Anda di halaman 1dari 19

ALAT DAN TEKNIK PENGUKURAN PERFORMASI KUALITAS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Manajemen Mutu”

Dosen Pengampu:
Dr. Mustofa, S.Ag., M.EI

Disusun Oleh:
Alnavi Azzahra (G94219132)

Rudi Fuad Aldy (G94219183)

Widyanti Puri Widodo (G94219195)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Manajemen Mutu”
tentang “Alat dan Teknik Pengukuran Performasi Kualitas” ini dengan baik dan dapat
selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan, walaupun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Tak lupa pula kami kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah memperjuangkan agama islam yang mulia ini beserta keluarga dan para
sahabatnya. Serta kami juga berterima kasih kepada Dr Mustofa, S.Ag., MEI. selaku dosen
mata kuliah “Manajemen Mutu” yang sudah memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan
tugas makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik,
saran, dan usulan untuk perbaikan makalah yang sudah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran yang ada. Semoga makalah
sederhana ini bisa dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Surabaya, 17 September 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................6
C. Manfaat dan Tujuan......................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa yang maksud persyaratan kondisional dalam pengukuran perfomansi?...............7


B. Apa yang maksud pengukuran kualitas performansi?..................................................7
C. Teknik apa saja yang yang digunakan pengawasan kualitas secara statistik?............11
D. Apa saja alat atau piranti untuk data numerik dan data verbal ?................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era modern saat ini, para produsen bersaing secara bebas untuk
memperkenalkan produk-produk mereka kepada para konsumen agar supaya
menggunakan produk-produk yang telah mereka pasarkan. Dalam menawarkan suatu
produk, para produsen berupaya meningkatkan mutu produknya sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan konsumen. Kualitas produk yang diterima konsumen
merupakan salah satu kekuatan terpenting yang menentukan perkembangan dan
kesuksesan suatu perusahaan.1
Kata kualitas memiliki banyak arti yang berbeda dari segi konvensional sampai
yang lebih baik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan
karakteristik langsung dari suatu produk, seperti performansi (performance),
keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease for use), estetika (esthetics),
dan sebagainya.
Bagaimanapun para pengelola dari perusahaan yang sedang bersaing dalam pasar
global harus memberikan perhatian sungguh-sungguh pada segi strategi, yang
menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan,
atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customer).2
Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kesempurnaan atau
kebaikan sebuah produk.3 Kualitas adalah suatu usaha yang dilakukan secara serius
dengan tujuan agar tercapainya suatu nilai yang mampu memberi kepuasan secara
maksimal kepada pemakainya.4 Kualitas produk merupakan segala sesuatu yang
diinginkan dan dikehendaki pelanggan. Oleh karena itu, produk atau jasa yang
dihasilkan harus terjangkau harganya dan kualitasnya bagus, sehingga pelanggan puas
dan tetap loyal terhadap produk atau jasa yang kita dihasilkan, tanpa mengurangi nilai
profit (keuntungan) perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka produk atau jasa yang
dihasilkan harus selalu diseimbangkan sehingga selalu sesuai dengan permintaan

1
Rudi Prihantoro, Konsep Pengendalian Mutu, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm. 1-2.
2
Vincent Gasperzs, Total Quality Management, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm. 4.
3
Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Service, Quality, dan Satisfaction, Edisi 3, Andi Offset, Yogyakarta,
2016, hlm.164.
4
Irham Fahmi, Manajemen Produksi dan Operasi, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 46.

4
pelanggan.5 Feigenbaum mengemukakan, ada tiga kecenderungan yang berbeda yang
harus dihadapi secara jujur oleh perusahaan dalam pasar masa kini yang kompetitif
(bersaing), yaitu:6
1. Pembeli telah menaikkan persyaratan kualitasnya dengan sangat tajam.
2. Sebagai akibat naiknya permintaan pelanggan akan produk-produk yang
berkualitas lebih tinggi dan teknik masa kini, sekarang, atau segera akan
ketinggalan zaman.
3. Biaya kualitas menjadi sangat tinggi. Untuk banyak perusahaan biaya untuk itu
dapat menjadi terlalu tinggi jika perusahaan-perusahaan ini harus memelihara dan
memperbaiki posisi mereka yang kompetitif untuk jangka waktu yang panjang.

Pengakuan bahwa kegagalan menghasilkan produk berkualitas tinggi


menimbulkan biaya tinggi untuk mendorong perusahaan agar meningkatkan kualitas
untuk produk dan jasa mereka.7
Pentingnya kualitas dapat dijelaskan dari dua sudut, yaitu dari sudut manajemen
operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari manajemen operasional, kualitas
produk merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing
produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak
sama dengan kualitas produk pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran,
kualitas produk merupakan salah satu unsur utama dalam pemasaran (marketing mix),
yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume
penjualan dan memperluas wilayah pasar perusahaan.8
Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan
perlu menyusun strategi dalam melaksanakan pengendalian mutu produk atau jasa
yang berkualitas untuk memenangi persaingan. Penerapan teknologi yang semakin
canggih juga mendorong meningkatnya kualitas suatu produk, hal ini juga tidak
terlepas dari pengaruh sumber daya manusia yang handal dan keadaan eksternal
perusahaan, misalnya kenaikan harga bahan baku, berkurangnya pesanan produk,
mahalnya mesin produksi yang canggih dan rumitnya produk pesanan.10

5
Rudi Prihantoro, Op. Cit., hlm. 2.
6
A.V. Feigenbaum, Kendali Mutu Terpadu, Edisi ketiga, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1989, hlm. 22-23.
7
Edward J. Blocher, Kung H. Chen dan Thomas W. Lin, Manajemen Biaya: dengan Tekanan Stratejik, Jilid 1,
Salemba Empat, Jakarta, 2000, hlm. 205.
8
M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Cet. 2, Ed. 2, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2010, hlm. 3.

5
Profitabilitas adalah salah satu faktor utama dalam upaya pencapaian sukses bisnis
sebuah perusahaan. Keuntungan yang besar ditentukan dari tingkat keberhasilan
aktivitas penjualan yang disertai dengan pemanfaatan biaya produksi-operasional
yang rendah. Kesuksesan penjualan adalah langkah awal yang banyak ditentukan dari
tingkat kualitas produk atau jasa yang ditawarkan dengan harga yang stabil.
Peningkatan kualitas dan upaya penekanan biaya produksi-operasional adalah
masalah penting di keseluruhan proses industrialisasi, baik di industri manufaktur
maupun jasa pelayanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang maksud persyaratan kondisional dalam pengukuran perfomasi?


2. Apa yang maksud pengukuran kualitas performansi?
3. Teknik apa saja yang yang digunakan pengawasan kualitas secara statistik?
4. Apa saja alat atau piranti untuk data numerik dan data verbal?

C. Manfaat dan Tujuan

1. Untuk memahami apa maksud dari persyaratan kondisional dalam pengukuran


performasi.
2. Untuk memahami maksud dari pengukuran kualitas performasi.
3. Untuk mengetahui teknik apa saja yang digunakan pengawasan kualitas secara
statistik.
4. Untuk mengetahui alat atau piranti apa yang ada dalam data numerik dan verbal.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persyaratan Kondisional dalam Pengukuran Performansi

Karena hasil dari pengukuran kualitas akan menjadi landasan dalam membuat
kebijakan peningkatan kuliatan dalam proses. Maka ada beberapa kondisi yang
diperlukan untuk mendukung pengukuran kualitas yang sahih (valid) adalah:9
1. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program.
2. Pengukuran kualitas dilakukan pada sistem secara keseluruhan. Dimulai sejak
adanya gagasan uncuk membuat produk sampai masa berakhir penggunaan produk
itu.
3. Pengukuran kualitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam
proses itu. Karena pengukuran kualitas berorientasi pada proses kerja, seyogianya
tanggung jawab dari pengukuran kualitas berada pada setiap individu yang terlibat
dalam proses kerja pada sistem itu.
4. Pengukuran seharusnya dapat memunculkan data, dimana nantinya data itu dapat
ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta, diagram, tabel, hasil perhitungan
statistik, dan lain-lain.
5. Pengukuran kualitas yang menghasilkan informasi-informasi utama seharusnya
dicatat tanpa distorsi, yang berarti harus akurat.
6. Perlu adanya komitmen secara menyeluruh untuk pengukuran performansi kualitas
dan perbaikannya.
7. Program-program pengukuran dan perbaikan kualitas seharusnya dapat diuraikan
dalam batas-batas yang jelas sehingga tidak tumpang-tindih dengan program yang
lain.

B. Pengukuran Performansi Kualitas

Salah satu elemen penting dari manajemen kualitas terpadu (total quality


management/TQM) adalah membuat keputusan berdasarkan data (fakta), dan bukan
berdasarkan pada opini. Data diperoleh melalui pengukuran performansi kualitas.

9
Vincent Gesperz, Total Quality Management (TQM), Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1997),
hal.125.

7
Pengukuran kualitas paling sedikit akan memberikan dua manfaat untuk
pembuatan keputusan, yaitu: informasi tentang status performansi bisnis saat sekarang
dan identifikasi untuk perbaikan performansi bisnis itu.
Karena hasil dari pengukuran kualitas akan menjadi landasan dalam membuat
kebijakan perbaikan kualitas secara keseluruhan dalam proses bisnis, maka kondisi
yang diperlukan untuk mendukung pengukuran kualitas yang sahih (valid) antara lain
adalah:
1. Pengukuran kualitas dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu: pada tingkat
proses (process level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome (outcome
level).10
a. Pengukuran pada tingkat proses mengukur setiap aktivitas dalam proses dan
karakteristik input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang
mengendalikan karakteristik output yang diinginkan. Contohnya adalah lama
waktu menjawab panggilan telepon, persentase material cacat yang diterima
dari pemasok, siklus waktu produk, banyaknya inventori barang setengah jadi,
dan lain-lain.
b. Pengukuran pada tingkat output mengukur karakteristik output yang dihasilkan
dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan.
Contohnya adalah banyaknya unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi
tertentu yang ditetapkan (banyak produk cacat), kualitas dari produk yang
dihasilkan, dan lain-lain.
c. Pengukuran pada tingkat outcome, mengukur bagaimana baiknya suatu produk
memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Contohnya adalah banyaknya
keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikembalikan oleh
pelanggan, tingkat ketepatan waktu penyerahan produk sesuai dengan waktu
yang dijanjikan, dan lain-lain.
2. Pengukuran Performansi Kualitas dalam empat dimensi dalam sistem kualitas
modern, kelompok yang harus dipuaskan adalah pelanggan (customer), pemegang
saham (shareholder), pekerja (employee), dan masyarakat (community). Dengan
demikian pengukuran performansi kualitas dapat dilakukan dalam empat dimensi,
sebagai berikut:

10
Ibid. H.126

8
a. Kelompok Pelanggan, yang dihubungi adalah pelanggan, ukuran-ukuran
kucinya yaitu kepuasan pelanggan dan karakteristik output yang diinginkan
pelanggan.
b. Kelompok Pemegang Saham, yang di hubungi adalah pemilik perusahaan dan
pemimpin perusahaan, ukuran-ukuran kuncinya: indikator keuangan (biaya,
penjualan, keuntungan, dll) dan sasaran dan tujuan yang didefinisikan
manajemen.
c. Kelompok Karyawan/Pekerja, yang dihubungai adalah karyawan atau pekerja,
ukuran-ukuran kuncinya yaitu kepuasan karyawan dan faktor-faktor yang
berkontribusi pada kepusan kerja
d. Masyarakat, yang di hubungi adalah pemerintah, lembaga pelayanan sosial,
kelompok profesional. kelompok media massa, kelompok akademik. Ukuran-
ukuran kuncinya yaitu kesesuaian pada peraturan-peraturan yang ada dan
faktor-faktor yang berdampak pada masyarakat.
3. Aspek-aspek yang perlu diukur dalam program pengukuran kualitas
Dalam melaksanakan pengukuran performansi kualitas, pada dasarnya kita
harus memperhatikan aspek internal dan aspek eksternal dari suatu organisasi. 11
Dalam organisasi bisnis, aspek internal dapat berupa tingkat kecacatan produk,
biaya-biaya karena kualitas jelek (non-quality costs) seperti pekerjaan ulang, cacat,
dan lain-lain, sedangkan aspek eksternal dapat berupa kepuasan pelanggan, pangsa
pasar (market share), dan lain-lain.
Riset kepuasan pelanggan sebagai suatu alat untuk menjaring informasi
tentang keinginan pelanggan, harus dirancang mengikuti beberapa prinsip dasar
berikut:
a. Riset harus berfokus pada harapan pelanggan yang berkaitan dengan kualitas
dan jenis produk yang diinginkan oleh pelanggan.
b. Riset harus berfokus pada kualitas dari produk.
c. Seluruh karyawan harus dilibatkan dalam mengembangkan ukuran-ukuran
kepuasan pelanggan.
d. Data kualitatif dan kuantitatif harus dikumpulkan.
e. Pertanyaan-pertanyaan dalam survei atau wawancara harus spesifik serta
bersifat mudah untuk mengumpulkan dan mencatat data itu.

11
Ibid. Hal.128

9
f. Instrumen riset harus dirancang sedemikian rupa sehingga manajemen dan/atau
karyawan dapat mengambil tindakan berdasarkan hasil dari riset itu.
g. Penghargaan atau sistem insentif terhadap perubahan positif yang didasarkan
pada hasil-hasil dari survai harus konkret dan cukup berharga/bernilai.

Pengukuran yang akan dilakukan seharusnya mempertimbangkan setiap aspek


dari proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai
kualitas. Pada umumnya atribut yang dipertimbangkan dalam pengukuran kualitas
adalah sebagai berikut:

1. Kualitas produk, yang mencakup:


a. Performansi (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk
itu.
b. Features, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
c. Keandalan (reliability), berkaitan dengan tingkat kegagalan dalam
penggunaan produk itu.
d. Serviceability, berkaitan dengan kemudahan dan ongkos perbaikan.
e. Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan pelanggan.
f. Durability, berkaitan dengan daya tahan atau masa pakai dari produk itu.
g. Estetika (aesthetics), berkaitan dengan desain dan pembungkusan dari
produk itu.
h. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subjektif, berkaitan
dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu seperti:
meningkatkan harga diri, moral, dan lain-lain.
2. Dukungan purna-jual terutama yang berkaitan dengan waktu penyerahan dan
bantuan yang diberikan, mencakup beberapa hal berikut:
a. Kecepatan penyerahan, berkaitan dengan lamanya waktu antara  memesan
produk dan waktu penyerahan produk itu.
b. Konsistensi, berkaitan dengan kemampuan memenuhi jadwal yang
dijanjikan.
c. Tingkat pemenuhan pesanan, berkaitan dengan kelengkapan dari pesanan-
pesanan yang dikirim.
d. Informasi, berkaitan dengan status pesanan.

10
e. Tanggapan dalam keadaan darurat, berkaitan dengan kemampuan
menangani
permintaan-permintaan nonstandar yang bersifat tiba-tiba.
f. Kebijaksanaan pengembalian, berkaitan dengan prosedur menangani
barang-barang rusak yang dikembalikan pelanggan.
g. Interaksiantara karyawan (pekerja) dan pelanggan, mencakup:
h. Ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan
terhadap keperluan-keperluan pelanggan.
i. Penampilan karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam
berpakaian.
j. Kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan-keluhan, berkaitan dengan
bantuan.
yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan
pelanggan.

C. Teknik Pengawasan Kualitas Secara Stastistik

Menurut Dorothea pengawasan kualitas statistik merupakan teknik yang dipakai


untuk mengontrol dan menjalankan proses baik pada sektor manufaktur maupun jasa
melalui metode statistik.12
Pengawasan kualitas adalah kegiatan teknik dan manajemen yang bertujuan
mengukur karakteristik kualitas suatu barang atau jasa untuk kemudian dibandingkan
dengan standar spesifikasi yang diinginkan serta menindak apabila dijumpai
perbedaan performa aktual dengan standar.
Pengawasan kualitas bisa dilakukan dengan berbagai upaya, seperti pemilihan
bahan yang bagus, menggunakan mesin-mesin yang menunjang, pemanfaatan tenaga
kerja yang terampil, dan sistem produksi yang tepat. SPC (Statistical Process Control)
dan SQC (Statistical Quality Control) merupakan alat bantu yang berfungsi sebagai
pengawas kualitas statistik. SPC dan SQC adalah sebuah sistem penyelesaian masalah
yang dilakukan dengan memantau, mengontrol, mengatur, meninjau, menjalankan,

12
Vera Devani and Fitri Wahyuni, “Pengendalian Kualitas Kertas Dengan Menggunakan Statistical Process
Control Di Paper Machine 3,” Jurnal Ilmiah Teknik Industri 15, no. 2 (2016): 87–93,
https://doi.org/https://doi.org/10.23917/jiti.v15i2.1504.

11
dan membenahi produk dan proses melalui cara-cara statistik. Pengendalian kualitas
statistic (SQC) bisa juga disebut dengan pengendalian proses statistik (SPC).13
Pengawasan kualitas statistik berfungsi sebagai penjamin dan mengembangkan
kualitas produk. Pengawasan kualitas statistik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
peta kontrol (control chart) dan diagram tulang ikan (fishbone chart).14

1. Peta kontrol. Menurut Besterfield peta kontrol adalah teknik yang digunakan
untuk memecahkan masalah dan menciptakan peningkatan kualitas. Peta kontrol
berfungsi untuk mengawasi sistem produksi sehingga diketahui waktu yang tepat
melakukan perbaikan kualitas.

Gambar 2.1 Contoh Control Chart

Kerangka dasar peta kontrol merupakan representasi grafik suatu


karakteristik kualitas yang sudah diukur dan dihitung dari sampel terhadap nomor
sampel atau waktu. Peta kontrol memiliki garis tengah yang merupakan nilai
mean karakteristik kualitas terkait keaadaan yang terkendali (central line).
Sedangkan dua garis lainnya yakni garis kontrol atas (upper control limit) dan
garis kontrol bawah (lower control limit).
Berikut tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam membuat peta kontrol:15
a. Menghitung persentase kerusakan produk, menggunakan rumus:

13
Ratnadi and Erlian Suprianto, “Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat Bantu Statistik (Seven
Tools) Dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk,” INDEPT 6, no. 2 (2016): 13,
https://jurnal.unnur.ac.id/index.php/indept/article/view/178/149.
14
Ira Andespa, “Analisis Pengendalian Mutu Dengan Menggunakan Statistical Quality Control (SQC) Pada PT.
Pratama Abadi Industri (JX) Sukabumi,” E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana 9, no. 2 (2020): 129–
60.
15
Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas, “Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistical
Quality Control (SQC) Untuk Meminimumkan Produk Gagal Pada Toko Roti Barokah Bakery,” Jurnal Penelitian
Ilmu Ekonomi WIGA 7 (2017): 15–22, https://media.neliti.com/media/publications/164404-ID-none.pdf.

12
np
p=
n
Keterangan:
np : jumlah gagal dalam sub grup
n : jumlah yang dianalisis dalam sub grup
Sub grup : hari ke-i
b. Menghitung garis tengah (central line), menggunakan rumus:
np
CL = p =
n
c. Menghitung garis kontrol atas (upper control limit), menggunakan rumus:
p 1−p
UCL = p + σ
n
Keterangan:
p : mean ketidaksesuaian produk
n : jumlah produksi
σ : 1,2,3
d. Menghitung garis kontrol bawah (lower control limit), menggunakan rumus:
p 1−p
LCL = p - σ
n
Keterangan:
p : mean ketidaksesuaian produk
n : jumlah produksi
σ : 1,2,3
2. Diagram tulang ikan. Haizer dan Render berpendapat bahwa diagram tulang ikan
berfungsi untuk menunjukkan variabel-variabel utama yang berdampak pada
kualitas dan menimbulkan akibat pada masalah yang kita telaah. Selain itu, juga
dapat memperlihatkan variabel-variabel yang lebih detail yang membawa
pengaruh dan akibat pada variabel utama yang direpresentasikan dalam bentuk
panah-panah seperti tulang ikan. Dasar yang dipakai untuk menyusun diagram
sebab-akibat (fishbone) berasal dari brainstorming. Kemudian, variabel-variabel
utama pada diagram fishbone antara lain: bahan baku (material); mesin (machine);
sumber daya manusia (man); metode (method); dan lingkungan (environment).16

16
Elmas.

13
Gambar 2.2 Contoh Diagram Fishbone

D. Piranti/Alat untuk Data Numerik dan Data Verbal

Piranti atau alat peningkatan kualitas dibagi menjadi dua yaitu menggunakan
data numerik dan yang menggunakan data variabel17.

1. Piranti data numerik


Didalam piranti data numerik terdapat lima piranti atau alat yang dapat
dipergunakan untuk mengelola data numerik atau data kuantitatif, seperti kertas
periksa, pareto chart, histogram, diagram pencar, dan diagram perjalanan (run
chart). Sehingga kelima piranti tersebut dapat digunakan sebagai sarana mengenai
masalah utama sebab terjadinya penyimpangan.
a. Kertas periksa (check sheet)
Kertas periksa merupakan suatu alat yang paling mudah yang bisa
dipergunakan di dalam menghintung seberapa sering terjadinya sesuatu. Oleh
sebab itu, kertas periksa merupakan salah satu alat yang sederhana, akan tetapi
teratur yang dapat digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data. Dalam
menyusun perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Bentuk lajur-lajur untuk mencatat data harus jelas
2) Data yang hendak dikumpulkan dan dicatat harus jelas tujuannya
3) Kapan data dikumpulkan harus dicantumkan
4) Data harus dikumpulkam secara jujur

b. Pareto chart

17
Andina Budiarti, “Bab 2 landasan teori,” Aplikasi dan Analisis Literatur Fasilkom UI, 2006, 4–25.

14
Pareto chart adalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli
ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad ke-19.
Pareto chart digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori
kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah
kiri ke yang paling kecil disebelah kanan. Berbagai pareto chart dapat
digambarkan dengan menggunakan data yang sama, tetapi digambarkan secara
berlainan. Dengan cara menunjukkan data menurut frekuensi terjadinya, biaya,
dan waktu terjadinya, dapat diungkapkan berbagai prioritas penaganannya,
tergantung pada kebutuhan spesifik. Dengan demikian, kita dapat menentukan
bar yang terbesar dalam pareto chart sebagai persoalan yang terbesar. Dalam
hal ini harus dikumpulkan informasi secukupnya.
Pareto chart dapat disusun dengan menggunakan diagram sebab akibat.
Sesudah sebab-sebab potensial diketahui dari diagram tersebut, pareto chart
dapat disusun untuk merasionalisasi data yang diperoleh dari diagram sebab-
akibat. Selanjutnya, pareto chart dapat digunakan pada semua tahap PDCA
cyle.
c. Histogram
Histogram adalah piranti untuk menunjukan variasi data pengukuran,
misalnya berat badan sekelompok orang, tebal plat besi, dan sebagainya,
seperti halnya dengan pareto chart, histogram berbentuk bar graph tidak
digambar menurun dari kiri ke kanan.
Bar graph histogram disusun sepanjang jangkauan data
pengukurannya. Selanjutnya, pareto chart juga hanya menunjukan
karakteristik produk atau jasa, seperti jenis cacat, kecelakaan, kerusakan, dan
sebagainya. Histogram menunjukkan data pengukuran, seperti berat,
temperatur, tinggi dan sebagainnya. Dengan cara demikian, histogram dapat
digunakan untuk menunjukkan variasi setiap proses.
d. Diagram pencar (Scatter Diagram)
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkian hubungan
(korelasi) antara pasangan dua macam variabel. Walaupun terdapat hubungan,
namun tidak perlu berarti bahwa suatu variabel menyebabkan timbulnya
variabel yang lain.
e. Diagram berjalanan (Run Chart)

15
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu.
Pada suatu run chart, sumbu horizontalnya adalah ukuran waktu. Interval
waktu tersebut dapat berupa tahun, minggu, hari, jam, dan sebagainnya.
Karena meliputi waktu, maka piranti ini lebih bersifat dinamik daripada
piranti-piranti yang lain.
2. Piranti Data Variabel
Piranti atau alat dalam verbal adalah bagan alur, brainstorming, diagram
sebab-akibat, fishbone diagram, diagram gabungan, dan diagram pohon. Kelima
piranti ini digunakan untuk mengetahui apa penyebab utama terjadinya suatu
masalah:18
a. Diagram alur (flow chart)
Flow chart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan
seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu
saling mengadakan interaksi satu sama lain. Setiap orang yang bertanggung
jawab untuk memperbaiki suatu proses haruslah mengetahui seluruh langkah
dalam proses tersebut. Ada beberapa cara untuk menggambarkan flow chart
dengan berbagai simbol yang digunakannya.
b. Brainstorming
Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif guna
mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat.
c. Fishbone Diagram
Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram) atau sering disebut juga
sebagai “diagram tulang ikan” (fishbone diagram) atau diagram Ishikiwa
(Ishikiwa diagram) sesuai dengan nama Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang
yang memperkenalkan diagram ini.
Diagram sebab-akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang
memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan
penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang
ada. Diagram ini dapat digunakan dalam situasi dimana: (1) terdapat
pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk
mengindentifikasi mengapa suatu masalah terjadi, (2) diperlukan analisis lebih

18
Devi Sonalia dan Musa Hubeis, “Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Di Tiga Usaha Kecil Menengah
Tahu Kabupaten Bogor,” Jurnal Manajemen dan Organisasi, 4.2 (2016), 112
<https://doi.org/10.29244/jmo.v4i2.12618>.

16
terperinci terhadap suatau masalah, dan (3) terdapat kesulitan untuk
memisahkan penyebab dari akibat.
d. Diagram Gabungan (affinity diagram)
Affinity diagram kadang-kadang disebut secara agak kurang tepat, sebagai
metode KJ, karena dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada dekade 1950-an.
Diagram tersebut merupakan hasil kerja sekelompok orang yang bekerja sama
secara kreatif untuk menganalisis data, terutama dalam situasi data yang
berjumlah besar yang masih campur aduk dan belum tertata. Situasi itu dapat
terjadi apabila sekelompok orang pengalaman yang sangat beragam
membentuk suatu tim, atau apabila orang-orang tesebut mempunyai
pengetahuan yang tidak lengkap mengenai bidang yang akan dianalisis.
(Nasution, 2004: 128).
e. Diagram Pohon Keputusan (decision tree diagram)
Decision tree diagram adalah piranti yang lazim digunakan untuk
menghubungkan antara tujuan dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Decision tree diagram berbentuk seperti bagan
organisasi yang digulingkan. Diagram tersebut merupakan piranti yang
berguna bagi manajer puncak dan manajer menengah untuk membuat rencana
perbaikan proses berdasarkan input dari pelanggan. (Nasution, H 129).
Dengan menyatakan tujuan utama yang hendak dicapai, maka dalam membuat
decision tree diagram kita memecah tujuan utama tersebut menjadi sasaran
antara dan tugas yang perlu dilakukan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demi tercapainya sebuah produk yang sesuai dengan standar pasar dan memenuhi
ekspetasi konsumen, dalam kegiatan produksi produsen haruslah menerapkan suatu
standar kualitas agar produk mereka layak untuk dipasarkan. Untuk mengukur suatu
kualitas dari sebuah produk dibutuhkanlah sebuah alat ukur yang objektif dan
sistematis serta perhitungannya dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Oleh sebab
itu digunakanlah alat dan teknik untuk mengukur performasi kualitas produk.

Pengukuran kualitas dapat dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu: pada tingkat


proses (process level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome (outcome
level). Selain itu terdapat pula aspek-aspek yang harus diperhatikan mulai dari kualitas
produk hingga dukungan purna-jual.

Teknik yang digunakan dalam pengukuran kualitas secara statistik dikenal sebagai
SPC (Statistical Process Control) atau SQC (Statistical Quality Control) dimana
merupakan sebuah alat bantu yang berfungsi sebagai pengawas kualitas statistik.
Sedangkan, piranti atau alat yang digunakan untuk meningkatkan kualitas terbagi
menjadi dua golongan yaitu piranti data numerik dan piranti data variabel.

B. Saran
Mungkin sekian untuk penyusunan tugas makalah ini. Dengan dibuatnya
makalah ini bisa menambah wawansan kita tentang “ Alat dan Teknik Pengukuran
Performasi Kualitas”. Dan untuk kritik dan saran dari teman-teman dan dosen
pengampu sangat diharapkan, karena saya sebagai pembuat makalah ini kami masih
banyak kekurangan, dan apabila banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini
saya mohon maaf sebesar-besarnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andespa, Ira. “Analisis Pengendalian Mutu Dengan Menggunakan Statistical Quality Control
(SQC) Pada PT. Pratama Abadi Industri (JX) Sukabumi.” E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana 9, no. 2 (2020): 129–60.
Budiarti, Andina, “Bab 2 landasan teori,” Aplikasi dan Analisis Literatur Fasilkom UI, 2006,
4–25.
Devani, Vera, and Fitri Wahyuni. “Pengendalian Kualitas Kertas Dengan Menggunakan
Statistical Process Control Di Paper Machine 3.” Jurnal Ilmiah Teknik Industri 15, no. 2
(2016): 87–93. https://doi.org/https://doi.org/10.23917/jiti.v15i2.1504.
Elmas, Muhammad Syarif Hidayatullah. “Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan
Metode Statistical Quality Control (SQC) Untuk Meminimumkan Produk Gagal Pada
Toko Roti Barokah Bakery.” Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA 7 (2017): 15–22.
https://media.neliti.com/media/publications/164404-ID-none.pdf.

Fahmi, Irham, 2014, Manajemen Produksi dan Operasi, Bandung: Alfabeta.

Feigenbaum, A.V. , 1989, Kendali Mutu Terpadu, Jakarta: Edisi ketiga, Jilid 1, Erlangga.
Thomas W. Lin, Edward J. Blocher, Kung H. Chen, 2000 Manajemen Biaya: dengan
Tekanan Stratejik, Jilid 1, Jakarta: Salemba Empat.

Gasperzs, Vincent, 2005, Total Quality Management, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Gregorius Chandra, dan Fandy Tjipton, 2016 ,Service, Quality, dan Satisfaction, Yogyakarta:
Edisi 3, Andi Offset.

Nasution, M. N. , 2010, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Cet. 2, Ed.
2, Bogor: Ghalia Indonesia.

Prihantoro, Rudi, 2012, Konsep Pengendalian Mutu, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ratnadi, and Erlian Suprianto. “Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat Bantu
Statistik (Seven Tools) Dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk.” INDEPT 6,
no. 2 (2016): 13. https://jurnal.unnur.ac.id/index.php/indept/article/view/178/149.
Sonalia, Devi, dan Musa Hubeis, “Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Di Tiga Usaha
Kecil Menengah Tahu Kabupaten Bogor,” Jurnal Manajemen dan Organisasi, 4.2
(2016), 112 <https://doi.org/10.29244/jmo.v4i2.12618>

19

Anda mungkin juga menyukai