Sementara tim diinterpretasikan sebagai sekelompok orang dengan keterampilan dan pengetahuan
masing-masing yang saling ketergantungan dan memiliki tujuan sama untuk dicapai,
Team building
adalah aktivitas kelompok tersebut yang memiliki interaksi tinggi untuk meningkatkan produktivitas
karyawan dalam menuntaskan pekerjaan mereka melalui serangkaian aktivitas yang dirancang secara
hati-hati untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Robbins 2003).
mengatakan bahwa
Team building
adalah proses dimana sekumpulan individu berusaha untuk memecahkan masalah atau tantangan baik
fisik maupun mental. Selagi menggunakan proses tersebut untuk memecahkan suatu masalah, tim
tersebut juga belajar bagaimana berbagi ide dan mendorong satu sama lain baik secara fisik maupun
emosional.
17
Team building
experiental
yang bertujuan meningkatkan fungsi internal kelompok seperti kerjasama, komunikasi yang lebih baik,
serta mengurangi konflik disfungsional antar sesama anggota organisasi (Kreitner & Kinicki, 2008).
Melalui
Team Building
(Nurina 2012),
anggota tim diajak untuk melihat, merasakan dan memperbaiki apa yang kurang dan meningkatkan apa
yang sudah baik. Para partisipan didorong untuk melihat dan memperbaiki bagaimana mereka bekerja
sama selama ini di organisasi, menemukan kesenjangan dan kelemahan dalam pekerjaan baik secara
individu maupun bersama-sama, memberikan gambaran cara bekerja sama yang ideal serta membangun
action plans
untuk mengimplementasi cara bekerja sama yang efektif di organisasi. Sumber lain menyebutkan bahwa
Team Building
adalah proses berkelanjutan yang membantu sebuah kelompok menjadi sebuah unit yang kohesif
(kompak atau terpadu). Anggotanya tidak hanya berbagi mengenai ide mereka dalam menyelesaikan
tugas kelompok namun membangun kepercayaan dan mendukung satu sama lain serta menghargai
perbedaan individu (University of California 2015) Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa
Team Building
adalah sebuah proses dari sekumpulan orang untuk memecahkan masalah, meningkatkan produktivitas,
dan mencapai tujuan bersama dengan aktivitas yang telah dirancang untuk mencapai tujuan sasaran.
Dalam proses ini, anggota kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas mereka, melainkan mereka
membangun kepercayaan dan memberikan dukungan satu sama lain baik secara fisik maupun emosi.
18 2.2.1
Prinsip
Team Building
1.
Team Building
adalah mendefinisikan dan mengkomunikasikan tujuan tim. Tujuan tim seharusnya mudah dimengerti
dan membolehkan seluruh anggota tim untuk berkontribusi, berdasarkan kemampuan dan pengalaman
mereka.
Bagi seorang
project team
, kriteria sukses akan didefinisikan ke dalam rencana proyek dan disesuaikan hingga tidak keluar jalur
hingga berhasil dilaksanakan. Dengan demikian, anggota akan mampu mencapai tujuan dan dapat
mengatasi masalah dalam penerapannya. 2.
Lead by Example
Di banyak instansi, anggota tim biasanya memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tertentu
antar satu sama lain. Hal ini tidak menjadi masalah karena kepemimpinan lebih digunakan sebagai
soft skills
Leading by Example
berarti memperlihatkan perilaku profesional kepada semua orang, baik di dalam maupun di luar tim.
Dalam hal ini adalah pelanggan dan pemasok, juga termasuk semua orang yang berada dalam organisasi.
Dengan memperlihatkan
19 bagaimana bersikap baik dalam tim, anggota lain bersikap seperti halnya demikian.
3.
Tim yang memiliki anggota lebih dari 6 orang akan sulit menyadari konstribusi setiap anggotanya.
Sehingga seorang ketua tim harus bisa memperlihatkan bahwa dirinya menilai kontribusi anggotanya dan
melihat peran mereka dalam tim. Dengan melakukan hal yang demikian, setiap orang dalam tim akan
termotivasi untuk melakukan sesuatu yang membuat timnya menjadi lebih baik dan mampu mencapai
tugas kelompok. 4.
Reward Success
Sebagai seorang manager, menghargai kinerja anggotanya adalah penting dan untuk dapat
melakukannya, menyadari keberadaan tim dan anggota tim dengan karakter serta tujuannya adalah
penting.
2.2.2
Team Building
1.
Tujuan
Team Building
Dalam membangun sebuah tim harus diketahui apa tujuannya agar tim dapat dibangun secara efektif.
Menurut David F. Falino (2007), tujuan membangun tim antara lain : a.
Untuk menciptakan saluran komunikasi yang sehat dan terbuka, menghilangkan persaingan, dan
kompetisi yang tidak sehat. e.
Untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan memecahkan masalah melalui proses penemuan ide dan
pemikiran kelompok. f.
Untuk mengembangkan dan meningkatkan tingkat pemberian wewenang individu dan kolektif. 2.
Manfaat
Team Building
Di dalam Materi Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK (2003) oleh WHO, menyebutkan bahwa
Team Building
yang dilakukan secara benar dan berkesinambungan akan memberikan hasil perubahan yang seringkali
jauh lebih baik dari dugaan semula atas sebuah kelompok. Manfaat
Team Building
Pimpinan tim mampu menyesuaikan gaya kepimimpinannya, dengan lebih memperhatikan kepentingan
dan tanggung jawab kelompok dibandingkan kepentingan pribadi 3)
Terdapat apresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim terhadap kebutuhan anggota tim dan bagian-
bagian dalam tim. 4)
Pimpinan menjadi lebih mampu untuk berkomunikasi secara langsung kepada anggota tim sehingga
terjadi hubungan pengertian yang lebih baik antara pimpinan dan anggota tim. 5)
Pimpinan mempunyai komitmen yang lebih tinggi terhadap sasaran kerja dan memiliki harapan yang
lebih besar. b.
Sebagian besar individu memiliki pendekatan yang lebih persuasif, toleransi menjadi lebih tinggi dan
memiliki
beberapa kelemahan-kelemahan pribadi, bahkan kadangkala tidak jarang yang mengundurkan diri
karena kesadaran diri (ini bukan penyelesaian yang diharapkan). 4)
Banyak masalah antar pribadi sesama anggota tim/kelompok yang selama ini mengganjal dapat
dipecahkan dengan lebih mudah karena keterbukaan semua anggota tim. c.
Hasil yang diperoleh lebih dapat diterima dan terdistribusi dengan baik kepada sesama peserta. 3)
Terjadi perbaikan kerja dalam mencapai sasaran, peningkatan kemampuan dalam mengevaluasi individu
dan kelompok dengan cara yang lebih profesional. 4)
Tingkat komunikasi dalam dan antar kelompok menjadi lebih komprehensif dan efektif, walaupun dalam
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. 5)
Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja sama dengan kolega dan bekerja sama dalam mencapai
tujuan.
23 1.
Forming
Tahap pertama dimulai dengan pembentukan tim dan mendefinisikan tujuan yang harus dan dapat
dicapai. Pemimpin tim perlu memahami kekuatan dari masing-masing anggota tim untuk merakit sebuah
tim yang kohesif. Anggota tim di tahap ini, merasa saling memiliki satu sama lain dan saling menghargai,
mereka sepakat untuk bergabung dan menjadi satu kesatuan dalam tim. Tujuan yang ditetapkan akan
menjadi sebuah proyek, misal pada tim konstruksi, terdapat banyak tahapan dari proyek yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, untuk memastikan bahwa proyek dapat selesai tepat waktu,
tim desain mendesain waktu yang tepat untuk konstruksi. Hal ini penting untuk disetujui dan
direncanakan sejak awal. 2.
Storming
Tahap kedua melibatkan koordinasi usaha-usaha pencapaian tujuan dan pemecahan masalah. Jika kerja
sama tim mulai tidak baik karena masalah yang sulit, penting bagi tim mengembalikan diri mereka
kembali ke jalur. Anggota tim harus sadar akan kepentingan tim dan apakah tim ini mengambil langkah-
langkah ke arah yang benar untuk mencapai gol.
Perlu pemikiran kreatif tentang pendekatan pemecahan masalah. Komunikasi sangat penting untuk
kinerja tim yang efektif dalam tahap
storming
. Tim yang efektif berkomunikasi dengan jelas dan secara terbuka tentang suatu masalah sedangkan
komunikasi yang tidak efektif dapat menyebabkan ketegangan yang tidak perlu dan stres untuk anggota
tim. Komunikasi relevan dan responsif dalam hal ini juga sangat penting. Komunikasi yang relevan adalah
berorientasi pada tugas dan terfokus. Komunikasi responsif melibatkan kesediaan anggota tim untuk
mengumpulkan informasi, untuk secara aktif mendengarkan, dan untuk membangun ide-ide dan
pandangan dari anggota tim lainnya.
24 3.
Norming
Norma-norma merupakan standar perilaku yang memandu perilaku anggota tim. Peran tim, hak, dan
tanggung jawab masing-masing anggota tim didefinisikan pada tahap ini. Penting untuk membangun
norma diawal proses. Sehingga dalam hal ini,
Team Building
yang dimaksudkan untuk menghindari masalah sepanjang proses pencapaian tujuan dapat terlaksana.
Selain mengalokasikan tanggung jawab, pengalokasian risiko yang akan didapat atau dilakukan oleh
masing-masing tim anggota juga diperlukan. Setiap anggota tim harus memiliki rasa kepemilikan akan
peran dan tugas terhadap pencapaian tujuan.
Mengalokasikan tanggung jawab juga berarti membangun kepemimpin tim. Kepemimpinan tim bukan
merupakan upaya yang dilakukan secara
top-down
, tetapi horizontal dan memerankan peran pembinaan. Pemimpin tim harus bertindak sebagai pemandu
sorak, mendorong anggota tim untuk bekerja sama, memberikan ide-ide, dan melayani tim sebagai
panutan. Sering terdapat konflik setelah tim terbentuk namun di tahap ini, sebuah tim akan sangat
berusaha untuk tidak pecah atau bubar. 4.
Performing
Pada tahap ini, tim bekerja sama secara efektif, masalah mulai teratasi, dan pencapaian mulai terlihat.
Sebuah kesepakatan besar atas pekerjaan akan dilakukan pada tahap ini. Tim akan mampu menangani
tugas-tugas baru dengan mudah dan percaya diri. Mereka akan nyaman menggunakan cara yang kreatif.
Pada tahap ini, penting untuk mengevaluasi dan melaporkan kemajuan yang telah dibuat 5.
Adjourning
Ketika sebuah proyek berakhir tim akan berada di tahap ini. Ini bukan tahap perkembangan. Ini adalah
tahap penutupan. Di tahap ini, sebuh tim sudah dapat memutuskan apakah tim akan bubar atau
berlanjut dengan project yang berbeda dan disepakati (Suzy 2013).
25 Gambar 2.8
Team Development
2.2.4
Maturitas Tim
Maturitas bermakna kematangan atau menuju kedewasaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa maturitas
adalah proses pendewasaan dari suatu hal. Proses pendewasaan tersebut tidak berlangsung secara
instan, melainkan melalui tahap yang disebut proses maturitas. Maturitas juga terjadi pada suatu tim,
proses maturitas itu sendiri berjalan seiringan dengan perkembangan tim tersebut. Sehingga bisa
dikatakan bahwa perkembangan suatu tim berbanding lurus dengan proses maturitas tim tersebut.
Suatu tim tidak akan bisa secara instan mendapatkan predikat
mature
(dewasa secara tim), melalui berbagai proses. Menurut M. Ryder (2005), proses maturitas suatu tim
terdiri dari:
23 1.
Forming
Tahap pertama dimulai dengan pembentukan tim dan mendefinisikan tujuan yang harus dan dapat
dicapai. Pemimpin tim perlu memahami kekuatan dari masing-masing anggota tim untuk merakit sebuah
tim yang kohesif. Anggota tim di tahap ini, merasa saling memiliki satu sama lain dan saling menghargai,
mereka sepakat untuk bergabung dan menjadi satu kesatuan dalam tim. Tujuan yang ditetapkan akan
menjadi sebuah proyek, misal pada tim konstruksi, terdapat banyak tahapan dari proyek yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, untuk memastikan bahwa proyek dapat selesai tepat waktu,
tim desain mendesain waktu yang tepat untuk konstruksi. Hal ini penting untuk disetujui dan
direncanakan sejak awal. 2.
Storming
Tahap kedua melibatkan koordinasi usaha-usaha pencapaian tujuan dan pemecahan masalah. Jika kerja
sama tim mulai tidak baik karena masalah yang sulit, penting bagi tim mengembalikan diri mereka
kembali ke jalur. Anggota tim harus sadar akan kepentingan tim dan apakah tim ini mengambil langkah-
langkah ke arah yang benar untuk mencapai gol.
Perlu pemikiran kreatif tentang pendekatan pemecahan masalah. Komunikasi sangat penting untuk
kinerja tim yang efektif dalam tahap
storming
. Tim yang efektif berkomunikasi dengan jelas dan secara terbuka tentang suatu masalah sedangkan
komunikasi yang tidak efektif dapat menyebabkan ketegangan yang tidak perlu dan stres untuk anggota
tim. Komunikasi relevan dan responsif dalam hal ini juga sangat penting. Komunikasi yang relevan adalah
berorientasi pada tugas dan terfokus. Komunikasi responsif melibatkan kesediaan anggota tim untuk
mengumpulkan informasi, untuk secara aktif mendengarkan, dan untuk membangun ide-ide dan
pandangan dari anggota tim lainnya.
Team Building
yang dimaksudkan untuk menghindari masalah sepanjang proses pencapaian tujuan dapat terlaksana.
Selain mengalokasikan tanggung jawab, pengalokasian risiko yang akan didapat atau dilakukan oleh
masing-masing tim anggota juga diperlukan. Setiap anggota tim harus memiliki rasa kepemilikan akan
peran dan tugas terhadap pencapaian tujuan.
Mengalokasikan tanggung jawab juga berarti membangun kepemimpin tim. Kepemimpinan tim bukan
merupakan upaya yang dilakukan secara
top-down
, tetapi horizontal dan memerankan peran pembinaan. Pemimpin tim harus bertindak sebagai pemandu
sorak, mendorong anggota tim untuk bekerja sama, memberikan ide-ide, dan melayani tim sebagai
panutan. Sering terdapat konflik setelah tim terbentuk namun di tahap ini, sebuah tim akan sangat
berusaha untuk tidak pecah atau bubar. 4.
Performing
Pada tahap ini, tim bekerja sama secara efektif, masalah mulai teratasi, dan pencapaian mulai terlihat.
Sebuah kesepakatan besar atas pekerjaan akan dilakukan pada tahap ini. Tim akan mampu menangani
tugas-tugas baru dengan mudah dan percaya diri. Mereka akan nyaman menggunakan cara yang kreatif.
Pada tahap ini, penting untuk mengevaluasi dan melaporkan kemajuan yang telah dibuat 5.
Adjourning
Ketika sebuah proyek berakhir tim akan berada di tahap ini. Ini bukan tahap perkembangan. Ini adalah
tahap penutupan. Di tahap ini, sebuh tim sudah dapat memutuskan apakah tim akan bubar atau
berlanjut dengan project yang berbeda dan disepakati (Suzy 2013).
dapat dikatakan bahwa maturitas adalah proses pendewasaan dari suatu hal. Proses pendewasaan
tersebut tidak berlangsung secara instan, melainkan melalui tahap yang disebut proses maturitas.
Maturitas juga terjadi pada suatu tim, proses maturitas itu sendiri berjalan seiringan dengan
perkembangan tim tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa perkembangan suatu tim berbanding lurus
dengan proses maturitas tim tersebut. Suatu tim tidak akan bisa secara instan mendapatkan predikat
mature
(dewasa secara tim), melalui berbagai proses. Menurut M. Ryder (2005), proses maturitas suatu tim
terdiri dari:
26 1.
Immature
Pada tahap ini tim dikatakan baru mulai tumbuh, kompetensi yang di peroleh masih kecil tidak kompleks,
rasa tanggung jawab antar anggota tim juga sangat minim, bahkan cenderung tidak memiliki rasa
tanggung jawab. Hal tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi dan interaksi antar anggota tim,
selain itu, keputusan
keputusan yang diambil oleh pemimpin tim lebih cenderung bersifat otoriter tanpa memikirkan
kebutuhan timnya
2.
Precocious
Pada tahap atau proses ini tim telah memiliki kompetensi yang kompleks namun perkembangan
kompetensi tersebut belum diimbangi dengan perkembangan tanggung jawab terhadap tim.
Perkembangan tersebut juga terasa dengan mulai adanya komunikasi diantara tim dan mulai timbul
adanya
feedback
berupa opini
3.
Directed
Pada tahap atau proses ini tim telah timbul rasa tanggung jawabnya, dan telah
4.
Mature
Pada tahap ini tim telah benar-benar menjadi tim yang dewasa, bentuk tanggung jawab yang besar
diiringi dengan peningkatan
anggota tim telah terjalin dengan sangat baik, dan para anggota tim
27 telah memiliki anggapan bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang utuh. Gaya kepemipinan
pemimpin yang terbentuk adalah kepemimpinan demokratis yang absolut, dimana segala keputusan
yang diambil berdasarkan masukan para anggota tim, dan bila menghadapi masalah, baik masalah yang
berasal dari lingkup internal maupun eksternal, akan sangat mudah diselesaikan tanpa menghabiskan
waktu yang banyak.
Gambar 2.9
immature
pada tahap
forming
karena belum dianggap dewasa dan masih dalam waktu pintas bertemu sehingga belum ada hubungan
yang erat antar anggota tim. Sedangkan bila ditinjau dari segi kinerjanya, pada tahap ini sebuah tim
belum terjadi kinerja karena pada tahap ini tim masih berada pada tahap pengenalan antar anggota dan
menetapkan pembagian tugas-tugasnya. Pada tahap
storming
precocious
, karena sudah terjadi perkembangan dalam tim tersebut. Sedangkan bila ditinjau dari segi kinerjanya,
pada tahap ini sebuah tim kinerjanya masih rendah karena pada tahap ini masing
orang tertentu saja. Pada tahap ini ada gesekan-gesekan antar anggota tim. Sehingga, kinerja pada tahap
ini masih rendah. Pada tahap
norming
directed
dan mendekati puncak dari pendewasaan sebuah tim. Sedangkan bila ditinjau dari segi kinerjanya, pada
tahap ini sebuah tim telah mengalami banyak peningkatan kinerja. Saat hubungan antar anggota didalam
sebuah tim dekat dan menunjukkan kohesivitas maka antar anggota tim saling berbagi perasaan, ide,
umpan balik dan menggali tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas. Dengan
adanya kondisi yang seperti ini, maka kinerja tim akan semakin baik. Pada tahap
performing
mature
karena telah berkembang dan telah timbul sebuah hubungan antara anggota yang kuat. Kinerja tim
pada tahap ini telah mencapai titik puncak tertinggi atau kinerja tim dirasa maksimal. Namun, meskipun
pada tahap ini kinerja tim dianggap maksimal, pimpinan dari tim tersebut harus menciptakan sebuah
kondisi dimana kinerja tersebut minimal tetap berada pada titik puncak tertinggi. Dari penjelasan
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin matur suatu tim, maka tingkat kinerja dari tim
tersebut akan semakin baik 2.2.5
Teknik
Tim Building
Salah satu aspek penting dalam keberhasilan dan efektifitas tim adalah iklim semangat (spirit) yang
dibangun dalam tim tersebut. Semangat
Team Building
berbasis pada prinsip-prinsip komunikasi kelompok mengenai cara menumbuhkan dan menjaga
semangat dalam tim. Semangat dalam tim dapat berdampak pada kohesivitas, kerjasama, kedisiplinan,
serta output yang kemudian dihasilkan oleh kelompok tersebut. Menurut Barry Herman dalam buku
Initiating
Anggota tim mulai membangun hubungan dan tujuan bersama yang dimulai dengan membuat rasa
saling memiliki dan saling percaya satu sama lain.
Seorang teologis, David Steindl-Rast menduga bahwa semangat merupakan awal dari sebuah hubungan
kerjasama yang baik.
Initiating
merupakan teknik pengembangan tim yang paling penting dalam membangun komunikasi.
2.
Visioning
Anggota tim mulai memperkirakan tujuan yang akan mereka hasilkan bersama, melihat kemungkinan
untuk pengembangan solusi pemecahan masalah dan menyadari bahwa masalah yang diselesaikan
secara bersama akan lebih cepat selesai dan lebih baik dibanding dengan menyelesaikan masalah secara
sendiri. Mengembangkan kemungkinan yang luar biasa dalam pencapaian tujuan bersama serta langkah
yang baik untuk tim dalam mencapai tujuan tersebut. Banyak tim memfokuskan pandangan pada catatan
mereka, pada sistem, diagram organisasi, rencana pekerjaan, dan deskripsi tugas namun hal tersebut
mebuat tiap anggota kehilangan rasa untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik jika tiap langkah
pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan mengeksplor kemampuan yang dimiliki baik yang
diketahui maupun yang tidak disadari oleh tiap anggota, Tujuan dari teknik visioning adalah untuk
pelayanan yang lebih baik.
3.
Claiming
Anggota tim memberdayakan diri dengan mendefinisikan tujuan, peran, kompetensi dan sumber daya
yang penting untuk mewujudkan tujuan. Salah satu cara pengembangan diri adalah bertukar pikiran
melalui pengalaman solidaritas antar anggota tim, pemikiran dan ide dari tiap anggota mengenai segala
aspek yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan.
Claiming
maupun tim. 4.
Celebrating
Tim selalu mengakui dan menghargai penyelesaian masalah dan pecapaian tujuan baik secara individu
maupun bersama dan mengakui bahwa apa yang dikerjakan adalah sebagai bagian dari sebuah tim.
Adanya perasaan kagum dan penghargaan untuk kontribusi aktif tiap anggota tim dalam memajukan tim
tersebut.
Celebrating
menciptakan sebuah pengalaman untuk menimbulkan gairah dan semangat dalam tim. Semangat dalam
menjalankan sebuah tim, memberikan energi, kekaguman kepada tiap anggota tim tersebut.
5.
Letting Go
Anggota tim mengakui dan berterus terang dengan sebenarnya mengenai kegagalan, kekecewaan, dan
apa yang ada dalam pikirannya dengan cara yang benar dan membangun. Hal ini adalah jalan yang
benar untuk usaha kedepannya.
Adanya rasa kebebasan dan kelegaan dalam penyelesaiansebuah tahapan kinerja anggota yang muncul
karena sikap terbuka, berterus terang dalam bekerja dan berbagi dengan penuh integritas. Letting go
adalah persetujuan dalam kejujuran sebuah tim, memberikan kesempatan untuk tiap anggota jujur
dalam bekerja walaupun kejujuran yang diberikan memberikan dampak yang buruk bagi dirinya namun
hubungan yang baik akan dapat dibangun setelah muncul kejujuran tersebut.
6.
Service
Pelayanan adalah inti atau pokok dari kelima teknik tahapan yang menghasilkan kapasitas kinerja dari
tim untuk melakukan pekerjaan dengan integritas dan mencapai tujuan.