Anda di halaman 1dari 11

Makalah

PENINGKATAN KINERJA TIM DAN PERORANGAN PADA ORGANISASI

pengampu : Dewi Nur Aini, M.pd


Mata kuliah : etika manajemen
Disusun oleh : Risky Ramadhani

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-HIKMAH


PISANH BARU_BUMI AGUNG_WAY KANAN
2022-2023
Kata pengantar

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga dengan keridaan-Nya dan kerja keras penulis makalah tentang peningkatan kinerja
tim dan perorangan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Manajemen kinerja yang telah memberikan tugas terhadap saya. Dan saya juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Dengan adanya makalah ini, saya mengharapkan kita dapat ikut
andil dalam memanfaatkan ilmu yang ada. Karena kebanyakan dari kita ada yang
menganggap sepele mengenai kinerja tim.

Saya jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah dari study yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya,maka keritik dan saran yang
membangun senantiasa saya harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Penulis : risky ramadhani


Daftar isi :

Bab 1

Pendahuluan

Abstrak

1.1 latar belakang


1.2 Rumusan masalah

Bab 2

Isi

2.1 kerja sama tim

2.2 tahap pengembangan tim

2.3 karakteristik tim yang efektif

2.4 pemecahan masalah

Bab 3 penutup

Kesimpulan dan saran penulisan


Bab 1

Pendahuluan

Abstrak

Kerjasama tim jauh lebih baik dalam mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi, daripada bekerja
secara individu.

Kerjasama tim harus difungsikan dalam institusi dan harus mendapatkan kesempatan yang seluas-
luasnya dalam situasi-situasi menentukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan
memecahkan masalah.

Pembentukan tim ada empat tahap yang dilalui, yaitu: (1) Forming (tahap pembentukan); (2)
Storming (tahap konflik); (3) Norming (tahap pembentukan norma); (4) Performing (tahap
penunjukkan kinerja).

Keywords: Kerjasama tim, kinerja

1.1 LATAR BELAKANG

Pekerjaan yang dikerjakan besama adalah hal yang biasa dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Di
organisasi, hal semacam ini hampir setiap hari bisa ditemui. Namun, tidak semua usaha bisa
menerapkan konsep kerjasama tim secara benar.

Organisasi adalah suatu sistem. Masyarakat adalah sebuah sistem. Orang yang tinggal ditengah
masyarakat, tetapi merasa tidak butuh orang lain, tidak akan bisa berjalan dengan normal.
Organisasi tanpa anggota tidak akan berjalan. Sekolah tanpa perangkat pendukung tidak akan
berjalan normal. Sekolah dengan banyak staf, tetapi tidak ada pemimpin, tidak sempurna. Sehingga,
semua unsur harus berfungsi secara simultan menurut area perannya masing-masing. Seorang guru
memerlukan staf administrasi, staf administrasi memerlukan siswa, seorang kepala sekolah
memerlukan komite, masyarakat memerlukan sekolah, semua membentuk sinergi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam kehidupan operasional sehari-hari di sekolah, setiap anggota tim harus cermat
memperhatikan langkah pendahulunya. Jika lancar, maka langkah perlu diteruskan. Namun jika
langkah pendahulunya salah, maka langkah orang kedua, ketiga, dan seterusnya harus memilih
alternatif lainnya. Ada unsur learning process atau proses belajar untuk setiap langkah yang dilalui.
Proses belajar menjadi bearti dan menarik jika dikerjakan bersama-sama oleh semua unsur dalam
organisasi. Tidak mementingkan eksistensi diri sendiri, dengan mengganti semua yang bagus hanya
karena hasil pemikiran orang lain.

Kumpulan orang pandai belum tentu membuahkan hasil yang cerdas. Karena dalam kerja sama tim
perlu saling toleransi, terkadang ada orang yang tidak sanggup melakukan sesuatu disuatu bidang.
Orang lain yang lebih mampu seharusnya datang membantu untuk melakukan pekerjaannya,
terutama jika orang yang tidak mampu dating dan minta tolong. Tetapi sebaliknya yang sering terjadi
di lapangan, hanya karena kepentingan pribadi lebih tinggi dari kepentingan bersama.

Salah satu contoh, masih banyak sekolah yang menerapkan pengelolaan keuangan terpusat di
kepala sekolah saja, atau paling banyak berdua dengan bendahara sekolah, sehingga saling curiga
terjadi dan menganggu kinerja sekolah. Contoh lainnya, dalam penyusunan RKS hanya kepala
sekolah dan satu orang guru dan satu orang komite saja yang menyusun, disusun tidak
mengakomodasi kepentingan bersama, sehingga ketika menjalankan RKS yang memelukan
dukungan semua pihak akan mengalami kesulitan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan gambaran diatas terdapat masalah yang tekait dengan kerja sama tim dalam
pengelolaan institusi sekolah yang berhubungan dengan kinerja sekolah, maka dari sejumlah
permasalahan yang perlu dikaji, diantaranya;

A itu kerja sama tim?


B cara membangun kinerja tim yang efektif?

Bab 2

PEMBAHASAN

2.1 Kerja Sama Tim

Untuk memudahkan mengerjakan suatu pekerjaan manusia bekerjasama dengan individu lainnya.
Dalam sektor pendidikan, kerjasama tim telah dikembangkan sebagai unit dasar dari proses belajar
mengajar maupun mengelola sekolah. Salah satu contohnya dalam memghadapi proses akreditasi
sekolah, Kepala Sekolah dan warga sekolah lainnya bekerja secara bersama-sama untuk menyiapkan
kelengkapan instrumen akreditasi.

Dengan kerjasama tim yang baik semua persyaratan akan tesedia sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Kerjasama tim harus difungsikan dalam institusi dan harus mendapatkan kesempatan
yang seluas-luasnya dalam situasi-situasi menentukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan
memecahkan masalah. Ivancevich dkk mendefinisikan tim: “Teams are special type of task group,
consisting of two or more individuals responsible for the achievement of a goal or objective”. Tim
merupakan tipe khusus dari kelompok kerja, terdiri dari dua atau lebih individu yang bertanggung
jawab untuk pencapaian suatu tujuan. Sedangkan Stephen P. Robbins mengemukakan “A group
whose individual efforts result in a performance that is greater than the sum of the individual
inputs”. Sebuah kelompok dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya memberikan kinerja
yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kinerja yang diberikan oleh individu. Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tim dan kelompok memiliki konsep yang sama. Dengan
demikian tim dan kelompok adalah individu yang melakukan pekerjaan bersama untuk menghasilkan
kinerja lebih besar dibandingkan dengan bekerja secara individu.

Tim dapat membuat perubahan yang lebih cepat dibandingkan dengan bekerja secara individu,
karena individu-individu yang menjadi anggota tim saling melengkapi keahlian dan proses serta hasil
dari pencapaian tujuan tim merupakan tanggung jawab bersama

Richard L Daft memberikan pengertian tim bersifat umum yaitu, “A unit of two or more people who
interact and coordinate their work to accomplish a shared goal or purpose”. Suatu unit yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang berinteraksi dan berkoordinasi dalam mengerjakan tugasnya demi
mencapai suatu tujuan bersama. Selain berinteraksi mereka yang tergabung dalam tim juga
mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
secara bersama-sama.
Dalam sebuah tim individu, yang tergabung merupakan satu kesatuan, sehingga terjadi interaksi dan
saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi.

Colquitt dkk memberikan pengertian tim yang lebih khusus, yaitu; “A team consists of two or more
people who work interdependently over some time period to accomplish common goals related to
some task-oriented purpose”. Sebua tim terdiri dari dua atau lebih individu yang bekerja secara
bersama-sama dalam periode waktu tertentu demi mencapai tujuan bersama yang terkait dengan
sejumlah tujuan berorientasi tugas. Dalam sebuah tim ada ketergantungan antar individu dalam
mencapai tujuan bersama dan dibatasi oleh waktu.

Dalam sebuah tim dibutuhkan pula keahlian yang beraneka ragam untuk saling melengkapi
kebutuhan informasi dan data, serta komitmen dalam proses mencapai tujuan bersama. Pengertian
ini serupa dengan yang disampaikan oleh Moorhead dan Griffin, Kreitner dan Kinicky, serta
Batteman dan Snell dalam bukunya yang menggunakan pengertian Katzenbach dan Smith untuk
menjelaskan konsep tim.

Pendapat para ahli di atas diperkuat oleh Greenberg dan Baron, yang menyatakan bahwa, “Teams
whose members are concerned primarily with using the organization’s resources to effectively
create its results”. Tim dimana anggotanya fokus kepada penggunaan sumberdaya organisasi demi
mendapatkan hasil yang diinginkan secara efektif. Dalam mencapai tujuan bersama tim
menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efektif, sehingga lebih efisien ketika suatu pekerjaan
dilakukan secara ber

2.2 Tahapan Pengembangan Tim

Dalam prosesnya tim akan berkembang dalam mencapai tujuan bersama. Untuk mengembangkan
sebuah tim, berdasarkan teori pengembangan tim yang paling dikenal, maka tim harus melalui
empat tahapan, yaitu: (1) Forming (tahap pembentukan); (2) Storming (tahap konflik); (3) Norming
(tahap pembentukan norma); (4) Performing (tahap penunjukkan kinerja).

Tim mungkin jauh lebih efektif daripada bekerja secara individu dalam konteks di mana keputusan
yang kompleks perlu dilakukan, terutama ketika tim yang dirancang dengan karakteristik tertentu
serta pemikiran. Tim digunakan karena mereka masuk akal bagi organisasi tertentu. Manfaat yang
didapat oleh organisasi diantaranya meliputi peningkatan kinerja, manfaat karyawan, dan
mengurangi biaya. Agar tim menjadi lebih efektif, mereka harus mampu mengatasi beberapa
masalah dan disfungsi dalam kelompok yang biasa ditemui, diantaranya; pelanggaran norma dan
ketidak jelasan peran para anggota tim, perubahan yang berisiko dan kemalasan sosial.

2.3 Karakteristik Tim Yang Efektif

Adapun karakteristik kerjasama tim yang efektif adalah sebagai berikut;

a. Tujuan yang jelas : Visi, misi, tujuan, atau tugas tim telah didefinisikan dan telah diterima oleh
semua anggota tim. Memiliki sebuah rencana kerja.

b. Informalitas : Iklim cenderung informal, nyaman, dan santai. Tidak ada tanda-tanda ketegangan
atau tanda-tandan kebosanan.

c. Partisipasi : Ada banyak diskusi, dan semua orang didorong untuk berpartisipasi
d. Mendengarkan : Para anggota menggunakan teknik mendengarkan secara efektif seperti
mempertanyakan, parafrase dan meringkasnya agar keluar ide.

e. Adab ketidaksepakatan : Ada ketidaksepakatan, tetapi tim merasa nyaman dengan ini dan tidak
menunjukkan tanda-tanda menghindari, merapikannya, atau menekan konflik.

f. Konsensus keputusan : untuk keputusan-keputusan penting, tujuannya adalah substansial, namun


tidak harus dengan suara bulat kesepakatan melalui diskusi terbuka tentang semua ide-ide,
menghindari pemungutan suara formal, atau mudah kompromi

g. Komunikasi terbuka :Anggota tim bebas untuk mengungkapkan perasaan mereka mengenai tugas
pada kelompok operasi. Ada beberapa agenda tersembunyi dan komunikasi yang terjadi di luar
pertemuan.

h. Kejelasan peran dan tugas kerja : Ada ekspektasi yang kelas tentang peran yang dimainkan oleh
setiap anggota tim. Ketika tindakan diambil, kejelasan tugas yang dibuat, diterima, dan dilaksanakan.
Tugas kerja cukup didistribusikan di antara anggota tim.

i. Berbagi kepemimpinan : Meskipun tim memiliki pemimpin formal, fungsi kepemimpinan bergeser,
dari waktu ke waktu tergantung pada keadaan, kebutuhan kelompok, dan keterampilan para
anggota. Pemimpin formal model perilaku yang sesuai membantu menciptakan norma-norma
positif.

j. Hubungan eksternal :Tim menghabiskan waktu untuk mengembangkan hubungan di luar,


memobilisasi sumber daya, dan membangun kredibilitas dengan pemain di luar organisasi.

k. Keragaman Gaya : Tim memiliki spektrum yang luas dari berbagai tipe anggota yang menekankan
perhatian pada tugas, penetapan tujuan, fokus pada proses, dan pertanyaan tentang bagaimana tim
berfungsi.

l. Penilaian diri : Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa seberapa baik fungsi yang telah
dilaksanakan dan apa yang dapat mengganggu efektivitas.

Efektivitas organisasi sebagian besar tergantung pada aktifitas dan interaksi yang terjadi dalam tim
ketika mereka melakukan tugas yang berkaitan dengan tujuan bersama.

2.4 PEMECAHAN MASALAH

Dalam institusi sekolah masih ada keluhan kalau pada pembuatan rencana kerja sekolah hanya
kepala sekolah saja yang menyusun, dan nantinya disampaikan ke kepala komite. Sehingga banyak
stakeholder yang tidak paham apa rencana kerja sekolah yang harus dilaksanakan.

Untuk melakuka penyusunan rencana kerja diperlukan tim kerja yang solid. Dalam pembentukan tim
diperlukan waktu, ada beberapa tahap yang harus dilewati. Berdasarkan teori pengembangan tim
yang paling dikenal, maka tim harus melalui empat tahapan, yaitu:
(a) (tahap pembentukan), para anggota berusaha menyesuaikan diri dengan mencoba
memahami aturan-aturan yang ada. Pada tahap ini dibuat aturan-aturan dasar untuk
perilaku apa yang dapat diterima, dan ditandai oleh adanya ketidakpastian dan sering kali
kebingungan mengenai sasaran, struktur dan kepemimpinan kelompok. Sehingga aturan
sudah harus ada dan diterapkan;

(b) (tahap konflik), anggota berkomitmen bersama untuk memberikan ide-ide mereka ke tim.
Untuk itu perkembangan tim sering ditandai dengan banyaknya konflik, dimana muncul
kompetisi antar anggota agar ide mereka yang digunakan dan mendapatkan penugasan yang
diharapkan, serta perselisihan pendapat mengenai perilaku-perilaku terkait tugas dan
tanggung jawab seseorang, diperlukan komitmen bersama untuk tetap bekerja secara tim;

(c) (tahap pembentukan norma), anggota mulai menyadari bahwa mereka perlu bekerjasama
untuk mencapai tujuan tim, sehinga mereka mulai bekerja sama. Pada tahap ini pertukaran
informasi secara terbuka kerap terjadi, demikian pula penerimaan atas perbedaan pendapat,
serta usaha pencapaian sasaran yang telah disetujui bersama;

(d) (tahap penunjukkan kinerja), anggota merasa nyaman bekerja dengan peran mereka, dan
tim membuat kemajuan untuk mencapai tujuan. Masing-masing anggota tim sudah
menemukan karakteristik masing-masing anggotanya, dan saling mendukung untuk
menutupi kekurangan dan mensinergikannya dengan kelebihan antar anggota.

Semua anggota tim harus dapat memahami tahapan-tahapan pembentukan tim, sehingga dapat
diperoleh tim yang solid dan tangguh. Tanpa pengelolaan yang tepat dalam setiap tahapan akan sulit
diperoleh. Perbedaan pendapat pada saat storming bila dikelola dengan baik akan meningkatkan
kinerja tim, karena banyaknya ide yang diberikan oleh setiap anggota, dari ide-ide tersebut semua
pasti untuk meningkatan kinerja sekolah. Sehingga diperlukan kepala sekolah sebagai katalisator dan
penengah.

Visi, misi, tujuan, atau tugas tim yang telah didefinisikan dan diterima oleh semua anggota tim yang
diimplentasikan dalam sebuah rencana kerja, diperlukan untuk membangun kerjasama tim untuk
meningkatkan kinerja sekolah. Tidak adanya tanda-tanda ketengangan, ada banyak diskusi dan
semua anggota turut berpartisipasi.

Dalam proses diskusi anggota menggunakan teknik menedengarkan yang efektif seperti
mempertanyakan, paraphrase dan meringkasnya agar keluar ide. Apabila tidak sepakat tim tetap
merasa nyaman tidak ada tanda-tanda menekan konflik. Keputusan yang diambil tidak harus dengan
suara bulat, tetapi ada konsesnsus bersama untuk menerapkannya.
Komunikasi terbuka diperlukan untuk menjelaskan kejelasan peran dan tugas kerja, tidak ada
intimidasi secara verbal maupun tindakan. Ada ekspektasi yang jelas tentang peran yang dimainkan
oleh setiap anggota tim. Ketika tindakan diambil, kejelasan tugas yang dibuat, diterima, dan
dilaksanakan. Tugas kerja cukup didistribusikan di antara anggota tim. Meskipun tim memiliki
pemimpin formal, fungsi kepemimpinan bergeser, dari waktu ke waktu tergantung pada keadaan,
kebutuhan kelompok, dan keterampilan para anggota. Pemimpin formal model perilaku yang sesuai
membantu menciptakan norma-norma positif.

Anggota tim menghabiskan waktu untuk mengembangkan hubungan di luar, memobilisasi sumber
daya, dan membangun kredibilitas dengan pemain di luar organisasi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kinerja tim. Karena tim terdiri dari berbagai tipe anggota yang menekankan perhatian
pada tugas, tujuan, dan fokus pada proses yangb berbeda-beda, sehingga harus saling melengkapi.

Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa seberapa baik fungsi yang telah dilaksanakan dan apa
yang dapat mengganggu efektivitas.
Bab 3 penutup

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam pengelolaan sebuah organisasi dalam hal ini sekolah perlu dibentuk kerjasama tim yang solid
dan tangguh. Kerja sama tim jauh lebih baik dilakukan daripada bekerja secara individu.

Dalam pembentukan tim ada empat tahap yang dilalui, yaitu: (1) Forming (tahap pembentukan); (2)
Storming (tahap konflik); (3) Norming (tahap pembentukan norma); (4) Performing (tahap
penunjukkan kinerja). Masing-masing tahap memiliki karakteristik.

Kerjasama tim yang efektif dapat meningkatkan kinerja lembaga.

Saran penulisan
F. DAFTAR PUSTAKA

Bateman, Thomas S. Dan Scott A. Snell. Management: Leading and Collaborating in the Competitive
World 8th Ed. New York: McGraw-Hill, 2009.

Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine and Michael J. Wesson. Organizational Behavior: Improving
Performance and Commitment in the Workplace. New York: McGraw-Hill, 2009.

Daft, Richard L. The Leadership Experience 4th Ed. USA: Thomson-South Western, 2008

Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. Behavior in Organizations. New Jersey: Pearson, 2008.

Ivancevich, John M., Robert Konopaske and Michael T. Matteson. Organizational Behavior and
Management 8th Ed. New York: McGraw-Hill, 2008.

Ivancevich, John M., et.al., Organizations : Behavior, Structure and Process 12th Ed. New York:
McGraw-Hill, 2006.

Robbins, Stephen and Timothy A. Judge. Organizational Behavior 13th Ed. New Jersey: Pearson
Education,Inc., 2009.

Anda mungkin juga menyukai