Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
DASAR TEORI
CSR dapat dikatakan sebagai tabungan masa depan bagi perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan hanya sekedar
keuntungan secara financial namun lebilh pada kepercayaan dari masyarakat sekitar
dan para stakeholdersberdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Penelitian yang
dilakukan Sandra Waddock dan Samuel Graves membuktikan bahwa perusahaan yang
memperlakukan stakeholders mereka dengan meningkatkan kelompok mereka sebagai
suatu bentuk manajemen yang berkualitas.
B. TEORI STAKEHOLDER
Stakeholder perusahaan adalah semua pihak yang berkepentingan dalam hal ini
mendapat pengaruh ataupun memberikan pengaruh pada tujuan, strategi dan aktifitas
perusahaan Mereka biasanya adalah pemegang saham, manajemen pengelola baik sebagai
team ataupun personal, karyawan, konsumen, jaringan pasar, jaringan pemasok, media,
regulator (pemerintah) asosiasi bisnis dan masyarakat yang mendapatkan dampak dari
kehadiran perusahaan.
Pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu isu tapi
juga sifat hubungan stakeholder dengan isu, sikap. pandangan, dan pengaruh stakeholder itu.
Aspek-aspek ini sangat penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.
1. Kategori stakeholder
c. Stakeholder Kunci
· Pemerintah Kabupaten
· DPR Kabupaten
Setiap perusahaan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap CSR, dan cara
pandang inilah yang bisa dijadikan indikator kesungguhan perusahaan tersebut dulam
melaksanakan CSR atau hanya sekedar membuat pencitraan di masyarakat. Setidaknya
terdapat tiga kategori paradigma perusahaan dalam menerapkan program CSR menurut
Wibisono (2007, hal.73).diantaranya:
Pertama, Sekedar basa basi dan keterpaksaan, artinya CSR dipraktekkan lebih
karena faktor ekstemal, baik karena mengendalikan aspek sosial (social driven) maupun
mengendalikan aspek lingkungan (environmental driven). Artinya peinenuhan
tanggung jawab sosial lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan daripada kesukarelaan.
Berikutnya adalah mengendalikan reputasi(reputation driven), yaitu motivasi
pelaksanaan CSR untuk mendongkrak citra perusahaan.Banyak korporasi yang sengaja
berupaya mendongkrak citra dengan memanfaatkan peristiwa bencana alam seperti
memberi bantuan uang, sembako, medis dan sebagainya, yang kemudian perusahaan
berlomba menginformasikan kontribusinya melalui media massa. Tujuannya adalah
untuk mengangkat reputasi.
Selain market driven, driven lain yang sanggup memaksa perusahaan untuk
mempraktekan CSR adalah adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan
oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun
global, Padma (Pandu Daya Masyarakat) yang digelar oleh Depsos dan Proper
(Program Perangkai Kinerja Perusaliaan) yang dihelat oleh Kementrian Lingkungan
Hidup.
Apabila dikaitkan dengan dengan teori tanggung jawab sosial dengan aktivitas
perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih menekankan
pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan stakeholder dalam arti luas dari pada
kepedulian perusahaan terbadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan demikian
konsep tanggung jawab sosial lebih menekankan pada tanggung jawab perusahaan atas
tindakan dan kegiatan usahanya yang berdampak pada orang-orang tertentu,
masyarakat dan lingkungan di mana perusahaan melakukan aktivitas usahanya
sedemikian rupa sehingga tidak berdampak negatif pada pihak tertentu dalam
masyarakat.
Konteks tanggung jawab sosial (CSR) dalam hal ini ada kewajiban bertanggung
jawab atas perintah undang-undang, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti
rugi atas kerusakan apa pun yang telah ditimbulkan. Tanggung jawab sosiai berada pada
ranah moral, sehingga posisinya tidak sama dengan hukum. Moral dalam tanggung
jawab sosial lebih mengarah pada tindakan lahiriah yang didasarkan sepenuhnya dari
sikap batiniah, sikap inilah yang dikenal dengan "moralitas" yaitu sikap dan perbuatan
baik yang betul-betul tanpa pamrih. Sedangkan tanggung jawab hukum lebih
menekankan pada kesesuaian sikap lahiriah dengan aturan, meskipun tindakan tersebut
secara obyektif tidak salah, barangkali baik dan sesuai dengan pandangan moral,
hukum, dan nilai-nilai budaya masyarakat. Namun demikian kesesuaian saja tidak
dapat dijadikan dasar untuk menarik suatu kesinpulan karena tidak tahu motivası atau
maksud yang mendasarinya.
Saat ini kondisi Indonesia menghendaki adanya CSR sebagai suatu kewajiban
hukum. Hal ini mengingat belum adanya kesadaran moral yang cukup dan. bahkan
seringkali terjadi sesuatu yang diatur saja masih dilanggar, apalagi kalau tidak diatur,
misalnya terjadi perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, tidak membayar
pajak. Kemudian kebanyakan perusahaan juga cenderung membuat jarak dengan
masyarakat sekitar. Apabila situasi dan kondisi yang terjadi masih seperti tersebut di
atas, maka hukum harus berperan. Tanggung jawab perusahaan yang semula adalah
tanggung jawab non hukum (responsibility) akan berubah menjadi taaggung jawab
hukum (liability). Otomatis perusahaan yang tidak memenuhi perundang-undangan
dapat diberi sanksi.
BAB III
A. KASUS
“Sampai sekarang saya ingin membuktikan kata-kata city car dan irit dari mobil
itu,” ujarnya ditemui wartawan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (10/4).
Setelah satu bulan pemakaian, Milla menemukan kenyataan butuh satu liter
bensin untuk pemakaian mobil pada jarak 7,9 hingga 8,2 kilometer (km). Rute yang
sering dilalui Milla adalah Buncit–Kuningan-Buncit. Semuanya di Jakarta Selatan.
Hasil deteksi mandiri itu ditunjukkan ke Nissan cabang Warung Buncit dan Nissan
cabang Halim.
Berdasarkan iklan yang dipampang di media online detik dan Kompas, Nissan
March mengkonsumsi satu liter bensin untuk jarak bensin 21,8 km. Informasi serupa
terdapat di brosur Nissan March. Karena itulah Milla berkeyakinan membeli satu unit
untuk dipakai sehari-hari. “Di iklan itu ditulis berdasarkan hasil tes majalah Autobild
edisi 197 tanpa mencantumkan rute kombinasi,” imbuhnya.
Pihak Nissan melakukan tiga kali pengujian setelah pemberitahuan Milla. Milla
hanya ikut dua kali proses pengujian. Lantaran tak mendapatkan hasil, Milla meminta
dilakukan tes langsung di jalan dengan mengikutsertakan saksi. “Saya berharap
diadakan road test dengan ada saksi,” kata karyawati swasta itu.
B. PEMBAHASAN
Dalam kasus ini, pihak Nissan jelas- jelas telah menyalahi aspek moral dengan
melakukan penipuan iklan terhadap konsumen. Karena pihak Nissan telah memberikan
iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan konsumen yang telah membeli
produk tersebut merasa dirugikan.