Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanggung Jawab Pemberi Kerja dan Hak
Karyawan.”. Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Pipih Nurjamilah, S.T., M.Sc sebagai
dosen mata kuliah Etika Bisnis yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami
lebih tahu mengenai tanggungjawab pemberi kerja dan hak karyawan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat secara maksimal bagi kegiatan
pembelajaran mata kuliah Etika Bisnis. kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat
belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
3.2 Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui isu-isu etis ditempat kerja: lingkungan saat ini.
2. Mengetahui definisi parameter dari hubungan kerja.
3. Mengetahui memungkinkan atau tidak untuk melakukan perampingan dengan cara
yang etis
4. Menjelaskan sifat tanggung jawab pemberi kerja terkait dengan kesehatan dan
keselamatan kerja.
5. Mengetahui hak dan tanggung jawab dalam konflik: diskriminasi, keragaman, dan
tindakam afirmatif di tempat kerja.
6. Mengetahui contoh kasus kecelakaan kerja terkait tanggung jawab pemberi kerja
dan hak karyawan.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca khususnya
para calon pebisnis memiliki dan mengerti akan wawasan yang utuh mengenai
kewajiban pemberi kerja dan hak-hak yang harus diterima oleh karyawan sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan bisnis yang real di masyarakat pada
umumnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
konteks legal, due process mengacu pada proses yang harus diikuti oleh polisi dan
pengadilan dalam menjalankan wewenangnya kepada warga negara.
Secara serupa due process ditempat kerja mengakui wewenang pemberi kerja
terhadap karyawannya. Pemberi kerja dapat memberitahu karyawan apa yang harus
mereka lakukan dan kapan serta bagaimana melakukannya. Pemberi kerja dapat
melaksanakan kendali seperti itu karena pemberi kerja memiliki kemampuan untuk
mendisiplinkan atau memecat seorang karyawan yang tidak patuh terhadap
wewenangnya. Karena begitu besarnya nilai dari pekerjaan bagi kebanyakan orang,
ancaman kehilangan pekerjaan merupakan motivasi yang sangat besar untuk
mematuhi pemberi kerja. Namun, keadilan dasar –diimplementasikan melalui due
process- menuntut agar kekuasaan ini digunakan secara adil. Definisi dari keadilan
dasarlah yang tetap menjadi tantangan.
Ironisnya, hukum tidak selalu jelas mendukung mandat keadilan. Kebanyakan
hukum mengenai pekerjaan di Amerika Serikat justru disusun berdasarkan sebuah
konteks doktrin legal yang dikenal dengan employment at will. Employment At Will
(EAW) berpendapat bahwa, jika tidak ada kesepakatan kontraktual tertentu atau
kewajiban hukum lainnya yang merinci masa kerja atau kondisi pekerjaan, semua
karyawan dipekerjakan “sesuai keinginannya (at will)”. Ini berarti, kecuali ada sebuah
perjanjian merinci sebaliknya, perusahaan bebas untuk menghentikan seorang
karyawan kapanpun dan untuk alasan apapun. Didalam pernyataan keputusan
pengadilan awal “semua dapat memberhentikan karyawan sesuai keinginannya, baik
dalam jumlah yang banyak atau sedikit, untuk alasan yang baik, tanpa alasan, atau
bahkan alasan yang salah secara moral”. Dalam cara yang sama, seorang pekerja
EAW dapat memilih untuk meninggalkan pekerjaannya kapan pun untuk alasan apa
pun, tanpa pemberitahuan sama sekali, sehingga kebebasan ini secara teoritis berlaku
untuk kedua belah pihak.
Namun, elemen yang krusial untuk mengenali pengecualian ini adalah fakta
bahwa EAW memiliki prioritas kecuali jika karyawan dapat membuktikan bahwa
kasusnya merupakan salah satu dari pengecualian tersebut. Ini berarti, EAW berada
pada posisi awal yang dianggap berlaku oleh pengadilan hingga dan kecuali jika suatu
pengecualian dapat diperlihatkan. Beban pembuktian berada pada karyawan yang
diberhentikan untuk menunjukan bahwa dirinya dipecat secara tidak adil atau tidak
legal. Due process dan penyebab yang sah (just cause), baik terkandung sebagai
bagian dari kebijakan internal perusahaan maupun melalui undang-undang, akan
4
membalikan beban pembuktian kepada pemberi kerja dan masyarakat pemberi kerja
untuk memperlihatkan sebab yang dapat membenarkan pemberhentian seorang
karyawan.
Isu due process juga muncul dalam konteks pekerjaan yang lainnya.
Karyawan secara konstan disupervisi dan dievaluasi ditempat kerja, dan tunjangan-
tunjangan seperti gaji, kondisi kerja, dan promosi dipakai juga untuk memotivasi
karyawan. Jadi, diperlakukan secara adil ditempat kerja juga melibatkan keadilan
dalam hal-hal seperti promosi, gaji, tunjangan, dll. Karena keputusan ini biasanya
dibuat berdasarkan penilaian kinerja, hak due process seharusnya juga diperluas
sampai aspek tempat kerja ini.
5
2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja disebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan k3 adalah
untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melidungi
rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan
orang lain yang tetlibat tetapi berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek
k3 melipuli pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka
dan perawatan untuk pekerja serta menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia,
fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi
kesehatan kerja.
Dalam hal ini, kesehatan dan keselamatan kerja memiliki nilai instrumental
yang sangat tinggi karena sebagian dari nilai ini berasal dari fakta bahwa kita
menggunakannya untuk meraih hal-hal yang berharga. Dengan demikian, asuransi
memberikan kompensasi bagi karyawan yang mengalami cedera dengan
membayarkan upahnya yang hilang sebagai akibat dari ketidak mampuannya untuk
bekerja.
Selain nilai yang dimilikinya sebagai sebuah alat, kesehatan dan keselamatan
itu sendiri juga bernilai. Keduanya juga memiliki nilai intrinsik selain nilai
instrumentalnya. Untuk memahami perbedaan ini, pikirkan bagaimana seseorang
dapat merespon pertanyaan mengenai berapa harga nyawanya. Nyawa seseorang yang
meninggal dalam kecelakaan di tempat kerja memiliki nilai instrumental yang dapat
diukur sebagian, dengan hilangnya sejumlah upah yang akan dihasilkan oleh orang
tersebut apabila ia masih hidup. Akan tetapi nilai uang yang hilang ini tidak dapat
mengukur nilai intrinsik dari nyawa manusia.
Tujuan program kesehatan dan keselamatan kerja
Program kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim
yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan
dab penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggung jawabkan oleh
pihak-pihak yang bersangkutan. Beberapa tujuan program k3 adalah :
6
a) Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan
perusahaan.
b) Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan.
c) Menghemat biaya premi asuransi.
d) Menghindari tuntutan hukum dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada
karyawannya.
Penyebab kecelakaan kerja
Menurut MANGKUNEGARA (2008)faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja
yaitu:
1. Keadaan tempat lingkungan kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
a) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
b) Pembuangan limbah dan kotoran yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan udara
a) Pergantian udara diruang kerja yang kurang baik ( ruang kerja yang
berdebu,kotor,dan berbau tidak enak ).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya,remang-remang.
4. Pemakaian peralatan kerja
a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin atau alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi fisik dan mental pegawai
a) Stamina pegawai yang tidak stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, dan
kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai
yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang nembawa bahaya.
Pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan kasus yang paling
dominan ditempat kerja dan cenderung meningkat dari waktu ke waktu baik secara
7
nasional maupun global. Di indonesia, kasus penyakit akibat kerja tidak terdata
mengingat kasusnya tidak dilaporkan karena tidak ada pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja, hanya kejadian kecelakaan kerja yang dicatat dan dilaporkan. Kasus kecelakaan
kerja dan jumlah kematian akibat kecelakaan kerja akan melonjak apabila upaya
pencegahan tidak dilakukan.
Iklim K3 diperusahaan berkolerasi dengan angka kesehatan kerja, angka
kecelakaan kerja lebih sedikit terjadi di perusahaan denggan iklim (pelaksanaan) K3
yang baik dibandingkan perusahaan dengan iklim k3 yang tidak kondusif dalam arti
tidak ada upaya pengendalian resiko yang merupakan inti dari pelaksanaan K3.
Pada dasarnya UU di Indonesia mengatur hal-hal yang menjadi kewajiban
perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Diantara
kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan adalah:
a) Perusahaan harus menaati standar kesehatan yang ditetapkan pemerintah
dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
b) Perusahaan juga harus bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan kerja.
c) Pihak perusahaan juga harus menanggung biaya perawatan dan pengobatan
karyawannya.
8
menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di indonesia yaitu lembaga
asuransi jaminan kesehatan PT Askes indonesia menjadi BPJS kesehatan dan lembaga
jaminan sosial ketenaga kerjaan PT jamsostek menjadi BPJS ketenaga kerjaan.
2.5 Hak dan Tanggung Jawab Dalam Konflik : Diskriminasi, Keragaman, dan
Tindakan Afirmatif
9
Perbandingan penghasilan memberikan indikator paling sugestif atas
diskriminasi.
Perbandingan penghasilan terjadi antara keluarga kulit putih dengan keluarga dari
kaum minoritas, dan juga antar gender. Penghasilan kelompok penghasilan terendah
kelompok penghasilan paling rendah menurut statistik berkorelasi dengan ras dan
jenis kelamin. Perbandingan pekerjaan yang diminati pada semua kelompok pekerjaan
besar, persentase pria kulit putih yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang lebih
tinggi juga lebih besar, sementara kaum minoritas dan perempuan sebagian besar
memiliki pekerjaan dengan gaji kecil dan kurang diminati.
10
Tindakan Afirmatif (affirmative action) merujuk kepada sebuah kebijakan /
program yang berusaha untuk menanggapi berbagai contoh diskriminasi dimasa lalu
dengan mengimplementasikan langkah-langkah proaktif guna menjamin adanya
kesempatan yang sama dimasa kini, mengambil bentuk penyertaan secara sengaja
dalam bidang pekerjaan, pendidikan, lingkungan dari kelompok yang sebelumnya
dikecualikan.
Empat orang pekerja cleaning servis di pabrik gula rafinasi PT Darma Pala
Usaha Sukses,tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Salah satu pekerja
selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator kran
tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-
nutupi insiden ini. Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi OT Darma Pala Usaha
Sukses yang ada di kompleks Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar
pukul 10.30 WIB. Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian
dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas dan
mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan mencapai 400
derajat celcius. Akibatnya, ke empat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika
dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap. Para korban yang tewas
semuanya warga cilacap yakni feri, Jumono, Puji, dan Karsito. Sedangkan pekerja
yang selamat bernama Adi berhasil menyelamatkan diri,namun mengalami luka
parah. Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengalir kedalam
tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga
operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.
11
Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut,
karena semua pimpinan di pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar
saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas
musibah tersebut.
Analisis kasus :
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar
kecelakaan kerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator
kran. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut,
seharusnya sang operator kran bersikap berhati-hati serta teliti. Karyawan saat
memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelidung diri agar terhidar
dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan
manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan
tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya
terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan
loss atau kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan
meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat
memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila
teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut
dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat
orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan
di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi
kecelakaan, inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari
kegiatan ini tentu untuk meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta
keselamatan pada perusahaan tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat
serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan tersebut. Namun, sayangnya sikap
dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat
menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan dapat
mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini
masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada
perusahaan yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.
12
Solusi :
Untuk kasus yang terjadi pada pabrik gula diatas, ada beberapa alternatif
pencegahan, yaitu:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memiliki
standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi,
alat-alat pelindung diri, monitoringperalatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawasan yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan
yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang
berbahaya, pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya.
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja
pada karyawan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberi kerja harus dapat memenuhi peraturan ketenagakerjaan sehingga
terjalin hubungan kerja sama yang sehat antara pemberi kerja dan karyawannya,
berdasarkan kesadaran yang tinggi untuk melakukan dan mengadakan pekerjaan. Dan
pihak pemerintah sebagai pengawas terhadap pihak pelaksana perundang-undangan
ketenagakerjaan hendaknya merespon dan tanggap terhadap masalah yang sedang
tejadi.
3.2 Saran
Kami berharap setiap pemberi kerja mau memperhatikan tenaga kerjanya
bukan hanya sekedar mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan memiliki
sumberdaya manusia yang berkualitas dan sehat maka usaha yag dijalani akan
memberi keuntungan yang diinginkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hartman, LP. 2008. Etika bisnis: pengambilan keputusan untuk integritas pribadi &
tanggung jawab sosial. Pujianti D, Penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia, Inc.
https://www.academia.edu/19639852/Etika_Bisnis_Tanggung_jawab_perusahaan_ter
hadap_kesehatan_dan_keselamatan_Kerja_K3_ [14 Maret 2019]
15