Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“ ETIKA DAN PEKERJA ”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika dan Pekerja
Dosen :
Dr. Hj. Erni Rusyani SE,.MM
Muhammad Iqbal Baihaqi SE,.MM

Disusun Oleh :
Kelompok 6
18 Manajemen D
Moch. Nabisya Renaldy 204010056
Dina Naiela 204010069
Andi Musfira Satria 204010079
Akbar Maulana 204010101

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PASUNDAN

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah ini, untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Etika Bisnis.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami dalam
memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis. Dan dengan tersusunnya makalah ini
diharapkan juga bisa menjadi pedoman bagi yang membaca.

Dalam penulisan makalah ini penulis telahg berusaha dengan semaksimal


mungkin serta segenap kemampuan, sebagai pemula tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran anda kami butuhkan
agar makalah ini menjadi lebih baik dan digunakan sebagaimana fungsinya.

Melalui kesempatan yang sangat berharga ini dami menyampaikan ucapan


terima kasih yang sebesar-besarnya kepada saemua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini, terutama kepada ibu Dr. Erni R Ernawan SE,.MM dan
bapak Muhammad Iqbal Baihaqi SE,.MM selaku dosen Etika Bisnis. Serta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, yang telah
memberikan bantuan moral dan materi dalam proses penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan yang telah di berikan
kepada penulis.

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 3
A. Pengertian Etika ............................................................................................ 3
B. Etika Karyawan ............................................................................................ 5
C. Penerapan Etika Karyawan ........................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
A. Hak-hak Pekerja ........................................................................................... 7
B. Etika Kerja .................................................................................................. 13
C. Prinsip Etis.................................................................................................. 17
D. Whistle Blowing ......................................................................................... 21
E. Tampilan Etika yang Kuat .......................................................................... 23
F. Cara Meningkatkan Moral Pekerja ............................................................. 25
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 29
A. Kesimpulan ................................................................................................. 29
B. Saran ........................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah ketenaga


kerjaan karena tenaga kerja merupakan penggerak sektor usaha yang
memerlukan perhatian khusus dalam penangannya dan pekerja adalah
salah satu sumber daya terpenting bagi perusahaan. Kerja merupakan
sudah menjadi salah satu ciri ke khasan bagi manusia. Melalui kerja
manusia bisa mengekspresikan dirinya, sehingga melalui kerja orang lain
bisa lebih dikenal siapa dia sebenarnya. Oleh karena itu, kerja bagi kita
bukan hanya sekedar untuk mendapat upah ataupun gaji, jabatan atau
kekuasaan, dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dan melalui kerja
manusia mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang
disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun, pantang menyerah, mempunya
visi dan misi. Atau sebaliknya, tidak disiplin, tidak bisa dipercaya, tidak
dapat diandalkan, tidak bertanggung jawab, dan sebagainya. Dunia kerja
merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk
menjadi semakin baik.

Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih


mendalami topik-topik yang berkaitan dengan kualitas diri pribadi sebagai
seorang pekerja maupun sebagai seorang yang profesional. Terutama lebih
ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip ethos kerja, menggunakan
atau mengelola waktu dengan baik dan efesien, melaksanakan kewajiban-
kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya
organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja,
dan meningkatkan profesionalitas kerja sebagai jawaban atass berbagai
perubahan yang ada di masyarakat, yang telah membawa dampak pada
tingginya tuntutan dalam dunia kerja ataupun profesi. Pada dasarnya setiap

1
orang yang tergabung dalam suatu perusahaan perlu menerapkan etika
dasar karyawan. Etika merupakan filsafat yang mengandung nilai-nilai
dalam suatu tindakan manusia. Ini meliputi perilaku perbuatan, perkataan,
hingga bahasa tubuh. Memiliki etika dalam kehidupan sosial sangat
penting bagi semua orang. Sama halnya dalam lingkup pekerjaan dimana
perusahaan atau organisasi tersendiri dari banyak orang baik itu direktur,
manajer, serta karyawan di semua level. Perusahaan bukan hanya tempat
untuk menghasilkan uang. Akan tetapi juga organisasi dimana didalamnya
terdapat komunitas yang menjalankan kehidupan sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hak-hak Pekerja ?
2. Apa yang di maksud Etika Pekerja ?
3. Prinsip etis dalam bekerja ?
4. Jelaskan apa yang dimaksud Whistle Bowling ?
5. Bagaimana penerapan Etika dan Pekerja ?
6. Bagaiman cara meningkatkan moral pada tenaga kerja?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui apa saja hak-hak Pekerja.
2. Untuk Mengetahui maksud dari Etika dan Pekerja.
3. Untuk Mengetahui apa saja Prinsip Etis dalam Pekerja.
4. Untuk Mengetahui maksud Whistle Bowling.
5. Untuk Mengetahui cara bagaimana penerapan Etika dan Bekerja.
6. Untuk mengetahui cara bagaimana meningkatkan moral pada tenaga
kerja?

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Etika
Etika merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu etika mencari
kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar) yang
sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran
baik-buruk bagi tingkah-laku manusia. Ada yang menyebutkan etik itu
filsafat kesusilaan, ini sama, karena etika hendak mencari ukuran mana
yang susila itu, artinya, tindakan manusia manakah yang baik. Perkataan
etika atau seperti lazim disebut etik, berasal dari bahasa Latin ethica. Etos
dalam bahasa yunani artinya norma-norma, nilai kaidah, ukuran bagi
tingkah laku yang baik. Etika diarahkan kepada perilaku manusia yang
dilakukan secara sadar dan atas kemauan sendiri. 3 Etika merupakan tata
cara berhubungan dengan manusia lainnya.

Dalam makna yang lebih tegas, yaitu kutipan dalam buku Kuliah Etika
mendefinisikan etika secara terminologis sebagai berikut:

“the systematicstudy of the nature of value concepts, good, bad, ought,


right, wrong, etc, and of the general principles which justify usin applying
them of anything also called moral philosophy”. Artinya bahwa etika
merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus,
benar, salah, dll sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan
kita untukmengaplikasikannya atas apa saja.

Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar moralitas seseorang dan di saat
bersamaan juga sebagai filosofnya dalam berperilaku. Pada dasarnya etika
dapat didefinisikan sebagai prinsip-prinsip moral dalam hidup manusia
yang akan menentukan tingkah laku yang benar yang harus dijalankan,
dan tingkah laku yang salah yang harus dihindari. Etika (ethics)
merupakan suatu konsepsi mengenai tindakan yang benar dan salah. etika
memberikan panduan apakah suatu perilaku tertentu dapat digolongkan
sebagai perilaku yang bermoral atau tidak bermoral. Pemilahan perilaku

3
ke dalam berbagai kategori perilaku etis dan perilaku tidak etis sangat
dibutuhkan untuk menjaga dan memelihara kesinambungan organisasi
kehidupan di manapun di dunia ini. Etika sendiri bersumber dari moralitas
yang merupakan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara
baik sebagai manusia. Menurut Maryani & Ludigdo dalam bukunya Ismail
Sholihin (2006) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau
segolongan masyarakat atau profesi”. Sedangkan Karyawan (workforce)
karyawan meliputi seluruh pekerja non- manajer (non-managerial).
Karyawan meliputi serangkaian tugas yang harus dilakukan sesuai dengan
uraian jabatan (job description) yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Kontribusi karyawan terhadap perusahaan adalah melalui pelaksanaan
berbagai tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepada mereka, dengan
menggunakan berbagai kemampuan dan keahlian yang mereka miliki.
Karyawan sebagai pelaksana perusahaan, maka karyawan dalam
lingkungan bagiannya dalam rangka memupuk loyalitas, disiplin,
ketertiban, kerapian, etika, dan etiket (sopan santun). Maka etika harus
dimiliki seorang karyawan perbankan ataupun pegawai perbankan untuk
memelihara perusahaan dalam jangka panjang dengan etika perusahaan
akan dapat menambah pelanggan dan menciptakan kepuasan serta
loyalitas. Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral (moral
consciousness) yang memuat keyakian „benar dan tidak‟ sesuatu.
Perasaan yang muncul bahwa ia akan salah bila melakukan sesuatu yang
diyakininya tidak benar berangkat dari norma-norma moral dan perasaan
self-respect (menghargai diri) bila ia meninggalkannya. Tindakan yang
diambil olehnya harus ia pertanggungjawabkan pada diri sendiri. Begitu
juga dengan sikapnya terhadap orang lain bila pekerjaan tersebut
menganggu atau sebalikya mendapatkan pujian.

Secara terminologis yang berhubungan dengan etika secara


langsung adalah al-khuluq. Al-khuluq dari kata dasar khuluqa-khuluqan

4
yang berarti tabi‟at, budi pekerti, kebiasaan, kekesatriaan, keperwiraan. 9
Jika kita bandingkan apa yang dikatakan kamus yang lama dengan kamus
yang baru. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama
(Poerwadarminta, sejak 1953) “Etika” dijelaskan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).” Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang baru (Depatemen Pendidikan Kebudayaan,
1988) di situ “Etika” dijelaskan dengan membedakan tiga arti: 1) ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak), 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

B. Etika Karyawan
Etika merupakan tata cara berhubungan dengan manusia lainnya.
Contohnya saja untuk dunia perbankan masalah etika sangat perlu untuk
diketahui dan dijalankan. Nasabah yang datang ke bank sekalipun tanpa
diundang merupakan tamu penting, tamu kehormatan yang harus
diberikan pelayanan yang maksimal. Agar nasabah merasa dihargai,
dihormati dan diselesaikan masalahnya, setiap karyawan bank perlu
memahami etika perbankan.

C. Penerapan Etika Karyawan


Seiring dengan berkembangnya perekonomian pada zaman yang
semakin modern ini, banyak berdirinya lembaga keuangan sehingga
banyak persaingan yang harus dilakukan secara sehat, serta pola pikir dan
perilaku masyarakat yang semakin pandai dalam memilih produk serta
pelayanan yang memberikan kepuasan. Banyak lembaga keuangan yang
kurang memperhatikan tentang nilai etika. pelayanan terhadap nasabah
atau pelanggan. Lembaga keuangan masih menganggap etika pelayanan
terhadap nasabah bukanlah hal yang sangat penting karena lembaga

5
merasa nasabahlah yang membutuhkan. Padahal etika itu berkaitan dengan
kepribadian dan kejiwaan seseorang, sebagai seorang muslim hendaknya
kita mempunyai pribadi yang baik, tutur kata yang santun, dan penampilan
yang sopan dan rapi. Sehingga dapat menunjukkan kepribadiannya sebagai
seorang muslim yang bersikap dan perilaku baik. Etika pelayanan
diterapkan untuk kegiatan diberbagai lembaga keuangan dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dalam menjalankan etika
pelayanan terdapat beberapa komponen dimana satu sama lainnya harus
saling mendukung. Komponen ini adalah cara kita, sikap dan perilaku,
cara berpenampilan, cara berpakaian, cara berbicara, cara bertanya, gerak-
gerik, dan komponen lainnya. Yaitu dengan cara menetapkan etika
terhadap semua karyawan yang berhadapan dengan nasabah serta
menerapkannya secara tegas dan dengan sebaik-baiknya sehingga akan
dapat memberikan kepuasan serta loyalitas yang tinggi terhadap nasabah.

Kenyataannya, pelayanan yang baik pada akhirnya akan mampu


memberikan kepuasan kepada pelanggan, disamping akan mampu
mempertahankan pelanggan yang ada (lama) untuk terus mengkonsumsi
atau membeli produk yang kita tawarkan, serta akan mampu pula untuk
menarik calonpelanggan baru untuk mencobanya.

6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hak-hak Pekerja
Di era yang semakin mengglobal ini, perusahaan semakin
menyadari bahwa penghargaan dan jaminan atas hak karyawan merupakan
faktor yang menentukan kelangsungan dan keberhasilan bisnis suatu
perusahaan.
Hak pekerja itu dapat berupa:
1) Hak atas Pekerjaan
Hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi
manusia. Karena, pertama, sebagai mana dikatakan John
Locke, kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah
aktivitas tubuh dan karena itu tidak bisa dilepaskan atau
dipikirkan lepas dari tubuh manusia. Karena tubuh adalah
milik kodrati atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak
bisa dicabut, dirampas, atau diambil darinya, maka kerja
pun tidak bias dicabut, dirampas, atau diambil dari
seseorang. Maka, sebagaimana halnya tubuh dan kehidupan
merupakan salah satu hak asasi manusia, kerja pun
merupakan salah satu hak asasi manusia. Bersama hak atas
hidup dan tubuh, hak atas kerja dimiliki manusia hanya
karena dia adalah manusia. Ia melekat pada manusia
sebagai manusia sejak lahir dan seorangpun tak dapat
merampasnya.
Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia.
Melalui kerja, manusia merealisasikan dirinya sebagai
manusia dan sekaligus membangun hidup dan
lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui kerja
manusia menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia
mandiri.

7
Ketiga, hak atas kerja juga merupakan salah satu
hak asasi manusia karena kerja berkaitan dengan hak atas
hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya dengan
dan melalui kerjanya manusia dapat hidup dan juga dapat
hidup secara layak sebagai manusia. Karena dengan
pentingnya, hak ini lalu dikodifikasi dalam hukum positif
oleh Negara tertentu. Indonesia misalnya, dengan jelas
mencantumkan, dan berarti menjamin sepenuhnya, hak atas
pekerjaan ini. Pasal 27, ayat 2, UUD 1945 dengan tegas
menyatakan bahwa Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan".
Ini berarti negara kita mengakui dan menjamin hak atas
pekerjaan sebagai hak asasi (demi kemanusiaan), dan juga
karena hak ini berkaitan dengan penghidupan yang layak
sebagai manusia. Ini menunjukkan bahwa jauh sebelum
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB, yang
juga menganggap hak atas pekerjaan sebagai suatu hak
asasi manusia, Indonesia telah mengakui hak atas pekerjaan
sebagai suatu hak asasi yang dimiliki setiap warga.
2) Hak atas Upah yang Adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang
diterima dan dituntut seseorang sejak ia mengikat diri untuk
bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu perusahaan yang
bersangkutan mempunyai kewajiban untuk memberikan
upah yang adil. Dalam hak atas upah yang adil ada tiga hal
yang harus ditegaskan.
Pertama, bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan
upah. Artinya, setiap pekerja berhak untuk dibayar. Ini
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Dalam kerangka
keadilan komutatif ini merupakan hak sempurna, yaitu hak

8
yang dituntut untuk dipenuhi perusahaan dan bahkan setiap
pekerja berhak memaksa perusahaan untuk memenuhinya.
Kedua, setiap orang tidak hanya berhak
memperoleh upah, tetapi juga berhak untuk memperoleh
upah yang adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga
yang telah disumbangkannya.
Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada
prinsipnya tidak boleh ada perlakuan yang berbeda atau
diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada semua
karyawan. Dengan kata lain, harus berlaku prinsip upah
yang sama untuk pekerjaan yang sama. Maksudnya, tidak
boleh ada tingkat upah yang berbeda-beda antara satu
pekerja dengan pekerja yang lain untuk bidang pekerjaan
yang sama, kecuali atas dasar pertimbangan yang rasional
dan objektif dan dari segi moral dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka dan transparan.
3) Hak untuk Berserikat dan Berkumpul
Ada dua dasar moral yang penting dari hak untuk
berserikat dan berkumpul ini. Pertama, ini merupakan salah
satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang merupakan
salah satu hak asasi manusia. Dasar filosofisnya, manusia
adalah makhluk sosial yang selalu menurut dan berdasarkan
kodratnya cenderung berkumpul dan berserikat dengan
sesamanya. Karena itulah hak pekerja untuk berserikat dan
berkumpul merupakan salah satu hak asasi manusia yang
harus dijamin. Melarang dan melanggar hak ini berarti
merendahkan martabat manusia, khususnya sebagai
makhluk sosial. Kedua, sebagaimana telah dikatakan diatas,
dengan hak untuk berserikat dan berkumpul, pekerja dapat
bersama-sama secara kompak memperjuangkan hak mereka
yang lain, khususnya hak atas upah yang adil. Dengan

9
berserikat dan berkumpul, posisi mereka menjadi kuat dan
karena itu tuntutan wajar mereka dapat lebih diperhatikan,
yang pada gilirannya berarti hak mereka akan lebih bias
dijamin. Tanpa hak berserikat dan berkumpul, mereka akan
sulit bersatu dan itu berarti posisi mereka menjadi lemah.
Konsekuensinya, hak-hak mereka sulit ditegakkan. Karena
itu, setiap pekerja berhak dan dijamin haknya untuk
bergabung dengan sesame pekerjaan lainnya dalam sebuah
serikat pekerja dan secara bersama berhak mengadakan
tawar-menawar dengan pihak perusahaan.
Catatan penting yang perlu diberikan disini adalah
bahwa para manejer puncak diharapkan untuk menjadi
katalisator penting dalam perjuangan menegakkan hak
pekerja ini.
4) Hak atas Perlindungan Keamanan dan Kesehatan
Setiap perusahaan organisasi wajib menyediakan
jaminan kesehatan dan melindungi setiap pekerjanya,
terutama untuk perusahaan yang mengandung risiko cukup
tinggi. Upaya perusahaan dapat berupa penyediaan masker
dan helm pelindung, memelihara lingkungan tempat kerja,
penyediaan alat pemadam kebakaran serta memberikan
jaminan asuransi kesehatan.
5) Hak untuk Diproses Hukum Secara Sah
Hak ini terutama berlaku ketika seseorang pekerja
dituduh dan diancam dengan hukuman tertentu karena
diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan tertentu.
Dalam hal ini, pekerja tersebut wajib diberi kesempatan
untuk mempertanggung jawabkan tindakannya. Ia wajib
diberi kesempatan untuk membuktikan apakah ia
melakukan kesalahan seperti dituduhkan atau tidak.
Konkretnya, kalau ia tidak bersalah ia wajib diberi

10
kesempatan untuk membela diri. Jadi, dia harus di dengar
pertimbangannya, alasannya, saksi yang mungkin bias
dihadapkannya, atau kalau dia bersalah dia harus diberi
kesempatan untuk mengaku secara jujur dan minta maaf.
Ini berarti, baik secara legal maupun moral
perusahaan tidak diperkenankan untuk menindak seseorang
karyawan secara sepihak tanpa mencek atau mendengarkan
pekerja itu sendiri. Tindakan sepihak dengan memecat
pekerja itu misalnya, merupakan tindakan yang sewenang-
wenang dan melanggar hak dan martabat setiap pekerja,
setiap manusia. Siapapun karyawan itu, dia harus didengar
dan harus pula membuktikan bisa dan bukti posisinya
dengan saksi dapat yang diperuntukan.
6) Hak untuk Diperlakukan Secara Sama
Dengan hak ini mau ditegaskan bahwa semua
pekerja, pada prinsipnya, harus diperlakukan secara sama.
Artinya, tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan
entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama,
dan semacamny, baik dalam sikap dan perlakuan, gaji,
maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan
lebih lanjut. Tentu tetap saja ada perbedaan di sana sini,
tetapi perbedaan dalam gaji dan peluang misalnya, harus
didasarkan pada criteria dan pertimbangan yang rasional,
objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka,
misalnya atas dasar kemampuan, pengalaman, prestasi,
kondite, dan semacamnya. Diskriminasi yang didasarkan
pada jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya adalah
perlakuan yang tidak adil.

7) Hak atas Rahasia Pribadi

11
Merupakan hak individu untuk menentukan
seberapa banyak informasi mengenai dirinya yang boleh
diungkapkan kepada pihak lain, artinya pekerja dijamin
haknya untuk tidak mengungkapkan sesuatu yang dianggap
sangat pribadi, namun dengan catatan tidak membahayakan
kepentingan orang lain.
8) Hak atas Kebebasan Suara Hati
Hak ini menuntut agar setiap pekerja harus dihargai
kesadaran moralnya. Ia harus dibiarkan bebas mengikuti
apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang baik.
Konkretnya, pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan
tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik.

Sebaliknya karyawan juga mempunyai kewajiban terhadap perusa-


haan, yang berupa:

 Kewajiban Ketaatan, karyawan harus taat kepada


atasannya, karena ada ikatan kerja antara keduanya. Namun
tentunya taat di sini bukan berarti harus selalu mematuhi
semua perintah atasan, jika perintah tersebut dianggap tidak
bermoral dan tidak wajar, maka pekerja tidak wajib
mematuhinya.
 Kewajiban Konfidensialitas, kewajiban untuk menyimpan
informasi yang bersifat rahasia, karena berkaitan dengan
profesinya. Perusahaan sangat keberatan jika informasi
rahasia jatuh ke pihak lain khususnya pesaing.
 Kewajiban Loyalitas, karyawan harus mendukung dan
merealisasikan tujuantujuan yang telah ditetapkan dan tidak
melakukan sesuatu yang merugikan kepentingan
perusahaan.

12
B. Etika Kerja
Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang
berlaku di lingkungannya, dengan tnjnan untuk mengatur tata krama
aktivitas para karyawannya agar mencapai tingkat efisiensi dan
produktivitas yang maksimal. Etika perusahaan menyangkut hubungan
perusahaan dan karyawannya sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya,
etika kerja menyangkut hubungan kerja antara perusahaan dan
karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim
etika dalam perusahaan, yaitu:
 Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
 Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling
percaya.
 Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai.

Terdapat beberapa hal yang bisa mendorong pekerja berperilaku


etis dalam pekerjaannya, yaitu:

 Komunikasi yang baik, karena tanpa memperhatikan


dimana kita berada saat ini dalam hirarki manajemen, kita
tidak dapt membuat komunikasi yang efektif.
 Ketentuan/standar.
 Keteladanan.

Dengan menggunakan etika bisnis sebagai dasar berperilaku dalam


bekerja, baik digunakan oleh manajemen maupun oleh semua anggota
organisasi, maka perusahaan akan mempunyai sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas adalah yang memiliki
kesehatan moral dan mental, punya semangat dalam meningkatkan
kualitas kerja di segala bidang, mampu beradaptasi dan memiliki
kreativitas tinggi, ulet dan pantang menyerah, serta berorientasi pada
produktivitas kerja.

13
Untuk memiliki SDM yang berkualitas, diperlukan adanya
pemberdayaan karyawan seoptimal mungkin, dengan menciptakan
lingkungan kerja dimana orang-orang merasa dihargai. Pemberdayaan
karyawan yang terintegrasi dengan etika bisnis diharapkan akan
menimbulkan rasa percaya antara manajer dengan karyawan atau antara
atasan dan bawahan, setiap karyawan akan melakukan setiap pekerjaan
dengan penuh rasa tanggung jawab dan jujur, karena mereka sudah
berpatok dengan "kode etik" yang telah ditetapkan perusahaan.

Di sini terlihat jelas bahwa komunikasi antar pegawai ataupun


komunikasi atasan dan bawahan memegang peran agar iklim etika dapat
tercapai. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Yosmnara
(1997) bahwa terdapat 3 alasan yang mendorong mereka melakukan
tindakan tidak etis dalam dunia bisnis, walaupun bertentangan dengan nilai
pribadinya, yaitu:

 Untuk mencapai keuntungan perusahaan.


 Sudah berlaku umum di masyarakat.
 Karena keinginan atasan.

Ditambahkan dalam bukunya Dave Ulrich (1996) menyebutkan


bahwa terdapat empat aspek untuk meraih keunggulan yang harus
dilakukan oleh sumber daya manusia, yaitu:

1) Strategic partner (bagaimana manajemen mengelola SDM


sehingga dapat menjadi rnitra);
2) Administratif expert (bagaimana manajemen menciptakan
efisiensi administrasi);
3) Employee champion (bagaimana manajemen dapat
meningkatkan kontribusi karyawan); serta
4) Agent of change (bagaimana manajemen mendorong
karyawannya untuk berubah).

14
Dengan demikian, kita dapat melihat, bagaimana atasan, atau
manajer dapat mendorong karyawannya untuk berubah, sesuai pola yang
diterapkan oleh perusahaan. Sesuatu yang harus kita bawahi adalah peran
top management sangat mempengaruhi perilaku etis bawahannya.

Cara untuk membangun lingkungan etis adalah dengan


memulainya di tahap puncak, para atasan harus mengatur pola,
menandakan bahwa tingkah laku etis akan mendapat dukungan dan
tingkah laku tidak etis tidak akan ditolelir. Para manajer yang mempunyai
kedudukan atau posisi yang memungkinkan mereka untuk dapat mendidik,
membina dan mempengaruhi banyak orang dalam perusahaan atau
organisasi, sehingga top management mempunyai tanggungjawab atas
pengambilan keputusan dan implemen-tasinya.

Peranan top management di sini akan mengarahkan pilihan


perusahaan untuk beretika atau tidak. Top management memegang peran
kunci untuk membentuk perilaku berbisnis karyawan yang berorientasikan
pada etika bisnis.

Keberhasilan mansjemen dalam pemberdayaan karyawan sangat


ditentukan oleh kesadaran para karyawan terhadap perlunya nilai-nilai
kebenaran dan moral (nilainilai etika) sebagai landasan berperilaku dalam
berbisnis. Pemberdayaan karyawan yang didasarkan pada etika bisnis
merupakan langkah strategis untuk pengurangan biaya dalam jangka
panjang, karena semua pekerjaan dilakukan didasarkan pada standar yang
telah ditetapkan perusahaan, dan masing-masing karyawan sadar akan
tanggungjawab yang diembannya.

Dari sinilah setidaknya kita sadar akan pentingnya penerapan etika


dalam bisnis. Secara umum, ada beberapa cara yang dapat ditempuh
manajemen untuk meningkatkan moral tenaga kerja, yaitu:

15
a. Memberikan kompensasi/imbalan kepada tenaga kerja
dalam porsi yang wajar dengan tidak memaksakan
kemampuan perusahaan.
b. Menciptakan kondisi kerja yang aman dan menyenangkan
c. Meningkatkan spiritual pekerja BAB IV Etika dan
Pekerjaan | 12
d. Memperhatikan masa depan pekerja termasuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
e. Mengkomunikasikan segala informasi secara jujur dan
terbuka dengan pekerja.

Sesuatu yang bisa kita terapkan dalam etika bekerja adalah sistem
reward and punishment agar pelaku bisnis punya batasan dalam perilaku-
nya. Perumusan normanorma ini harus dituangkan secara jelas dan hams
transparan, paling tidak sebelum kesadaran dari hati nurani karyawan yang
paling dalam muncul, sistem reward dan punishment serta promosi dan
mutasi bisa menimbulkan keinginan untuk melakukan hal yang etis,
karena ada imbalan yang akan kita dapat dan bila kita melanggar hukuman
atau sanksi administratif menunggu kita. Hal ini bisa diterapkan saat awal
kita mulai menegakkan dan mensosialisasikan pilar-pilar etika bisnis
dalam sebuah organisasi, paling tidak kita sudah memulainya, daripada
tidak samasekali.

Salah satu alat yang dapat digunakan perusahaan untuk


menciptakan iklim beretika dalam perusahaan adalah dengan menciptakan
kode etik. Kode etik berfungsi sebagai: Inspirasi dan panduan dalam
bekerja, pencegahan dan disiplin, memelihara tanggung jawab,
memelihara keharmonisan, memberikan dukungan. Sebagian besar
perusahaan yang ingin meningkatkan perilaku etis mereka
mengembangkan kode-kode etik untuk organisasi mereka.

Dengan kode etik perusahaan berharap setiap orang di dalam


perusahaan memahami bahwa manajemen tingkat atas berpegang kepada

16
perilaku etis dan mengharapkan para pegawainya juga berperilaku etis.
Kode etik akan menentukan perilaku yang oleh para top management
dianggap etis maupun tidak etis, dimana kode etik menyediakan
seperangkat petunjuk tertulis untuk dijadikan pedoman buat masing-
masing pegawai.

C. Prinsip Etis
Dalam Bekerja Dalam bekerja setidaknya kita bisa mendasarkan
pada prinsip dalam bekerja, yaitu:
1) Bekerja Dengan Ikhlas. Bekerja dengan ikhlas berarti
bekerja dengan penuh kerelaan. Setiap pekerja harus
menyadari bahwa pekerjaan yang dilaksanakannya adalah
karena kemauannya sendiri, bukan paksaan. Pekerja akan
melakukan pekerjaannya, dan tentu saja pihak perusahaan
akan membayar apa yang telah menjadi kewajibannya
kepada pekerja berupa upah atau gaji dengan tepat waktu.
2) Bekerja dengan Tekun dan Bertanggungjawab. Dengan
ketekunan, serumit apapun jenis pekerjaannya, pasti akan
terselesaikan dengan baik. Bertanggungjawab atas hasil
kerja, tindakan dan keputusan yang dibuat. Pekerja yang
bertanggungjawab akan melaksanakan tugasnya dengan
bersungguhsungguh, bertindak berdasarkan
profesionalisme, serta patuh dan setia dalam melaksanakan
tugas
3) Bekerja dengan Semangat dan Disiplin. Bersemangat
berarti mempunyai dorongan .yang tinegi untuk senantiasa
meningkatkan prestasi danbersedia menerima nasihat atau
teguran. Disiplin berarti tertib dalam tindakan, patuh dan
taat kepada peraturan dan undang-undang, dengan disiplin
akan menjamin produktivitas kerja

17
4) Bekerja dengan Kejujuran dan Dapat Dipercaya, memenuhi
janji dan secara tetap memenuhi patokan kejujuran,
ketulusan hati atas segala tindakan dan pernyataan kita.
5) Berkemampuan dan Bijaksana, meningkatkan ketrampilan
untuk diri sendiri maupun untuk orang Iain, berupaya
menambah luas ilmu pengetahuan dan bertindak secara
berhati-hati dengan terus belajar dan menggali ilmu kita,
karena ilmu dan teknologi berkembang dengan begitu
pesatnya. Bijaksana dalam arti terbuka dan responsif
kepada perubahan, sanggup menerima dan memberi
kritikan yang membangun, membuat pertimbangan yang
teliti belum memutuskan sesuatu tindakan, bersabar dalam
menghadapi masalah dan tenang dalam menangani tekanan.
6) Bekerja dengan Berpasangan. Kita bekerja tentu saja tidak
bisa sendiri, pasti memerlukan orang lain, maka itu kita
bekerja wajib saling bantu, saling berdiskusi untuk
menambah wawasan kita. Sifat kerjasama juga dapat
mengeratkan hubungan antara anggota organisasi dan
mewujudkan sinergi yang amat penting terhadap
peningkatan kualitas dan produktivitas.
7) Bekerja dengan Memperhatikan Kepentingan Umum,
artinya kita mendukung peraturan hukum dan memenuhi
tanggungjawab kita kepada masyarakat, kita tidak boleh
merugikan kepentingan umum.

Masalah yang dapat timbul yang berhubungan dengan etika dalam


bekerja yaitu berupa diskriminasi, konflik kepentingan dan penggunaan
sumber-sumber perusahaan. Biasanya masalah yang timbul dalam
ketenaga-kerjaan erat kaitannya dengan ketidakadilan. Persepsi pegawai
mengenai keadilan ini nanti erat kaitannya dengan kepuasan kerja,
kepercayaan pada manajemen dan tingkat perpindahan kerja. Diskriminasi

18
terjadi bila pekerja merasa diperlakukan tidak sama, misalkan karena
perbedaan ras, etnis, agama, usia, status perkawinan atau jenis kelamin
serta keanggotaan serikat buruh atau afiliasi politik.

Diskriminasi dapat terjadi pada saat recruitment, seleksi, kenaikan


pangkat, kondisi pekerjaan, pemutusan hubungan kerja. Contoh lain dari
bentuk diskriminasi adalah pelecehan seksual yang dapat termasuk
tindakan seksual yang tidak diinginkan, lelucon seksual, perlakuan tekanan
untuk kepentingan seksual, anjuran seksual, dan rencana yang
memaksakan dalam hal seksual. Pelecehan seksual adalah suatu tindakan
yang bersifat seksual dimana dapat memberikan kondisi kerja yang
merugikan, termasuk:

1) Timbulnya suasana kerja yang mengancam, tidak


bersahabat, memaksa;
2) Mempengaruhi kinerja dari seseorang; dan atau
3) Pembatasan dari kesempatan seseorang untuk memajukan
karier.

Konflik Kepentingan. Suatu konflik atas kepentingan dapat timbul


bila pekerja mempunyai, secara langsung maupun tidak langsung kepen-
tingan pribadi di dalam mengambil suatu keputusan, dimana keputusan
tersebut seharusnya diambil secara objektif, bebas dari keraguan dan demi
kepentingan terbaik dari perusahaan. Konflik kepentingan muncul saat
kepentingan pribadi pegawai mendorongnya melakukan tindakan yang
mungkin bukan merupakan tindakan yang terbaik bagi perusahaan, dan
tidak melulu selalu berkaitan dengan masalah uang.

Velasques (2005) menjelaskan bahwa konflik kepentingan tersebut


bisa bersifat aktual atau potensial. Konflik kepentingan aktual terjadi saat
seseorang melaksanakan kewajibannya dalam suatu cara yang
mengganggu perusahaan dan melakukannya demi kepentingan pribadi.
Sedangkan konflik kepentingan potensial terjadi saat seseorang, karena

19
didorong oleh kepentingan pribadi, bertindak dalam suatu cara yang
merugikan perusahaan.

Terdapat beberapa situasi konflik atas kepentingan, contohnya:

1) Segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan


dengan, atau berkeinginan mengambil andil di dalam
pemasok, pelanggan atau kompetitor;
2) Segala kepentingan pribadi yang bertentangan dengan
kepentingan perusahaan.
3) Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan
personal yang masih ada hubungan keluarga atau teman
pribadi, atau dengan perusahaan yang dikontrol oleh
personal tersebut;
4) Segala posisi dimana kita mempunyai pengaruh atau
kontrol terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi
dari personal yang mana masih keluarga atau teman
pribadi;
5) Segala penggunaan pribadi maupun berbagi atas informasi
rahasia perusahaan demi suatu keuntungan, seperti anjuran
untuk membeli atau menjual barang milik perusahaan atau
produk, berdasarkan atas informasi tersebut;
6) Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang
bersifat pribadi
7) Segala penerimaan dari keuntungan, selain hadiah atau
hiburan sederhana, dari seseorang atau organisasi yang
berhubungan atau akan berhubungan dagang dengan
perusahaan.

Penggunaan sumber-sumber perusahaan adalah beberapa aktivitas


mungkin akan memberikan keuntungan karyawan secara perorangan, yang
tidak diketahui atau disetujui oleh atasan Anda.

20
Hal ini dapat berupa:

1) Pemakai atau menyalahgunakan milik perusahaan untuk


pemakaian pribadi atau keuntungan pribadi;
2) Secara fisik mengubah atau merusak milik perusahaan
tanpa izin yang sesuai;
3) Menghilangkan milik perusahaan atau memakai jasa
layanan perusahaan tanpa persetujuan dari manajemen
sebelumnya.

D. Whistle Blowing

Kita dapat memberikan contoh salah satu tindakan yang dapat


mendukung perilaku etis yaitu whistle blowing. Whistle blowing di sini
adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
pekerja untuk memberitahukan kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan ataupun atasan secara pribadi kepada pihak lain, baik itu
khalayak umum ataupun instansi atau atasan yang berkaitan langsung
dengan yang melakukan kecurangan tersebut. Jadi tujuan whistle blowing
di sini untuk memperbaiki atau mencegah suatu tindakan yang merugikan.
Namun perlu digarisbawahi di sini bahwa saat kita akan
melaporkan kecurangan tersebut, kita harus benar-benar telah yakin dan
harus berhati-hati dalam menyampaikan permasalahannya (harus didukung
oleh fakta yang jelas dan benar), dan jangan menyebarkan masalah ini
sekehendak hati kita, mengingat akan dampak yang ditimbulkannya.
Velasques (2005) menjelaskan bahwa seseorang memiliki
kewajiban melakukan whistleblowing apabila:
 Orang tersebut memiliki kewajiban untuk mencegah
terjadinya pelanggaran, baik karena itu merupakan bagian
dari tanggung jawab profesionalnya (seperti akuntan,

21
pengacara atau yang lainnya) atau karena tidak ada orang
lain yang mampu atau bersedia mencegahnya;
 Pelanggaran tersebut bisa mengakibatkan kerugian serius
terhadap kesejahteraan masyarakat, mengakibatkan
ketidakadilan pada seseorang atau suatu kelompok, atau
merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak moral
seseorang atau banyak orang.

Ada dua macam whistle blowing, yaitu:

 Whistle blowing internal. Ini terjadi dalam lingkup internal


perusahaan, dimana yang melakukan kecurangan adalah
individu di dalam perusa haan, kemudian dilaporkan ke
atasan yang bersangkuton, karena tindakannya dapat
merugikan perusahaan.
 Whistle blowing eksternal, ini terjadi jika yang melakukan
kecurangan adalah perusahaannya, dimana akibat yang
ditimbulkannya berdampak negatif pada masyarakat,
sehingga pekerja mengungkapkan kecurangan tersebut
kepada khalayak umum. Secara umum ini merupakan
indikasi mengenai adanya kegagalan serius dalam sistem
komunikasi internal perusahaan, karena perusahaan tidak
mempunyai kebijakan atau prosedur yang jelas yang
memungkinkan pegawai menyampaikan pertimbangan-
pertimbangan moral mereka di luar perintah yang standar.
Velasques (2005) menyebutkan bahwa whistleblowing
eksternal secara moral dibenarkan jika:
a) Ada bukti yang jelas, kuat dan cukup komprehensif
bahwa suatu organisasi melakukan aktivitas yang
melanggar hukum atau ber-akibat serius pada pihak
lain

22
b) Usaha-usaha lain telah dilakukan untuk
mencegahnya melalui whistleblowing internal dan
gagal.
c) Dapat dipastikan bahwa tindakan whistleblowing
eksternal akan mampu mencegah kerugian tersebut.
d) Pelanggaran tersebut cukup serius dan lebih buruk
dibandingkan akibat tindakan whistleblowing pada
diri seseorang, keluarganya, dan pihak-pihak lain.

Thomas Jhon dalam Linda Trevino berteori bahwa setiap isu etika
mempunyai enam komponen moral yang menyumbang pada intensitas
moral yaitu:

 Magnitude of consequences, merupakan dampak dari


kerugian-kerugian yang akan ditimbulkan terhadap
korban/ahli waris.
 Social consensus, tingkatan dari perjanjian sosial yang
mengakibatkan suatu tindakan baik/buruk.
 Probability of effect, kemungkinan bahwa tindakan-
tindakan akan terjadi secara tepat dan akan menyebabkan
kerugian.
 Temporal immediacy, rentang waktu antara saat sekarang
dan permulaan timbulnya konsekuensi-konsekuensi.
 Proximity, perasaan dekatnya terhadap korban baik dari
segi sosial, psikologi maupun fisik.
 Concentration of effect, merupakan fungsi kebalikan dari
sejumlah orang yang dipengaruhi oleh suatu tindakan.

E. Tampilan Etika yang Kuat

Saat kita ingin menilai etika kerja seorang karyawan, kita bisa
melihat dari 'hasil yang diberikan dari pekerjaan yang dilakukannya.

23
Secara umum, para karyawan yang menampilkan etika kerja yang kuat
menerapkan beberapa tindakan seperti ini:

1) Datang tepat waktu, setiap hari.


Ya! Setiap hari. Ini juga bisa diartikan secara
umum. Maksudnya, karyawan selalu datang tepat waktu
jam 9:00 pagi dan bekerja sampai 5:00 sore. Namun, ini
juga dapat diartikan bahwa ketika jam kerja, mereka benar-
benar melakukan pekerjaan mereka. Tidak berjalan-jalan di
luar kantor tanpa sepengetahuan bos, atau asyik membuka
media sosial saat mengerjakan pekerjaan kantor.
2) Melakukan apa yang perlu dilakukan
Seseorang yang memiliki etika kerja yang kuat,
mereka akan mengerjakan semua tugas kerja yang mudah
dan yang sulit sekalipun. Mereka tidak akan pergi
meninggalkan tanggung jawab yang harus mereka kerjakan.
Semuanya akan mereka kerjakan sampai selesai.
3) Tetap bekerja meskipun situasi buruk menghampiri.
Tidak peduli seberapa besar cobaan dan godaan
yang datang untuk mengganggu fokus kerja kita, atau
membisikkan kita agar tidak bekerja dan kembali bersanta-
santai, orang-orang yang memiliki etika kerja yang sangat
kuat akan mampu melawan semua godaan itu. Misalnya,
saat hujan rintik-rintik dan kita merasa kurang enak badan,
dengan etika kerja yang kuat, kita tidak akan bolos kerja.
Namun, jika seorang karyawan benar-benar merasa sakit
yang tidak tertahankan dan cuaca juga semakin memburuk,
misalnya hujan dengan angin kencang. Maka, situasi
berbahaya tersebut bisa menjadi alasan yang kuat seseorang
tidak bekerja, dan bukan berarti mereka tidak memiliki
etika kerja yang baik.

24
4) Selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Nah, seseorang yang memiliki etika kerja yang baik
juga akan selalu memberikan upaya yang terbaik yang dia
miliki. Semua ini dilakukan demi mendapatkan hasil yang
terbaik juga. Seperti yang sudah dibahas di awal, etika kerja
yang baik dapat dinilai berdasarkan hasil yang diberikan
dari pekerjaan yang seseorang lakukan

F. Cara Meningkatkan Moral Pekerja

Ada banyak cara untuk menanamkan moral karyawan yang positif


dan tidak selalu mesti dengan cara menambah pundi-pundi gani mereka.
Perusahaan yang besar dan tim yang puas memiliki sikap umum yang
positif, dan rasa kepuasan kerja yang terkait dengan kesejahteraan secara
umum. Singkat kata, meningkatkan budaya perusahaan tidak hanya
meningkatkan secara signifikan produktivitas dan efektivitas perusahaan
saja, namun juga kehidupan tim Anda. Berikut cara melakukannya
 Tingkatkan lingkungan kerja
Ini tidak mesti mahal seperti kedengarannya.
Terutama di tengah-tengah pandemi seperti sekarang,
banyak UKM yang bekerja di ruang sempit, bahkan garasi,
namun mereka masih menikmatinya. Salah satu hal
terpenting adalah cahaya alami. Banyak penelitian telah
membuktikan kaitan antara hal ini dengan kesejahteraan
dengan 80% karyawan mengatakan bahwa hal itu penting
bagi mereka. Tambahkan beberapa tanaman, sediakan alat
pembuat kopi berkualitas, tambahkan satu atau dua
kopinya, atsa pasang bantal besar untuk bersantai di ruang
kantor, tiba-tiba kantor ita menjadi pusat perhatian. Bekerja
dalam lingkungan yang redup dan membosankan tidak
hanya berdampak pada kewaspadaan dan keterlibatan

25
secara keseluruhan, tapi juga berdampak serius pada
kesehatan mental
 Peduli dengan kesehatan jiwa
Bagaimana pun juga, moral karyawan juga sama
berlaku di lingkungan kerja dari rumah atau jarak jauh
seperti kantor sesungguhnya, karena itu menawarkan area
dukungan seperti kesehatan jiwa itu sangat penting.
Pengakuan karyawan tidak hanya terkait memperhatikan
beberapa keberhasilan kerja, namun juga mengakui mati di
balik layar pekerjaan hebat itu. Anda mungkin tidak dapat
menjalankan seluru departemen sumber daya manusia,
namun Anda harus memiliki staf atau karyawan yang adil,
tidak memihak yang dican karyawan untuk meminta
bantuan. Dengan semangat yang sama, Anda harus
fleksibel dengan anggota tim yang perlu berada dalam
kondisi terbaik. Ini berarti Anda tidak mesti menghakimi
ketidakhadiran karena masalah kesehatan jiwa sebagai tidak
penting dibandingkan dengan anggota tim yang sakit tidak
masuk kerja karena flu.
 Menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi
Bekerja yang fleksibel dan membolehkan tim
bekerja dari rumah adalah hal yang perlu dipertimbangkan
secara serius jika Anda belum melakukannya.
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
yang sempurna berarti bahwa kehidupan yang berkualitas
di rumah karyawan Anda tidak terganggu oleh jam kerja
mereka. Ini bisa berupa mengurangi biaya dan lama waktu
bolak balik ke kantor dengan mengizinkan mereka bekerja
dan rumah dan menghabiskan waktu berharga tambahan
mereka bersama keluarga. Ini dapat berarti membiarkan

26
mereka berhenti dan mulai bekerja pada waktu-waktu
seputar komitmen kehidupan pribadi mereka, sepanjang
mereka mengalokasikan jumlah jam mereka untuk bekerja.
Namun demikian, jika kantor Anda ingin menerapkan hal
ini, pastikan bahwa Anda melakukan yang terbaik untuk
mengakomodasi kebutuhan tim Anda, tidak hanya
kebutuhan bisnis saja
 Hierarki rata
Sudah menjadi norma yang diterima di kantor
modem, pemilik bisnis dan bos harus menghilangkan segala
ego mereka. Dalam banyak bisnis sekarang ini, Anda bisa
masuk ke sebuah kantor dan tidak mengetahui siapa
bosnya, karena semua orang diperlakukan setara. Untuk
menghilangkan hierarki yang kaku, Anda membebaskan
pekerja dari konsep kolot "tetap berada di tempatnya" atau
"tahu din. Dengan demikian Anda akan mendorong mereka
membagikan ide-ide baru dan mengatasi masalah secara
kreatif dan tidak dibatasi oleh pangkat. Bis harus dapat
mudah diajak bicara seperti halnya rekan kerja yang lebih
yunior, dan kontribusi rekan kerja yang lebih yunior harus
sama diakuinya dengan kontribusi pimpinan tim itu.
 Jangan melarang bersenang-senang
Memasukkan kegembiraan dan mendorong obrolan
santai harus menjadi kunci untuk menciptakan keakraban
yang sebenarnya di antara staf Dengan bantuan aplikasi
pesan seperti Slack dan beberapa emoji pilihan, proyek
yang paling membosankan sekalipun dapat dibuat lebih
baik jika dikerjakan oleh tim yang selalu siap membuat
suasana suram menjadi menyenangkan dan, lebih baik lagi,
dengan suasana hati yang baik akan menghasilkan
pekerjaan yang baik. .

27
 Biarkan tim Anda mengetahui bahwa mereka telah bekerja
dengan sangat baik Masukan karyawan adalah area yang
sering dikeluhkan pekerja karena jarang dilakukan di
tempat kerja. Ya, tim Anda boleh saja memiliki bantal
santai, mesin kopi canggih, dan meja biliar di kantor untuk
dimainkan setelah istirahat makan siang. namun jika
karyawan tidak diberi masukan, mereka tidak akan pernah
tahu cara memperbaiki diri. Pengembangan dan
pertumbuhan karyawan merupakan faktor penting bagi
banyak karyawan, tidak ada seorang pun yang tidak mau
tidak maju.
Pastikan bahwa Anda sering melakukan evaluasi
dengan tim dan buat rencana tindakan agar mereka dapat
maju dan memperbaiki din. Evaluasi karyaan harus
dilakukan sekurangnya sekali setahun, namun tidak mesti
menjadi sebuah acara yang menakutkan atau dihindari.
Mereka harus merasa acara evaluasi sebagai sebuah acara
yang terbuka dan jujur yang memfokuskan pada apa yang
telah baik mereka lakukan, dapat tingkatkan atau perbaiki,
dan bantuan yang bisa Anda berikan kepada mereka setiap
saat Dengan menunjukkan bahwa Anda memberi perhatian
pada perkembangan profesional karyawan merupakan salah
satu indikasi paling jelas bahwa mereka dihargai.

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai ilmu etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari


keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Etika diarahkan kepada perilaku
manusia yang dilakukan secara sadar dan atas kemauan sendiri. Sedangkan
Karyawan (workforce) karyawan meliputi seluruh pekerja non- manajer (non-
managerial). Karyawan meliputi serangkaian tugas yang harus dilakukan sesuai
dengan uraian jabatan (job description) yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etika kerja adalah acuan
atau aturan norma yang dijadikan pedoman dalam bekerja, dimana aturan tersebut
dimiliki oleh setiap perusahaan untuk diikuti oleh seluruh karyawan termasuk
pimpinan, sehingga akan mampu membentuk nilai moral yang baik.

B. Saran

Diharapkan bagi para pembaca, terutama mahasiswa untuk bisa mengerti


lebih dalam lagi mengenai etika dan pekerja karena dengan adanya pemahaman
yang lebih akan mendorong kita untuk dapat memperluas wawasan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dion Staff Gunadarma, 2019, Etika Dan Pekerjaan, Jakarta

Hamzah Arifin, 2018, Etika dan Pekerja, Medan

Umi Miftachu Amalina Mahbab, 2017, Pengaruh Etika dan Pekerja, Tulungagung

30

Anda mungkin juga menyukai