi Cash Ratio

• Jenis Industri

• Kondisi Perusahaan

• Kondisi Ekonomi

3) Rumus Cash Ratio

(𝐾𝑎𝑠 + 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠)


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
4) Nilai Ideal Cash Ratio
Nilai Cash ratio yang baik adalah jika hasil perbandingannya sama dengan 1. Ini
artinya jumlah uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan tersebut sama besar
dengan utang yang harus dibayarkan.
Jika nilai rasio ini kurang dari 1, maka artinya perusahaan tidak memiliki uang
tunai yang cukup untuk membayar utang jangka pendek mereka sehingga ketika
utang tersebut ditagih, mereka harus menjual aset-aset lainnya. Sebaliknya jika
nilai rasio kas sebuah perusahaan lebih dari 1, artinya uang tunai milik
perusahaan tersebut lebih dari cukup untuk membayar utang.

Nilai cash ratio yang besar tidak selalu memiliki arti baik sebab, bisa saja sebuah
perusahaan yang memiliki cash ratio yang besar adalah perusahaan yang enggan
berinvestasi. Sebaliknya, nilai cash ratio yang rendah bisa mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut sedang ekspansi sehingga harus mempertimbangkan
indikator keuangan lain seperti current ratio dan rasio solvabilitas juga supaya
hasil analisis valid.

5) Penerapan Cash Ratio

Data diambil masih dari laporan keuangan perusahaan Ace Hardware Indonesia
Tbk periode triwulan II per 30 Juni 2022.

Kas dan setara kas : Rp2.475.946.926.498

Utang lancar (jangka pendek) : Rp 919.141.005.884

2.475.946.926.498
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐴𝑐𝑒 𝐻𝑎𝑟𝑑𝑤𝑎𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎 𝑇𝑏𝑘 =
919.141.005.884

= 2,693762
≈ 2,69%
Nilai rasio kas yang didapat sebesar 2,69% sehingga dapat diartikan bahwa
perusahaan Ace Hardware Indonesia Tbk mampu untuk membayar utang jangka
pendeknya menggunakan kas dan setara kas jika sewaktu-waktu ditagih secara
mendadak.
B. Rasio Efisiensi

Rasio Efisiensi atau efficiency ratio adalah ukuran seberapa baik perusahaan mengelola
urusan rutinnya. Secara konseptual, rasio ini menganalisis seberapa baik perusahaan
menggunakan asetnya & seberapa baik mengelola kewajibannya.

Jadi, Rasio efisiensi adalah ukuran seberapa efektif perusahaan mengelola aset dan
kewajibannya dan mencakup formula seperti perputaran aset, perputaran persediaan,
perputaran piutang, dan perputaran hutang.

1. Perputaran Piutang
Accounts receivable turnover, rasio ini mengukur seberapa cepat perusahaan
mengumpulkan tagihan dari pelanggannya.

Rasio ini adalah indikator seberapa efisien kebijakan kredit perusahaan dan
menunjukkan tingkat investasi dalam piutang yang diperlukan untuk mempertahankan
tingkat penjualan perusahaan.

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan bahwa manajemen piutang yang lebih baik.
Perusahaan mungkin memiliki prosedur dan kebijakan pengumpulan kredit yang
efektif sehingga perusahaan lebih cepat dalam mengumpulkan pembayaran tunai dari
pelanggan.

Sementara itu, rasio yang lebih rendah menunjukkan manajemen piutang yang kurang
efektif. Perusahaan kesulitan atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengumpulkan uang. Perusahaan mungkin terlalu longgar dalam memberikan kredit
sehingga pelanggan lebih senang untuk membayar di akhir jatuh tempo piutang.
2. Days of Sales Outstanding

Days of sales outstanding (DSO) adalah rasio turunan dari perputaran piutang usaha.
Itu menunjukkan berapa hari rata-rata perusahaan mengumpulkan pembayaran dari
pelanggan dalam satu tahun. Untuk mendapatkannya, kita membagi jumlah hari dalam
satu tahun (365 hari) dengan perputaran piutang usaha.

365
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 (𝐷𝑆𝑂) =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

DSO berbanding terbalik dengan perputaran piutang sehingga ketika perputaran


piutang lebih tinggi, DSO akan lebih rendah. Itu menunjukkan perusahaan lebih cepat
mengumpulkan pembayaran dan membutuhkan lebih sedikit hari untuk melakukanya.
Misalnya, DSO 30 berarti perusahan rata-rata membutuhkan 30 hari untuk
mengumpulkan uang dari pelanggan.

Sebaliknya, DSO yang lebih tinggi kurang baik karena lebih banyak uang terikat di
pelanggan. Perusahaan membutuhkan lebih banyak hari untuk mengumpulkan uang
dari pelanggan.

3. Perputaran Persediaan

Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur kemampuan perusahaan


dalam mengkonversi persediaan menjadi penjualan dalam satu periode akuntansi,
biasanya satu tahun. Perhitungannya membutuhkan kita untuk membagi beban pokok
penjualan (cost of goods sold) dengan rata-rata persediaan. Kedua akun bisa
ditemukan di laporan laba rugi dan neraca keuangan.

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎


(𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 + 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎)
=
2
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan manajemen persediaan yang relatif efektif.
Perusahaan relatif cepat dalam mengubah persediaannya menjadi penjualan sehingga
bisa mengurangi biaya terkait persediaan. Selain itu, perusahan juga dengan cepat
menjual produk ke pelanggan.

Sebaliknya, rasio yang lebih rendah secara umum menunjukkan manajemen


persediaan yang kurang efektif. Perusahaan relatif lambat menjual persediaannya,
menghasilkan penumpukan, meningkatkan biaya terkait persediaan dan membebani
keuntungan perusahaan. Hal itu bisa saja menunjukkan abhwa perusahaan
kemungkinan mengalami masalah dalam menjual produk kepada pelanggan.

4. Days of inventory on Hand

Kita bisa menggunakan rasio perputaran persediaan di atas untuk menghitung rasio
lainnya, yakni days of inventory on hand (DOH). Jika rasio perputaran persediaan
mengukur berapa kali sebuah perusahaan mengkonversi persediaannya menjadi
penjualan dalam satu tahun, maka DOH memberitahu, secara rata-rata, berapa hari itu
dilakukan. Untuk mendapatkan DOH, kita membagi jumlah hari dalam satu tahun (365
hari) dengan perputaran persediaan.

365
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑜𝑛 𝐻𝑎𝑛𝑑 (𝐷𝑂𝐻) =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

DOH berhubungan secara terbalik dengan rasio perputaran persediaan sehingga DOH
yang lebih kecil menunjukkan perusahaan memiliki perputaran persediaan yang lebih
tinggi. Perusahaan lebih cepat mengkonversi persediaan menjadi penjualan dan
membutuhkan lebih sedikit hari untuk melakukannya.

Sebaliknya, DOH yang lebih tinggi menunjukkan perusahaan membutuhkan lebih


banyak hari untuk menjual persediaan.
5. Perputaran Utang Usaha
Perputaran utang usaha (accounts payable turnover) digunakan untuk mengukur
seberapa cepat perusahaan membayar utang usaha.

Cara menghitung rasio perputaran utang usaha adalah dengan membagi pembelian
dengan utang usaha. Data pembelian tidak disajikan di laporan keuangan sehingga kita
harus menghitungnya secara manual menggunakan rumus berikut.

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 = Persediaan Akhir + Beban Pokok Penjualan – Persediaan Awal

Persediaan akhir dan persediaan awal mewakili angka persediaan di tahun ini dan di
tahun lalu. Keduanya ada di aset lancar, sedangkan beban pokok penjualan (COGS)
ada di laporan laba rugi.

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎

Perputaran utang usaha memberi tahu kita berapa kali perusahaan membayar pemasok
dalam satu tahun. Semakin cepat perusahaan membayar, semakin cepat kas keluar.
Rasio yang lebih rendah menunjukkan perusahaan membayar pemasok lebih lama.
Perusahaan dapat menggunakan kasnya untuk keperluan lain sebelum memberikannya
ke pemasok.

6. Days Payable Outstanding

Days payable outstanding (DPO) berhubungan terbalik dengan perputaran utang


usaha. Jika perputaran usaha menunjukkan berapa kali perusahaan membayar pemasok
dalam satu tahun, maka DSO menunjukkan berapa hari itu dilakukan.

𝑃365
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 (𝐷𝑃𝑂) =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
Karena berbanding terbalik, DSO yang lebih tinggi artinya perusahaan lebih lama
membayar pemasok. Itu bisa mengartikan bahwa keberhasilan perusahaan dalam
mengelola utang usaha dan memanfaatkan fasilitas kredit yang tersedia.

7. Perputaran Modal Kerja

Perputaran modal kerja (working capital turnover) mengukur seberapa efisien


perusahaan dalam beroperasi sehari-hari. Modal kerja adalah selisih antara aset lancar
dengan liabilitas lancar. Kedua akun ada di neraca keuangan. Sementara itu, untuk
menghitung rasio, kita membandingkan pendapatan di laporan laba rugi dengan rata-
rata modal kerja dalam dua tahun terakhir.

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎


(𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎)
=
2

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

Rasio yang lebih tinggi mengindikasikan manajemen modal kerja yang lebih efisien.
Perusahaan mampu memanfaatkan modal kerjanya dengan baik untuk menghasilkan
uang.

8. Rasio Perputaran Aset Tetap

Rasio perputaran aset tetap (fixed assets turnover ratio) mengukur efektivitas
perusahaan dalam mengelola aset tetap untuk menghasilkan pendapatan. Untuk
menghitungnya, kita membagi pendapatan dengan rata-rata aset tetap (property, plant,
and equipment atau PP&E) dalam dua tahun terakhir.
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan efisiensi yang lebih baik dalam memanfaatkan
aset tetap untuk menghasilkan pendapatan. Sementara itu, rasio yang rendah mungkin
mengindikasikan inefisiensi operasi.

9. Perputaran Total Aset

Rasio perputaran aset (assets turnover) menggambarkan efisiensi secara keseluruhan.


Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mengelola asetnya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang untuk menghasilkan pendapatan. Cara menghitungnya adalah
membagi pendapatan dengan rata-rata total aset dalam dua tahun terakhir.

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡


(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎)
=
2

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan efisiensi yang lebih baik. Sebaliknya, rasio yang
lebih rendah menunjukkan perusahan kurang efisien.
10. Penerapan Rasio Efisiensi
Ringkasan keuangan Cisco Systems

KETERANGAN 2008 (Dalam JUTA Rupiah) 2007 (Dalam JUTA Rupiah)


Penjualan bersih 39.540 34.922
Harga pokok penjualan 14.056 12.586
Piutang usaha 3.821 3.989
Piutang Usaha Rata-rata (3.821+3.989)/2=3.905
Akun hutang 869 786
Hutang Usaha Rata-rata (869+786)/2=827,50
Kewajiban Lancar (A) 13.858 13.358
Aset Lancar (B) 35.699 31.574
Modal Kerja (B)-(A) 35.699-13.858=21.841 31.574-13.358=18.216
Modal Kerja Rata-rata (21.841+18.216)/2=20.028.5
Inventaris 1,235 1,322
Inventaris Rata-rata (1.235+1,322)/2=1278.5
Aset Tetap 4.151 3.893
Rata-rata Aktiva Tetap (4.151+3.893)/2=4.022
Total aset 58.734 53.340
Rata-rata Total Aset (58.734+53.340)/2=56,037

PERHITUNGAN RASIO TAHUN 2008


RASIO EFISIENSI RUMUS PERHITUNGAN RASIO
Perputaran Piutang Piutang Penjualan/Rata-rata 39.540/3.905 10.13
DSO 365/Perputaran Piutang 365/10.13 36.03 Hari
Harga Pokok Penjualan/Persediaan
Perputaran persediaan 14.056/1278.5 11
Rata-rata
DOH 365/Rasio Perputaran Persediaan 365/11 33.18 Hari
Total Pembelian/Utang Usaha Rata-
Perputaran Utang Usaha 13.969/827.50 16.88
rata
DPO 365/Perputaran Hutang 365/16.88 21,62 Hari
Perputaran Modal Kerja Penjualan/Modal Kerja Rata-rata 39.540/20,028.5 1.97
Perputaran Aset Tetap Penjualan/Aset Tetap Rata-rata 39.540/4.022 9.83
Perputaran Aset Total Aset Total Penjualan/Rata-rata 39.540/56.037 0,71
C. Rasio Leverage Keuangan
Leverage ratio adalah suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
pemenuhan kewajiban atau pelunasan utangnya, baik jangka pendek maupun panjang.
Dengan kata lain, leverage ratio adalah representasi tingkat utang suatu perusahaan atau
bisnis yang telah dikeluarkan.

Jika merujuk pada pengertian yang dikemukakan Fabozzi & Drake (2009), leverage ratio
adalah jenis rasio keuangan untuk menilai seberapa besar risiko keuangan yang telah diambil
perusahaan.

Hal ini juga bisa merujuk pada bagaimana perusahaan menggunakan utang tersebut untuk
kebutuhan operasionalnya atau seberapa banyak aset yang dibiayai utang.

1. Fungsi dan Manfaat Leverage Ratio


Secara umum, fungsi leverage ratio adalah sebagai ukuran atau tingkat kemampuan
perusahaan dalam melunasi atau memenuhi kewajiban utangnya, namun ternyata
masih ada beberapa fungsi lainnya, yaitu:
• Sebagai gambaran komposisi struktur modal untuk pembiayaan operasional
perusahaan.
• Sebagai gambaran komposisi modal dari sumber utang atau pinjaman, baik
jangka pendek maupun panjang beserta bunga dan dendanya.
• Bahan analisis dan evaluasi kemampuan perusahaan dalam pelunasan utangnya.
• Mengetahui seberapa banyak pinjaman yang sudah dekat tanggal jatuh tempo.
• Sebagai alat ukur pengaruh utang terhadap pengelolaan aktiva di perusahaan.
• Sebagai alat ukur seberapa banyak bagian atau modal sendiri untuk dijadikan
jaminan utang panjang nantinya.
• Sebagai alat ukur analisis atau penilaian keseimbangan antara aktiva, terutama
aset tetap (aktiva tetap) dan modal.
2. Jenis-jenis Leverage Ratio

1) Debt to Assets Ratio


Jenis pertama dari leverage ratio adalah debt to assets ratio (DAR) atau rasio
utang terhadap aset, umumnya juga biasa disebut rasio utang. Ini digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membeli aset menggunakan
utang.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐴𝑅) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

2) Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas, yaitu rasio proporsi
relatif antara ekuitas dan utang yang ditujukan untuk membiayai operasional
atau aset perusahaan.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐸𝑅) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

3) Debt to Capital Ratio

Debt to capital ratio atau rasio utang terhadap modal berfokus pada utang
sebagai komponen basis atas total perusahaan yang mencakup seluruh kewajiban
mulai dari jangka pendek hingga panjang.

Apabila sebuah perusahaan memiliki nilai debt to capital ratio yang tinggi maka
risiko gagal membayar utang juga akan tinggi dan tentunya akan berdampak
pada keuangan operasional perusahaan.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐶𝑅) =
(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔)
4) Debt to EBITDA Ratio

EBITDA sendiri merupakan singkatan dari Earning Before Interest, Taxes,


Depreciation, and Amortization atau biasa disebut laba kotor dimana
penghasilannya belum dikurangi beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.

Jika rasio ini hasilnya lebih dari 3, maka risiko gagal bayar cukup tinggi dan
mengkhawatirkan sehingga kondisinya perusahaan memiliki kewajiban utang
lebih besar daripada profitabilitasnya.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴

3. Cara Kerja Leverage Ratio

Secara umum, cara kerja leverage ratio hampir sama dengan utang, yakni suatu bisnis
atau perusahaan meminjam modal atau utang ketika mereka menginginkan aset baru
untuk operasional namun tidak memiliki dana.

Namun, perusahaan perlu menghitung terlebih dulu kemampuan mereka untuk


memenuhi kewajiban utang tersebut karena harus diangsur secara rutin disertai tenggat
jatuh tempo yang disepakati.

4. Risiko Leverage Ratio

1) Semakin tinggi utang, semakin sulit mendapat keuntungan


Risiko pertama dari leverage ratio adalah semakin tinggi tingkat utangnya, maka
semakin sulit pula untuk mendapat keuntungan. Maka dari itu, perusahaan perlu
menghitung secara cermat jumlah leverage yang akan diadopsi dan disesuaikan
dengan kebutuhan.
2) Semakin tinggi utang, semakin tinggi beban psikologis
Karena pemenuhan kewajiban atau pelunasan utang menjadi tanggung jawab
perusahaan, hal ini bisa menjadi beban psikologis tersendiri bagi perusahaan.
5. Penerapan Leverage Ratio

Perusahaan A memiliki total utang Rp12 juta, total equity sebanyak Rp20 juta, total
asetnya Rp18 juta, dan laba kotor sebesar Rp 25 juta. Hitunglah DAR, DER, DCR, dan
Debt to EBITDA ratio.
12
𝐷𝐴𝑅 = 18 = 0,67 ≈ 67%

12
𝐷𝐸𝑅 = 20 = 0,6 ≈ 60%

12
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 20+12 = 0,375 ≈ 37,5%

12
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 25 = 0,48 ≈ 48%
D. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah rasio yang menghitung kapabilitas


perusahaan dalam menghasilkan untung dibandingkan dengan laba, ekuitas, aset, dan biaya
operasional. Rasio profitabilitas menunjukkan seberapa baik sebuah perusahaan
menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham.

Dari sini akan diketahui berapa taraf efisiensi dari perusahaan terkait. Angka yang tinggi
menggambarkan bahwa laba dan efisiensi perusahaan memang baik ditinjau dari besarnya
pendapatan serta arus kas.

1) Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

1) Gross Profit Margin

Gross profit margin atau margin laba kotor berguna mengukur besaran laba
kotor dari pendapatan penjualan. Gross profit margin menghitung efisiensi
kalkulasi harga pokok atau biaya produksi. Angka gross profit margin yang
makin besar maka makin efisien aktifitas operasional perusahaan dimana
menggambarkan harga pokok penjualan lebih kecil dibanding penjualan.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = × 100
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

Penerapan Gross Profit Margin

Laba kotor PT. Adira sebesar Rp78.000.000 dengan total pendapatan


Rp95.000.000 sehingga:
78.000.000
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 95.000.000 × 100% = 82%
2) Net Profit Margin

Net profit margin adalah pengukuran profitabilitas dalam persen untuk laba
bersih yang diperoleh sesudah dipotong pajak penjualan. Dinamakan pula profit
margin ratio dengan tujuan mengetahui laba bersih sesudah pajak terhadap
penjualan. Makin besar angka net profit margin maka makin bagus operasional
sebuah perusahaan.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = × 100
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Penerapan Net Profit Margin


• Pada kuartal I, perusahaan AB mendapatkan penjualan sebesar Rp50 miliar
• Setelah pajak, laba bersih Rp34 miliar
Maka NPM perusahaan AB kuartal I adalah:
34
𝑁𝑃𝑀 = 50 × 100 = 68%

3) Return on Assets Ratio

Return on assets ratio (ROA) adalah tingkat pengembalian aset yang mengukur
besarnya laba yang dihasilkan perusahaan yang berhubungan dengan sumber
daya maupun jumlah aset. Nilai Return on Assets Ratio menggambarkan
efisiensi perusahaan mengelola asetnya.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

Penerapan Return on Assets Ratio

Perusahaan A memiliki laba bersih Rp250.000.000 dengan total aset


Rp3.500.000.000. Berapa Return on Assets Ratio perusahaan tersebut?
250.000.000
𝑅𝑂𝐴 = 3.500.500.500 × 100 = 7,1%
4) Return on Equity Ratio

ROE adalah rasio profitabilitas dalam mengukur kapabilitas perusahaan


mencetak keuntungan dari investasi pemegang saham. Return on Equity Ratio
ditentukan dari penghasilan perusahaan dari modal yang ditanamkan pemegang
saham biasa maupun pemegang saham preferen.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑎𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚

Penerapan Return on Equity Ratio

PT Miami, sebuah perusahaan konstruksi mempunyai nilai laba bersih sesudah


pajak Rp420 juta dengan jumlah ekuitas dari pemegang saham sebesar Rp660
juta. Berapa Return on Equity Ratio dari PT. Miami?
420.000.000
𝑅𝑂𝐸 = 660.000.000 × 100 = 63,6%

5) Return on Sales Ratio

Return on sales ratio adalah jenis rasio profitabilitas untuk menggambarkan


tingkat laba perusahaan sesudah pembayaran beberapa biaya variabel produksi
umpamanya bahan baku, gaji pegawai, dan sebagainya sebelum dipotong pajak
maupun bunga. Return on Sales Ratio menggambarkan besaran laba yang
didapatkan dari tiap rupiah penjualan yang dinamakan margin operasional.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎


𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Penerapan Return on Sales Ratio

PT Samudra mampu memperoleh laba sebelum pajak dan bunga Rp200 juta
sementara total penjualan sebanyak Rp2,5 miliar. Berapa Return on Sales PT
Samudra?

200.000.000
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 2.500.000.000 × 100 = 8%
6) Return on Capital Employed

Merupakan indikator profitabilitas untuk mengetahui laba perusahaan dari


modal yang digunakan. Modal yaitu ekuitas perusahaan beserta kewajiban tak
lancar atau total aset dipotong kewajiban lancar. Return on Capital Employed
menggambarkan tingkat efisiensi dan profitabilitas modal maupun investasi
perusahaan.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎


𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑑 = × 100
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

atau

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎


𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑑 = × 100
(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 − 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠)

7) Return on Investment

ROI adalah jenis rasio profitabilitas dengan menghitung laba bersih dikurangi
pajak dari total aktiva. Return on investment berfungsi menilai kapabilitas
perusahaan menyeluruh untuk menciptakan laba dari jumlah aktiva total yang
dimiliki perusahaan. Makin besar angka rasionya artinya semakin baik kondisi
perusahaan.

(𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐴𝑡𝑎𝑠 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙


𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = × 100
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

Penerapan Return on Investment

PT. Awan Senja berinvestasi senilai Rp. 700.000.000 di bisnis penjualan


kendaraan. Perusahaan berhasil membukukan penjualan sebanyak 1.000 unit
dengan laba yang diperoleh Rp.800.000.000. Berapa Return on Investment PT.
Awan Senja?
(800−700)
𝑅𝑂𝐼 = × 100 = 14%
700
8) Earning Per Share

EPS adalah profitability ratio yang mengukur kapasitas setiap lembar saham
untuk menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Pihak manajemen, pemegang
saham biasa maupun calon investor cukup peduli dengan angka earning per share
sebab digunakan sebagai parameter kesuksesan sebuah perusahaan atau emiten.

(𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 − 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛)


𝐸𝑃𝑆 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Penerapan Earning Per Share

PT. Gery Egg Roll punya total saham beredar sebesar 2 juta lembar. Perusahaan
ini pun berhasil mencetak laba bersih sesudah pajak sebesar Rp. 3 miliar. Pihak
perusahaan berkeputusan memberikan 15% dividen atau Rp300 juta untuk para
pemegang saham. Coba hitung Earning Per Share (EPS) dari PT. Gery Egg Roll.
3.000.000.000−300.000.000
𝐸𝑃𝑆 = = 𝑅𝑝1.350
2.000.000
DAFTAR REFERENSI

Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

https://investbro.id/current-ratio/, diakses pada tanggal 5 Desember 2022.

https://www.idx.co.id/id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan, diakses pada


tanggal 5 Desember 2022.

Dokumen, FinancialStatement-2022-II-ACES.pdf, diakses pada tanggal 5 Desember 2022.

https://investbro.id/quick-ratio/, diakses pada tanggal 5 Desember 2022.

https://investbro.id/cash-ratio/, diakses pada tanggal 5 Desember 2022.

https://accurate.id/akuntansi/quick-ratio/, diakses pada tanggal 5 Desember 2022.

https://cerdasco.com/rasio-efisiensi/, diakses pada tanggal 6 Desember 2022.

https://belajarekonomi.com/rasio-efisiensi-effficiency-ratio/, diakses pada tanggal 6 Desember


2022.

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/02/24/, diakses pada tanggal 6 Desember 2022.

https://investbro.id/rasio-profitabilitas/, diakses pada tanggal 6 Desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai